Anda di halaman 1dari 74

Mineral Deposits

ENDAPAN MINERAL

BAB I

PENDAHULUAN

LatarBelakang

Endapan mineral (bahan tambang )merupakan salah satu kekayaan alam yang berpengaruh dalam
perekonomian nasional. Oleh karenai tu upaya untuk mengetahui kuantitas dan kualitas endapan mineral itu
hendaknya selalu diusahakan dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi, seiring dengan tahapan
eksplorasinya. Semakin lanjut tahapan eksplorasi, semakin besar pula tingkat keyakinan akan kuantitas dan
kualitas sumberdaya mineral dan cadangan.

Berdasarkan tahapan eksplorasi, yang menggambarkan pula tingkat keyakinan akan potensinya, dilakukan
usaha pengelompokan atau klasifikas sumberdaya mineral dan cadangan. Dasar atau criteria klasifikasi di
sejumlah Negara terutama adalah tingkat keyakinan geologi dan kelayakan ekonomi. Hal ini dipelopori
oleh:1. US Bureau of Mines dan US Geological Survey, yang hingga sekarang masih dianut oleh negara-
negara dengan industry tambang yang penting seperti Australia 2. AmerikaSerikat. 3. Kanada. Negara-negara
tersebut mengikuti klasifikasi cadangan terbukti(proven) dan terkira (probable) dari Securitas dan Exchange
Commision di AmerikaSerikat. 4. PerserikatanBangsa-Bangsa (PBB) dalam hal ini Dewan Ekonomi dan
Sosial (Economic and Social Council) telah menyusun usulan klasifikasi cadangan dan sumberdaya mineral
yang sederhana dan mudah dimengerti oleh semua pihak 5. Selain criteria tersebut di atas, PBB juga
menggunakan ekonomi pasar (market economy) sebagai salah satu kriterianya.

Di Indonesia, masalah yang ada adalah belum terwujudnya klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan yang
baku sehingga be rbagai pihak baik instansi pemerintah maupun perusahaan pertambangan menggunakan
klasifikasi secara sendiri-sendiri, klasifikasi yang dianggap paling sesuai dengan sifat-sifat endapan
mineralnya dan kebijakasanaan yang ada di perusahaan tersebut. Akibatnya adalah pernyataan mengenai
kuantitas dan kualitas sumber daya mineral atau cadangan sering menimbulkan kerancuan.

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya, baik yang bias diperbaharui
maupun tidak diperbaharui. Indonesia dipengaruhi control tektonik yang bermacam-macam sehingga disetiap
daerahnya memiliki keanekaragaman mineralisasi yang banyak. Dari Sabang sampai Meurake memiliki
masing-masing mineralisasi yang berbeda-beda setiap daerahnya.

Seiring berjalannya waktu bermunculan disetiap daerahnya perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang
bijih, baik itu mencariemas, tembaga, perak, galena, dan lain-lain. Dari mineral-mineral bijihtersebut cara
keterdapatannya, pembentukanya, pengontrolnya, dan lain sebagainya berbeda-beda tergantung dari penciri
dari masing-masing mineral tersebut. Disinilah diperlukannya orang geologi yang sangat berpengaruh
didalamkesuksesan suatu pertambangan.

MaksuddanTujuan

o Maksud

Adapun maksud dalam melakukan praktikum endapan mineral pada semester IV adalah

Untuk mempelajari deskripsi dari berbagai mineral secara kimia maupun fisika serta genesa mineral-
mineral tersebut.

Mempelajari mineral-mineral alterasi beserta prosesnya.

Mengenali Ore mineral pada batuan beserta prosesnya.

Tujuan

Adapun tujuan dalam melakukan praktikum endapan mineral pada semesterini adalah

Untukmemberikanpemahamankepadapraktikanmengenaikonsentrasiilmuendapan mineral, yang


mananantinyaakanterjunlangsungkeduniatambang.

Syarat untuk mengikuti laboratorium dan kuliah pada semester selanjutnya.

Dapat mengetahui endapan endapan mineral yang ada pada indonesia, khususnya Sumatra Utara.

Agar praktikan dapat mengetahui jenis-jenis endapan mineral dan proses pembentukan atau genesa
untuk masing-masing jenis endapan.

Aplikasi endapan mineral pada bidang geologi

Mempelajari endapan mineral adalah salah satu kunci untuk mengetahui dan mempelajari lebih lanjut
mengenai bahan tambang, serta sangat erat kaitannya dengan dunia tambang dan juga geologi, juga tidak lepas
dari kedua hal tersebut. Selainituterdapatbeberapaaplikasiendapan mineral di
dalambidanggeologiataupunduniageologi.Adapun aplikasi endapan mineral pada bidang geologi dapat
diketahui sebagai berikut :
Sebagai pegangan / acuan dalam melakukan pekerjaan dalam bidang tambang.

Untuk menentukandanmencariore mineral pada suatu daerah yang sudah di petakan.

Untukmembedakan yang manaore mineral, danmetallic mineral.

Untukmengetahuidanmencarimetallic mineral (mineral logam) yang bernilaiekonomisdarisetiapore

Untukmengetahuisebarantambang mineral logam di Indonesia.

Untukmengtahui control tektonikterhadapendapanbijih (ore deposit) atau mandala metallogenic.

Untukmengetahuiklasifikasitiap tiapendapan mineral yang hadirdalambatuaninduk (hostrock).

Untukmengetahuistrukturdantekstur yang hadir di dalamtiap tiapmineral deposit.

Untukmengetahui parameter yang harusdiketahuidalammenentukan mineral logam di dalamore

Supayadapatmembedakankenampakkanfisikantara mineral logamdan non logam.

Supayadapatmengetahuipersentasi mineral logam yang hadir di dalamore

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Endapan Mineral

Endapan mineral (Ore Deposit) adalah batuan yang mengandung satu atau lebih mineral logam (metallic
mineral) yang akan memiliki nilai ekonomis jika ditambang dinamakan Ore Mineral atau mineral bijih. Suatu
endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari nilai ekonomisnya, bila harga pengolahan dan harga pasaran
berfluktuasi, suatu saat endapan mineral dikatakan sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi. Pada saat
ekstraksi didapatkan bahan logam dan juga bahan limbah (gangue) yang tidak memiliki nilai ekonomis.
Proses ekstraksi tersebut menghasilkan timbunan limbah (tailing).

Suatu endapan mineral akan terbentuk oleh serangkaian proses yang mengubah kondisi suatu batuan menjadi
suatu endapan dengan kandungan mineral bijih yang disebut proses ubahan (alteration). Proses tersebut akan
menghasilkan mineral logam (metalic mineral) dan mineral ubahan (alteration mineral), struktur serta tekstur
batuan yang berubah karenanya.

Gambar 2.1.Genesa Endapan Mineral (Beck, 1909)

Kebanyakan bijih di dunia iniyang ditambang adalah berasal dari mineral bijih yang diendapkan oleh larutan
hidrotermal. Asal larutan hidrotermal masih sulit dipecahkan. Beberapa larutan berasal dari pelepasan air
yang terkandung dalam magma saat magma naik dan mendingin. Lainnya berasal dari air meteoric atau air
laut yang bersirkulasi dalam kerak. Endapan mineral yang terbentuk oleh air laut yang terpanaskan aktifitas
vulkanisme, dan endapannya berbentuk senyawa sulfide, yang dinamakan volcanogenic massive sulfide
deposits.
Kebutuhan umat manusia akan mineral semakin lama semakin meningkat dan bertambah banyak baik dalam
jumlah maupun macam atau jenisnya. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi dan penemuan-penemuan
baru dalam berbagai industri yang banyak memerlukan bahan baku mineral.

Ilmu yang mempelajari dan membahas mengenai mineral baik yang bersifat logam maupun non logam serta
batuan dan asosiasinya didalam kulit bumi beserta cara terjadi dan penyebarannya disebut ilmu Geologi
Ekonomi. Penyebaran mineral dan batuan tersebut menyangkut mengenai tempat terdapatnya, bentuk, ukuran,
mutu, jumlah dan kontrol geologinya.

2.2. Mineral Bijih (Ore)

Proses dan aktivitas geologi bisa menimbulkan terbentuknya batuan dan jebakan mineral. Yang dimaksud
dengan jebakan mineral adalah endapan bahan-bahan atau material baik berupa mineral maupun kumpulan
mineral (batuan) yang mempunyai arti ekonomis (berguna dan mengguntungkan bagi kepentingan umat
manusia). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan pengusahaan jebakan dalam arti ekonomis adalah
bentuk jebakan, besar dan volume cadangan, kadar, lokasi geografis dan biaya pengolahannya.

Dari distribusi unsur-unsur logam dan jenis-jenis mineral yang terdapat didalam kulit bumi menunjukkan
bahwa hanya beberapa unsur logam dan mineral saja yang mempunyai prosentasi relative besar, karena
pengaruh proses dan aktivitas geologi yang berlangsung cukup lama, prosentase unsur unsur dan mineral-
mineral tersebut dapat bertambah banyak pada bagian tertentu karena Proses Pengayaan, bahkan pada suatu
waktu dapat terbentuk endapan mineral yang mempunyai nilai ekonomis. Proses pengayaan ini dapat
disebabkan oleh :

1. Proses Pelapukan dan transportasi

2. Proses ubahan karena pengaruh larutan sisa magma

Proses pengayaan tersebut dapat terjadi pada kondisi geologi dan persyaratan tertentu.Kadar minimum logam
yang mempunyai arti ekonomis nilainya jauh lebih besar daripada kadar rata-rata dalam kulit bumi. Faktor
perkalian yang bisa memperbesar kadar mineral yang kecil sehingga bisa menghasilkan kadar minimum
ekonomis yang disebut faktor pengayaan (Enrichment Factor atau Concentration Factor). Dari sejumlah
unsur atau mineral yang terdapat didalam kulit bumi, ternyata hanya beberapa unsur atau mineral saja yang
berbentuk unsur atau elemen tunggal (native element).

Sebagian besar merupakan persenyawaan unsur-unsur daaan membentuk mineral atau asosiasi
mineral.Mineral yang mengandung satu jenis logam atau beberapa asosiasi logam disebut mineral logam
(metallic mineral). Apabila kandungan logamnya relatif besar dan terikat secara kimia dengan unsur lain maka
mineral tersebut disebut Mineral Bijih (ore mineral). Yang disebut bijih/ore adalah material/batuan yang
terdiri dari gabungan mineral bijih dengan komponen lain (mineral non logam) yang dapat diambil satu atau
lebih logam secara ekonomis. Apabila bijih yang diambil hanya satu jenis logam saja maka disebut single ore.
Apabila yang bisa diambil lebih dari satu jenis bijih maka disebut complex-ore.
Mineral non logam yang dikandung oleh suatu bijih pada umumnya tidak menguntungkan bahkan biasanya
hanya mengotori saja, sehingga sering dibuang. Kadang-kadang apabila terdapatkan dalam jumlah yang cukup
banyak bisa dimanfaatkan sebagai hasil sampingan (by-product), misalnya mineral kuarsa, fluorit, garnet dan
lain-lain. Mineral non logam tersebut disebut gangue mineral apabila terdapat bersama-sama mineral logam
didalam suatu batuan. Apabila terdapat didalam endapan non logam yang ekonomis, disebut sebagai waste
mineral. Yang termasuk golongan endapan mineral non logam adalah material-material berupa padat, cairan
atau gas. Material-material tersebut bisa berbentuk mineral, batuan, persenyawaan hidrokarbon atau berupa
endapan garam. Contoh endapan ini adalah mika, batuan granit, batubara, minyak dan gas bumi, halit dan
lain-lain.

Kadar (persentase) rata-rata minimum ekonomis suatu logam didalam bijih disebut cut off grade. Kandungan
logam yang terpadat didalam suatu bijih disebut tenor off ore. Karena kemajuan teknologi, khususnya didalam
cara-cara pemisahan logam, sering menyebabkan mineral atau batuan yang pada mulanya tidak bernilai
ekonomis bisa menjadi mineral bijih atau bijih yang ekonomis. Jenis logam tertentu tidak selalu terdapat
didalam satu macam mineral saja, tetapi juga terdapat pada lebih dari satu macam mineral.

Misalnya logam Cu bisa terdapat pada mineral kalkosit, bornit atau krisokola. Sebaliknya satu jenis mineral
tertentu sering dapat mengandung lebih dari satu jenis logam. Misalnya mineral Pentlandit mengandung
logam nikel dan besi. Mineral wolframit mengandung unsur-unsur logam Ti, Mn dan Fe. Keadaan tersebut
disebabkan karena logam-logam tertentu sering terdapat bersama-sama pada jenis batuan tertentu dengan
asosiasi mineral tertentu pula, hal itu erat hubungannya dengan proses kejadian (genesa) mineral bijih.
Gambar 2.2. Mineral Logam

2.2.1. Golongan Mineral Bijih dan Metallic Mineral

Dari distribusi unsur-unsur logam dan jenis-jenis mineral yang terdapat didalam kulit bumi menunjukkan
bahwa hanya beberapa unsur logam dan mineral saja yang mempunyai persentasi relatif besar, karena
pengaruh proses dan aktivitas geologi yang berlangsung cukup lama, persentasi unsur unsur dan mineral-
mineral tersebut dapat bertambah banyak pada bagian tertentu karena Proses Pengayaan, bahkan pada suatu
waktu dapat terbentuk endapan mineral yang mempunyai nilai ekonomis. Proses pengayaan ini dapat
disebabkan oleh :

1. Proses Pelapukan dan transportasi

2. Proses ubahan karena pengaruh larutan sisa magma

Proses pengayaan tersebut dapat terjadi pada kondisi geologi dan persyaratan tertentu.

Mineral yang mengandung satu jenis logam atau beberapa asosiasi logam disebut mineral logam (metallic
mineral). Apabila kandungan logamnya relatif besar dan terikat secara kimia dengan unsur lain maka mineral
tersebut disebut Mineral Bijih (ore mineral). Yang disebut bijih/oreadalah material/batuan yang terdiri dari
gabungan mineral bijih dengan komponen lain (mineral non logam) yang dapat diambil satu atau lebih logam
secara ekonomis. Apabila bijih yang diambil hanya satu jenis logam saja maka disebut single ore. Apabila
yang bisa diambil lebih dari satu jenis bijih maka disebut complex-ore.

Mineral bijih adalah Batu yang mengandung satu atau lebih mineral metalik yang untung jika ditambang..
Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari nilai ekonomisnya, bila harga pengolahan dan harga
pasaran berfluktuasi, suatu saat endapan mineral dikatakan sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi. Pada saat
ekstraksi didapatkan bahan logam dan juga bahan limbah (gangue) yang tidak memiliki nilai ekonomis.
Proses ekstraksi tersebut menghasilkan timbunan limbah (tailing).

Mineral bijih adalah Batu yang mengandung satu atau lebih mineral metalik yang untung jika ditambang.
Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari nilai ekonomisnya, bila harga pengolahan dan harga
pasaran berfluktuasi, suatu saat endapan mineral dikatakan sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi. Pada saat
ekstraksi didapatkan bahan logam dan juga bahan limbah (gangue) yang tidak memiliki nilai ekonomis.
Proses ekstraksi tersebut menghasilkan timbunan limbah (tailing).

Pembagian kelompok mineral bijih:

1. Bijih Silisius (Keiko) yang mengandung sulfiIda terutama kalkopirit, terdesssiminasi dalam batuan
tersilisifikasi.

2. Bijih Kuning (Oko), terutama pirit dengan sedikit kalkopirit dan Kuarsa.

3. Bijih hitam (Kuroko), percampuran kuat antara Sphalerite kaya besi berwarna gelap, galena, barite,
dan sejumlah kecil pirit dan kalkopirit ; wurzit, enargit, tetrahidrit, markasit, serta sejumlah mineral
lainnya yang ditemukan secara setempat dalam jumlah kecil.

4. Urat (vein) dan massa besar gipsum (sekkoko), yang saling berhubungan tetapi dalam tubuh yang
terpisah- pisah.

5. Zona stringer, kaya kalkopirit dalam pipa- pipa bawah bijih (ryukoko)

6. Ferruginous (lapisan tetsusekiei), yang berada pada lapisan paling bawah.

2.2.2. Kegunaan Mineral Bijih

Kadar minimum logam yang mempunyai arti ekonomis nilainya jauh lebih besar daripada kadar rata-rata
dalam kulit bumi. Faktor perkalian yang bisa memperbesar kadar mineral yang kecil sehingga bisa
menghasilkan kadar minimum ekonomis yang disebut faktor pengayaan ( Enrichment Factor atau
Concentration Factor). Dari sejumlah unsur atau mineral yang terdapat didalam kulit bumi, ternyata hanya
beberapa unsur atau mineral saja yang berbentuk unsur atau elemen tunggal (native element). Sebagian
besar merupakan persenyawaan unsur-unsur daaan membentuk mineral atau asosiasi mineral.

Bijih merupakan sejenis batu yang mengandung mineral penting, baik itu logam maupun bukan logam. Bijih
diekstraksi melaluipenambangan, kemudian hasilnya dimurnikan lagi untuk mendapatkan unsur-unsur yang
bernilai ekonomis.

Kandungan atau kadar mineral, atau logam, juga bentuk kewujudannya, secara langsung akan memengaruhi
ongkos pertambangan bijih. Biayaekstraksi harus diberi pembobotan untuk dibandingkan dengan nilai
ekonomis logam yang terkandung untuk menentukan bijih yang mana yang lebih menguntungkan dan bijih
yang mana yang kurang atau tidak menguntungkan. Bijih logam secaraumum merupakan persenyawaan
oksida, sulfida, silikat, atau logam murni (misalnya tembaga murni yang biasanya tidak terkumpul di dalam
kerak Bumi atau logam mulia (biasanya tidak berbentuk persenyawaan) seperti emas. Bijih harus diolah
untuk mengekstraksi logam-logam dari batuan sampah dan dari mineral bijih. Tubuh bijih dibentuk oleh
berbagai macam proses geologis. Di dalam bahasa Inggris, proses pembentukan bijih disebut sebagai ore
genesis.
Dalam dunia pertambangan dikenal juga istilah mineral gangue. Gangue merupakan bahan berharga
komersial yang berada di sekeliling, tercampur, atau disebut sebagai mineral yang diinginkan, yang terdapat
pada suatu endapan bijih. Untuk memisahkan suatu mineral gangue, maka diperlukan apa yang disebut
dengan pengolahan mineral, yang merupakan aspek penting dalam pertambangan. Pengolahan ini dapat
menjadi sesuatu yang rumit, tergantung pada sifat dari mineral yang terlibat. Keberhargaan suatu mineral
dapat dilihat dari konsentrasi mineral yang diinginkannya.

Dalam suatu pengolahan bijih maupun mineral gangue juga membutuhkan informasi yang detail mengenai
komposisi, tekstur dan kondisi mineral yang akan diolah dan dalam penyelidikan mengenaicara serta hasil
pengolahan bijih tersebut. Dengan mempelajari tekstur dan struktur dari suatu bijih, maka dapat
diperoleh gambaran tentangpembentukan awal bijih, metamorfosa, lingkungan pengendapan, kemungkinan
pengolahannya, deformasi dan pelapukan dari bijih.

Dengan demikian mineral bijih berfungsi sebagai material bahan tambang logam dan juga tidak termasuk
bahan galian industri (non logam) yang bernilai ekonomis yang dapat membantu di dalam kehidupan sehari
hari dalam bidang industri, perekonomian, kosntruksi, dan lainnya.

2.3. Mineral Alterasi

Alterasi hidrothermal merupakan proses yang terjadi akibat adanya reaksi antara batuan asal dengan fluida
panasbumi. Batuan hasil alterasi hidrotermal tergantung pada beberapa faktor, tetapi yang utama adalah
temperatur, tekanan, jenis batuan asal, komposisi fuida (khususnya pH) dan lamanya reaksi (Browne, 1984).
Proses alterasi hidrotermal yang tejadi akibat adanya reaksi antara batuan dengan air jenis klorida yang berasal
dari reservoir panasbumi yang terdapat jauhdibawah permukaan (deep chloride water) dapat menyebabkan
teriadinya pengendapan (misalnya kwarsa) dan pertukaran elemen-elemen batuan dengan fluida,
menghasilkan mineral-mineral seperti chlorite, adularia, epidote. Air yang bersifat asam, yang terdapat pada
kedalaman yang relatif dangkal dan elevasi yang relative tinggi mengubah batuan asal menjadi mineral clay
dan mineral-mineral lainnya terlepas. Mineral hidrothernal yang dihasilkan di zona permukaan biasanya
adalah kaolin, alutlite, sulphur, residu silika dan gypsum.

Proses ubahan : proses replacement, leaching (pelarutan) dan pengendapan mineral (pengisisan).

Dampak pada batuan : perubahan kimia, fisika dan mineral

1. Perubahan Kimia

Perubahan kimiawi dari fluida sehingga secara kimia terjadi penambahan unsur atau pengurangan unsur oleh
proses replacement, leaching (pelarutan) dan pengendapan mineral

2. Perubahan fisik

3. Densitas

Densitas meningkat silisifikasi


Densitas menurun leaching

b.Porositas dan permeabilitas

Leaching porositas / permeabilitas

Porositas ( densitas )

c.Magnetic Properties

Batu gunungapi umumnya mengandung sedikit magnetik dan atau titano magnetit, yang dapat
menimbulkan kemagnetan.

Beberapa lapisan pabum mengandung less-magnetic mineral seperti hematit, pirit, leucoxene, titanit.
Hal ini menyebabkan batuan Hostrock menjadi de magnetised

d.Resistivity

Konduktivitas batuan hostrock dipengaruhi oleh :

Konsentrasi elektrolit air panas yang dikembangkannya.

Kehadiran mineral clay& zeolit di dalam matrik.

Hadir mineral lempung seperi : kaolin (kaolinit, haloisit)

(Metahaolisit, dickite) Ca monmorila (smectite), ilit (K-mica), klorit. (Mineral clay merupakan
mineral hidrasi, dimana tergantung pada temperatur dan komposisi fluida (pH).

3. Perubahan Mineral

4. Pengendapan langsung

Mineral ubahan / sekunder yang diendapkan secara langsung dari larutan hidrotermal pada kekar, sesar,
bidang ketidakselarasan, pori-pori, vug.

Kuarsa, kalsit dan anhidrit dapat diendapkan pada urat, vug.

Kalsit, aragonit & silika dapat diendapkan pada pipa bor.

1. Replacement

Mineral primer dapat direplace menjadi mineral baru.


Tabel 2.1. Perubahan mineral primer akibat replecement

Mineral primer Hasil replacement


Zeolit (mordenit, laumontit) kristobalit, kuarsa,
gelas vulkanik
kalsit, Ip (monmorilonit).
magnetik / ilmenik / titano
Pirit, leucoxene, titanit, pirotit, hematit
magnetic
piroksen / amfibol / olivin /
Klorit, ilit, kuarsa, pirit, kalsit anhidrit
biotit
Kalsit, albit, adularia, wairakit, kuarsa, anhidrat,
plagioklas Ca
klorit, ilit, kaolin, manmorilonit, epidot
anortoklas / sanidin /
Adularia
ortoklas

4. Mineral alterasi

Karbonat : kalsit, aragonit, siderit

Sulfat : anhidrit, alunit, natroalunit, barit

Sulfida : pirit, pirotrit, markasit, sfalerit, galena.

Oksida : hematit, magnetik, leukosen, diaspor

Pospat : apatit

Halit : fluorit

Silicates Ortho &Ring : titanit, garnetm epidot.

Silicate sheet : ilit, biotit, pirofilit, klorit, group kaolin,

montmorilonit, prehnite.

Silicate framework : adularia, albit, kuarsa, kristobalit.

5. Intensitas alterasi

Intensitas alterasi : Persentasi mineral ubahan terhadap batuan, dibedakan atas

Batuan tak terubah

Batuan terubah lemah


Batuan terubah sedang

Batuan terubah kuat

Batuan terubah sangat kuat

6. Tingkat/range alterasi

Tingkat/range alterasi : identifikasi mineral ubahan yang didasarkan pada kondisi bawah permukaan,
menunjukan kondisi tertentu, misal tingkat alterasi petunjuk temperatur tinggi atau permeabilitas tinggi.

Gambar 2.3. Alterasi mineral pada berbagai temperatur

2.3.1. Pembagian Zona Alterasi


Zona alterasi adalah sekumpulan mineral yang terbentuk pada suatu zona alterasi yang sama.Creasey (1966,
dalam Sutarto, 2004) membuat klasifikasi alterasi hidrotermal pada endapan tembaga porfir menjadi empat
tipe yaitu propilitik, argilik, potasik, dan himpunan kuarsa-serisit-pirit. Lowell dan Guilbert(1970, dalam
Sutarto, 2004) membuat model alterasi-mineralisasi juga pada endapan bijih porfir, menambahkan istilah
zona filik untuk himpunan mineral kuarsa, serisit, pirit, klorit, rutil, kalkopirit. Adapun delapan macam tipe
alterasi antara lain :

Zona alterasi ada enam, yaitu :

1. Zona Potassic

Zona potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu sistem hidrotermal dengan
kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari beberapa ratus meter. Zona alterasi ini dicirikan oleh mineral
ubahan berupa biotit sekunder, K Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetite. Mineral logam sulfida berupa pirit
dan kalkopirit dengan perbandingan 1:1 hingga 3:1, bentuk endapan dapat juga dijumpai dalam bentuk
mikroveinlet serta dalam bentuk menyebar (disseminated). Pembentukkan biotiti sekunder ini dapat
terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama hornblende dengan larutan hidrotermal yang kemudian
menghasilkan biotit, feldspar maupun piroksin. Selain biotisasi tersebut mineral klorit muncul sebagai penciri
zona ubahan potasik ini. Klorit merupakan mineral ubahan dari mineral mafik terutama piroksin, hornblende
maupun biotit, hal ini dapat dilihat bentuk awal dari mineral piroksin terlihat jelas mineral piroksin tersebut
telah mengalami ubahan menjadi klorit. Pembentukkan mineral klorit ini karena reaksi antara mineral piroksin
dengan larutan hidrotermal yang kemudian membentuk klorit, feldspar, serta mineral logam berupa magnetit
dan hematit.

Alterasi ini diakibat oleh penambahan unsur pottasium pada proses metasomatis dan disertai dengan banyak
atau sediktnya unsur kalsium dan sodium didalam batuan yang kaya akan mineral aluminosilikat. Sedangkan
klorit, aktinolit, dan garnet kadang dijumpai dalam jumlah yang sedikit. Mineralisasi yang umumnya dijumpai
pada zona ubahan potasik ini berbentuk menyebar dimana mineral tersebut merupakan mineral mineral
sulfida yang terdiri atas pirit maupun kalkopirit dengan pertimbangan yang relatif sama. Bentuk endapan
berupa hamburan dan veinlet yang dijumpai pada zona potasik ini disebabkan oleh pengaruh matasomatik atau
rekristalisasi yang terjadi pada batuan induk ataupun adanya intervensi daripada larutan magma sisa (larutan
hidrotermal) melalui pori-pori batuan dan seterusnya berdifusi dan mengkristal pada rekahan batuan.Potasik
Perubahan, khas dari deposito emas lapisan, hasil dalam produksi mengandung mika, mineral mengandung
kalium seperti biotit dalam batuan kaya zat besi, mika muskovit atau serisit batuan felsik, dan orthoclase
(disamping adularia) perubahan, seringkali cukup meresap dan memproduksi berbeda salmon-pink perubahan
vena selvages.

2. Zona Skarn

Skarns adalah dalam arti mereka luas dibentuk oleh transportasi massa dan kimia dan reaksi antara satuan
batuan yang berdekatan. Mereka tidak perlu batuan beku dalam asal; dua lapisan sedimen yang berdekatan
seperti pembentukan terbalut besi dan batu gamping mungkin bereaksi terhadap logam pertukaran dan cairan
selama metamorfosis, menciptakan sebuah forsiterite.
Skarns asal beku diklasifikasikan sebagai exoskarns atau endoskarns. Exoskarns terjadi pada dan di luar granit
yang dihasilkan mereka, dan perubahan batuan dinding. Endoskarns, termasuk greisens, bentuk dalam massa
granit itu sendiri, biasanya terlambat dalam emplacement mengganggu dan terdiri dari stockwork lintas sektor,
sendi pendinginan dan di sekitar margin dan bagian paling atas granit itu sendiri. Mineral forsiterite umum
termasuk piroksen, garnet, idocrase, wollastonite, aktinolit, magnetit atau hematit, dan epidot. Karena skarns
terbentuk dari kompatibel-unsur yang kaya, cairan air mengandung silika berbagai jenis mineral jarang
ditemukan di lingkungan forsiterite, seperti: turmalin, topaz, beryl, korundum, fluorit, apatit, barit,
strontianite, tantalite, anglesite, dan lain. Seringkali, feldspathoids dan langka calc-silikat seperti scapolite
ditemukan di daerah marjinal lebih.

Alterasi ini terbentukl akibat kontak antara batuan sumber dengan batuan karbonat, zona ini sangat
dipengaruhi oleh komposisi batuan yang kaya akan kandungan mineral karbonat. Pada kondisi yang kurang
akan air, zona ini dicirikan oleh pembentukan mineral garnet, klinopiroksin dan wollastonit serta mineral
magnetit dalam jumlah yang cukup besar, sedangkan pada kondisi yang kaya akan air, zona ini dicirikan oleh
mineral klorit.,tremolit aktinolit dan kalsit dan larutan hidrotermal. Proses pembentukkan skarn akibat
urutan kejadian Isokimia metasomatisme retrogradasi. Dijelaskan sebagai berikut :

Isokimia merupakan transfer panas antara larutan magama dengan batuan samping, prosesnya H2O
dilepas dari intrusi dan CO2 dari batuan samping yang karbonat. Proses ini sangat dipengaruhi oleh
temperatur,komposisi dan tekstur host rocknya (sifat konduktif).

Metasomatisme, pada tahap ini terjadi eksolusi larutan magma kebatuan samping yang karbonat
sehingga terbentuk kristalisasi pada bukaan bukaan yang dilewati larutan magma.

Retrogradasi merupakan tahap dimana larutan magma sisa telah menyebar pada batuan samping dan
mencapai zona kontak dengan water falk sehingga air tanah turun dan bercampur dengan larutan.

Forsiterite dan jenis batuan skarnoid, biasanya berdekatan dengan intrusi granit dan pembentukan besi
berdekatan dengan satuan batuan reaktif seperti batu gamping, napal dan

3. Zona Prophyritic

Zona ini merupakan zona terluar dan selalu ada. Klorit adalah mineral yang umum pada zona ini. Pirit, kalsit,
dan epidot berasosiasi dengan mineral mafik (biotit dan homblenda) yang teralterasi sebagian atau seluruhnya
menjadi klorit dan karbonat. Plagloklas adalah mineral yang tidak terpengaruh. Zona ini terdapat di sekeliling
tubuh batuan yang panjangnya mencapai ratusan meter.

4. Zona Sericitic

Alterasi Sericitic mengubah batuan menjadi mineral sericite, merupakan mika putih yang sangat halus.
Alterasi ini terbentuk oleh dekomposisi feldspars, sehingga menggantikan feldspar. Di lapangan,
kehadirannya pada batuan dapat dideteksi oleh kelembutan batu, seperti yang mudah digores. Terasa
berminyak ketika mineral ini banyak, dan warna putih, kekuningan, coklat keemasan atau kehijauan. Alterasi
Sericitic menunjukkan kondisi low pH (acidic).

Perubahan terdiri dari kuarsa + sericite disebut phyllic alterasi. Alterasi ini terkait deposit phophyry tembaga
yang mungkin berisi cukup halus, pyrite yang disebarkan secara langsung terkait dengan peristiwa perubahan.

5. Zona Argillic

Alterasi Argillic memperkenalkan beberapa variasi dari mineral lempung seperti kaolinite, smectite and illite.
Alterasi Argillic umumnya pada low temperature dan sebagian mungkin terajadi pada kondisi atmospheric.
Tanda-tanda awal alterasi argillic adalah bleaching out (pemutihan) feldspar.

Subkategory spesial dari alterasi argillic adalah advanced argillic. Kategori ini terdiri dari kaolinite +
quartz + hematite + limonite. feldspars tercuci and teralterasi menjadi sericite. Keberadaan alterasi ini
menunjukkan kondisi low pH (highly acidic). Pada highertemperatures, mineral pyrophyllite (white mica)
terbentuk pada dalam kaolinite.

Zona ini terbentuk akibat rusaknya unsur potasium, kalsium dan magnesium menjadi mineral lempung. Zona
ini dicirikan oleh mineral lempung, kuarsa dan karbonat. Unsur potassium, kalsium dan magnesium dalam
batuan berubah menjadi montmorilonit, illit, hidromika dan klorite. Pada bagian atas dari zona ini terbentuk
zona advance argilik pada kondisi fluida yang lebih asam dibandingkan zona argilik. Zona ini tidak selalu
hadir, dicirikan oleh mineral kuarsa, silica amor seperti andalusit, alunit, dan korundum. Kehadiran mineral
sulfida tidak intensif dijumpai, kandungan pirite sekitar 2%.

6. Zona Advance Argillic

Sedangkan untuk sistem epitermasl sulfidasi tinggi (fluida kaya asam sulfat), ditambahkan istilah advanced
argilic yang dicirikan oleh kehadiran himpunan mineral:

untuk temperatur tinggi, 250-350C), atau himpunan mineral:

pirofilit+

diaspor

andalusit

kuarsa

turmalin
untuk temperatur rendah,< 180 C):

enargit-luzonit

kaolinit+

alunit

kalsedon

kuarsa

pirit
Gambar 2.4. Pembagian Zona Alterasi Terry Leach &Co

2.3.2. Mineral Penciri Zona altersi

Setiap mineral-mineral yang berada pada suatu zona alterasi, dan mineral tersebut tidak akan ada pada
zona alterasi lainnya, dan itulah yang akan menjadi penciri daripada zona alterasi. Adapun mineral-mineral
tersebut adalah:

1. Zona Potassic : Actinolit dan Biotit

2. Zona Skarn : Tremolit, Vesuvianit dan Wllastonit.

3. Zona Prophyritic : Actinolit dan epidot.

4. Zona Sericitic : Sericit

5. Zona Argillic : Kuarsa dan Siderit

6. Zona AdvanceArgillic : Alunit, Opalin Silika dan Tridimit.

2.3.3. Jenis Alterasi Pada Beberapa Jenis Fluida

Adapun jenis alterasi pada beberapa jenis fluida diantaranya adalah sebagai berikut:

Alterasi Fluida Klorida

Alterasi yang umum ditemukan adalah Argillic propylitic. Mineral yang seringditemukan antara lain: silika,
albite adularia, illite, chloride, epidote, zeolite, calcite, pyrite, pyrrhotite dan base metal sulphide.

Alterasi sulfat
Alterasi yang biasa ditemukan adalah advance argillic, dengan kaolinite, halloysite, cristobalite dan alunite
sebagai diagnostik mineral. Silica residu umum ditemukan sebagai hasil dari acid fluid activity (leach) dan ini
beda dengan silika sinter yang dihasilkan sebagai proses pengendapan bukan sebagai proses alterasi.

Alterasi Bikarbonat

Alterasi umumnya argillic (kaoline, montmorillonite) dan mordinite, minor calcite dan silisifikasi. Endapan
mineral yang sering ditemukan adalah travertine.

2.3.4. Tipe Tipe Alterasi

1.Tipe Alterasi Propylitic

Tipe alterasi ini mengubah batuan menjadi hijau, karena mineral baru terbentuk berwarna hijau. Mineral
tersebut adalah chlorite, actinolite dan epidote. Mineral tersebut terbentuk dari dekomposisi Fe Mg seperti
biotite, amphibole atau pyroxene, walaupun bisa tergantikan oleh feldspar. Alterasi jenis ini relative terjadi
pada low temperatures (temperatur rendah).

1. Tipe Alterasi Sericitic (Sericite)

Alterasi jenis ini mengubah batuan menjadi mineral sericite, merupakan mika putih yang sangat halus.
Alterasi jenis ini terbentuk oleh dekomposisi feldspar, sehingga menggantikan feldspar. Di lapangan,
kehadirannya pada batuan dapat dideteksi oleh kelembutan batu, seperti yang mudah digores. Terasa
berminyak ketika mineral ini banyak, dan warna putih, kekuningan, coklat keemasan atau kehijauan. Alterasi
jenis ini menunjukkan kondisi low Ph (acidic).

Perubahannya terdiri dari kuarsa + sericite disebut phyllic alterasi. Alterasi jenis ini terkait deposit phophyry
tembaga yang mungkin berisi cukup halus, pyrite yang disebarkan secara langsung terkait dengan peristiwa
perubahan.

2. Alterasi Tipe Potassic (Biotite, K Feldspar, Adularia)

Alterasi jenis ini relatif terjadi pada high temperature (temperatur tinggi) yang merupakan hasil pengayaan
potassium. Bentuk alterasi jenis ini terbentuk sebelum kristalisasi magma selesai, biasanya terbentuk kusutan
dan agak terputus putus oleh pola vein. Alterasi jenis ini bisa terjadi di lingkungan plutonic dalam, dimana
orthoclase akan terbentuk, atau daerah dangkal, lingkungan vulkanik dimana adularia terbentuk.

3. Tipe Alterasi Jenis Albitic (Albite)

Perubahan albitic membentuk albite atau sodic plagioclase. Hal ini mengidentifikasikan keberadaan
pengayaan Na. Tipe Alterasi ini juga terjadi pada High Temperature (temperatur tinggi). Kadang kadang
white mica paragonite (Na rich) bisa terbentuk juga.

4. Tipe Alterasi Jenis Silification (silifikasi kuarsa)


Merupakan proses penambahan silica (SiO2) sekunder. Silification salah satu tipe alterasi yang paling umum
terjadi dan dijumpai dalam bentuk yang berbeda beda. Salah satu bentuk yang paling sering dijumpai adalah
silica flooding, merupakan hasil pergantian batuan dengan microcrystallinequartz (chalcedony), porositas
besar dari batuan akan memfasilitasi proses ini. Selain itu bentuk dari silification adalah pembentukan rekahan
dekat spasi dalam jaringan atau stockworks yang berisi quartz. Silica flooding dan atau stockworks kadang
kadang hadir dalam wallrock sepanjang batas quartzvein (urat kuarsa). Silification dapat terjadi melalui
berbagai temperatur.

5. Tipe Alterasi Jenis Silication (Silicate Minerals +/- Quartz)

Silication merupakan terminologi umum untuk penambahan silica dengan bentuk berbagai mineral silika. Hal
ini berasosiasi dengan kuarsa. Seperti pembentukan biotite atau garnet dan juga tourmaline. Silication bisa
terjadi pada daerah berbagai temperatur. Contoh klastik pergantian limestone (calcium carbonate) dengan
mineral silicate berbentuk sebuah skarn, yang biasanya terjadi pada kontak intrusi batuan beku. Sebuah
subset khusus dari silication dikenal greisenization. Bentuk dari tipe batuan ini disebut greisens, yang
mana batuan ini terdiri dari parallel veins dari Quartz + Muscovite + mineral lain (seringnya tourmaline).
Parallel veins merupakan bentuk pada zona atap dari sebuah plutonik. Dengan veining yang intensif (banyak),
beberapa wallrocks bisa tergantikan sepenuhnya oleh mineral baru yang sama dengan pada sebuah vein.

6. Tipe Alterasi Jenis Carbonatization (Carbonate Minerals)

Merupakan terminologi umum untuk penambahan beberapa mineral karbonat. Umumnya calcite, ankerite,
dan dolomite. Carbonatization biasanya juga berasosiasi dengan penambahan mineral albite. Alterasi jenis ini
bisa terbentuk pola zonal sekeliling ore deposit dengan kaya akan besi (Fe).

7. Tipe Alterasi Jenis Alunitic (Alunite)

Alterasi jenis ini terkait dengan lingkungan sumber mata air panas. Alunite merupakan sebuah mineral
potassium aluminium sulfat yang cenderung membentuk ledges di beberapa daerah. Kehadiran alunite
didukung kondisi yang akan gas SO4, hal ini terjadi karena oksidasi mineral sulfide.

8. Tipe Alterasi Jenis Argillic (Clay Minerals)

Alterasi jenis ini memperkenalkan beberapa variasi dari mineral lempung seperti kaolinite, smectite, dan illite.
Alterasi jenis ini pada umumnya terbentuk pada low temperature (temperatur rendah) dan sebagian mungkin
terjadi pada kondisi atmospheric. Tanda tanda awal alterasi argillic adalah bleaching out (pemutihan)
feldspar. Subkategori special dari alterasi jenis ini adalah Advanced argillic. Kategori ini terdiri dari
kaolonite + quartz + hematite + limonite. Feldspar tercuci dan teralterasi menjadi sericite. Keberadaan alterasi
ini menunjukkan kondisi low ph (Highly acidic). Pada temperatur yang lebih tinggi, mineral pyrophilite
(White mica) terbentuk menjadi kaolinite.

9. Tipe Alterasi Jenis Zeolitic (Zeolite Minerals)

Alterasi jenis ini sering berasosiasi dengan lingkungan vulkanik tetapi bisa terjadi pada jarak yang jauh dari
lingkungan ini. Pada lingkungan vulkanik, mineral zeolite menggantikan matriks glass (kaca). Mineral zeolite
merupakan mineral yang terbentuk pada temperatur yang rendah, jadi mineral ini terbentuk selama tahap
redanya aktifitas vulkanik pada daerah dekat permukaan.

1. Tipe Alterasi jenis Serpentinization and Talc (Serpentine, Talc)

Tipe alterasi ini membentuk Serpentine, yang softness, waxy, kehijauan, dan massive. Tipe alterasi ini hanya
ditemukan ketika batuan asal adalah batuan mafic atau ultramafic. Tipe batuan ini relatif memiliki kandungan
besi dan magnesium yang banyak. Serpentine merupakan mineral yang terbentuk pada temperatur yang
rendah. Talc hampir sama dengan mineral serpentine, tetapi penampakkannya sedikit berbeda (pale to white).
Alterasi Talc mengindikasi sebuah konsentrasi magnesium yang tinggi selama proses kristalisasi terjadi.

1. Tipe Alterasi Jenis Oxidation (Oxide Minerals)

Merupakan pembentukan semua mineral oksidasi. Yang paling umum dijumpai adalah hematite dan limonite
(oksida besi), tetapi banyak jenis bisa terbentuk, tergantung kandungan metal di dalamnya. Sulfida
merupakan mineral yang sering terlapukkan dengan mudah karena rentan dengan oksidasi dan digantikan
oleh oksida besi. Oksida terbentuk dengan mudah pada permukaan atau dekat permukaan dimana oksigen
pada atmosfer lebih mudah tersedia. Temperatur oksidasi bervariasi. Ini bisa terjadi pada permukaan atau
kondisi atmosferik atau bisa terjadi pada low to moderate temperature dari fluidanya.

2.3.5. Klasifikasi Endapan Mineral

Pembentukan jebakan mineral terjadi/dikontrol oleh proses diferensiasi magma yang juga menghasilkan
komposisi batuan yang berbeda-beda.

Konsep pembentukan jebakan oleh Niggli :

1. Stadium Likwido Magmatis (T = > 600), terbentuk mineral tahap awal (sedikit unsur volatilnya, yaitu
silikat) dan logam, endapannya : Jebakan magmatis atau endapan ortomagmatik.

2. Stadium Pegmatik-Pneumatolitik (T = 600 -400), larutan sisa magma dgn unsur volatil meningkat
sehingga tekanan juga meningkat, membentuk endapan/jebakan pegmatik/pneumatolitik.

3. Stadium Hidrotermal (T = 450 -350/50), larutan sisa magma semakin encer tekanan juga menurun,
membentuk endapan/jebakan hidrotermal.

Adapun tipe endapan pada endapan mineral adalah:

Tipe Endapan Ortomagmatik

Terutama berasosiasi dengan batuan ultrabasa-basa, yaitu :

1. Kimberlite eclogit :Diamond, garnet.


2. Peridotite pyroxenite :cromite,platinum metals, chrysotile
asbestos, nikel copper sulphies.

3. Norit gabbro anorthosite : Titaniferous magnetite, ilmenite, native copper

Tipe Endapan Pegmatik

Endapan dari sisa larutan magma Pegmatik pneumatolitik yang kaya dari fase cair dengan sedikit gas H2O,
CO2, H3BO3, HCl dan HF, pada T = 600 550 dengan tekanan yang mulai meningkat. Menerobos batuan
sekitar dengan tekstur kasar, umum asosiasi dengan granit. Mineral gaunge : felspar, kuarsa, muskopit.
Mineral logam adalah timah, wolfram, molibden, tungsten, bismuth, Yttrium, thorium, dan lain lain. Struktur
endapan adalah butiran kasar yang intergrwoth, comb, banded atau crustified dengan replacement. Kadang-
kadang hadir non logam berharga adalah permata.

Tipe Endapan Pneumatolitik

Terbentuk dari larutan sisa yang kaya volatil (gas dan uap) dengan T = 550 -450. Endapan terbentuk dari
proses sulimasi volatil maupun hasil reaksi antara volatil dengan batuan yang diterobosnya (metasomatis
kontak Batemen, 1949) membentuk endapan logam dan non logam.

Logam terbentuk dua tahap :

1. Tahap pertama pada T tinggi terbentuk logam Magnetit, hematit, spinel, wolframit, scheelit, kasiterit
dan martit.

2. Tahap kedua pada T yang lebih rendah : Arsenopirit, pirit, pirotit, sfalerit, galena dan kalkopirit.

Mineral gaunge adalah wolastonit, augit, epidot, forsterit, skapolit, fluorit, topaz, turmalin, kalsit, dolomit,
felspar, flogopit, kuarsa. Struktur endapan dikontrol oleh struktur dan sifat batuannya, seperti proses pengisian
rekahan (cavity filling) dan umumnya diikuti proses kristalisasi, replacement dan alterasi.

Tipe Endapan Hidrotermal

Terbentuk dari larutan sisa magma yang sangat encer (kaya akan H2O, T = 350 100. Berdasarkan temperatur
dan kedalaman (Lindgren, 1933) dibedakan atas :

Hipotermal / Porphyri deposit, T = 300 500 C, P 3 10 km.

Mesotermal deposit, T = 200 300 C, P 1 4 km.


Epitermal deposit, T = 50 200 C, P 0.3 1.3 km.

Teletermal deposit, T < 50, P rendah (Shallow)

Xenotermal deposit, T tinggi sampai rendah, P rendah.

Gambar 2.3. Sistem Endapan Hidrotermal

Endapan hidrotermal banyak menghasilkan mineral-mineral logam (epitermal dan porfiri), terutama pada
magma seri kalk-alkali dan alkali.

Pembagian endapan logam dibedakan atas :


1. Logam mulia Au, Ag, kelompok Pt (PGM, platinum group metals).

2. Logam bukan besi Cu, Pb, Zn, Sn, Al (empat yang pertama dikenal dengan istilah logam dasar,
base-metals).

3. Besi dan logam campurannya Fe, Mn, Ni, Cr, Mo, W, V, dan Co.

4. Logam jarang Sb, As, Be, Cd, Mg, Hg, REE, Se, Ta, Te, Ti, Zr, dll.

5. Logam fisi (membelah) U, Th (Ra).

Untuk membentuk logam yang ekonomis dibutuhkan minimal 3x sirkulasi hidrotermal atau berumur 1 juta
tahun. Sebagai contoh tipe endapan porfiri Freeport 4 x intrusi, Batu Hijau 3x dan Bangka-Belitung 5x intrusi,
Selogiri 2x.

Tipe Endapan Ortomagmatik

Terutama berasosiasi dengan batuan ultrabasa-basa, yaitu :

1. Kimberlite eclogit : Diamond, garnet.

2. Peridotite pyroxenite : cromite, platinum metals, chrysotile, asbestos,


nikel copper sulphies.

3. Norit gabbro anorthosite : Titaniferousmagnetite, ilmenite, native copper.

BAB III
PROSES DAN STRUKTUR ENDAPAN MINERAL

3.1. Struktur Internal Bumi dan Tektonik Lempeng


Dipusat bumi terdapat inti yang berkedalaman 2900-6371 km. Terbagi menjadi dua macam yaitu inti luar dan
inti dalam. Inti luar berupa zat cair yang memiliki kedalaman 2900-5100 km dan inti dalam berupa zat padat
yang berkedalaman 5100-6371 km. Inti luar dan inti dalam dipisahkan oleh Lehman Discontinuity.
Dari data geofisika material inti bumi memiliki berat jenis yang sama dengan berat jenis meteorit logam yang
terdiri dari besi dan nikel. Atas dasar ini para ahli percaya bahwa inti bumi tersusun oleh senyawa besi dan
nikel. Pembagian lapisan struktur internal bumi dapat berdasarkan sifat kimia (atau komposisinya) ataupun
berdasarkan sifat fisiknya dapat dijelaskan seperti beikut:
1. Pembagian Lapisan bumi berdasar komposisi kimia
Kerak Benua (Continental Crust), 0,374% masa bumi, pada kedalaman 0-75 Km. Mengandung 0,554%
masa Mantel-kerak, merupakan bagian paling luar dari bumi yang tersusun oleh berbagai batuan. Merupakan
lapisan dengan densitas rendah (2,7 g/cm3) yang didominasi mineral-mineral kuarsa (SiO2) dan feldspar,
membentuk batuan berkomposisi granitik.
Kerak Samodera (Oceanic Crust), 0,099% masa bumi, dengan kedalaman 0-10 km. Lapisan ini
mengandung 0,147% masa mantel-kerak. Mayoritas kerak ini terbentuk karena aktifitas magmatisme-
volkanisme pada zona pemekaran. Sistem Punggungan Tengah Samodera, sebagai jaringan gunungapi
sepanjang 40.000 km, menghasilkan kerak samodera baru dengan kecepatan 17 Km3 /tahun, menutup lantai
samodera membentuk batuan berkomposisi basaltik (densitas 3,0g/cm3).
Mantel Atas (Upper Mantle), 10,3% masa bumi, kedalaman 10-400 km, mengandung 15,3% masa mantel-
kerak. Berdasarkan observasi fragmen yang berasal dari erupsi ngunungapi atau jalur pegunungan yang
tererosi, mineral utama pada mantel atas adalah Olivin (Mg,Fe)2SiO4 dan Piroksen (Mg,Fe)SiO3, membentuk
batuan ultra mafik (Peridotit).
Zona Transisi Mantel Bawah-Mantel Atas, 7,5% masa bumi, kedalaman 400-650 km. Zona transisi atau
Mantel Tengah atau secara fisik dikenal sebagai Mesosfer mengandung 11,1% masa mantel-kerak, merupakan
sumber magma basaltic. Juga mengandung kalsium (Ca), Aluminium (Al), dan garnet, merupakan kompleks
silikat mengandung Aluminium. Lapisan ini relative mempunyai densitas tinggi jika dingan, disebabkan
kandungan granetnya. Tetapi akan mudah mengapung atau ringan jika panas, karena mineral yang lebur akan
membentuk basalt, menerobos naik melewati mantel atas membentuk magma.

Gambar 3.1 gambar susunan internal bumi

Mantel Bawah (Lower Mantle), 49.2% masa bumi, kedalaman 650-2.890 km, 72,9% disusun oleh masa
mantel-kerak dengan komposisi terdiri dari silicon (Si), magnesium (Mg), dan oksigen (O). Sebagian
kemungkinan disusun oleh besi (Fe), kalsium (Ca), dan aluminium (Al). Para ahli membuat deduksi ini
berdasarkan asumsi bahwa proporsi dan jenis unsus pada bumi relative sama dengan meteorit primitive.
Inti Bumi, 32,5% masa bumi, kedalaman 2.890-6370 km. Lapisan ini didominasi oleh besi (Fe), juga
mengandung sekitar 10% sulfur (S) dan atau oksigen (O). Sulfur dan Oksigen menyebabkan lapisan ini
densitasnya sedikit lebih ringan dari leburan besi murni

3.1.1. Komposisi Kerak Bumi


Kerak bumi merupakan lapisan kulit bumi paling luar (permukaan bumi). Kerak bumi terdiri dari dua jenis,
yaitu kerak benua dan kerak samudra. Lapisan kerak bumi tebalnya mencapai 70 km dan tersusun atas batuan-
batuan basa dan masam. Namun, tebal lapisan ini berbeda antara di darat dan di dasar laut. Di darat tebal
lapisan kerak bumi mencapai 20-70 km, sedangkan di dasar laut mencapai sekitar 10-12 km. Lapisan ini
menjadi tempat tinggal bagi seluruh makhluk hidup. Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100C.
Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki ketebalan 5-80 km. kerak dengan mantel
dibatasi oleh Mohorovivic Discontinuity. Kerak bumi dominan tersusun oleh feldsfar dan mineral silikat
lainnya. Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si, Fe, Mg yang disebut sima. Ketebalan kerak
samudra berkisar antara 5-15 km (Condie, 1982)dengan berat jenis rata-rata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya
disebut lapisan basaltis karena batuan penyusunnya terutama berkomposisi basalt. Kerak benua, tersusun oleh
mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh karenanya di sebut sial. Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80
km (Condie !982) rata-rata 35 km dengan berat jenis rata-rata sekitar 2,85 gm/cc. kerak benua biasanya
disebut sebagai lapisan granitis karena batuan penyusunya terutama terdiri dari batuan yang berkomposisi
granit.
Disamping perbedaan ketebalan dan berat jenis, umur kerak benua biasanya lebih tua dari kerak samudra.
Batuan kerak benua yang diketahui sekitar 200 juta tahun atau Jura. Umur ini sangat muda bila dibandingkan
dengan kerak benua yang tertua yaitu sekitar 3800 juta tahun. Tabel Skala waktu geologi dapat dilihat di Skala
Waktu Geologi.
Seperti di sebutkan di atas,kerak bumi dibedakan menjadi kerak samudera yang berkomposisi basaltic dan
kerak benua yang berkomposisi granitic. Disamping adanya perbedaan komposisi batuan, kedua tipe kerak
tersebut juga mempunyai perbedan kadar unsur-unsur yang yang terdapat di dalamnya, walupun demikian
terdapat beberapa unsure yang mempunyai proporsi relative sama pada kedua kerak tersebut.
Tabel 2.1. Daftar kadsar beberapa logam penting di kerak bumi
Logam Granit (kerak benua) Diabas (kerak samudera) Kadar Dlm Kerak(%) Mining Grade(%)
Au/Emas 0.000 000 4 0.000 000 4 0.000 000 4 0.000 1
Ag/Perak 0.000 0055 0.000 008 0.000 007 0.008
Fe/Besi 1.37 7.76 5 25-55
Cu/Tembaga 0.0013 0.011 0.005 1
Pb/Timbal 0.0048 0.00078 0.0013 20-Apr
Zn/Seng 0.0045 0.0086 0.007 10-Apr
Ni/Nikel 0.0001 0.0076 0.0075 1.5-2,5
Cr/Krom 0.002 0.0114 0.01 30
Mn/Mangan 0.0195 0.128 0.09 35
Al/Aluminium 7.43 7.94 8.13 30
Sn/Timah 0.00035 0.00032 0.000 2 0.5-2
Hg/ Raksa 0.000 01 0.000 02 0.000 008 0,2-8
Mo/Molibdenum 0.000 65 0.000 057 0.000 15 0,01-0,6
W/wolfram 0.000 04 0.000 05 0.000 15 0,3-6 WO3
Pt/Platina 0.000 00019 0.000 00012 0.000 001 0,0003-0,0015
Si/Silikon 33.96 24.6 27.7
O/Oksigen 48.5 44.9 46.6
3.1.2. Tektonik Lempeng dan Mineralisasi
Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika bumi tentang pembentukan jalur
pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi dan cekungan endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh
pergerakan lempeng. Pada dasarnya teori tektonik lempeng adalah bahwa bumi yang padat ini terdiri dari
banyak lempengan yang pecah-pecah, yang merupakan pembalut keras bumi, yang terus bergerak mendorong,
menjauh, berpapasan, menggilas, mendidih tiada hentinya. Lempeng ini sedikitnya ada delapan lempeng yang
besar, delapan lempeng yang berukuran kecil, yang semuanya terus bergerak berarak-arak tiada henti hingga
kini. Teori semakin banyak diyakini setelah data dari berbagai dunia analisis, yang meyakinkan bahwa telah
terjadi pergerakan lempeng sejagad. Misalnya, pada saat batuan kuno di kepulauan Inggris diukur
kemagnetanya, tercatat penyimpangan sejauh 300 drajat dari kutub magnet sekarang. Pertanyaan timbul,
apakah kutub magnet bumi telah berpindah sejauh ini, ataukah kepulauan Inggris yang telah bergeser dari
waktu ke waktu hingga pada posisinya sekarang.
Menurut teori kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit yang sangat kuat dan relative dingin
yang mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat panas, atau bisa juga disamakan dengan pulau
es yang mengapung di atas air laut. Ada dua jenis kerak bumi yaitu kerak samudera yang tersusun oleh batuan
yang bersifat basa dan sangat basa, yang dijumpai pada samudera yang sangat dalam, dan kerak benua yang
tersusun dari batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera. Kerak bumi yang menutupi seluruh permukaan
bumi, namun akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenosfer menyebabkan kerak bumi ini
pecah menjadi bebrapa bagian yang lebih kecil yang disebut lempeng kerak bumi. Dengan demikian lempeng
dapat terdiri dari kerak benua, kerak samudera atau keduanya. Arus konveksi tersebut merupakan kekuatan
utama yang menyebabkan terjadinya pergerakan lempeng.
Pergerakan lempeng kerak bumi ada tiga macam, yaitu pergerakan yang saling mendekat, saling menjauh, dan
saling berpapasan. Pergerakan lempeng saling mendekati akan menyebabkan tumbukan dimana salah satu dari
lempeng akan menujam ke bawah. Daerah penujaman membentuk suatu palung yang dalam, yang biasa
merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dibelakang alur penujaman akan terbentuk rangkaian kegiatan
magmatic dan gunung api serta berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di Indonesia,
pertemuan antara kedua lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia menghasilkan jalur penujaman di
selatan pulau Jawa dan jalur gunung api Sumatera, Jawa dan Nusa tenggara, dan berbagai cekungan seperti
Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan cekungan Jawa Utara. Pergerakan lempeng saling
menjauh akan menyebabkan penipisan dan peregangan kerak bumi dan akibatnya terjadi pengeluaran material
baru dari mantel membentuk jalur magmatic atau gunung api. Contoh pembentukan gunung api di pematang
tengah samudera di laut Pasifik dan benua Afrika. Pergerakan saling berpapasan dicirikan ileh adanya sesar
mendatar yang besar seperti misalnya sesar besar San Andreas di Amerika.
Continental rifting dan Mid Oceanic Spreading dibentuk pada retakan lempeng, ketika magma bergerak naik
dari mantel menuju permukaan lantai samudra membentuk sekuen batuan ofiolit penampang tengah samudera,
sebagai lempeng baru. Lempeng baru yang terbentuk bergerak menjauhi sumbu pemekaran, makin lama
semakin dingin dan semakin tebal, hingga densitasnya semakin besar dan kemudian tenggelam membentuk
penunjaman (Subduction Zone), sehingga lempeng akan panas, hancur, menyebabkan terbentuknya leburan
sebagian pada mantel membentuk magma, dengan densitas rendah bergerak kembali ke permukaan
menbentuk rangkaian gunungapi.
Pergerakan lempeng seringkali juga menimbulkan pergeseran membentuk sesar mendatar besar (Transform
faults), juga diikuti oleh pembentukan magma.
Litosfer bumi dibagi menjadi delapan lempeng besar serta sekitar 24 lempeng kecil, yang bergerak di atas
lapisasn Astenosfer dengan kecepatan sekitar 5-10 cm/tahun. Kedelapan lempeng besar tersebut terdiri dari:
Lempeng Afrika (African Plate)
Lempeng Antartik (Antarctic Plate)
Lempeng Hindia-Australia (Indian-Australian Plate)
Lempeng Pasifik (Pasific Plate)
Lempeng Amerika Utara (North American Plate)
Lempeng Amerika Selatan (South American Plate)
Lempeng Nazca (Nazca Plate)
Batas-batas lempeng tektonik tersebut di atas, membentuk lingkungan tektonik yang beragam, secara umum
dikenal sebagai
1) Mid-oceanic ridge dan back arc rifting dan transform faults, yang membentuk batas lempeng konstruktif
2) Subduction zone, yang merupakan batas lempeng destruktif, menghasilkan island arcs dan active
continental margins
3) Oceanic intra-plate, menghasilkan oceanic island (hot spots)
4) Continental intra-plate, yang menghasilkan continental flood basalt dan continental rift zone
Tektonik Lempeng berperan besar dalam mengontrol terjadinya magmatisme, hidrotermal, dan volkanisme
pada lapisan kerak bumi. Sebagian besar proses pembentukan mineralisasi sangat terkait dengan proses
magmatisme dan hidrotermal atau pembentukan batuan. Oleh karena itu sangat penting memahami lempeng
tektonik, sebagai dasar untuk memahami adanya mineralisasi. Pada kenyataannya tektonik lempeng sangat
baik dalam menjelaskan karakteristik batuan beku dan asosiasi endapan mineral. Lebih dari 90% aktivitas
batuan beku yang sekarang ada terletak di dekat batas lempeng tektonik. Sehingga batas lempeng merupakan
tempat yang paling penting bagi penyebaran endapan mineral.
Keberadaan endapan bijih di dunia sebagian besar tersebar pada wilayah batas lempeng, terutama pada jalur
magmatisme-vulkanisme yang disebabkan subduksi lempeng. Sebagai contoh adalah batas wilayah lempeng
pasifik, yang membentuk busur kepulauan di bagian barat mulai dari Selandia Baru-Papua Nuegini-Indonesia-
Pilipina-Jepang dan busur magmatic kontinen di bagian timur mulai dari Chili-Amerika Serikat hingga
Kanada, yang dikenal sebagai Ring Of Fire, merupakan jalur mineralisasi yang sangat potensial.
Keberadaan endapan mineral yang signifikan di Indonesia, sebagian besar
berasosianya atau berada pada jalur busur magmatic, seperti endapan porfiri Cu-Au kompleks Grasberg-
Ertzberg yang berada pada busur irian Jaya Tengah, Endapan Cu-Au Batuhijau Sumbawa dan Endapan Au-Ag
Epitermal Pongkor yang berada pada busur Sunda-banda, Endapan Au Epitermal Kelian pada busur
Kalimantan Tengah, Endapan Au Sedimen Hosted Messel di busur Sulawesi Mindanau, Endapan Au epitermal
Gosowong yang berada pada busur Halmmahera, dan lain sebagainya. Jenis logam yang terkonsentrasi, pada
wilayah tertentu, sangat dikontrol oleh lingkungan tektoniknya. Sn, W,Mo, F, Nb umumnya dikontrol oleh
oleh keberadaan kerak kontinen, baik pada intra-continental hotspot, intra-continental rift zone, maupun pada
continental magmatic arcs. Cr, Ni,Pt, Cu dikontrol oleh kehadiran kerak samudera, diantaranya pada
pemekaran tengah samudera. Au, Ag,Cu paling sering hadir pada lingkungan tektonik busur kepulauan.

3.2. Bentuk Endapan Bijih


Kebanyakan endapan mineral terbentuk pada temperature yang sedang sampai temperature tinnggi berasosiasi
dengan batuan beku, dan asalnya sangat berhubungan dengan proses magmatik. Beberapa mineral bijih dapat
terakumulasi langsung dari proses difernsiasi magma: horizon dari kromit ditemukan dalam lapisan intrusi
mafic. Seperti di Bushfield, daerah di Afrika Selatan, sebagai contohnya. Lebihnya adalah endapan logam
yang dalam transportasinya dilakukan oleh air danterlarut dalam cairan dan suatu saat akam terakumulasi
menjadi suatu lapisan endapan yang kita temukan. Salah satu sumber air yang mengandung material residu
dari proses kristalisai magma. Sumber dari logam yang mungkin dari hujan meteorit atau air laut yang
bersirkulasi pada kedalaman yang tinggi atau didekat tubuh intrusi. Atau air yang terperangkap dalam suatu
formasi sediment. Atau sebagai volatile yang perpecah dari prose metamorfisme. Apapun sumber mereka
larutan yang memiliki temperatur hangat ini disebut fluida hidrotermal, dan mineral bijih yang
mungkinterendapka adalah mineral bijih hidrotermal.
Terkait dengan waktu pembentukan bijih dihubungkan dengan host rock nya, dikenal istilah singenetik dan
epigenetic. Singenetik diartikan bahwa bijih terbentuk relative bersamaan dengan pembentukan batuan, sering
merupakan bagian rangkaian stratigrafi batuan, seperti endapan bijih besi pada batuan sediment. Epigenetik,
kebalikan dengan singenetik, merupakan bijih yang terbentuk setelah host rock-nya terbentuk. Contoh
endapan epigenetic adalah endapan yang berbentuk urat (vein). Seperti dalam terminology batuan beku, juga
dikenal istilah tubuh bijih diskordan dan konkordan. Tubuh bijih diskordan, jika memotong perlapisan batuan,
sedangkan tubuh bijih konkordan jika relaqtif sejajar dengan lapisan batuan.

3.2.1. Tubuh Bijih Diskordan


Tubuh bijih tabulat mempunyai ukuran pada dua sisi yang memanjang, tetapi sisi ketiga relative pendek.
Bentuk tubuh bijih tabular, umumnya membentuk vein (urat) atau fissure -veins. Vein pada umumnya
mempunyai kedudukan miring, seperti pada sesar, pada bagian bawah dikenal sebagai footwall, sedangkan
bagian atasnya dikenal sebagai hanging wall (Gambar 3.1).

Gambar 3.2. Badan bijih yang berbentuk tabular berupa vein yang mengalami sesar normal.

Gambar tersebut memberikan gambaran tentang struktur pinch and swell yang membentuk urat. Ketiga pada
rekahan tersebut membentuk sesar normal, maka akan terbentuk ruang terbuka (dilatant zones), yang
memungkinkan fluida pembawa bijih masuk ke rongga tersebut dan membentuk urat. Vein pada umumnya
terbentuk pada system rekahan yang memperlihatkan keteraturan pada arah maupun kemiringan.
3.2.1.1. Tubuh Bijih Beraturan
Tubuh bijih ini, relative pendek pada dua dimensi , tetapi panjang pada sisi ketiganya. Pada posisi vertical atau
sub vertical tubuh ini dikenal sebagai pipa (pipes) atau chimneys, sedangkan pada posisi horizontal sering
digunakan istilah mantos. Terbentuknya tubuh bijih yang tubular, umumnya disebabkan oleh pelarutan
batuan induknya (host rocks), serta bijih yang berupa breksiasi. Beberapa tubuh bijih seringkali tidak
menerus, sehingga membentuk tubuh bijih yang disebut pod (podshaped orebodies).

Gambar 3.3. Memperlihatkan kenampakan breksi hidrotermal.


Gambar 3.4. Foto kiri memperlihatkan masif kalkopirit pirit-magnetit

3.2.1.2. Bentuk Tidak Beraturan


a. Endapan Sebaran (Disseminated Deposits)
Pada endapan sebaran (diseminasi), bijih tersebar pada tubuh batuan, seperti pada pembentukan mineral
asesori pada batuan beku. Pada kenyataannya bijih ini sering sebagai mieral asesori pada batuan beku.
Endapan bijih diseminasi juga banyak terbentuk pada sebagian besar perpotongan jaringan urat-urat halus
(veinlets), yang dikenal sebagai stockwork, juga di sepanjang urat halus atau pada pori batuan. Stock work
sebagian besar terbentuk pada tubuh intrusi berkomposisi intermediet sampai asam, tetapi juga dapat menerus
hingga pada batuan sampingnya.
b. Endapan Replacement (penggantian)
Beberapa endapan bijih terbentuk oleh proses replacement (penggantian) pada mineral atau batuan yang telah
ada, berlangsung pada temperature rendah hingga sedang. Replacement yang berlangsung pada temperature
tinggi, umum terbentuk terutama pada contak dengan intrusi yang berukuran besar hingga menengah.
Endapan ini sering dikenal atau popular sebagai endapan skarn. Tubuh bijih dicirikan oleh pembentukan
mineral-mineral calc-silicate seperti diopsit, wolastonit, andradidgrosularit garnet, maupun tremolit-aktinolit.

Gambar 3.5 Kiri, kenampakan magnetite veinlets pada endapan skarn Big Gossan.
3.2.2. Tubuh Bijih Korkordan
Konkordan adalah tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan batuan di sekitarnya. Tubuh bijih
konkordan dapat terbentuk secara singenetik , membentuk satu kesatuan stratigrafi dengan host rock-nya,
tetapi juga dapat terbentuk secara epigenetic, setelah batuan ada. Endapan konkordan umumnya terbentuk
pada batas batuan yang berbeda ,juga dapat terbentu dalam satu tubuh batuan; dapat batupasir, batugamping,
batuan lempungan, atau pada endapan vulkanik, kadang juga pada batuan plutonik atau metamorf.
Pada tubuh bijih konkordan, sebagian besar tubuh bijih relative parallel dengan bidang perlapisan, beberapa
bagian sering miring atau bahkan tegak lurus dengan bidang perlapisan. Pada batuan vulkanik, endapan dapat
terbentuk mengisi vesikuler pada tubuh lava basat yang umumnya membentuk outobreccia dan pada endapan
volcanogenic massive sulphide.
Endapan massive sulphide merupakan endapan yang penting dan lebih signifikan. Pada tubuh intrusi plutonik,
juga sering membentuk lapisan-lapisan mineral ekonomik seperti magnetit-ilmenit atau kromit. Pembentukan
ini disebabkan oleh gravitational settling atau liquid immicibility.

Gambar 3.6. Memperlihatkan tubuh bijih konkordan pada batuan sedimen

3.3. Proses Pembentukan Bijih


Tekstur bijih dapat bercerita banyak tentang genesa atau sejarah pembentukan bijih. Interpretasi genesa
mineral dari tekstur sangat sulit dan haruslah hati-hati. Ada tiga tekstur yang dikenal, yaitu tekstur open space
filling (infilling), tekstur replacement, serta exolution.
3.3.1. Tekstur Infilling (pengisian)
Proses pengisian umumnya terbentuk pada batuan yang getas, pada daerah dimana tekanan pada umumnya
relatif rendah, sehingga rekahan atau kekar cenderung bertahan. Tekstur pengisian dapat mencerminkan
bentuk asli dari pori serta daerah tempat pergerakan fluida, serta dapat memberikan informasi struktur geologi
yang mengontrolnya. Mineral-mineral yang terbentuk dapat memberikan informasi tentang komposisi fluida
hidrotermal, maupun temperatur pembentukannya.
Pengisian dapat terbentuk dari presipitasi leburan silikat (magma) juga dapat terbentuk dari presipitasi fluida
hidrotermal. Kriteria tekstur pengisian dapat dikenali dari kenampakan:
Adanya vug atau cavities, sebagi rongga sisa karena pengisian yang tidak selesai
Kristal-kristal yang terbentuk pada pori terbuka pada umumnya cenderung euhedral seperti kuarsa, fluorit,
feldspar, galena,sfalerit, pirit, arsenopirit, dan karbonat. Walupun demikian, mineral pirit, arsenopirit, dan
karbonat juda dapat terbentuk euhedral, walaupun pada tekstur penggantian.

Gambar 3.7. kenampakan Tekstur Infilling dilapan


Adanya struktur zoning pada mineral, sebagai indikasi adanya proses pengisian, seperti mineral andradit-
grosularit. Struktur zoning pada mineral sulit dikenali dengan pengamatan megaskopis.
Tekstur berlapis. Fuida akan sering akan membentuk kristal-kristal halus, mulai dari dinding rongga, secara
berulang-ulang, yang dikenal sebagai crustiform atau colloform. Lapisan crustiform yang menyelimuti
fragmen dikenal sebagai tekstur cockade. Apabila terjadi pengintian kristal yang besar maka akan terbentuk
comb structure. Pada umumnya perlapisan yang dibentuk oleh pengisian akan membentuk perlapisan yang
simetri.

Gambar 3.8. Gambar yang menunjukkan beberapa kenampakan tekstur pengisian. a) Vuggy atau rongga sisa
pengisian, b). Kristal euhedral, c). Kristal zoning, d). Gradasi ukuran Kristal, e). Tekstur crustiform, f). Tekstur
cockade, g). Tekstur triangular, h). Comb structure, i). Pelapisan simetris.
Kenampakan tekstur berlapis juga dapat terbentuk karena proses penggantian (oolitik, konkresi, pisolitik
pada karbonat) atau proses evaporasi (banded ironstone), tetapi sebagain besar tekstur berlapis terbentuk
karena proses pengisian.
Tekstur triangular terbentuk apabila fluida mengenap pada pori diantara fragmen batuan yang terbreksikan.
Kalau pengisian tidak penuh, akan mudah untuk mengenalinya. Pada banyak kasus, fluida hidrotermal juga
mengubah fragmen batuan secarara menyeluruh. Problemnya apabila mineral hasil pengisian antar fragmen
sama dengan mineral hasil ubahan pada fragmen (contoh paling banyak adalah silika pengisian dibarengi
silika penggantian). Walau demikian, pada tekstur pengisian umumnya memperlihatkan kenampakan berlapis
(tekstur cockade).

3.3.2. Tekstur Replacement (penggantian)


Proses ubahan dibentuk oleh penggantian sebagian atau seluruhnya tubuh mineral menjadi mineral baru.
Karena pergerakan larutan selalu melewati pori, rekahan atau rongga, maka tekstur penggantian selalu
perpasangan dengan tekstur pengisian Oleh karena itu mineralogi pada tekstur penggantian relative sama
dengan mineralogi pada tekstur pengisian, akan tetapi mineralogy pengisian cenderung berukuran lebih besar.
Berikut beberapa contoh kenampakan tekstur ubahan:
Pseudomorf, walaupun secara komposisi sudah tergantikan menjadi mineral baru, seringkali bentuk mineral
asal masih belum terubah
Rim mineral pada bagian tepi mineral yang digantikan
Melebarnya urat dengan batas yang tidak tegas
Tidak adanya pergeseran urat yang saling berpotongan
Mineral pada kedua dinding rekahan tidak sama
Adanya mineral yang tumbuh secara tidak teratur pada batas mineral lain.
Gambar 3.9 Gambar yang menunjukkan beberapa kenampakan tekstur penggantian (Guilbert dan Park, 1986).
Pseudomorf, bementit mengganti sebagian Kristal karbonat, Bornit mengganti pada bagian tepid an rekahan
kalkopirit, Digenit yang mengganti kovelit dan kalkopirit, memperlihatkan lebar yang berbeda
Gambar 3.10. Gambar yang menunjukkan beberapa kenampakan tekstur penggantian (Guilbert dan Park,
1986). Berturut-turut dari arah kiri:
a) Urat kalkopirit yang saling memotong, tidak memperlihatkan pergesaran
b) Komposisi mineral yang tidak simetris pada dinding rekahan
c) Kenampakan tumbuh bersama yang tidak teratur pada bagian tepi mineral

3.2.3. Tekstur Exolution (Eksolusi)


Mineral-mineral yang terbentuk sebagai homogenous solid-solution, pada saat temperatur mengalami
penurunan, komponen terlarut akan memisahkan diri dari komponen pelarut, membentuk tekstur exolution.
Kenampakan komponen (mineral) terlaut akan membentuk inklusi-inklusi halus pada mineral pelarutnya.
Inklusi-inklusi ini kadang teratur dan sejajar, kadang brlembar, kadang tidak teratur.

Gambar 3.11. Kanan: Memperlihatkan kenampakan foto mikroskopis tekstur penggantian mineral kovelit
pada bagian tepi mineral kalkopirit. Kiri: memperlihatkan kenampakan foto mikroskopis tekstur exolution
mineral kalkopirit pada tubuh sfalerit (perbesaran 40x. Lok. Ciemas).

Gambar 3.12. Beberapa kenampakan khas tekstur exolution pada mineral sulfide dan okksida (Evans, 1993).
a) Pemilahan mineral hematite dalam ilmenit
b) Exolution lembaran ilmenit dalam magnetit
c) Exolution butiran kalkopirit dalam sfalerit
d) Rim exolution pendlandit dari pirhotit
Adanya tekstur exolution menunjukkan adanya temperature pembentukannya yang relatit tinggi, sekitar 300-
600C.
Tabel 3.2. Beberapa contoh tekstur exolution mineral kalkopirit-stannit-sfalerit temperatur pembentukannya
(Evans, 1993)

3.3.4. Paragenesa Mineral


Definisi dan batasan paragenesa mineral, antara ahli yang satu dengan lainnya seringkali berbeda. Guilbert
dan Park (1986) mengartikan paragenesa sebagai himpunan mineral bijih, yang terbentuk pada kesetimbangan
tertentu, yang melibatkan komponen tertentu. Sedangkan beberapa penulis lain mengartikan paragenesa
sebagai urutan waktu relatif pengendapan mineral; berapa kali suatu pengendapan mineral telah terbentuk
(Park dan MacDiarmid, 1970; Taylor dkk., 1996).
Kronologi pengendapan mineral tersebut, oleh Guilbert dan Park (1986), disebut sebagai sikuen paragenesa.
Penulis mengartikan Paragenesa mineral sebagai kronologi pembentukan mineral, yang dibagi menjadi
beberapa stadia pembentukan. Batasan stadia sendiri juga sering menghasilkan banyak tafsiran. Secara umum
dapat diartikan sebagai kumpulan mineral yang terbentuk atau diendapkan selama aliran fluida berjalan
menerus (Taylor, 1998). Jika suatu aliran fluida berhenti dan kemudian terjadi aliran lain, maka dapat
diartikan terdapat dua stadia. Secara ilmiah tidak mungkin mengetahui atau membuktikan secara pasti adanya
ketidak-menerusan aliran fluida hidrotermal yang melewati suatu tempat. Dalam prakteknya pembagian stadia
dihitung dari berapa kali suatu batuan mengalami tektonik. Dengan anggapan setiap rekahan hasil tektonik
yang mengandung mineralisasi merupakan satu sikuen waktu relatif.
Untuk dapat menyusun paragenesa mineral (bijih) pada suatu tempat, perlu
dilakukan observasi overprinting pada sejumlah contoh batuan. Pengertian overprinting dapat diartikan
sebagai observasi tekstur pada sampel bijih untuk mengetahui bahwa satu mineral terbentuk lebih awal atau
lebih akhir dibanding mineral lain. Observasi overprinting merupakan bagian dari proses untuk menyusun
paragenesa mineral yang merupakan dasar untuk mengetahui apa yang terjadi pada suatu sistem hidrotermal.

3.3.5. Kriteria Overprinting


Secara teori kriteria overprinting cukup sederhana, akan tetapi relatif cukup rumit dalam prakteknya.
Pemahaman tekstur penggantian dan pengisian lebih dulu harus dipahami. Secara umum ada beberapa kriteria,
kriteria pertama adalah criteria yang paling mudah dipahami dan meyakinkan.
3.2.5.1. Kriteria Pertama (Confidence Building)
a) Mineral Superimposition
Fluida hidrotermal yang melewati rekahan yang terbuka, akan mengendapkan mineral, dimana satu mineral
menutup yang lain, membentuk sikuen pengisian (sequentian infill). Tekstur pengisian memberikan informasi
yang sangat berharga terkait dengan sikuen pengendapan mineral. Dalam satu stadia pengendapan, secara
ideal mineral yang terbentuk paling awal akan ditumpangi atau dilingkupi oleh pembentukan mineral
berikutnya.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan observasi overprinting dengan kriteria
sikuen pengisian, diantaranya:
Pada rongga (cavity) yang tidak terisi seluruhnya, akan mudah untuk mengetahui urutan sikuen
pengendapannya. Tetapi apabila seluruh rongga terisi penuh, kadang sedikit sulit untuk mengetahui mineral
mana yang terbentuk lebih dulu.
Pada urat yang membentuk perlapisan bagus, kadang terlihat suatu kristal yang terisolasi yang tidak
mengikuti perlapisan. Untuk kasus tersebut, penyelesaian dengan hanya satu sampel akan ada banyak
kemungkinan yang bisa disimpulkan. Oleh karena itu harus dilakukan pengamatan pada beberapa contoh lain,
untuk mengetahui sikuen yang sebenarnya dari kristal tersebut.
Rekahan atau rongga pada breksi akan diendapi mineral dalam jangka waktu yang panjang. Tidak ada
jaminan bahwa yang terlihat sebagai satu ikuen lapisan mewakili satu stadia pengendapan. Pada prinsispnya
sangat sulit untuk menyusun overprinting dari suatu lapisan/pengendapan yang menerus. Makin besar rongga
makin terbuka kesempatan untuk pengendapan berikutnya membentuk lapisan yang menerus. Walaupun
perekahan mungkin dapat terjadi dan memungkinkan hadir stadia baru, tetapi kenyataannya overprinting tidak
mudah teramati (rongga lebih sulit untuk pecah)
Untuk kasus seperti poin c), perbedaan tekstur dan besar butir yang mencolok, bisa digunakan untuk
menduga adanya overprinting. Bagian paling dalam dari suatu rongga (sikuen terakhir pengendapan) biasanya
sebagai kristal yang paling kasar. Sehingga jika terjadi perubahan ukuran kristal dari kasar ke halus,
kemungkinan merupakan stadia pengendapan yang berbeda.
Perbedaan temperatur pembentukan dari sangat tinggi ke rendah, juga bisa mengindikasinkan adanya stadia
yang berbeda.
b) Structural Superimposition
c) Urat-stockwork yang saling memotong
d) Breksiasi, fragmen yang termineralisasi awal di dalam komponen yang mengalami mineralisasi baru
Cross-cutting veins-stockworks merupakan kriteria overprinting yang paling jelas dan mudah menafsirkannya.
Pada umumnya proses perekahan akan mendukung terjadinya proses pengendapan mineral. Pengendapan
stadia kedua akan mengikuti perekahan stadia kedua, yang terlihat memotong rekahan pertama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
Pada sistem yang didominasi oleh silika, urat-urat halus silica yang tidak beraturan sering saling memotong.
Apabila tidak terlihat adanya pergeseran urat yang dipotong, akan sulit untuk menentukan urat mana yang
terbentuk lebih dulu.
Pada saat terjadi aliran fluida (sebelumnya sudah terbentuk lapisan), bisa terjadi perekahan baru yang
memotong dan menggeser lapisan yang telah ada. Jadi dalam kenyataan yang kita lihat (dari tekstur cross-
cutting) terdapat dua stadia, walaupun dua-duanya dibentuk dari fluida yang mengalir kontinyu.

3.2.5.2. Kriteria Kedua (Suspicion Arousing)


Struktur apapun yang telah mengalami mineralisasi, cenderung mengalami reaktivasi selama batuan kembali
mengalami perekahan. Sesar, urat, zona breksiasi cenderung membentuk bagian yang relatif lemah, mudah
rekah, sehingga fluida akan mudah melewatinya.
Sehingga sangat umum bahwa rangkaian mineralisasi berikutnya akan berada pada bagian yang sama dari
mineralisasi berikutnya, membentuk multistadia overprinting. Situasi seperti ini akan dicirikan oleh :
a) Ketidaksinkronan antara alterasi dan mineralisasi (proporsinya tidak umum).
Suatu urat halus yang memotong zona ubahan yang luas
Urat di dalam suatu batuan yang membentuk zona ubahan yang tidak simetri
Sikuen pengisian pada urat yang tidak simetri. Walaupun lapisan pada proses pengisian tidak harus simetri,
tetapi adanya perbedaan lapisan pada satu sisi perlu dicurigai
b) Konfigurasi alterasi yang tidak konsisten
Sangat umum terjadi, bahwa suatu zona alterasi meng-overprint alterasi yang telah ada sebelumnya. Jika pada
suatu tempat, alterasi kedua mengubah seluruh hasil alterasi pertama, sedang ditempat lain alterasi kedua
hanya mengubah sebagian alterasi pertama, maka akan terlihat adanya perbedaan zona alterasi. Sehingga,
kalau berjalan dari host rock ke arah zona urat, akan dijumpai perbedaan zona alterasi di beberapa bagian.
c) Alterasi pada batuan yang telah teralterasi
Sangat umum terjadi bahwa hasil alterasi masih memperlihatkan tekstur batuan yang telah teralterasi
sebelumnya. Mineral alterasi awal sering diganti sebagian oleh mineral alterasi berikutnya.

3.2.5.3. Kriteria Ketiga (Indirect Overprinting)


Pada banyak contoh inti bor, atau contoh batuan yang di-slab, sering memperlihatkan urat-urat halus yang
terpisah dengan himpunan mineral ubahan/pengisian yang satu sama lain sangat berbeda. Kehadiran dua atau
lebih himpunan mineral pada tempat yang berbeda, menunjukkan adanya dua atau lebih stadia mineralisasi,
tetapi sulit mengetahui mana yang lebih dulu terbentuk. Perbedaan kristal yang mencolok pada sikuen
pengisian juga dapat dijadikan indikasi adanya stadia yang berbeda, setidaknya ada perbedaan atau perubahan
kondisi kimia dan fisik.

3.2.5.4. Kriteria Ke-empat (Indirect Overprinting-Temperature Inference)


Sebagian besar sikuen paragenetik memperlihatkan kecenderungan adanya penurunan temperatur. Stadia awal
umumnya terbentuk pada temperatur yang relative lebih tinggi. Himpunan mineral yang mengandung biotit
secara normal terbentuk pada temperatur lebih tinggi dengan himpunan yang mengandung mineral lempung.
Bukan berarti apabila didapati asosiasi biotit dengan mineral lempung dapat diartikan bahwa biotit terbentuk
lebih dulu dibanding mineral lempung. Tetapi paling tidak criteria temperatur dapat digunakan untuk
membantu memilahkan stadia satu dengan lainnya.

BAB IV
TIPE PORFIRI

4.1. Endapan Porfiri

Porphyry adalah endapan tembaga tembaga orebodies yang terkait dengan porfiritik mengganggu batu dan
cairan yang menyertai mereka selama masa transisi dan pendinginan dari magma ke batu. Sirkulasi air bawah
tanah permukaan atau cairan dapat berinteraksi dengan cairan plutonik. Amplop penerus dari perubahan
hidrotermal biasanya menyertakan inti mineral bijih disebarluaskan sering stockwork membentuk garis rambut
patah tulang-dan vena. Porfiri orebodies biasanya berisi antara 0,4 dan 1% tembaga dengan jumlah yang lebih
kecil dari logam lain seperti molibdenum , perak dan emas.

Alterasi hidrotermal sangat luas baik untuk ukuran cebakan dan berada di sekitar urat-urat dan rekahan. Pada
beberapa cebakan porfiri, zona alterasi pada cebakan terdiri dari bagian dalam zona potasik dicirikan oleh
biotite dan / atau K-feldspar ( amphibole magnetit anhydrite) dan zona luar alterasi propilitik yang terdiri
dari kuarsa, klorit, epidote, kalsit, dan lokal albite berasosiasi dengan pirit. Zona alterasi filik (kuarsa +
sericite + pirit) dan alterasi argillik (kuarsa + illite + kaolinit pirit smectite montmorillonite kalsit) bisa
menjadi zona antara zona potasik dan propilitik, bisa juga tak beraturan dan tabular, zona yang lebih muda
menindih alterasi dan kumpulan mineral yang lebih tua (misalnya, Ladolam; Moyle et al., 1990).

Zona sulfida ekonomis sangat erat berkaitan dengan alterasi potasik, seperti ditunjukkan oleh Carson dan
Jambor (1974) pada sejumlah cebakan porfiri Cu dan Cu-Mo. Alterasi sodic (utamanya albite sekunder)
berasosiasi alterasi potasik pada beberapa cebakan porfiri Cu-Au seperti pada Copper Mountain dan Ajax,
British Columbia (Preto, 1972; Barr et al., 1976; Ross et al., 1995).
Sebagian alterasi albitik tumpang tindih dengan alterasi potasik dan Cu di bagian utara cebakan Ingerbelle di
Copper Mountain; pada cebakan Ajax, Cu kadar tinggi terbentuk dekat, tapi bukan di dalam, batuan alterasi
albitik yang intens. Eaton dan Setterfield (1993) menunjukkan bahwa cebakan porfiri Cu Nasivi 3 porphyry
di tengah-tengah kaldera shoshonitik Tavua bersebelahan dengan tambang epitermal Emperor Au di Fiji, berisi
albitik, inti Cu berada di sekitar tepian alterasi propilitik dan menempati alterasi filik yang lebih muda.
Alterasi sodic-calcic (oligoclase + kuarsa + sphene + apatit actinolite epidote) yang berada di bagian
bawah zona di bawah alterasi seperti potasik pada cebakan porfiri Cu Yerington dan Ann-Mason, Nevada
(Carten, 1986; Dilles dan Einaudi, 1992).
Alterasi mineralogi dikontrol oleh sebagian komposisi batuan induk. Pada batuan yang mafic dengan besi dan
magnesium yang signifikan, biotite, hornblende adalah mineral alterasi yang dominan pada zona alterasi
potasik, sedangkan K.feldsfar dominan di batuan yang lebih felsic.

Pada batuan yang karbonatan, mineral calc-silikat seperti garnet dan diopside berlimpah. Alterasi mineralogi
juga dikontrol oleh sistem komposisi mineralisasi. Pada lingkungan yang lebih oksida, mineral seperti pirit,
magnetit ( bijih besi) dan anhydrite sangat umum, sedangkan pyrrhotite hadir dalam lingkungan yang kurang
oksida. Sistem kaya-fluorine seperti yang berhubungan dengan banyak cebakan porfiri Sn dan W Mo,
beberapa cebakan porfiri Mo, umumnya mengandung mineral-mineral pembawa fluorine sebagai bagian dari
kumpulan alterasi.

Pada Mount Pleasant, sebagai contoh, alterasi potasik jarang dan laterasi utama berasosiasi dengan cebakan
W-Mo yang terdiri dari kuarsa, topaz, fluorit dan sericite, dan di sekitar alterasi propilitik terdiri dari klorit +
sericite (Kooiman et al., 1986). Seperti halnya alterasi pada cebakan Sn kadar rendah di Australia (misalnya,
Ardlethan) nilai kadar keluar dari zona tengah kuarsa + topaz ke zona klorit sericite dan karbonat (Scott,
1981). Siems (1989) berpendapat bahwa alterasi lithium silicate (mis. mica kaya-lithium dan tourmaline) yang
menyertai Sn, W dan Mo pada beberapa granit yang terkait dengan cebakan, adalah analogi perubahan potasik
pada cebakan porfiri Cu dan Au.

Alterasi pilik tidak hadir pada semua cebakan porfiri. Pada banyak cebakan dimana mereka hadir,
bagaimanapun alterasi pilik berada di atas kumpulan alterasi potasik awal (Carson dan Jambor, 1979). Pada
Chuquicamata di Chili, misalnya, zona yang intens alterasi pilik meluas sampai ke dalam inti cebakan dan
menindih alterasi potasik awal dan sejumlah kecil asosiasi sulfida Cu dengan kadar Cu rendah. Zona plik ini
mengandung kadar lebih tinggi daripada rata-rata kadar Cu dan berasosiasi dengan arsen-pembawa Cu dan
Molybdenite.
Endapan porfiri adalah suatu endapan primer (hipogen) yang berukuran relatif besar dengan kadar rendah
sampai medium, Pada umumnya dikontrol oleh struktur geologi, Secara spasial dan genetik berhubungan
dengan intrusi porfiritik felsik sampai dengan intermediet.

Pertambangan pertama dari endapan tembaga porfiri kelas rendah dari lubang terbuka besar kira-kira
bertepatan dengan diperkenalkannya uap sekop, pembangunan rel kereta api, dan meningkatnya permintaan
pasar dekat awal abad ke-20. Beberapa tambang mengeksploitasi deposit porfiri yang mengandung emas yang
cukup atau molybdenum, tetapi sedikit atau tidak ada tembaga.

Porphyry tembaga endapan saat ini sumber terbesar bijih tembaga. Sebagian besar porphyrys diketahui
terkonsentrasi di Selatan barat dan Amerika Utara dan Asia Tenggara dan Oceana sepanjang Pacific Ring of
Fire , Karibia, Eropa tengah dan selatan daerah sekitar Turki timur; tersebar daerah di Cina, Timur Tengah,
Rusia, dan negara-negara CIS, dan Australia timur.

Hanya sedikit yang di identifikasi di Afrika, di Namibia dan Zambia tidak ada yang dikenal di Antartika.
Konsentrasi terbesar dari porphyrys tembaga terbesar di Chili. Hampir semua tambang mengeksploitasi
deposit porfiri besar menghasilkan dari lubang terbuka.

Karakteristik endapan tembaga porfiri termasuk:

Para orebodies berhubungan dengan beberapa intrusi dan retas dari diorit untuk kuarsa monzonite
komposisi dengan tekstur porfiritik.

Breksi zona dengan atau secara lokal bulat fragmen sudut yang umumnya terkait dengan intrusives.
Mineralisasi sulfida biasanya terjadi antara atau dalam fragmen.

Endapan biasanya memiliki luar epidot klorit perubahan zona mineral.

Sebuah kuarsa serisit zona biasanya terjadi perubahan lebih dekat ke tengah dan dapat mencetak di
atas.
Sebuah zona potasik pusat sekunder biotit dan orthoclase alterasi umumnya terkait dengan sebagian
besar bijih.

Fraktur sering diisi atau dilapisi dengan sulfida, atau oleh kuarsa urat dengan sulfida. Erat fraktur spasi
beberapa orientasi biasanya dikaitkan dengan bijih kelas tertinggi.

Bagian atas endapan tembaga porfiri dapat dikenakan supergen Ini melibatkan logam di bagian atas
yang dilarutkan dan dibawa turun ke bawah meja air, di mana mereka presipitat.

Porphyry tembaga endapan biasanya ditambang oleh lubang terbuka metode.

Contoh endapan tembaga porfiri :


La Caridad , Sonora , Mexico

Dizon, Philippines

Batong-Buhay, Baguio, Philippines

Carmen, Atlas, Cebu, Philippines

Basay, Negros Oriental , Philippines.

Type tambang Grasberg, pada> 3 miliar ton pada 1 ppm Au, merupakan salah satu terbesar di dunia
dan kekayaan simpanan porfiri jenis apapun.

Papua Nugini :

Tembaga bukan hanya logam yang terjadi di endapan porfiri. ada juga endapan ditambang bijih porfiri
terutama untuk molibdenum, banyak yang mengandung tembaga yang sangat kecil. contoh endapan
molibdenum porfiri adalah Climax, urad, dan Henderson endapan di pusat Colorado, dan Questa deposit di
utara New Mexico. US Geological Survey telah diklasifikasikan dalam Chorolque dan Catavi endapan timah
di Bolivia merupakan endapan porfiri timah. Beberapa endapan tembaga porfiri di lingkungan kerak
samudera, seperti yang di Filipina, Indonesia, dan Papua New Guinea, cukup kaya emas yang mereka disebut
emas-tembaga porfiri endapan.

4.2. Jenis Endapan

Alterasi pilik tidak hadir pada semua cebakan porfiri. Pada banyak cebakan dimana mereka hadir,
bagaimanapun alterasi pilik berada di atas kumpulan alterasi potasik awal (Carson dan Jambor, 1979). Pada
Chuquicamata di Chili, misalnya, zona yang intens alterasi pilik meluas sampai ke dalam inti cebakan dan
menindih alterasi potasik awal dan sejumlah kecil asosiasi sulfida Cu dengan kadar Cu rendah. Zona plik ini
mengandung kadar lebih tinggi daripada rata-rata kadar Cu dan berasosiasi dengan arsen-pembawa Cu dan
Molybdenite.
Endapan porfiri adalah suatu endapan primer (hipogen) yang berukuran relatif besar dengan kadar rendah
sampai medium.

Pada umumnya dikontrol oleh struktur geologi, Secara spasial dan genetik berhubungan dengan intrusi
porfiritik felsik sampai dengan intermediet.
1. Sub-tipe endapan porfiri

1. a) Endapan Porfiri Cu ( Au, Mo, Ag, Re, PGE)

2. b) Endapan Porfiri Cu-Mo ( Au, Ag)

3. c) Endapan Porfiri Cu-Mo-Au ( Ag)

4. d) Endapan Porfiri Cu-Au ( Ag, Mo)

5. e) Endapan Porfiri Mo ( W, Sn)

6. f) Endapan Porfiri Sn ( W, Mo, Ag, Bi, Cu, Zn, In)

7. Jenis mineral

a). Porfiri tembaga


Chalcopyrite, Pyrite, Chalcocite, Bornite, Molybdenite, Galena, Magnetite, Gold, Copper.

b). Porfiri timah Arsenopyrite, Frankeite, Pyrrhotite, Sphalerite, Chalcopyrite, Galena,


Stannite,FluoriteTetrahedrite-Tennantite, Sheelite.

4.3. Tipe Alterasi

Tipe mesotermal terbentuk pada temperatur dan tekanan menengah, dan bertemperatur > 300oC (Lindgren,
1922 dalam Corbett dan Leach, 1996). Kandungan sulfida bijih terdiri dari kalkopirit, spalerit, galena,
tertahidrit, bornit, dan kalkosit. Mineral penyerta terdiri dari kuarsa, karbonat (kalsit, siderit, rodokrosit), dan
pirit. Mineral alterasi terdiri dari serisit, kuarsa, kalsit, dolomit, pirit, ortoklas, dan lempung.

Tipe epitermal terbentuk di lingkungan dangkal dengan temperatur < 300oC, dan fluida hidrotermal
diinterpretasikan bersumber dari fluida meteorik. Endapan tipe ini merupakan kelanjutan dari sistem
hidrotermal tipe porfiri, dan terbentuk pada busur magmatik bagian dalam di lingkungan gunungapi kalk-
alkali atau batuan dasar sedimen (Heyba et al., 1985 dalam Corbett dan Leach, 1996).
Menurut Lindgren, 1933 faktor yang mengontrol terkonsentrasinya mineral mineral logam (khususnya
emas) pada suatu proses mineralisasi dipengaruhi oleh adanya :

1. Proses diferensiasi, pada proses ini terjadi kristalisasi secara fraksional (fractional crystalization),
yaitu pemisahan mineral-mineral berat pertama kali dan mengakibatkan terjadinya pengendapan
kristal-kristal magnetit, kromit dan ilmenit. Pengendapan kromit sering berasosiasi dengan
pengendapan intan dan platinum. Larutan sulfida akan terpisah dari magma panas dengan
membawa mineral Ni, Cu, Au, Ag, Pt, dan Pd.

2. Aliran gas yang membawa mineral-mineral logam hasil pangkayaan dari magma, pada proses ini,
unsur silika mempunyai peranan untuk membawa air dan unsur-unsur volatil dari magma. Air
yang bersifat asam akan naik membawa CO2, N, senyawa S, fluorida, klorida, fosfat, arsenik,
senyawa antimon, selenida dan telurida. Pada saat yang bersamaan mineral logam seperti Au, Ag,
Fe, Cu, Pb, Zn, Bi, Sn, Tungten, Hg, Mn, Ni, Co, Rd dan U akan naik terbawa larutan.

Komponen-komponen yang terbawa dalam aliran gas tersebut berupa sublimat pada erupsi vulkanik dekat
permukaan dan membentuk urat hidrotermal atau terendapkan sebagai hasil penggantian (replacement
deposits) di atas atau di dekat intrusi batuan beku.

4.4. Tektonik Setting

Epithermal Low Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem geothermal yang didominasi oleh air klorit dengan
pH near-neutral, dimana terdapat kontribusi dominan dari sirkulasi air meteorik yang dalam dan mengandung
CO2, NaCl, and H2S. Tectonic Setting Vulcano-plutonic arcs (busur kepulauan/benua) yang berasosiasi
dengan zona subduksi.

Umumnya endapan epithermal di Western Pacific terbentuk pada Miocene Akhir-Pliocene Quarternary,
sedangkan di Western America berumur relatif lebih tua (Cretaceous Awal Miocene Akhir).

Endapan emas epithermal umumnya terjebak dalam batuan volkanik, setempat pada batuan volcanogenic
sedimentary rocks dan kadang-kadang pada basement. Pada beberapa lokasi, mineralisasi epithermal
berasosiasi dengan porfiri Cu-Au.

Jenis mineral

Endapan Ag-Sn, Arsenopyrite, Frankeite, Pyrrhotite, Sphalerite, Chalcopyrite, Stannite, Galena, Goldfieldite,
Cassiterite, Tetrahedrite-Tennantite Endapan Ag-Au-Cu, Pyrite, Chalcopyrite, Galena, Enargite, Luzonite,
Covelite, Famatinite, Sphalerite, Tetrahedrite- Tennantite, Freibergite, Gold, Silver, Elektrum.

Alterasi Hydrothermal

Endapan Ag-Sn
Silisification (silicainter)

Advanced argillic

Sericitization

Tourmalinization

Endapan Au-Ag-Cu

Silisification

Advanced argillic

Sericitization

Potassic

Struktur vein

Low Sulphidation

Neutral pH, meteoric

Open-spaces vein : sangat dominant.

Stockwork : umum dijumpai.

Disseminated : minor (jarang).

Replacement : minor.

High Sulphidation

Acid pH, magmatic

Disseminated : sangat dominan.

Replacement ore : umum dijumpai.

Veins : jarang dan bersifat lokal.

Stockwork : minor.
4.5. Fluida Bijih

Larutan hidrotermal adalah cairan bertemperatur tinggi (100 500o C) sisapendinginan magma yang mampu
merubah mineral yang telah ada sebelumnya danmembentuk mineral-mineral tertentu. Secara umum cairan
sisa kristalisasimagma tersebutbersifat silika yang kaya alumina, alkali dan alkali tanah yang mengandung air
dan unsur-unsur volatil (Bateman, 1981).

Larutan hidrotermal terbentuk pada bagian akhir dari sikluspembekuan magma dan umumnya terakumulasi
pada litologi dengan permeabilitas tinggiatau pada zona lemah. Interaksi antara larutan hidrotermal dengan
batuan yang dilaluinya (wall rocks) akan menyebabkan terubahnya mineral primer menjadi mineral sekunder
(alteration minerals). Proses terubahnya mineral primer menjadi mineral sekunder akibatinteraksi batuan
dengan larutan hidrotermal disebut dengan proses alterasi hidrotermal.

4.6. Kontrol Mineralisasi

Endapan porfiri terbentuk dan berhubungan erat dengan intrusi-intrusi epizonal dan mesozonal. Pada intrusi
felsik dicirikan dengan keberadaan tekstur-tekstur tertentu, seperti comb-quartz. Hubungan yang erat antara
aktivitas magma dan mineralisasi hidrothermal dicirikan dengan keberadaan mineral-mineral pada intrusi dan
breksi hydrothermal.

Karakteristik Mineralisasi dalam skala endapan bijih (ore deposits), beberapa tipe mineralisasi berupa veins,
vein sets, stockworks, fractures, crackled zones and breccia pipes pada umumnya berasosiasi dengan
struktur. Secara regional, suatu kompleks endapan porfiri yang memiliki nilai ekonomis biasanya dicirikan
oleh tingginya tingkat kerapatan mineralized veins and fractures.

Jumlah/konsentrasi veinlets tersebut akan semakin besar dengan bertambahnya permeabilitas batuan induk
(host rock) sepanjang berlangsungnya proses mineralisasi. Komposisi mineralogi suatu endapan porfiri secara
umum cukup bervariasi. Kehadiran pirit (FeS2) sebagai mineral sulfida yang dominan dapat mencirikan
endapan porfiri Cu, Cu-Mo dan Cu-Au (Ag), yang menunjukkan tingginya porsi sulfur yang terdapat dalam
endapan. Sebaliknya, pada endapan porfiri Sn, W dan Mo akan memperlihatkan kandungan sulfur dan
mineral-mineral sulfida yang rendah.

4.7. Karateristik Mineralisasi

Dalam skala endapan bijih (ore deposits), beberapa tipe mineralisasi berupa veins, vein sets, stockworks,
fractures, crackled zones dan breccia pipes pada umumnya berasosiasi dengan struktur. Secara regional,
suatu kompleks endapan porfiri yang memiliki nilai ekonomis biasanya dicirikan oleh tingginya tingkat
kerapatan mineralized veins dan fractures. Jumlah/konsentrasi veinlets tersebut akan semakin besar dengan
bertambahnya permeabilitas batuan induk (host rock) sepanjang berlangsungnya proses mineralisasi.
Komposisi mineralogi suatu endapan porfiri secara umum cukup bervariasi. Kehadiran pirit (FeS2) sebagai
mineral sulfida yang dominan dapat mencirikan endapan porfiri Cu, Cu-Mo dan Cu-Au (Ag), yang
menunjukkan tingginya porsi sulfur yang terdapat dalam endapan. Sebaliknya, pada endapan porfiri Sn, W
dan Mo akan memperlihatkan kandungan sulfur dan mineral-mineral sulfida yang rendah, dimana kehadiran
mineral- mineral oksida akan lebih dominan.

4.8. Zona Alterasi

Endapan Porfiri adalah endapan mineral yang terjadi akibat suatu intrusi yang bersifat intermedier-asam,
yang kemudian terjadi kontak dengan batuan samping yang mengakibatkan terjadinya mineralisasi. Porfiri
bersifat epigenetik. Produk utama dari Porfiri adalah Cu-Au atau Cu-Mo. Porfiri terbentuk dari beberapa
aktifitas intrusi, terdiri dari kumpulan dike dan breksi intrusi. Mineralisasi terjadi akibat alterasi batuan
samping, disseminated dan stockwork mineralization. Alterasi yang terjadi pada host rock intensif dan ektensif
akibat dari fluida hidrotermal yang terbentuk. Pada dasarnya endapan porfiri mempunyai tonnase yang besar
dan grade yang kecil.

Endapan Porfiri adalah endapan penghasil tembaga (Cu) terbesar, lebih dari 50 %. Endapan porfiri umumnya
terbentuk pada jalur orogenik, contohnya pada lingkar Pasifik. Contoh endapan ini di Indonesia, terdapat di
Grassberg, Selogiri-Wonosari
Gambar 4.2 Pembentukan zona alterasi

Lowell-Guibert membagi endapan porfiri menjadi beberapa zona bedasarkan asosiasi mineralnya, yaitu :

Potassic Zone selalu hadir dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: K-felspar sekunder, biotit, dan atau
klorit yang menggantikan K-felspar.

Phyllic Zone tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: vein quartz,
sericiteand pyrite and minor chlorite,illite dan rutile menggantikan K-spar and biotite.

Argillic Zone tidak selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: mineral lempung kaolinite dan
montmorillonite dengan sedikit disseminated pirit. Plagioclase teralterasi kuat, K-spar tidak
terpengaruh, dan biotit mengalami kloritisasi.

Propylitic Zone selalu ada dalam endapan porfiri. Dicirikan oleh: klorit, kalsit dan minor epidote.
Mineral mafik terubah sangat kuat sedangkan plagioklas sedikt terubah.

Sedangkan berdasarkan mineral bijihnya, endapan porfiri dibagi menjadi beberapa zona, yaitu:

Inner Zone bersamaan dengan zona alterasi potasik. Mengandung sedikit sulfida, tapi paling banyak
mengandung Molybdenum. Pyrite 2-5% dan rasio py/cp sekitar 3:1. Mineralisasi lebih
banyak disseminateddaripada stockwork.

Ore Zone berada pada perbatasan zona potasik dan filik. Pyrite 5-10% dan rasio py/cp sekitar
2.5:1.Mineral bijih utama: chalcopyrite yang hadir sebagai stockwork

Pyrite Zone lebih banyak terdapat pada zona filik dan argilik. Kandungan pirit tinggi (10-15%) dan
rasio py/cp sekitar 15:1. Mineralisasi hadir sebagai urat dan disseminasi.

Outer Zone hadir bersamaan dengan propylitic zone. Pyrite minor, dan mineralisasi copper sangat
jarang. Sphalerite dan galena sangat umum dijumpai, tapi biasanya sub-ore grade. Mineralisasi hadir
berupa vein sebenarnya (mirip vein epithermal).

Batuan dinding (wall rock/country rock) adalah batuan di sekitar intrusi yang melingkupi urat, umumnya
mengalami alterasi hidrotermal. Derajat dan lamanya proses alterasi akan menyebabkan perbedaan intensitas
alterasi dan derajat alterasi (terkait dengan stabilitas pembentukan). Stabilitas mineral primer yang mengalami
alterasi sering membentuk pola alterasi ( style of alteration ) pada batuan ( Pirajno, 1992, dalam Sutarto,
2004 ).

Pada kesetimbangan tertentu, proses hidrotermal akan menghasilkan kumpulan mineral tertentu yang dikenal
sebagai himpunan mineral ( mineral assemblage ) (Guilbert dan Park, 1986, dalam Sutarto, 2004). Setiap
himpunan mineral akan mencerminkan tipe alterasi ( type of alteration ). Satu mineral dengan mineral tertentu
sering kali dijumpai bersama ( asosiasi mineral ), walaupun mempunyai tingkat stabilitas pembentukan yang
berbeda, sebagai contoh klorit sering berasosiasi dengan piroksen atau biotit.

BAB V

TIPE EPITHERMAL

5.1. Asosiasi Geokimia

Endapan epitermal didefinisikan sebagai salah satu endapan dari sistem hidrotermal yang terbentuk pada
kedalaman dangkal yang umumnya pada busur vulkanik yang dekat dengan permukaan (Simmons et al, 2005
dalam Sibarani, 2008). Penggolongan tersebut berdasarkan temperatur (T), tekanan (P) dan kondisi geologi
yang dicirikan oleh kandungan mineralnya. Secara lebih detailnya endapan epitermal terbentuk pada
kedalaman dangkal hingga 1000 meter dibawah permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200)0 C
dengan tekanan tidak lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).

Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena jarang terjadi. Tekstur yang
banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau berupa fissure vein. Sedangkan struktur khasnya adalah berupa
struktur pembungkusan (cockade structure). Asosiasi pada endapan ini berupa mineral emas (Au) dan perak
(Ag) dengan mineral penyertanya berupa mineral kalsit, mineral zeolit dan mineral kwarsa. Dua tipe utama
dari endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada
sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya.

Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali mencapai permukaan, terutama
ketika fluida hydrothermal muncul (erupt) sebagai geyser dan fumaroles. Banyak endapan mineral epithermal
tua menampilkan fossil roots dari sistem fumaroles kuno. Karena mineral-mineral tersebut berada dekat
permukaan, proses erosi sering mencabutnya secara cepat, hal inilah mengapa endapan mineral epithermal tua
relatif tidak umum secara global. Kebanyakan dari endapan mineral epithemal berumur Mesozoic atau lebih
muda.

Terdapat suatu kelompok unsur-unsur yang umumnya berasosiasi dengan mineralisasi epitermal, meskipun
tidak selalu ada atau bersifat eksklusif dalam sistem epitermal. Asosiasi klasik unsur-unsur ini adalah: emas
(Au), perak (Ag), arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), thallium (Tl), dan belerang (S). Dalam endapan
yang batuan penerimanya karbonat (carbonat-hosted deposits), arsen dan belerang merupakan unsur utama
yang berasosiasi dengan emas dan perak (Berger, 1983), beserta dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram
(W), molybdenum (Mo), mercury (Hg), thallium (Tl), antimon (Sb), dan tellurium (Te); serta juga fluor (F)
dan barium (Ba) yang secara setempat terkayakan.

Dalam endapan yang batuan penerimanya volkanik (volcanic-hosted deposits) akan terdapat pengayaan unsur-
unsur arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), dan thallium (Tl); serta logam-logam mulia (precious metals)
dalam daerah-daerah saluran fluida utama, sebagaimana asosiasinya dengan zona-zona alterasi lempung.
Menurut Buchanan (1981), logam-logam dasar (base metals) karakteristiknya rendah dalam asosiasinya
dengan emas-perak, meskipun demikian dapat tinggi pada level di bawah logam-logam berharga (precious
metals) atau dalam asosiasi-nya dengan endapan-endapan yang kaya perak dimana unsur mangan juga terjadi.
Cadmium (Cd), selenium (Se) dapat berasosiasi dengan logam-logam dasar; sedangkan fluor (F), bismuth
(Bi), tellurium (Te), dan tungsten (W) dapat bervariasi tinggi kandungannya dari satu endapan ke endapan
yang lainnya; serta boron (B) dan barium (Ba) terkadang terkayakan.

Gambar 5.1. Sketsa model cebakan endapan ephitermal

5.2. Zonasi Logam


Contoh zonasi logam yang menunjukkan hubungan skematik antara unsur arsen-antimon-thallium
terhadap emas dan perak dapat dilihat dalam Model Sistem Epitermal Hot Spring (Berger dan Eimon, 1982).
Contoh tipikalnya di distrik McLaughlin (Knoxville), California; yaitu tambang Manhattan (Becker, 1888;
Averrit, 1945). Contoh tipikal lainnya, Round Mountain, Nevada (Berger dan Tingley, 1980), distrik
Hasbrouck Peak (Divide), Nevada (Silberman, 1982), dan Sulphur, Nevada (Wallace, 1980). Dalam contoh-
contoh tipikal ini, dikenal kejadian-kejadian logam berharga pada mata air panas, endapan-endapan bijihnya
terdiri dari bijih-bijih tipe bonanza (bonanza ores) dan bijih bulk berkadar rendah yang dapat ditambang.

Contoh lainnya, mineralisasi emas di dalam dan di sekitar breksi erupsi dan sinter purba yang berada di
atasnya dapat terlihat pada Model Sistem epitermal aktif, di broadlands dan waitopu, New Zealand.
Mineralisasi di Mc Laughlin, keradaannya sering dinyatakan dengan adanya sinter. Sinter
termineralisasikan bersamaan dengan mercury. Kebanyakan mineralisasi terjadi pada level dangkal
(kedalaman 40-120 meter) dan pada suhu purba 160-200C, serta berasosiasi dengan Zone Silisifikasi kuat.

Asosiasi silisifikasi kuat dan thallium halo effect dalam lingkungan epitermal teramati juga dalam sistem
aktif di New Zealand (Weisberg, 1969; Ewers dan Keays, 1977). Dalam sumur 16 (Broadlands), teramati
distribusi sulfida dan konsentrasi Au, Ag, As, Sb, dan Tl dalam sulfida sistem aktif tersebut (Ewer dan Keay,
1977).

Pola umum logam mulia (precious metals) berada di atas logam dasar (base metals) dalam Model Sistem
Epitermal Aktif (Buchanan, 1981) dengan jelas terbukti juga di Broadlands maupun di Waiotopu, New
Zealand. Arsen, antimon, dan thallium juga cenderung berkonsentrasi dekat permukaan, demikian juga
mercury. Mercury dan thallium memperlihatkan pengayaannya dekat dengan permukaan sehubungan dengan
volatilitasnya dapat diperkirakan bahwa kedua unsur ini akan terzonasikan secara lateral menjauhi zone
bersuhu tinggi. Perlu dicatat bahwa, belum banyak informasi mineralogi dan geokimia dari daerah-daerah
sistem aktif bersuhu rendah yang dapat membuktikan ini, baik dari sumur dangkal maupun dari bagian sistem
yang lebih dalam ini disebabkan eksplorasi geotermal hanya mengarah pada sumberdaya suhu yang tinggi
dalam sistem aktif ini. Salah satu petunjuk yang penting, adanya kenaikan yang sangat cepat ke arah
permukaan teramati dari kandungan logam-logam berikut ini, yaitu: mercury, antimon, thallium, dan arsen.

Dalam fosil sistem epitermal, jelaslah bahwa level erosi (erosion level) atau kedalaman erosi yang
menyingkapkan suatu sistem epitermal yang teralterasikan dan termineralisasikan akan merupakan faktor
yang sangat penting dalam penentuan level logam-logam anomali di permukaan, dan tentunya tidak perlu
hanya menunjukkan potensi mineral di permukaan, tetapi dapat mengindikasikan ada atau tidaknya potensi
mineralisasi di bawah permukaan.

Bohan dan Giles (1983) membuktikan bahwa adanya atau tidak adanya unsur-unsur jejak (trace
elements) tertentu, misalnya Hg dan W), dalam suatu sistem epitermal tergantung pada karakteristik batuan
sumber (source rock) setempat. Sedangkan jika membandingkan konsentrasi-konsentrasi logam dalam
endapan permukaan pada tabel distribusi sulfida serta logam-logam dalam sulfida di sumur 16, sistem
epithermal aktif Waimangu, Waitopu, dan Broadlands, New Zealand (Weisberg, et al., 1979; Ewer dan
Keays, 1977) membuktikan anggapan tersebut keliru. Kesimpulannya, unsur-unsur jejak tidak tergantung
pada karakteristik batuan sumber.

Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya kalsedonik quartz, kalsit, dan breksi
hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga merupakan salah satu ciri dari endapan epitermal, yaitu dengan
elemen bijih seperti Au, Ag, As, Sb, Hg, Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu. Tekstur bijih yang dihasilkan oleh endapan
epitermal termasuk tipe pengisian ruang terbuka (karakteristik dari lingkungan yang bertekanan rendah),
krustifikasi, colloform banding dan struktur sisir. Endapan yang terbentuk dekat permukaan sekitar 1,5 km
dibawah permukaan ini juga memiliki tipe berupa tipe vein, stockwork dan diseminasi.

Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama
berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya (Hedenquist et al.,
1996:2000 dalam Chandra,2009).

Dibawah ini digambarkan ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren, 1933 dalam Sibarani, 2008):

Suhu relatif rendah (50-250C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5 wt.%

Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 km)

Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau batuan beku, terutama yang
berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat permukaan atau ekstrusif, biasanya disertai oleh sesar turun
dan kekar.

Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan dengan pembentukan kantong-
kantong bijih, seringkali terdapat pada pipa dan stockwork. Jarang terbentuk sepanjang permukaan
lapisan, dan sedikit kenampakan replacement(penggantian).

Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U

Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit, sfalerit, galena, kalkopirit,
Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar, orpiment, ruby silvers, argentite, selenides, tellurides.

Mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit rendah-Fe, epidot, karbonat,
fluorit, barite, adularia, alunit, dickite, rhodochrosite, zeolit

Ubahan batuan samping terdiri dari chertification(silisifikasi), kaolinisasi, piritisasi, dolomitisasi,


kloritisasi

Tekstur dan struktur yang terbentuk adalah Crustification (banding) yang sangat umum, sering
sebagai fine banding, vugs, urat terbreksikan.

Karakteristik umum dari endapan epitermal (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008) adalah:

Jenis air berupa air meteorik dengan sedikit air magmatik

Endapan epitermal mengandung mineral bijih epigenetic yang pada umumnya memiliki batuan induk
berupa batuan vulkanik.
Tubuh bijih memiliki bentuk yang bervariasi yang disebabkan oleh kontrol dan litologi dimana
biasanya merefleksikan kondisi paleo-permeabilitypada kedalaman yang dangkal dari sistem
hidrotermal.

Sebagian besar tubuh bijih terdapat berupa sistem urat dengan dip yang terjal yang terbentuk
sepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya terdapat bidang sesar utama, tetapi biasanya pada
sesar-sesar minor.

Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat.

Mineral gangue yang utama adalah kuarsa sehingga menyebabkan bijih keras dan realtif tahan
terhadap pelapukan.

Kandungan sulfida pada urat relatif sedikit (<1 s/d 20%).

5.3 Alterasi Epithermal

Fluida-fluida hidrotermal menyebabkan alterasi atau ubahan-ubahan pada batuan-batuan penerima (host rock)
dan terjadinya mineralisasi unsur-unsur yang terbawa oleh fluida-fluida dalam bentuk antara lain vein, veinlet,
lode, stringer, stockwork, dan breksi eksplosi. Alterasi dan mineralisasi ini membentuk zona-zona yang
dibedakan sebagai berikut ini: Phyllic, Quartz+Illite, Quartz+Sericite, Adularia, dan Sulfidasi Rendah atau
Sulfidasi Khlorida Netral.

Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan Alterasi Quartz-Illite yang
menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida dengan pH mendekati netral (Fluida-fluida Khlorida Netral).
Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi atau
breksi hidrotermal, dan stockwork atau stringer Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti rambut (hairline).

Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic dan alterasi-alterasi sehubungan yang
terbentuk dari Fluida-fluida asam sulfat. Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas
dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan silika masif, atau dalam rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam
batuan yang tersilisifikasikan, serta dapat hadir bijih tembaga seperti enargite, luzonite, dan covelite.

Mineralisasi epitermal dicirikan oleh berbagai jenis alterasi, yang perbedaannya ditentukan oleh: pH dan
kedalaman yang berbeda dalam sistem epitermal, serta beberapa variasi komposisi yang luas dari sekitarnya
(host rocks). Identifikasi jenis-jenis alterasi penting dilakukan untuk memahami level erosi sistem tersebut,
penentuan keberadaan titik lokasi di permukaan dalam daerah alterasi tersebut, dan jenis bijih yang
diperkirakan.

5.4 Jenis Alterasi Epithermal


Fluida-fluida hidrotermal menyebabkan alterasi atau ubahan-ubahan pada batuan-batuan penerima (host rock)
dan terjadinya mineralisasi unsur-unsur yang terbawa oleh fluida-fluida dalam bentu k antara lain: vein,
veinlet, lode, stringer, stockwork, dan breksi eksplosi. Alterasi dan mineralisasi ini membentuk zone-zone
yang dibedakan sebagai berikut ini: phyllic, quartz+illite, quartz+sericite, adularia, dan sulfidasi rendah.

Kebanyakan emas epitermal terd u Sulfidasi Khlorida Netral. apat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan
Alterasi Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida dengan pH mendekati netral (Fluida-
fluida Khlorida Netral). Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam vein,
veinlet, breksi ekplosi atau breksi hidrotermal, dan stockwork atau stringer Pyrite+Quartz yang berbentuk
seperti rambut (hairline).

Emas epitermal juga terdapat dalam alterasi advanced-argillic dan alterasi-alterasi sehubungan yang terbentuk
dari fluida-fluida asam sulfat. dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam
veinlet, batuan-batuan silika masif, atau dalam rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan yang
tersilisifikasikan, serta dapat hadir bijih tembaga seperti enargite, luzonite, dan covelite.

Jenis Alterasi Epitermal Mineralisasi epitermal dicirikan oleh berbagai jenis alterasi, yang perbedaannya
ditentukan oleh: pH dan kedalaman yang berbeda dalam sistem epitermal, serta beberapa variasi komposisi
yang luas dari sekitarnya (host rocks). Identifikasi jenis-jenis alterasi penting dilakukan untuk memahami
level erosi sistem tersebut, penentuan keberadaan titik lokasi di permukaan dalam daerah alterasi tersebut, dan
jenis bijih yang diperkirakan.

Jenis alterasi endapan epitermal di daerah volkanik andesitik-dasitik adalah:

Alterasi Fluida Khlorida Netral (Neutral Chloride Fluid Alteration)

Alterasi Fluida Asam Sulfat (Acid Sulphate Fluid Alteration)

5.5. Keterbentukan Endapan Ephitermal

Jika kita berbicara tentang pembentukan endapan, kita dapat membedakannya menjadi tiga kelas
berdasarkan jenis fluida yang membentuk endapan tersebut, yaitu:

Magmatic

Magmatic-meteoric

Meteoric

1. Magmatic

endapan ini didominasi dari magmatic fluida( dimana yang kita ketahui bahwa magma juga terdiri dari air)
yang berasal dari dalam bumi.
2. Magmatic-Meteoric

Endapan ini terbentuk dari fluida yang merupakan campuran dari Magmatic fluida dan Meteoric fluida.

3. Meteoric

Endapan ini terbentuk karena dominasi dari Meteoric fluida yang berasal dari permukaan bumi.

5.6. Proses Terbentuknya Ephitermal

Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan sisa magma yang berpindah
jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air meteorik di dekat permukaan dan membentuk jebakan
tipe sulfidasi rendah, dipengaruhi oleh sistem boiling sebagai mekanisme pengendapan mineral-mineral bijih.
Proses boiling disertai pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk pengendapan emas sebagai respon
atas turunnya tekanan. Perulangan proses boiling akan tercermin dari tekstur crusstiform banding dari silika
dalam urat kuarsa. Pembentukan jebakan urat kuarsa berkadar tinggi mensyaratkan pelepasan tekanan secara
tiba-tiba dari cairan hidrotermal untuk memungkinkan proses boiling. Sistem ini terbentuk pada tektonik
lempeng subduksi, kolisi dan pemekaran (Hedenquist dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).

Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan dan salinitas. Proses boiling dan
terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan kenaikan pH, sehingga terjadi perubahan stabilitas mineral
contohnya dari illit ke adularia. Terlepasnya CO2 menyebabkan terbentuknya kalsit, sehingga umumnya
dijumpai adularia dan bladed calcite sebagai mineral pengotor (gangue minerals) pada urat bijih sistem
sulfidasi rendah.

Endapan epitermal sulfidasi rendah akan berasosiasi dengan alterasi kuarsaadularia, karbonat dan serisit pada
lingkungan sulfur rendah. Larutan bijih dari sistem sulfidasi rendah variasinya bersifat alkali hingga netral
(pH 7) dengan kadar garam rendah (0-6 wt)% NaCl, mengandung CO2 dan CH4 yang bervariasi. Mineral-
mineral sulfur biasanya dalam bentuk H2S dan sulfida kompleks dengan temperatur sedang (150-300 C) dan
didominasi oleh air permukaan.

Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal sulfidasi rendah adalah andesit alkali, riodasit, dasit, riolit
ataupun batuan batuan alkali. Riolit sering hadir pada sistem sulfidasi rendah dengan variasi jenis silika
rendah sampai tinggi. Bentuk endapan didominasi oleh urat-urat kuarsa yang mengisi ruang terbuka (open
space), tersebar (disseminated), dan umumnya terdiri dari urat-urat breksi (Hedenquist dkk., 1996). Struktur
yang berkembang pada sistem sulfidasi rendah berupa urat, cavity filling, urat breksi, tekstur colloform, dan
sedikit vuggy (Corbett dan Leach, 1996).

5.7. Karakter Endapan Ephitermal

Pada lingkungan epitermal terdapat 2 (dua) kondisi sistem hidrotermal yang dapat dibedakan berdasarkan
reaksi yang terjadi dan keterdapatan mineral-mineral alterasi dan mineral bijihnya yaitu epitermal low
sulfidasi dan high sulfidasi (Hedenquist et al .,1996; 2000 dalam Sibarani, 2008). Pengklasifikasian
endapan epitermal masih merupakan perdebatan hingga saat ini, akan tetapi sebagian besar mengacu kepada
aspek mineralogi dan gangue mineral, dimana aspek tersebut merefleksikan aspek kimia fluida maupun aspek
perbandingan karakteristik mineralogi, alterasi (ubahan) dan bentuk endapan pada lingkungan epitermal.
Aspek kimia dari fluida yang termineralisasi adalah salah satu faktor yang terpenting dalam penentuan kapan
mineralisasi tersebut terjadi dalam sistem hidrotermal.

5.7.1. Karakter Endapan Ephitermal Low sulfidation

Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang bersifat netral dan mengisi celah-
celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan alterasi kuarsa-adularia, karbonat, serisit pada lingkungan sulfur
rendah dan biasanya perbandingan perak dan emas relatif tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh terbentuknya
elektrum, perak sulfida, garam sulfat, dan logam dasar sulfida. Batuan induk pada deposit logam mulia
sulfidasi rendah adalah andesit alkali, dasit, riodasit atau riolit. Secara genesa sistem epitermal sulfidasi
rendah berasosiasi dengan vulkanisme riolitik. Tipe ini dikontrol oleh struktur-struktur pergeseran (dilatational
jog).

Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan sisa magma yang berpindah jauh
dari sumbernya kemudian bercampur dengan air meteorik di dekat permukaan dan membentuk jebakan tipe
sulfidasi rendah, dipengaruhi oleh sistem boiling sebagai mekanisme pengendapan mineral-mineral bijih.
Proses boiling disertai pelepasan unsur gas merupakan proses utama untuk pengendapan emas sebagai respon
atas turunnya tekanan. Perulangan proses boilingakan tercermin dari tekstur crusstiform banding dari silika
dalam urat kuarsa. Pembentukan jebakan urat kuarsa berkadar tinggi mensyaratkan pelepasan tekanan secara
tiba-tiba dari cairan hidrotermal untuk memungkinkan proses boiling. Sistem ini terbentuk pada tektonik
lempeng subduksi, kolisi dan pemekaran (Hedenquist dkk., 1996 dalam Pirajno, 1992).

Kontrol utama terhadap pH cairan adalah konsentrasi CO2 dalam larutan dan salinitas. Proses boiling dan
terlepasnya CO2 ke fase uap mengakibatkan kenaikan pH, sehingga terjadi perubahan stabilitas mineral
contohnya dari illit ke adularia. Terlepasnya CO2 menyebabkan terbentuknya kalsit, sehingga umumnya
dijumpai adularia dan bladed calcite sebagai mineral pengotor (gangue minerals) pada urat bijih sistem
sulfidasi rendah

Endapan epitermal sulfidasi rendah akan berasosiasi dengan alterasi kuarsaadularia, karbonat dan serisit pada
lingkungan sulfur rendah. Larutan bijih dari sistem sulfidasi rendah variasinya bersifat alkali hingga netral
(pH 7) dengan kadar garam rendah (0-6 wt)% NaCl, mengandung CO2 dan CH4 yang bervariasi. Mineral-
mineral sulfur biasanya dalam bentuk H2S dan sulfida kompleks dengan temperatur sedang (150-300 C) dan
didominasi oleh air permukaan

Batuan samping (wallrock) pada endapan epitermal sulfidasi rendah adalah andesit alkali, riodasit, dasit, riolit
ataupun batuan batuan alkali. Bentuk endapan didominasi oleh urat-urat kuarsa yang mengisi ruang terbuka
(open space), tersebar (disseminated), dan umumnya terdiri dari urat-urat breksi (Hedenquist dkk., 1996).
Struktur yang berkembang pada sistem sulfidasi rendah berupa urat, cavity filling, urat breksi, tekstur
colloform, dan sedikit vuggy (Corbett dan Leach, 1996), lihat Tabel 2.1

Tabel 2.1 Karakteristik endapan epitermal sulfidasi rendah (Corbett dan Leach, 1996).

Tipe endapan Sinter breccia, stockwork


Posisi tektonik Subduction, collision, dan rift
Tekstur Colloform atau crusstiform
Asosiasi mineral Stibnit, sinnabar, adularia, metal sulfida
Mineral bijih Pirit, elektrum, emas, sfalerit, arsenopirit
Contoh endapan Pongkor, Hishikari dan Golden Cross

Gambar 5.2. Model endapan emas epitermal sulfidasi rendah

(Hedenquist dkk., 1996 dalam Nagel, 2008).

Karakter Endapan Ephitermal High sulfidation


Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan vulkanik bersifat asam
hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar secara regional atau intrusi subvulkanik, kedalaman
formasi batuan sekitar 500-2000 meter dan temperatur 1000C-3200C. Endapan Epitermal High
Sulfidation terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal yang berasal dari intrusi magmatik yang cukup
dalam, fluida ini bergerak secara vertikal dan horizontal menembus rekahan-rekahan pada batuan dengan suhu
yang relatif tinggi (200-3000C), fluida ini didominasi oleh fluida magmatik dengan kandungan acidic yang
tinggi yaitu berupa HCl, SO2, H2S (Pirajno, 1992).

Gambar 5.3. Keberadaan sulfida tinggi

Endapan epitermal high sulfidation terbentuk dari reaksi batuan induk dengan fluida magma asam yang panas,
yang menghasilkan suatu karakteristik zona alterasi (ubahan) yang akhirnya membentuk endapan Au+Cu+Ag.
Sistem bijih menunjukkan kontrol permeabilitas yang tergantung oleh faktor litologi, struktur, alterasi di
batuan samping, mineralogi bijih dan kedalaman formasi. High sulphidation berhubungan dengan pH asam,
timbul dari bercampurnya fluida yang mendekati pH asam dengan larutan sisa magma yang bersifat encer
sebagai hasil dari diferensiasi magma, di kedalaman yang dekat dengan tipe endapan porfiri dan dicirikan oleh
jenis sulfur yang dioksidasi menjadi SO.

Epithermal High Sulphidation terbentuk dalam suatu sistem magmatic-hydrothermal yang didominasi oleh
fluida hidrothermal yang asam, dimana terdapat fluks larutan magmatik dan vapor yang mengandung H2O,
CO2, HCl, H2S, and SO2, dengan variabel input dari air meteorik lokal.

Gambar 5.4 Sketsa zona endapan ephitermal

BAB VI
TIPE SKARN

6.1. Pengertian Dan Terminologi Skarn

Endapan skarn pertama kali dinyatakan sebagai batuan metamorf hasil kontak antara batuan sedimen
karbonatan dengan intrusi magma oleh ahli petrologi metamorf, dengan terjadi perubahan kandungan batuan
sedimen yang kaya karbonat, besi, dan magnesium menjadi kaya akan kandungan Si, Al, Fe dan Mg dimana
proses yang bekerja berupa metasomatisme pada intrusi atau di dekat intrusi batuan beku (Best 1982).

Endapan skarn terbentuk sebagai efek dari kontak antara larutan hidrothermal yang kaya silika dengan batuan
sedimen yang kaya kalsium. Proses pembentukannya diawali pada keadaan temperatur 400C 650C dengan
mineral-mineral yang terbentuk berupa mineral calc-silicate seperti diopsid, andradit, dan wollastonit sebagai
mineral-mineral utama pembawa mineral bijih (Einaudi et al. 1981). Tapi terkadang dijumpai juga
pembentukan endapan skarn juga terbentuk pada temperatur yang lebih rendah, seperti endapan skarn yang
kaya akan kandungan Pb-Zn (Kwak 1986). Pengaruh tekanan yang bekerja selama pembentukan endapan
skarn bervariasi tergantung pada kedalaman formasi batuan.

Secara umum, kuarsa dan kalsit selalu hadir dalam semua jenis skarn. Sedangkan mineral lain hanya hadir
pada jenis skarn tertentu seperti talk, serpentine, dan brusit yang hadir hanya pada skarn tipe magnesian.

6.2. Endapan Skarn

Pada saat kontak dengan batuan karbonat, maka batuan samping tersebut terubah (altered) menjadi marbel,
calc-silicate hornfelses, dan/atau skarn akibat dari kontak metamorfik ini. Temperatur pembentukan endapan
skarn ini berkisar sekitar 650-440 C. Beberapa mineral bijih (oksida ataupun sulfide) dan fluorite biasanya
muncul (terbentuk) pada lingkungan skarn ini. Umumnya dijumpai fluorite (CaF2) mendukung pendapat
bahwa silika dan beberapa logam bereaksi dengan batuan gamping.

6.2.1. Zonasi Skarn Deposit

Terdapat pola zonasi pada skarn pada umumnya. Pola zonasi ini berupa proximal garnet, distal piroksen, dan
idiokras (atau piroksenoid seperti wolastonit, bustamit dan rodonit) yang terdapat pada kontak antara skarn
dan marmer. Selain itu, masing-masing mineral penyusun skarn dapat menunjukan warna yang sistematis atau
komposisi yang bervariasi dalam pola zonasi yang lebih luas.

6.2.2. Pembentukan Endapan Skarn

Skarn dapat terbentuk selama metamorfisme kontak atau regional. Selain itu juga dari berbagai macam proses
metasomatisme yang melibatkan fluida magmatik, metamorfik, meteorik, dan yang berasal dari laut. Skarn
dapat ditemukan di permukaan sampai pluton, di sepanjang sesar dan shear zone, di sistem geotermal dangkal,
pada dasar lantai samudra maupun pada kerak bagian bawah yang tertutup oleh dataran hasil metamorfisme
burial dalam. Skarn dibagi menjadi endoskarn dan eksoskarn dengan didasarkan pada jenis kandungan
protolit.

Endapan skarn terbentuk sebagai efek dari kontak antara larutan hidrothermal yang kaya silika dengan batuan
sedimen yang kaya kalsium. Proses pembentukannya diawali pada keadaan temperatur (400C 650 C)
dengan mineral-mineral yang terbentuk berupa mineral calc-silicate seperti diopsid, andradit, dan wollastonit
sebagai mineral-mineral utama pembawa mineral bijih (Einaudi et al. 1981). Tapi terkadang dijumpai juga
pembentukan endapan skarn juga terbentuk pada temperatur yang lebih rendah, seperti endapan skarn yang
kaya akan kandungan Pb-Zn, (Kwak 1986). Pengaruh tekanan yang bekerja selama pembentukan endapan
skarn bervariasi tergantung pada kedalaman formasi batuan.

6.3. Tipe Endapan Skarn

Endapan skarn pertama kali dinyatakan sebagai batuan metamorf hasil kontak antara batuan sedimen
karbonatan dengan intrusi magma oleh ahli petrologi metamorf, dengan terjadi perubahan kandungan batuan
sedimen yang kaya karbonat, besi, dan magnesium menjadi kaya akan kandungan Si, Al, Fe dan Mg dimana
proses yang bekerja berupa metasomatisme pada intrusi atau di dekat intrusi batuan beku (Best 1982).

6.3.1. Skarn Isokimia

Alterasi skarn terbentuk pada fluida yang mempunyai salinitas tinggi dengan temperatur tinggi (sekitar 300-
700 C). Proses pembentukkan skarn akibat urutan kejadian Isokimia metasomatisme retrogradasi. Dijelaskan
sebagai berikut :

Isokimia merupakan transfer panas antara larutan magama dengan batuan samping, prosesnya H2O
dilepas dari intrusi dan CO2 dari batuan samping yang karbonat. Proses ini sangat dipengaruhi oleh
temperatur,komposisi dan tekstur host rocknya (sifat konduktif).

Metasomatisme, pada tahap ini terjadi eksolusi larutan magma kebatuan samping yang karbonat
sehingga terbentuk kristalisasi pada bukaan bukaan yang dilewati larutan magma.

Retrogradasi merupakan tahap dimana larutan magma sisa telah menyebar pada batuan samping dan
mencapai zona kontak dengan water falk sehingga air tanah turun dan bercampur dengan larutan.

6.3.2. Skarn Metamorfik

Batuan metamorfik adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme batuan-batuan sebelumnya karena
perubahan temperatur dan tekanan. Metamorfisme terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi proses
kristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi dalam lingkungan yang sama
sekali berbeda dengan lingkungan batuan asalnya terbentuk.

Banyak mineral yang mempunyai batas-batas kestabilan tertentu yang jika dikenakan tekanan dan temperatur
yang melebihi batas tersebut maka akan terjadi penyesuaian dalam batuan dengan membentuk mineral-
mineral baru yang stabil. Disamping karena pengaruh tekanan dan temperatur, metamorfisme juga
dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida (H2O) dalam jumlah bervariasi di antara butiran mineral atau pori-pori
batuan yang pada umumnya mengandung ion terlarut akan mempercepat proses metamorfisme.

Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam
pembentukan batuan tersebut ;

Komposisi mineral batuan asa

Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme

Pengaruh gaya tektonik

Pengaruh fluida

Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh tekanan diferensial
(berbeda) pada saat proses metamorfisme.

Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran mineral-mineral dalam
batuan tersebut.

Jenis-jenis pada Metamorfisme yaitu :

Metamorfisme kontak/termal

Metamorfisme oleh temperatur tinggi pada intrusi magma atau ekstrusi lava.

Metamorfisme regional

Metamorfisme oleh kenaikan tekanan dan temperatur yang sedang, dan terjadi pada daerah yang luas.

Metamorfisme Dinamik

Metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat pergerakan patahan lempeng.
Skarn Prograde

Mineral skarn pada tipe ini terbentuk pada suhu yang tinggi, dan terjadi pada fase awal. Beberapa jenis
mineral pencirinya adalah; garnet, klinopiroksen, biotit, humit,dan montiselit.

Gambar 6.1. Model penampang endapan Skarn Prograde

Skarn Retrograde
Minineral skarn pada tipe ini terbentuk pada suhu yang rendah. Beberapa contoh mineral pencirinya
adalah; serpentin, amfibol, tremolit, epidot, klorit dan kalsit.

Gambar 6.1. Model penampang endapan Skarn Retrograde


6.4. Endapan Bijih Skarn

Endapan skarn pertama kali dinyatakan sebagai batuan metamorf hasil kontak antara batuan sedimen
karbonatan dengan intrusi magma oleh ahli petrologi metamorf, dengan terjadi perubahan kandungan batuan
sedimen yang kaya karbonat, besi, dan magnesium menjadi kaya akan kandungan Si, Al, Fe dan Mg dimana
proses yang bekerja berupa metasomatisme pada intrusi atau di dekat intrusi batuan beku (Best 1982).

Base metal atau logam dasar sangat berkaitan dengan aktivitas magma sebagai endapan primernya dan
proses pelapukan sebagai endapan sekundernya. Dengan demikian , endapan primernya sangat berkaitan
dengan jalur magmatik Umumnya base metal atau logam dasar ini dekat dengan endapan emas.

Mineral logam yang terdiri dari logam dasar dan endapan emas ini adalah emas murni, electrum, kalkopirirt,
bornit, kalkosit, kovelit, galena, cerrusite, anglesite, sfalerit, zinkit, smithsonite, bismut, bismutinit, antimon,
stibnite, cinnabar, kaseterit, dan stannit.

Tipe endapan emas dan logam dasar ini umumnya hidrotermal (mineral Au, Sb, Hg, banyak terdapat pada
zona epitermal bersama urat kuarsa; mineral Cu, Pb, Zn pada zona mesotermal sebagai endapan porfiri ; Bi
dan Sn pada zona hipotermal). Sn pula terdapat sebagai endapan greisens, pegmatite, pneumatolitik. Endapan
logam Cu, Pb, Zn dapat pula ditemukan dalam tipe endapan skran.

Di Indonesia telah diketahui sebaran dari potensi endapan primer emas dan logam dasar yang mengikuti jalur
magmatik berumur Trias-Jura-Kapur-Tersier. Endapan logam Sn menempati jalur magmatik Trias-Jura.
Sedangkan Endapan logam Au, Cu, Pb, Zn,Hg, Sb, dan Bi menempati jalur magmatik Kapur-Tersier.

BAB VII

TIPE SEDEX

7.1. Pengertian Endapan Sedex

Sedex (sedimentary exhalative) adalah suatu jenis endapan sulfida masif yang berasosiasi dengan batuan
sedimen. Sedek terdiri dari perlapisan (layers) sulfida masif yang interbedded dengan perlapisan batuan
sedimen termasuk sedimen kimia seperti rijang, barit dan karbonat serta sedimen klastik seperti lanau,
mudstone dan argilit, dimana pegendapannya terjadi di dasar laut. Ketebalan perlapisan masif sulfida berkisar
dari beberapa milimeter hingga beberapa meter. Masif sulfida sendiri terdiri dari selang-seling dari perlapisan
sulfida besi (pirit dan/atau pirhotit) dengan sfalerit dan galena.

Sulfida masif terbentuk dari hasil presipitasi larutan hidrotermal yang dialirkan ke dasar laut melalui suatu
saluran. Saluran ini berupa zona yang memotong bagian bawah perlapisan batuan sedimen dan memasuki
horizon sulfida masif diatasnya. Saluran hidrotermal ini hadir/teramati sebagai jaringan urat-urat dan
penggantian batuan induk pada batuan namun sering sulit diamati dan bahkan tidak selalu hadir.
Pembentukan sulfida masif terjadi pada saat yang bersamaan dengan batuan induk. Namun bisa juga
mineralisasi sulfida terbentuk ketika fluida hidrotermal yang kaya logam melewati sedimen induk dan
menggantikan pirit hasil tahap awal diagenesa. Cekungan sedimen dimana Sedex terbentuk paling sering
dibatasi oleh sejumlah patahan (basin-bounding faults) dan cekungan ini biasanya berada dalam suatu
cekungan besar (large sedimentary basins) yang memiliki kisaran umur dari 300 juta hingga 1,8 milyar tahun.

Morfologi Sedex endapan sangat bervariasi dan termasuk gundukan, lensa, dan tabular atau lembaran-seperti
tubuh. Arsitektur internal mereka dikendalikan oleh kedekatan oor seafl sulfida untuk fluid debit ventilasi.
Proksimal-vent endapan biasanya terbentuk dari apung UID fl hidrotermal, sedangkan-distal endapan lubang
terbentuk dari UID fl yang lebih padat daripada air laut dan dikumpulkan dalam depresi batimetri yang
mungkin jauh dari ventilasi or seafl.

Kebanyakan deposit-host. Sedex oleh batuan sedimen kaya organik yang diendapkan dalam cekungan selama
periode dalam sejarah bumi ketika lautan stratified dengan H2S-kaya dan kolom air anoksik lebih rendah.
Dalam Paleozoikum Selwyn Basin, misalnya, ada hubungan yang erat antara temporal meningkat 34S ke atas
tren sekuler di pirit sedimen, serpih karbonan anoksik laminasi dan cherts, dan tiga besar Sedex membentuk
peristiwa di Kambrium Akhir, Awal Silur, dan Devon Akhir .

Basinal arsitektur khas endapan Sedex paling adalah cekungan benua dengan setidaknya 2-5 km dari syn-rift,
kasar, clastics permeabel dan batuan yang terkait dan/atau volkaniklastik ditutupi melalui pos-keretakan
basinal serpih atau karbonat yang relatif kedap . Debit hidrotermal ke oor seafl pada umumnya terfokus di
persimpangan ekstensional dan mengubah kesalahan. Ada dekat temporal dan, dalam banyak kasus spasial
asosiasi, endapan Sedex dengan batu vulkanik basal, tanggul, dan kusen. Kekakuan yang rendah,
permeabilitas, dan konduktivitas termal sedimen dilayani tuan rumah untuk fokus dan memperpanjang debit
hidrotermal di sejumlah situs ventilasi terbatas, sehingga menghasilkan endapan yang merupakan urutan
besarnya rata-rata lebih besar dibandingkan endapan VMS.

Sedex endapan kemungkinan besar terbentuk dari teroksidasi dan oleh karena itu miskin fl UID-H2S yang
dihasilkan dalam reservoir hidrotermal geopressured dalam syn-rift klastik (dan evaporitic) sedimen berbutir
disegel oleh fi-ne sedimen laut. Variabilitas yang besar dalam suhu, salinitas, kandungan logam, dan kondisi
redoks fluida Sedex dikontrol oleh sejumlah parameter termasuk rezim termal lokal, negara redoks sedimen
dari waduk, dan adanya atau tidak adanya menguap.

7.2. Tatanan Geologi Dan Tektonik

Bumi itu dinamis, dengan proses-proses internal dan eksternal yang kompleks. Prosesproses internal
bertanggung jawab atas bergeraknya lempeng-lempeng besar litosfera. Interaksi antar lempeng-lempeng ini
membangkitkan tekanan internal yang dapat mengakibatkan deformasi batuan, menghasilkan gempa, kegiatan
gunung berapi, dan gerakangerakan tektonik secara perlahan (creep) sepanjang jalur-jalur sesar (patahan).

Proses-proses ini memicu berbagai kejadian eksternal seperti tanah longsor, aliran lumpur, dan tsunami.
Menurut teori tektonik lempeng, lapisan kulit bumi yang terdiri dari litosfer dan kerak, berbentuk lempengan-
lempengan yang terpecah-pecah, yang mengapungapung di atas lapisan cair-liat yang disebut astenosfer.
Berdasarkan komposisi dan beratjenisnya, lempeng-lempeng litosfer dapat dibedakan menjadi lempeng benua
dan lempeng samudra.

Lempeng benua disusun terutama oleh unsur-unsur Si (silikon) dan Al (aluminium), yang pada umumnya
berketebalan 30- 70 km, dengan berat jenis + 2,6 sampai 2,7, Sedangkan lempeng samudra tersusun oleh
unrus-unsur Si dan Mg (magnesium), biasanya tipis (+ 8 km) dengan berat jenis + 3 (Zumberge & Nelson,
1976).

Potonganpotongan lempeng ini bergerak, ada yang saling menjauh, ada yang saling bertemu dan
bertumbukan, serta ada yang saling bergeseran. Bila dua lempeng saling bertumbukan, maka gejala-gejala
geologi yang ditimbulkan adalah vulkanisme (pembentukan gunungapi), pembentukan pegunungan lipatan,
pengangkatan, dan persesaran. Bila dua lempeng saling menjauh, akan terjadi pembentukan palung, atau
pembentukan pematang tengah samudra.

Gambar 7.1. Tatanan geologi dalam tektonik

Pada pematang tengah samudra, dierupsikan magma secara terus-menerus dari astenosfer ke permukaan, yang
kemudian membentuk morfologi seperti zebra cross di tengah-tengah samudra. Bila dua lempeng saling
bergeseran akan terbentuk sesar transformal. Kepulauan Indonesia terbentuk akibat pertemuan antara
Lempeng Benua Eurasia (Eropa-Asia), Lempeng Hindia Australia, dan Lempeng Samudra Pasifik. Lempeng
Hindia Australia mendesak Lempeng Eurasia dari arah selatan, dan Lempeng Pasifik mendesak dari arah
timur.

Implikasi pertemuan lempeng-lepeng ini di Indonesia adalah terbentuknya sirkumsirkum gunungapi aktif,
jalur-jalur pegunungan lipatan, sesarsesar aktif, dan zona-zona gempa tektonik. Sebagian besar bencana alam
merupakan bencana geologi. Bencana geologi meliputi semua bencana yang timbul akibat atau mengikuti
suatu proses geologi. Proses-proses geologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses eksogenik (eksternal)
berasal dari luar bumi, dan proses endogenik (internal) yang berasal dari dalam bumi. Proses eksogenik antara
lain: pelapukan dan erosi.

Proses endogenik, antara lain: orogenesis, epirogenesis, pengangkatan, vulkanisme, dan tektonisasi. Gempa
bumi dihasilkan oleh proses-proses magmatisme dan tektonisasi, letusan gunung api dihasilkan oleh proses
magmatisme (vulkanisme), tanah longsor dihasilkan oleh proses-proses erosi, pelapukan, hidrologis, dan
tektonik, serta banjir lebih diakibatkan oleh proses erosi dan hasil kerja manusia. Sebagaimana diketahui,
litosfer terpecah-pecah menjadi beberapa lempeng besar dan banyak lempeng kecil yang relatif saling
bergerak satu sama lain. Pada saat dua atau lebih lempeng saling bertemu atau berpapasan, maka mereka akan
saling berdesakan atau bergesekan.

Apabila pada saat berdesakan atau bergesekan, tegangan yang diderita batuan melebihi
kekuatan/ketahanannya, maka batuan tersebut akan patah. Pada saat dua lapisan litosfer saling bergesekan
atau yang satu menggerus yang lain pada suatu sesar (patahan), karena adanya tekanan (stress) dari kedua
belah pihak, maka akan terjadi akumulasi energi di sepanjang batas sesar tersebut. Bila suatu saat kekuatan
batuan tidak mampu lagi menahan akumulasi energi, bagian-bagian yang lemah akan bergeser, dan energi
yang terlepas pada saat batuan bergeser menimbulkan gelombang seismik yang dikenal sebagai gempa.
Berdasarkan pusat kejadiannya, gempa dapat diklasifikasikan sebagai gempa dalam, sedang, dan dangkal.
Yang paling sering menelan korban justru gempa dangkal, seperti yang terjadi di Liwa, Bengkulu, Bantul
Yogyakarta, dan Nusa Dua Bali. Letusan gunung api pada umumnya berkaitan dengan dua lempeng litosfer
yang saling bertemu dan berdesakan

7.3. Proses Hidrothermal VHMS

Endapan VHMS atau volcanic hosted massif sulphide yang dikenal juga dengan nama endapan volcanic-
associated, volcanic-hosted, dan volcano-sedimentary-hosted massive sulphide adalah endapan sulfida logam
dasar yang terdapat di sekuen vulkanik submarin. Endapan bijih ini memiliki kadar sulfida sangat tinggi
sampai mencapai 95% sulfida dari setiap endapan bijihnya.

Endapan VHMS biasanya terjadi sebagai lensa polymetallic masif sulfida yang terbentuk pada atau dekat
dasar laut di lingkungan vulkanik bawah laut. Endapan ini terbentuk dari cairan logam diperkaya terkait
dengan konveksi hidrotermal dasar laut.

Host endapan ini dapat berupa batuan vulkanik atau batuan sedimen. Endapan VHMS merupakan sumber
utama Zn, Cu, Pb, Ag, dan Au, dan sumber yang signifikan untuk Co, Sn, Se, Mn, Cd, In, Bi, Te, Ga, dan Ge.
Endapan VHMS berada di, atau dekat,dasar laut melalui fokus pelepasan panas, larutan hidrotermal yang kaya
logam. Untuk alasan ini, endapan VHMS diklasifikasikandi bawah klasifikasi umum dari endapan
Exhalative, yang termasuk sedimen exhalative (Sedex) dan endapan nikel (Eckstrand et al., 1995),
biasanya berbentuk gundukan sampai tabular, tubuh terdiri atas batas strata terutama kandungan sulfida yang
besar (> 40%), kuarsa dan bagian bawahnya merupakan phyllosilicates,dan mineral dan oksida besi serta
silikat yang mengubah dinding-batu, serta terdapat white smoker dan black smoker.

Ini mewakili penampang klasik dari endapan VHMS, dengan semi-massif sampai massif sulfida lensa ditutupi
oleh sistem urat stockwork dan berasosiasi dengan alterasi yang berasal dari pipa. Dari (Hannington et al.
(1998).
Tatanan Geologi & Tektonik Endapan VHMS ini, berasosiasi dengan back arc rifting, pada tatanan busur
vulkanik dan berasosiasi dengan pembentukan kaldera dan struktur di lingkungan submarin. Endapan VHMS
ini, juga berasosiasi dengan pemekaran samudera aktif pada back arc basin serta pegunungan api bawah laut,
juga berperan dalam pembentukan endapan VHMS.

Tatanan tektonik dan geologi yang paling umum di antara semua jenis endapan VHMS adalah bahwa mereka
terbentuk dalam perpanjangan tektonik dasar laut, termasuk didalamnya pemekaran lantai samudera dan
lingkungan busur (Herzig dan Hannington, 1995), tetapi endapan yang tercatat dalam geologi yang
terbentuk terutama di busur samudera, busur benua dan sistem back-arc (Franklin et al. 1998; Allen et al.,
2002). Ini dikarenakan selama aktivitas tektonik subduksi kebanyakan dari lantai samudera tua tersubduksi .

Proses Hidrotermal VHMS Endapan VHMS berhubungan erat dengan kegiatan vulkanik bawah laut. Larutan
hidrotermal yang berperan sangat dipengaruhi oleh fluida magmatis serta aliran air laut yang masuk ke dalam
sistem hidrotermal. Fluida meteorik berasal dari air laut yang mempunyai karakter kimiawi tertentu dengan
komposisi tinggi kadar klorida dan sulfat. Karena merupakan percampuran antara fluida magmatis dan air laut
mengakibatkan fluida mineralisasi mempunyai salinitas tinggi (umumnya 5-20 wt % NaCl eq.) dengan
tingginya kadar sulfida & sulfat Tahapan- tahapan mineralisasi endapan VHMS sebagai berikut :

Air laut meresap melalui rekahan yang terbentuk di lantai samudera


Fluida tersebut dipanaskan oleh batuan bagian dalam yang melebur pada kerak samudera sampai
ketinggian temperatur setinggi 400C

Fluida yang panas perlahan naik ke permukaan

Lalu memancar ke permukaan dan terbentuklah black smoker

Proses urat hidrotermal ini menghasilkan 2 tipe proses geologi, yaitu black smoker dan white smoker.
Perbedaan antara black smoker dan white smoker :

Pada black smoker :

Mempunyai suhu lebih dari 360 0C

Endapan mineral yang dihasilkan, yaitu pirit (FeS2), kalkopirit (CuFeS2), anhidrit (CaSO4)

Mineral yang dihasilkan yaitu mineral sulfide

Pada white smoker :

Memiliki suhu antara 260-300 0

Endapan mineral yang dihasilkan yaitu pirit (FeS2) dan sphalerit (ZnS).
Kaya akan zinc
Lebih dalam berada pada pinggir sekuen vulkanik submarine

Tipe-tipe Endapan VHMS Terdapat tipe-tipe endapan VHMS di dunia ini berdasarkan pada litologi footwall
dan sistem geotektonik :

Cyprus type: berhubungan dengan tholeiitic batuan basalt dalam sekuen ofiolit (back arc spreading
ridge), g. Troodos Massif (Siprus).

Besshi-type: berasosiasi dengan lempeng vulkanik dan turbidit kontinental, g. Sanbagwa (Jepang).

Kuroko-type: berasosiasi dengan batuan vulkanik felsik terutama kubah rhyolite (back arc rifting), e.g.
Kuroko deposits (Jepang).

Primitivetype : berasosiasi dengan differensiasi magma, g Canadian Archean rocks.

Karakteristik setiap tipe endapan ditunjukkan pada Tipe endapan Vulkanik Hosted Massif Sulphide
erminologi konvensional (Dimodifikasi dari Hutchinson, 1980) Mineralogi ubahan & Urat Mineral ubahan
dan tekstur yang terdapat di urat, adalah sebagai berikut :

Mineral sulfida dominan : pirit, pirhotit, markasit, arsenopirit,kalkopirit, sfalerit, galena

Mineral sulfat : barit, anhidrit

Mineral lempung : smektit, illit, serisit (temperatur meningkat)

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum endapan mineral yang telah dilaksanakan, penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa bijih (ore) adalah suatu batuan atau kumpulan mineral, yang mengandung mineral-mineral yang
bernilai ekonomis, dan dapat diekstrak. Bijih terdiri dari mineral-mineral yang bernilai ekonomis (biasanya
mengandung logam) yang disebut sebagai mineral bijih (ore mineral, mengandung logam) serta termasuk
mineral industri (industrial mineral, non-logam) dan mineral yang tidak bernilai ekonomis yang disebut
sebagai mineral penyerta (gangue mineral).

Alterasi hidrothermal merupakan proses yang terjadi akibat adanya reaksi antara batuan asal dengan fluida
panasbumi. Batuan hasil alterasi hidrotermal tergantung pada beberapa faktor, tetapi yang utama adalah
temperatur, tekanan, jenis batuan asal, komposisi fuida (hususnya pH) dan lamanya reaksi (Browne, 1984).
Proses alterasi hidrotermal yang tejadi akibat adanya reaksi antara batuan dengan air jenis klorida yang berasal
dari reservoir panasbumi yang terdapat jauh dibawah permukaan (deep chloride water) dapat menyebabkan
teriadinya pengendapan (misalnya kwarsa) dan pertukaran elemen-elemen batuan dengan fluida,
menghasilkan mineral-mineral seperti chlorite, adularia, epidote. Tipe endapan mineral dibagi menjadi : tipe
endapan orthomagmatik, tipe endapan pegmatik, tipe endapan pneumatolotik dan tipe endapan hidrotermal.
Tipe endapan hidrotermal sendiri terbagi atas epithermal high sulfide dan low sulfida. Contohnya Tambang
Emas di Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Propinsi Sumatra Utara (PT. Agincourt Resources).

Skarn adalah sebuah terminology pada dunia pertambangan untuk mengidentifikasikan suatu lapisan seperti
seam yang berwarna gelap (kehitaman) akibat dari adanya intrusi (terobosan) oleh fluida pembawa bijih.
Endapan skarn juga dikenal dengan beberapa terminology lain, yaitu : hydrothermal metamorphic, igneous
metamorphic, dan contact metamorphic.

Umumnya terbentuk (namun tidak selalu) pada kontak antara intrusi plutonik dengan batuan induk (country
rock) karbonat.

Skarn dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu Eksoskarn dan endoskarn. Eksoskarn dan endoskarn
adalah terminologi umum yang digunakan untuk menandai batuan sedimen dan batuan beku, kandungan
magnesium dan kalsit skarn komposisinya mendominasi pada protolith dan menghasilkan skarn mineral.

8.2. Saran

Setelah pelaksanaan praktek endapan mineral di laboratorium, penulis ingin menyarankan kepada kakanda
asisten yang berbau positif dan bersifat membangun untuk kepentingan kita bersama. Saran dari penulis antara
lain :

Diharapkan kepada asisten agar lebih menekankan pemahaman praktikan daripada mengejar jumlah
deskripsi, karena walaupun deskripsi banyak, namun dia belum paham, itu tidak ada artinya dan hanya
sia-sia.

Diharapkan kepada asisten untuk melakukan penambahan sampel dari berbagai macam tipe endapan,
tujuannya untuk agar para praktikan memahami sifat fisik dari masing-masing tipe endapan.

Carilah referensi-referensi dan informasi yang lebih membangun, hal ini diharapkan agar adanya
perkembangan bagi para praktikan dan mudah dalam mendapatkan informasi tentang dunia endapan
mineral.

Selanjutnya penulis juga berharap untuk semester depan kita sudah punya format laporan yang baku,
sehingga tidak membingungkan para praktikan, lalu untuk semester depan diharap format penuntun
praktikum ini hendaknya telah ada guna membantu praktikan maupun asisten pada saat praktikum
berlangsung.
Bagikan ini:

Twitter

Facebook

Google

Berikan Balasan

Cari

Komentar Terakhir
alwin di PIT PERHIMAGI 2015 MEDAN

Kategori
Tak Berkategori

Cari

Pos-pos Terakhir
Kenapa Bumi Semakin Panas

PIT PERHIMAGI 2015 MEDAN


Sejarah Stratigraphy Cekungan Sumatera Selatan

Sejarah Stratigraphy Cekungan Sumatera Tengah

Sejarah stratigraphy pada cekungan Sumatera Utara

Komentar Terakhir
alwin di PIT PERHIMAGI 2015 MEDAN

Arsip
Agustus 2015

April 2015

November 2014

September 2014

Kategori
Tak Berkategori

Meta
Mendaftar

Masuk log

RSS Entri

RSS Komentar

WordPress.com

Blog di WordPress.com. | Tema Oxygen.


Ikuti
Ikuti Geology Dream

Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.

Bergabunglah dengan 48 pengikut lainnya

Buat situs dengan WordPress.com


b. Klasifikasi Niggli (1929)
Niggli mengelompokkan mineral dengan menggabungkan konsep stadia
magmatisme dengan jenis-jenis komoditi logamnya. Kelompok pertama
adalah endapan endapan yang terkait dengan batuan plutonik, yang
kemudian dibagi menjadi Kelompok Orthomagmatik, Kelompok
Pneumatolitik-Pegmatik, dan kelompok Hidrotermal.
Table Klasifikasi Endapan Bijih Niggli
c. Klasifikasi Graton (1933)
Graton (1933) mengusulkan istilah teletermal, untuk endapan mineral pada
daerah dangkal, yang terbentuk jauh dari sumbernya (T dan P rendah).
Sedangkan Buddington (1935), mengenalkan istilah xenotermal, untuk
endapan pada daerah dangkal tetapi terbentuk pada temperatur tinggi (T)
tinggi dan (P) rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya intrusi pluton didekat
permukaan
ENDAPAN MINERAL

20:26 GEOLOGY 1 comment

DEFINISI
a. Ore adalah endapan bahan galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral berharganya secara ekonomis
baik itu logam maupun bukan logam. Bijih diekstraksi melalui penambangan, kemudian hasilnya dimurnikan
lagi untuk mendapatkan unsur-unsur yang bernilai ekonomis.

b. Gangue Minerals adalah mineral non logam yang bisa dimanfaatkan sebagai hasil sampingan misalnya
kuarsa, garnet, dll dalam jumlah yang cukup

c. By product: adalah produk sekunder atau insidentil yang berasal dari proses manufaktur, suatu reaksi
kimia atau jalur biokimia, dan bukan produk utama atau jasa yang dihasilkan. By product dapat bermanfaat
dan berharga, atau dapat dianggap limbah. Air juga bisa menjadi produk sampingan ketika reaksi
menyebabkan karbon dioksida.

d. Metallic minerals adalah Mineral yang mengandung satu jenis logam. Apabila kandungan logamnya
relative besar dan terikat secara kimia dengan unsur lain disebut mineral bijih (ore-minerals). Sebagian besar
mineral bijih bersifat logam dan sebagian bersifat non logam (bauksit).. Mineral logam dibagi menjadi dua,
yaitu logam murni dan logam campuran. Logam murni digunakan dalam kondisi murni tanpa campuran.
Contoh logam murni adalah emas, timah, seng, dan aluminium. Biasanya kaleng minuman menggunakan
aluminium murni. Sementara kabel listrik terbuat dari tembaga murni.

e. Waste Minerals adalah mineral non logam yang tidak ekonomis

f. Mineral bijih adalah Batu yang mengandung satu atau lebih mineral metalik yang untung jika
ditambang.. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari nilai ekonomisnya, bila harga pengolahan
dan harga pasaran berfluktuasi, suatu saat endapan mineral dikatakan sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi.
Pada saat ekstraksi didapatkan bahan logam dan juga bahan limbah (gangue) yang tidak memiliki nilai
ekonomis. Proses ekstraksi tersebut menghasilkan timbunan limbah (tailing).

PEMBAGIAN KELOMPOK MINERAL BIJIH:

a. Bijih Silisius (Keiko) yang mengandung sulfiIda terutama kalkopirit, terdesssiminasi dalam batuan
tersilisifikasi.
b. Bijih Kuning (Oko), terutama pirit dengan sedikit kalkopirit dan Kuarsa.
c. Bijih hitam (Kuroko), percampuran kuat antara Sphalerite kaya besi berwarna gelap, galena, barite, dan
sejumlah kecil pirit dan kalkopirit ; wurzit, enargit, tetrahidrit, markasit, serta sejumlah mineral lainnya yang
ditemukan secara setempat dalam jumlah kecil.
d. Urat (vein) dan massa besar gipsum (sekkoko), yang saling berhubungan tetapi dalam tubuh yang
terpisah- pisah.
e. Zona stringer, kaya kalkopirit dalam pipa- pipa bawah bijih (ryukoko)

f. Ferruginous (lapisan tetsusekiei), yang berada pada lapisan paling bawah.

FESE PEMBENTUKAN ENDAPAN PRIMER

a. Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)


suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral terbentuk langsung pada magma (differensiasi magma),
misalnya dengan cara gravitational settling
Vesiculation, Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air (H2O), (CO2), (SO2),
(S) dan (Cl).
Diffusion, Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan material dari
batuan yang mengelilingi reservoir magma.
Flotation, Kristal-kristal ringan yang mengandung sodium dan potasium cenderung untuk
memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar dengan unsur-unsur sodium
dan potasium.
Assimilation of Wall Rock, Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari dinding
reservoir akan bergabung dengan magma.
Thick Horizontal Sill, Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses differensiasi
magmatik asli yang membeku karena kontak dengan dinding reservoir. Jika bagian sebelah
dalam membeku terjadi Crystal Settling dan menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang
lebih berat terletak pada lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.

b. Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)


Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat
kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang
mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork
c. Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam lingkungan yang dekat dengan
magma. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi dari magma
kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain :
wolastonit, amfibol, kuarsa, epidot, garnet, aktinolit, dll.

d. Fasa Hidrotermal
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil differensiasi
magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber
terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara pembentukan endapan,
dikenal dua macam endapan hidrothermal, yaitu :
Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan.
Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur
baru dari larutan hidrothermal.

Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan hidrothermal, antara
lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-3500C), dan Hipothermal (T 3000C-
5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang
tertentu (spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding. Tetapi
minera-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida hampir
selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.
Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit (Fe3O4),
hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS), galena (PbS), pentlandit
(NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4), kasiterit (SnO2), Mo-sulfida (MoS2), Ni-Co
sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan mineral-mineral gangue antara lain : topaz,
feldspar-feldspar, kuarsa, tourmalin, silikat-silikat, karbonat-karbonat
Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah : stanite (Sn,
Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida, stibnit (Sb2S3),
tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit (CuFeS2), dengan
mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit.
Paragenesis endapan ephitermal dan mineral ganguenya adalah : native cooper (Cu),
argentit (AgS), golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2), pirit (FeS2), cinabar (HgS),
realgar (AsS), antimonit (Sb2S3), stannit (CuFeSn), dengan mineral-mineral ganguenya :
kalsedon (SiO2), Mg karbonat-karbonat, rhodokrosit (MnCO3), barit (BaSO4), zeolit (Al-silikat).

e. Fasa Vulkanik
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil differensiasi
magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber
terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara pembentukan endapan,
dikenal dua macam endapan hidrothermal, yaitu :
Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan.
Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur
baru dari larutan hidrothermal.

Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan hidrothermal, antara
lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-3500C), dan Hipothermal (T 3000C-
5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang
tertentu (spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding. Tetapi
minera-mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida hampir
selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.

TIPE-TIPE ENDAPAN YANG TERBENTUK SECARA SEKUNDER

Proses pembentukan endapan ini sangat di dominasi oleh media air permukaan, sehingga jejak-
jejak pembentukannya seperti adanya struktur perlapisan, dan nodul menggambarkan
manifestasi tersebut.
Tipe endapan ini terbagi atas:
a. Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai Hasil Pelapukan
Permukaan dan Transportasi
Secara normal material bumi tidak dapat mempertahankan keberadaanya dan akan mengalami
transportasi geokimia yaitu terdistribusi kembali dan bercampur dengan material lain. Proses
dimana unsur-unsur berpindah menuju lokasi dan lingkungan geokimia yang baru dinamakan
dispersi geokimia. Berbeda dengan dispersi mekanis, dispersi kimia mencoba mengenal secara
kimia penyebab suatu dispers. Dispersi geokimia sekunder adalah dispersi kimia yang terjadi di
permukaan bumi, meliputi pendistribusian kembali pola-pola dispersi primer oleh proses yang
biasanya terjadi di permukaan, antara lain proses pelapukan, transportasi, dan pengendapan.
Bahan terangkut pada proses sedimentasi dapat berupa partikel atau ion dan akhirnya
diendapkan pada suatu tempat.
b. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Pelapukan Mekanik
Mineral disini terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih dan pemecahan dari residu.
Proses pemilahan yang mana menyangkut pengendapan tergantung oleh besar butir dan berat
jenis disebut sebagai endapan plaser. Mineral plaser terpenting adalah Pt, Au, kasiterit,
magnetit, monasit, ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dsb
c. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Proses Pengendapan Kimia
Lingkungan Darat
Batuan klastik yang terbentuk pada iklim kering dicirikan oleh warna merah akibat oksidasi Fe
dan umumnya dalam literatur disebut red beds. Kalau konsentrasi elemen logam dekat
permukaan tanah atau di bawah tanah tempat pengendapan tinggi memungkinkan terjadi
konsentrasi larutan logam dan mengalami pencucian (leaching/pelindian) meresap bersama air
tanah yang kemudian mengisi antar butir sedimen klastik. Koloid bijih akan alih tempat oleh
penukaran kation antara Fe dan mineral lempung atau akibat penyerapan oleh mineral
lempung itu sendiri.
Lingkungan Laut
Kejadian cebakan mieral di lingkungan laut sangat berbeda dengan lingkungan darat yang
umumnya mempunyai mempunyai pasokan air dengan kadar elemen yang tinggi dibandingkan
kandungan di laut. Kadar air laut mempunai elemen yang rendah. Sebagai contoh kadar air laut
untuk Fe 2 x 10-7 % yag membentuk konsentrasi mineral logam yang berharga hal ini dapat
terjadi kalau mempunyai keadaan yang khusus

TIPE ENDAPAN YANG TERBENTUK KARENA AKTIVITAS VULKANIK\

Aktivitas vulkanik dapat menghasilkan endapan mineral baik logam maupun non logam.
Endapan tersebut terbentuk karena proses sublimasi gas atau uap yang dikeluarkan oleh
aktivitas vulkanik. Air tanah dan air meteoric disekitar daerah vulkanik juga dapat
menghasilkan endapan mineral tertentu. Contoh mineral : belerang, fosfor, dan mineral logam
Pb, Zn, Bi, Fe.
Disamping menghasilkan mineral, aktivitas vulkanik juga menghasilkan panas bumi yang
dimanfaatkan untuk energi panas bumi (geothermal energy).

TIPE ENDAPAN YANG BERASOSIASI DENGAN BATUAN INTRUSI DAN TIPE ENDAPAN

Deposit Kuroko merupakan salah satu wakil dari deposit sulfida volcanogenic besar di dunia.
Hal ini ditandai oleh logam simpanan kelas dasar yang tinggi untuk mengandung cukup jumlah
emas dan perak. Deposito tersebut telah dieksplorasi sebagai sumber utama logam mulia dan
logam mulia di dunia.
Dalam kasus Jepang, hampir semua deposito dihasilkan dalam berumur Miosen sehingga ada
banyak. contoh dan unmetamorphosed pelat badan kaku.Kuroko mengacu pada model
endapan yang terdapat di salah satu distrik yang terdapat di Jepang bagian Utara yang
mengandung kumpulan dari karakteristik horizon bijih dalam suatu tatanan geologi khusus

KLASIFIKASIENDAPANMINERAL
KARAKTERISTIK DAN TIPE ENDAPAN DI SANGKAROPI

a. Bijih hitam (Kuroko) percampuran kuat antara Sphalerite kaya besi berwarna gelap, galena,
barite, dan sejumlah kecil pirit dan kalkopirit ; wurzit, enargit, tetrahidrit, markasit, serta
sejumlah mineral lainnya yang ditemukan secara setempat dalam jumlah kecil
b. Urat (vein) dan massa besar gipsum (sekkoko) yang saling berhubungan tetapi dalam
tubuh yang terpisah- pisah.

Anda mungkin juga menyukai