Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Endapan Mineral

Endapan mineral (Ore Deposit) adalah batuan yang mengandung satu atau lebih
mineral logam (Metallic Mineral) yang akan memiliki nilai ekonomis jika di tambang
dinamakan Ore Mineral atau mineral bijih. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat
dari ekonomisnya, bila harga pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi, suatu saat endapan
mineral di katakan sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi. Pada saat ekstraksi didapatkan
bahan logam dan juga bahan limbah (gangue) yang tidak memiliki nilai ekonomis. Proses
ekstraksi tersebut menghasilkan timbunan limbah (tailing).

Suatu endapan mineral akan terbentuk oleh serangkaian proses yang mengubah
kondisi suatu batuan menjadi suatu endapan dengan kandungan mineral bijih yang disebut
proses ubahan (alteration). Proses tersebut akan menghasilkan mineral logam (Metalic
Mineral) dan mineral ubahan (alteration mineral), struktur serta tekstur batuan yang berubah
karenanya.

2.2 Mineral Bijih (Ore)

Mineral bijih adalah Batu yang mengandung satu atau lebih mineral metalik yang
untung jika ditambang. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari nilai
ekonomisnya, bila harga pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi, suatu saat endapan
mineral dikatakan sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi. Pada saat ekstraksi didapatkan
bahan logam dan juga bahan limbah (gangue) yang tidak memiliki nilai ekonomis. Proses
ekstraksi tersebut menghasilkan timbunan limbah (tailing).

Proses dan aktivitas geologi bisa menimbulkan terbentuknya batuan dan jebakan
mineral. Yang dimaksud dengan jebakan mineral adalah endapan bahan-bahan atau mineral
baik berupa mineral maupun kumpulan mineral (batuan) yang mempunyai arti ekonomis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan pengusahaan jebakan dalam arti ekonomis
adalah bentuk jebakan, besar dan volume cadangan, kadar, lokasi geografis dan biaya
pengolahannya.
Dari distribusi unsur-unsur logam dan jenis-jenis mineral yang terdapat didalam kulit
bumi menunjukan bahwa hanya beberapa unsur logam dan mineral saja yang mempunyai
presentasi relative besar, karena pengaruh proses dan aktivitas geologi yang berlangsung
cukup lama, presentasi unsur-unsur dan mineral-mineral tersebut dapat bertambah banyak
pada bagian tertentu karena proses pengayaan, bahkan pada suatu waktu dapat terbentuk
endapan mineral yang mempunyai nilai ekonomis. Proses pengayaan ini disebabkan oleh :

1. proses pelapukan dan transportasi


2. proses ubahan karena pengaruh larutan sisa magma

proses pengayaan tersebut dapat terjadi pada kondisi geologi dan persyaratan
tertentu.Kadar minimum logam yang mempunyai arti ekonomis nilainya jauh lebih besar
daripada kadar rata-rata dalam kulit bumi. Faktor perkalian yang bisa memperbesar kadar
mineral yang kecil sehingga bisa menghasilkan kadar minimum ekonomis yang disebut
faktor pengayaan (Enrichment Factor atau Concentration Factor). Dari sejumlah unsur atau
mineral yang terdapat didalam kulit bumi, ternyata hanya beberapa unsur atau mineral saja
yang berbentuk unsur atau elemen tunggal (native element).

Sebagian besar merupakan persenyawaan unsur-unsur daaan membentuk mineral atau


asosiasi mineral.Mineral yang mengandung satu jenis logam atau beberapa asosiasi logam
disebut mineral logam (metallic mineral). Apabila kandungan logamnya relatif besar dan
terikat secara kimia dengan unsur lain maka mineral tersebut disebut Mineral Bijih (ore
mineral). Yang disebut bijih/ore adalah material/batuan yang terdiri dari gabungan mineral
bijih dengan komponen lain (mineral non logam) yang dapat diambil satu atau lebih logam
secara ekonomis. Apabila bijih yang diambil hanya satu jenis logam saja maka disebut single
ore. Apabila yang bisa diambil lebih dari satu jenis bijih maka disebut complex-ore.

2.3 Endapan Magmatik

Terbentuknya bahan galian karena adanya diff dari magma. Magma sebagai cairan panas
dan pijar merupakan sumber dari jebakan bijih yang terjadi dari bermacam-macam
komponen, dimana dari masing-masing komponen mempunyai daya larut yang berlainan.
Pada waktu magma naik ke permukaan bumi,maka temperatur dan tekanannya akan turun.
Akibatnya terjadi kristalisasi, dimana komponen yang sukar larut akan mengkristal lebih
dahulu sebagai terbentuknya endapan bijih. Proses magmatic concetration dibagi yaitu :
Endapan Magmatik Awal ( Early Magmatik Deposite)

Endapan Early Magmatic dihasilkan dari proses magmatik langsung yang disebut
orthomagmatik (proses pengkristalan magma hingga mencapai 90%). Mineral bijih pada
endapan ini selalu berasosiasi dengan batuan beku plutonik ultrabasa dan basa.

Endapan Magmatik Akhir (Late Magmatic Deposite)

Jebakan menghasilkan kristal setelah terbentuk batuan silika sebagai bentuk sisa magma
yang lebih kompleks dan mempunyai corak dengan variasi yang lebih banyak. Magma dari
endapan late magmatic mempunyai sifat mobilitas tinggi. Jebakan late magmatic terutama
berasosiasi dengan batuan beku yang basic dan disebabkan oleh bermacam-macam proses
differensiasi.

Jebakan ore mineral late magmatic terjadi setelah terbentuknya batuan silikat yang
menerobos dan bereaksi dan menghasilkan rangkaian reaksi. Perubahan ini disebut Deuteric
alteration yang terjadi pada akhir kristalisasi dari batuan beku dan cirinya hampir sama
dengan efek yang dihasilkan proses pneumatolytic atau larutan hidrotermal.

2.4 Endapan Alterasi Hidrotermal

Alterasi hidrotermal merupakan proses yang terjadi akibat adanya reaksi antara batuan
asal dengan fluida panas bumi. Batuan hasil alterasi hidrotermal tergantung pada beberapa
faktor, tetapi yang utama adalah temperatur, tekanan, jenis batuan asal, komposisi fluida dan
lamanya reaksi (Browne,1984).

Proses alterasi hidrotermal yang terjadi akibat adanya reaksi antara batuan dengan air
jenis klorida yang berasal dari reservoir panas bumi yang terdapat jauh dibawah permukaan
dapat menyebabkan terjadinya pengendapan dan pertukaran elemen-elemen batuan dengan
fluida, menghasilkan mineral-mineral seperti chlorite, adularia, dan epidote. Air yang
bersifat asam, yang terdapat pada kedalaman yang relatif dangkal dan elevasi yang relative
tinggi mengubah batuan asal menjadi clay dan mineral-mineral lainnya terlepas
2.5 Geologi Regional

Van Bemmelen (1945) membagi lengan tenggara Sulawesi menjadi 3 bagian yaitu
ujung utara, bagian tengah, dan ujung selatan. Lembar Kolaka menempati bagian tengah dan
bagian ujung selatan dari lengan tenggara Sulawesi. Terdapat 5 morfologi satuan pada bagian
tengah dan ujung selatan dari lengan tenggara Sulawesi, yaitu morfologi pegunungan,
morfologi perbukitan tinggi, morfologi perbukitan rendah, morfologi pedataran dan
morfologi karst.

Morfologi Pegunungan

Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas pada kawasan ini terdiri atas
Pegunungan Mekongga, Pegunungan Tengkelemboke, Pegunungan Mendoke, dan
Pegunungan Rumbia yang terpisah di ujung selatan Lengan Tenggara, puncak tertinggi pada
rangkaian Pegunungan Mekongga adalah Gunung Mekongga yang mempunyai ketinggian
2790 mdpl. Pegunungan Tangkelamboke mempunyai puncak Gunung Tangkelamboke
dengan ketinggian 1500 mdpl. Satuan morfologi ini mempunyai topografi yang kasar dengan
kemiringan lereng tinggi. Rangkaian pegunungan dalam satuan ini mempunyai pola yang
hampir sejajar barat laut-tenggara. Arah ini sejajar dengan pola struktur sesar regional
kawasan ini. Pola ini mengindikasikan bahwa pembentukan morfologi pegunungan itu erat
hubungannya dengan sesar regional.

Satuan pegunungan terutama dibentuk oleh batuan malihan dan setempat oleh batuan
ofiolit. Ada perbedaan yang khas di antara kedua penyusun batuan itu. Pegunungan yang
disusun oleh batuan ofiolit mempunyai punggung gunung yang panjang dan lurus dengan
lereng relatif lebih rata, serta kemiringan yang tajam. Sementara pegunungan yang dibentuk
oleh batuan malihan, punggung gunungnya terputus pendek-pendek dengan lereng yang tidak
rata walaupun bersudut tajam.

Morfologi Perbukitan Tinggi

Morfologi perbukitan tinggi menempati bagian selatan Lengan Tenggara, terutama di


selatan Kendari. Satuan ini terdiri atas bukit-bukit yang mencapai ketinggian 500 mdpl
dengan morfologi kasar. Batuan penyususn morfologi ini berupa batuan sedimen klastika
Mesozoikum dan Tersier.
Morfologi Perbukitan Rendah

Morfologi perbukitan rendah melampar luas di Utara Kendari dan ujung selatan
Lengan Tenggara Sulawesi. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan rendah dengan morfologi
yang bergelombang. Batuan penyususn satuan ini terutama batuan sedimen klastika
Mesozoikum dan Tersier.

Morfologi Pedataran

Morfologi dataran rendah dijumpai di bagian tengah ujung selatan Lengan Tenggara
Sulawesi. Tepi selatan Dataran Wawotobi dan Dataran Sampara berbatasan langsung dengan
morfologi pegunungan. Penyebaran morfologi ini tampak sangat dipengaruhi oleh sesar geser
mengiri (Sesar Kolaka dan Sistem Sesar Konaweha). Kedua sistem ini diduga masih aktif,
yang ditunjukkan oleh adanya torehan pada endapan aluvial dalam kedua dataran tersebut
(Surono dkk, 1997). Sehingga sangat mungkin kedua dataran itu terus mengalami penurunan.
Akibat dari penurunan ini tentu berdampak buruk pada dataran tersebut, di antaranya
pemukiman dan pertanian di kedua dataran itu akan mengalami banjir yang semakin parah
setiap tahunnya.
Dataran Langkowala yang melampar luas di ujung selatan Lengan Tenggara,
merupakan dataran rendah. Batuan penyusunnya terdiri atas batupasir kuarsa dan
konglomerat kuarsa Formasi Langkowala. Dalam dataran ini mengalir sungai-sungai yang
pada musim hujan berair melimpah sedang pada musim kemarau kering. Hal ini mungkin
disebabkan batupasir dan konglomerat sebagai dasar sungai masih lepas, sehingga air dengan
mudah merembes masuk ke dalam tanah. Sungai tersebut di antaranya Sungai Langkowala
dan Sungai Tinanggea. Batas selatan antara Dataran Langkowala dan Pegunungan Rumbia
merupakan tebing terjal yang dibentuk oleh sesar berarah hampir barat-timur.
Morfologi Karst

Morfologi karst melampar di beberapa tempat secara terpisah. Satuan ini dicirikan
perbukitan kecil dengan sungai di bawah permukaan tanah. Sebagian besar batuan penyusun
satuan morfologi ini didominasi oleh batugamping berumur Paleogen dan selebihnya
batugamping Mesozoikum ini merupakan bagian Formasi Eemoiko, Formasi Laonti, Formasi
Buara dan bagian atas dari Formasi Meluhu. Sebagian dari batugamping penyusun satuan
morfologi ini sudah terubah menjadi marmer. Perubahan ini erat hubungannya dengan
pensesar-naikkan ofiolit ke atas kepingan benua.
2.6 Stratigrafi Regional

Formasi batuan penyusun peta geologi regional Lembar Kolaka diuraikan dari
termuda sebagai berikut :

Qa Alluvium : terdiri atas lumpur, lempung, pasir kerikil dan kerakal. Satuan ini merupakan
endapan sungai, rawa dan endapan pantai. Umur satuan ini adalah Holosen.

Qpa Formasi Alangga : terdiri atas konglomerat dan batupasir. Umur dari formasi ini adalah
Plistosen dan lingkungan pengendapannya pada daerah darat-payau. Formasi ini menindih
tak selaras formasi yang lebih tua yang masuk kedalam kelompok molasa sulawesi.

Ql Formasi Buara : terdiri atas terumbu koral, konglomerat dan batupasir. Umur dari
formasi ini adalah Plistosen-Holosen dan terendapkan pada lingkungan laut dangkal.

Tmpb Formasi Boepinang : terdiri atas lempung pasiran, napal pasiran dan batupasir.
Batuan ini berlapis dengan kemiringan perlapisan relatif kecil yaitu < 15 derajat yang
dijumpai membentuk antiklin dengan sumbu antiklin berarah barat daya – timur laut. Umur
formasi ini diperkirakan Pliosen dan terendapkan pada lingkungan laut dangkal (neritik).

Tmpe Formasi Eemoiko : terdiri atas kalkarenit, batugamping koral, batupasir dan napal.
Formasi ini berumur Pliosen dengan lingkungan pengendapan laut dangkal, hubungan
menjemari dengan formasi Boepinang.

Tml  Formasi Langkowala : terdiri atas konglomerat, batupasir, serpih dan setempat
kalkarenit. Konglomerat mempunyai fragmen beragam yang umumnya berasal dari kuarsa
dan kuarsit, dan selebihnya berupa batu pasir malih, sekis dan ultrabasa. Ukuran fragmen
berkisar 2 cm sampai 15 cm, setempat terutama dibagian bawah sampai 25 cm. Bentuk
fragmen membulat – membulat baik, dengan sortasi menengah. Formasi ini banyak dibatasi
oleh kontak struktur dengan batuan lainnya dan bagian atas menjemari dengan bagian bawah
batuan sedimen Formasi Boepinang (Tmpb). Hasil penanggalan umur menunjukkan bahwa
batuan ini terbentuk pada Miosen Tengah.
MTpm Kompleks Pompangeo : terdiri atas sekis mika, sekis glaukofan, sekis amphibolit,
sekis klorit, rijang, pualam dan batugamping meta. Sekis berwarna putih, kuning kecoklatan,
kehijauan kelabu; kurang padat sampai sangat padat serta memperlihatkan perdaunan.
Setempat menunjukkan struktur chevron, lajur tekuk (kink banding) dan augen serta di
beberapa tempat perdaunan terlipat. Rijang berwarna kelabu sampai coklat; agak padat
sampai padat, setempat tampak struktur perlapisan halus (perarian). Pualam berwarna
kehijauan, kelabu sampai kelabu gelap, coklat sampai merah coklat, dan hitam bergaris putih;
sangat padat dengan persekisan, tekstur umumnya nematoblas yang memperlihatkan
pengarahan. Persekisan dalam batuan ini didukung oleh adanya pengarahan kalsit hablur yaag
tergabung dengan mineral lempung dan mineral kedap (opak). Batuan terutama tersusun oleh
kalsit, dolomit dan piroksen; mineral lempung dan mineral bijih dalam bentuk garis.
Wolastonit dan apatit terdapat dalam jumlah sangat kecil. Plagioklas jenis albit mengalami
penghabluran ulang dengan piroksen. Satuan ini mempunyai kontak struktur geser dengan
satuan yang lebih tua di bagian utara yaitu Kompleks Mekongga (Pzm). Berdasarkan
penarikan umur oleh Kompleks Pompangeo mempunyai umur Kapur Akhir – Paleosen
bagian bawah.

Km Formasi Matano : terdiri atas batugamping hablur, rijang dan batusabak. Batugamping
berwarna putih kotor sampai kelabu; berupa endapan kalsilutit yang telah menghablur ulang
dan berbutir halus (lutit); perlapisán sangat baik dengan ketebalan lapisan antara 10-15 cm; di
beberapa tempat dolomitan; di tempat lain mengandung lensa rijang setempat perdaunan.
Rijang berwarna kelabu sampai kebiruan dan coklat kemerahan; pejal dan padat. Berupa
lensa atau sisipan dalam batugamping dan napal; ketebalan sampai 10 cm. Batusabak
barwarna coklat kemerahan; padat dan setempat gampingan; berupa sisipan dalam serpih dan
napal, ketebalan sampai 10 cm. Berdasarkan kandungan fosil batugamping,
yaitu Globotruncana sp dan Heterohelix sp, serta Radiolaria dalam rijang (Budiman, 1980),
Formasi Matano diduga berumur Kapur Atas dengan lingkungan pengendapan pada laut
dalam.

Ku Kompleks Ultramafik : terdiri atas harzburgit, dunit, wherlit, serpentinit, gabbro, basal,
dolerit, diorit, mafik meta, amphibolit, magnesit dan setempat rodingit. Satuan ini
diperkirakan berumur Kapur.
TRJm Formasi Meluhu : terdiri atas batupasir kuarsa, serpih merah, batulanau, dan
batulumpur dibagian bawah; dan perselingan serpih hitam, batupasir, dan batugamping di
bagian atas. Formasi ini mengalami tektonik kuat yang ditandai oleh kemiringan perlapisan
batuan hingga 80 derajat dan adanya puncak antiklin yang memanjang utara barat daya –
tenggara. Umur dari formasi ini diperkirakan Trias.

TRJt Formasi Laonti : terdiri atas batugamping malih, pualam dan kuarsit. Kuarsit, putih
sampai coklat muda; pejal dan keras; berbutir (granular), terdiri atas mineral granoblas,
senoblas, dengan butiran dan halus sampai sedang. Batuan sebagian besar terdini dari kuarsa,
jumlahnya sekitar 97%. Oksida besi bercelah diantara kuarsa, jumlahnya sekitar 3%. Umur
dari formasi ini adalah Trias.

Pzm Kompleks Mekongga : terdiri atas sekis, gneiss dan kuarsit. Gneiss berwarna kelabu
sampai kelabu kehijauan; bertekstur heteroblas, xenomorf sama butiran, terdiri dari mineral
granoblas berbutir halus sampai sedang. Jenis batuan ini terdiri atas gneiss kuarsa biotit dan
gneiss muskovit. Bersifat kurang padat sampai padat.

2.7 Struktur Geologi Regional


Pada lengan tenggara Sulawesi, struktur utama yang terbentuk setelah tumbukan
adalah sesar geser mengiri, termasuk sesar matarombeo, sistem sesar Lawanopo, sistem sesar
Konaweha, sesar Kolaka, dan banyak sesar lainnya serta liniasi. Sesar dan liniasi
menunjukkan sepasang arah utama tenggara-baratlaut (332 derajat), dan timur laut-barat daya
(42 derajat). Arah tenggara barat laut merupakan arah umum dari sesar geser mengiri
dilengan tenggara sulawesi.
Sistem sesar Lawanopo termasuk sesar-sesar berarah utama barat laut-tenggara yang
memanjang sekitar 260 Km dari Utara Malili sampai tanjung Toronipa. Ujung barat laut sesar
ini menyambung dengan sesar Matano, sementara ujung tenggaranya bersambung dengan
sesar Hamilton yang memotong sesar naik Tolo. Sistem sesar ini diberi nama sesar Lawanopo
oleh Hamilton (1979) bedasarkan dataran Lawanopo yang ditorehnya. Analisis stereografi
orientasi bodin, yang diukur pada tiga lokasi, menunjukan keberagaman azimuth
rata-rata/plunge: 30derajat/44derajat, 356.3derajat/49derajat, dan 208.7derajat/21derajat.
Adanya mata air panas di Desa Toreo, sebelah tenggara Tinobu serta pergeseran pada
bangunan dinding rumah dan jalan sepanjang sesar ini menunjukan bahwa sistem sesar
Lawanopo masih aktif sampai sekarang.
Lengan Sulawesi tenggara juga merupakan kawasan pertemuan lempeng, yakni
lempeng benua yang berasal dari Australia dan lempeng samudra dari Pasifik. Kepingan
benua di Lengan Tenggara Sulawesi dinamai Mintakat Benua Sulawesi Tenggara (South East
Sulawesi Continental Terrane) dan Mintakat Matarambeo. Kedua lempeng dari jenis yang
berbeda ini bertabrakan dan kemudian ditindih oleh endapan Molasa Sulawesi. Sebagai
akibat subduksi dan tumbukan lempeng pada Oligosen Akhir-Miosen Awal, kompleks ofiolit
tersesar–naikkan ke atas mintakat benua. Molasa sulawesi yang terdiri atas batuan sedimen
klastik dan karbonat terendapkan selama akhir dan sesudah tumbukan, sehingga molasa ini
menindih tak selaras Mintakat Benua Sulawesi Tenggara dan Kompleks Ofiolit tersebut. Pada
akhir kenozoikum lengan ini di koyak oleh Sesar Lawanopo dan beberapa pasangannya
termasuk Sesar Kolaka.

2.8 Batuan Beku


Batuan beku adalah batuan yang terbentu langsung dari pembentukan magma baik dari
bawah permukaan bumi maupun diatas permukaan bumi. Magma adalah zat cair lelehan pijar
yang merupakan senyawa silika dan berada pada kondisi tekanan dan suhu tinggi di dalam
tubuh bumi.

Ada delapan mineral yang umumnya dijumpai sebagai penyusun batuan beku dan bisa
disebut sebagai mineral batuan beku atau igneous mineral. Mineral-mineral tersebut dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Mineral-mineral yang tersusun dari unsur silika dan alluminium

Anda mungkin juga menyukai