BATUAN METAMORF
yang berlangsung pada fasa padatan, sebagai tanggapan atas kondisi kimia fisika
KBAR
10
Gambar 5.1. Skema diagram suhu- tekanan pada proses metamorfosa. Metamorfisme
dibatasi oleh proses diagenesa dan proses peleburan magma, pada suhu
yang lebih tinggi (Winkler,1957).
Berikut ini gambar yang menunjukan range kehadiran mineral terhadap
masing-masing jenis faciesnya berdasarkan temperaturnya dan distribusi
facies metamorfosa dari lempeng aktif konvergen. (Ditampilkan pada gambar
5.2 dan gambar 5.3)
Gambar 5.2. Skema diagram resistensi mineral dari facies metamorfosa berdasarkan
temperaturnya.
Gambar 5.3. Distribusi facies metamorfosa dari lingkungan tektonik lempeng konvergen
(Ernest, 1974).
Terjadi pada batuan yang terpanasi oleh intrusi magma yang besar. Pancaran
panas tersebut akan semakin menurun bila semakin jauh dari tubuh intrusinya. Hal
ini berakibat adanya perbedaan pengaruh suhu pada batuan sampingnya antara
baguan yang dekat dengan tubuh intrusi dan yang lebih jauh. Tentunya demikian
juga dengan hasil perubahan mineraloginya. Zona aureole yang melingkari tubuh
Metamorfisme kataklastik
yang cirinya berbeda dari jenis sebelumnya tebatas pada sekitar sesar.
Batuan hasil kataklastik seperti breksi sesar, milonit, filonit, dinamai berkaitan
jalur tersebut dijumpai penyebaran batuan metamorf yang luas yang disebabkan
oleh beberapa kali proses orogenesa, artinya bahwa beberapa diantaranya telah
Hal ini dibuktikan dengan struktur sekistos. Jika metamorfisme thermal terjadi
pada tekanan rendah antara 100 sampai 1000 bar atau mencapai 3000 bar ( terjadi
dalam pengaruh tekanan antara, paling tidak 2000 sampai 10.000 bar. Hal ini akan
Suhu yang berpengaruh pada keduanya umumnya sama dimulai diatas 150°C
Tidak berkaitan dengan orogenesa atau intrusi magma. Suatu sedimen pada
cekungan yang dalam akan terbebani oleh material di atasnya. Suhunya, bahkan
yang menghasilkan sekistositas hanya aktif secara setempat, jika tidak biasanya
tidak hadir. Oleh karena itu, fabric batuan asal tetap tampak sedangkan yang
teramati secara megaskopis tetapi hanya terlihat pada pengamatan sayatan tipisnya
glaukofan dan jadeit dipihak lain. Keduanya terbentuk pada kondisi suhu yang
dianggap sama, perbedaan itu lebih cenderung diakibatkan oleh adanya tekanan
rendah dengan tekanan yang tinggi sering disebut tipe Barrow¸ sedangkan yang
metamorfisme dinamotermal bersuhu rendah sampai tinggi dapat dibuat dan telah
reaksi mineral. Reaksi mineral diatur sendiri untuk komposisi batuan tertentu
oleh tekstur dan suhu, komposisi kimia dan bahkan oleh sejumlah fase gas.
perkembangan suhunya:
Blastopsefitik, yaitu tekstur dengan ukuran butir lebih besar dari pasir.
Blastoporfiritik, yaitu tekstur sisa dari batuan asal yang bersifat poifiritik,
tekstur yang dimaksud lebih dari satu, seperti dari sayatan tipis mempunyai 2
gambar 5.9.)
Struktur dalam batuan metamorf terdiri atas struktur foliasi dan non-foliasi.
Struktur foliasi adalah struktur yang terbentuk atau struktur yang memperlihatkan
adanya orientasi dari mineral, struktur ini umumnya terbentuk dari hasil
pemisahan mineral pipih denga mineral granular namun tidak begitu jelas, dimana
orientasi mineral pipih tiodak menerus atau dipotong oleh mineral yang bersifat
mineral granular yang berulang dengan mineral pipih, tetapi orientasi mineral
pipihnya tidak menerus atau disebut juga dengan “open scistosa”. (Kenampakan
dari mineral pipih dan sangat halus (mineral lempung). Kenampakan slaty
Struktur batuan metamorf yang lain adalah adalah struktur non poliasi yang
umumnya terbentuk dari hasil metamorfosa thermal atau kontak, struktur ini
granulose atau hornfelsik. Bentuk kristal dari batuan metamorf yang terbentuk
euhedral.
subhedral.
anhedral.