Anda di halaman 1dari 4

Geologilogi Lingkungan

Sumberdaya Geologi Kendala Geologi

KRB Tsunami
Morfologi

KRB Gunungapi
Hidrogeologi

KRB Gempabumi
Geologi

KRB Gerakan tanah

Morfologi

Secara harafiah, geologi terdiri dari dua kata, yaitu Geos yang berarti bumi dan Logos yang
berarti pengetahuan. Geologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang kebumian.
Definisi lain nya disebutkan bahwa geologi adalah Ilmu Kebumian yang mempelajari segala
sesuatu mengenai planet bumi beserta isinya yang pernah ada (Noor, 2009).
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuklahan (landfrom) yang membentuk
permukaan bumi, di atas dan di bawah permukaan laut dan menekankan pada cara terjadinya
serta perkembangannya dalam konteks keruangannya (Verstappen, 1982 dalam Danang
Endarto, 2007). Bentuklahan merupakan bagian dari permukaan bumi yang mempunyai bentuk
khas sebagai akibat pengaruh dari proses dan struktur batuan selama periode waktu tertentu
(Widiyanto dan Dibyosaputro, 1996)
Aspek utama yang digunakan dalam pendekatan geomorfologi adalah bentuklahan yang telah
banyak digunakan sebagai dasar analisis untuk kajian terapan seperti kemampuan lahan dan
kesesuaian lahan untuk menentukan daerah yang rentan terhadap bencana alam seperti banjir
dan tanah longsor. Setiap bentuk lahan dapat dibagi menjadi satuan yang lebih sempit yang
disebut satuan lahan dengan unsur pembeda dan penciri adalah bentuklahan, jenis tanah, lereng
dan penggunaan lahan (Imanuson, 2008).
Hidrogeologi
Siklus hidrologi merupakan proses pengeluaran air dan perubahannya
menjadi uap air yang mengembun kembali menjadi air yang
berlangsung terus-menerus tiada henti-hentinya. Sebagai akibat
terjadinya sinar matahari maka timbul panas. Dengan adanya panas ini
maka air akan menguap menjadi uap air dari semua tanah, sungai,
danau, telaga, waduk, laut, kolam, sawah dan lain-lain dan prosesnya
disebut penguapan (evaporation) . Penguapan juga terjadi pada semua
tanaman yang disebut transpirasi (transpiration) ( Soedibyo, 2003 ).
Siklus hidrologi dimulai dengan penguapan air dari laut. Uap yang
dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak. Dalam kondisi yang
memungkinkan, uap tersebut terkondensasi membentuk awan, pada
akhirnya dapat menghasilkan presipitasi. Presipitasi jatuh ke bumi
menyebar dengan arah yang berbeda-beda dalam beberapa cara. Sebagian
besar dari presipitasi tersebut sementara tertahan pada tanah di dekat
tempat ia jatuh, dan akhirnya dikembalikan lagi ke atmosfer oleh
penguapan (evaporasi) dan pemeluhan (transpirasi) oleh tanaman.
Sebagian air mencari jalannya sendiri melalui permukaan dan bagian
atas tanah menuju sungai, sementara lainnya menembus masuk lebih
jauh ke dalam tanah menjadi bagian dari air tanah (groundwater). Di
bawah pengaruh gaya gravitasi, baik aliran air permukaan (surface
streamflow) maupun air dalam tanah bergerak ke tempat yang lebih
rendah yang dapat mengalir ke laut. Namun, sejumlah besar air
permukaan dan air bawah tanah dikembalikan ke atmosfer oleh
penguapan dan pemeluhan (transpirasi) sebelum sampai ke laut
(Linsley,1996).
Gambar proses siklus hidrologi dapat dilihat pada halaman berikut.

Secara gravitasi (alami) air mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah
yang rendah, dari gunung-gunung, pegunungan ke lembah, lalu ke
daerah lebih rendah, sampai ke daerah pantai dan akhirnya akan
bermuara ke laut. Aliran air ini disebut aliran permukaan tanah karena
bergerak di atas muka tanah. Aliran ini biasanya akan memasuki daerah
tangkapan atau daerah aliran menuju ke sistem jaringan sungai, sistem
danau ataupun waduk.
Sebagian air hujan yang jatuh di permukaan bumi akan menjadi
aliran permukaan (surface run off). Aliran permukaan sebagian akan
meresap ke dalam tanah menjadi aliran bawah permukaan melalui proses
infiltrasi (infiltration), dan perkolasi (percolation), selebihnya
terkumpul di dalam jaringan alur sungai (river flow). Apabila kondisi
tanah memungkinkan sebagian air infiltrasi akan mengalir kembali ke
dalam sungai (river), atau genangan lainya seperti waduk, danau sebagai
interflow. Sebagian dari air dalam tanah dapat muncul lagi ke
permukaan tanah sebagai air eksfiltrasi (exfiltration) dan dapat
terkumpul lagi dalam alur sungai atau langsung menuju ke laut/lautan
(Soewarno, 2000).
Geologi Regional
Berikut tatanan stratigrafi untuk lembar Ruteng, Nusatenggara
Qal ALUVIUM; terdiri atas kerakal, kerikil, pasir, lumpur dan lanau. Tersusun material
andesit, dasit, basal dan granit. Satuan ini terendapkan dalam lingkungan sungai dan pantai.
Ql BATUGAMPING KORAL; mengandung sedikit ganggang, pejal. Mencapai ketinggian
kurang lebih 200 mdpl.
Qct UNDAK PANTAI; tersusun atas perselingan konglomerat dan batupasir, sedikit
gampingan, mudah lepas, hampir mendatar, struktur silang silur, mencapai ketinggian 10 – 50
mdpl.
Qhv BATUAN GUNUNGAPI MUDA; terdiri atas lava, breksi, aglomerat bersusunan andesit
– basal. Struktur kekar melembar. Tufa pasiran dan pasir gunungapi mudah lepas. Berasal
dari kegiatan gunungapi strato muda yaitu; Waisano, Ine Rie, Ambulombo dan Poco Ranaka.
QTv HASIL GUNUNGAPI TUA; terdiri atas lava, breksi, aglomerat dengan sisipan tufa dan
tufa lapilli setempat lapisan tipis lanau dan batugamping koral. Lava bersusunan andesit
piroksin, setempat memperlihatkan struktur kekar tiang dan kekar melembar. Breksi dan
aglomerat berfragmen andesit dan basal, kemas terbuka, mudah lepas. Di beberapa tempat
satuan ini memperlihatkan struktur silang silur. Satuan ini diendapkan dalam lingkungan air
dangkal yang tenang.
Tmpl FORMASI LAKA; terdiri atas tufa berselingan dengan batupasir tufaan dan batupasir
gampingan. Tufa berwarna putih kehijauan, halus – kasar, menyudut – membulat tanggung,
padat. Batupasir tufaan berwarna putih kehijauan, halus – kasar, menyudut – membulat
tanggung, cukup padat. Batupasir gampingan berwarna putih kecoklatan, keras, mengandung
fosil Globigerinoides, Globorotalia, Bloboquadrina, Sphaerodinellopsis dan Hastigerina yang
menunjukkan umur Miosen Akhir – Pliosen dan lingkungan pengendapan pada daerah
sublittoral pinggir – sublittoral luar. Tebal formasi ini diperkirakan 750 – 1000 meter.
Formasi ini menjemari dengan formasi Waihekang dan tertindih tak selaras dengan satuan
batuan gunungapi tua.
Tmpw FORMASI WAIHEKANG; tersusun atas batugamping klastika dan rijang.
Batugamping berwarna putih kekuningan, mengandung tufa, kurang padat. Rijang berwarna
merah jingga dan berlapis. Mengandung fosil Pulleniatina, Globorotalia, Globoquadrina,
Orbulina, Amphistegina sp., Operculina sp., Marginophora, Alveolinella dan Lepidocyclina
yang menunjukkan umur Miosen Akhir – Pliosen dan lingkungan pengendapan pada laut
dalam. Tebal formasi ini diperkirakan 700 meter.
Tmg GRANODIORIT; berwarna kelabu kehijauan, padat dengan plagioklas dan andesine
terubah kuat menjadi serisit dan lempung. Mineral hitam terubah menjadi klorit dan epidot.
Satuan ini menerobos batuan dasit formasi Tanahau. Umur satuan ini diperkirakan Miosen
Tengah.
Tmd DIORIT KUARSA; berwarna kelabu kehijauan, padat, terkersikkan, holokristalin,
berkristal menengah – kasar. plagioklas dan andesine terubah kuat menjadi serisit dan
lempung. Mineral hitam terubah menjadi klorit. Satuan ini menerobos breksi dasit dari
formasi Tanahau. Satuan ini diperkirakan berumur Miosen Tengah.
Tmb FORMASI BARI; terdiri atas batugamping berselingan dengan batugamping pasiran,
setempat bersisipan batupasir gampingan. Batugamping berwarna putih kelabu, kurang padat
– padat. Mengandung fosil; Flosculinella, Miogypsina, Miliolida sp., Peneroplida sp.,
Ammonia, Amphistegina sp., Anomalinella sp., Gypsina sp., Hastegerina sp., Polystomellina
sp., Anomalina sp., Elphidium sp., Borelis sp., Orbulina, Globorotalia, Praeorbulina dan
Globigerinoides yang menunjukkan umur Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan
pada daerah litoral. Tebal formasi ini diperkirakan 1200 meter. Formasi ini tertindih selaras
oleh formasi Waihekang dan Laka.
Tmn FORMASI NANGAPANDA; terdiri atas batupasir dan batugamping, setempat lensa
dan sisipan napal, setempat sisipan breksi. Batupasir berbutir halus – kasar, konglomeratan,
komponen andesit dan basal, ukuran butir 0,5 – 2 cm, semen batupasir, menyudut tanggung
sampai membundar, kompak, berlapis. Batugamping berwarna kelabu, keras, kompak. Napal
berwarna putih kekuningan. Kemiringan perlapisan 25 – 300. Di dalam sisipan batupasir
gampingan terkandung fosil; Praeorbulina sp., Orbulina, Globoquadrina, Globorotalia,
Hastigerina, Sphaeroidinella sp., yang menunjukkan umur Miosen Tengah dengan
lingkungan pengendapan neritic. Tebal formasi diperkirakan 2000 meter.
Tmt FORMASI TANAHAU; terdiri atas lava, breksi dan tufa. Lava berwarna kelabu
kehijauan, bersusunan dasit, setempat struktur bantal. Breksi berwarna kelabu kehitaman,
fragmen dasit, berukuran 0,5 – 3 cm, menyudut tanggung – menyudut, semen tufa pasiran
terkersikkan. Tufa berwarna putih kelabu, bersusunan dasit, berbutir halus – menegah, pejal,
terkersikkan, termineralisasi. Formasi ini menjemari dengan formasi Bari dan menindih
selaras formasi Kiro.
Tmk FORMASI KIRO; terdiri atas breksi, lava dan tufa dengan sisipan batupasir tufaan.
Breksi dengan fragmen batuan andesit dan basal, semen tufa pasiran, terkersikkan dan
termineralisasikan yang membentuk magnetit dan mangan. Lava bersusunan andesit, basal,
latit dan trakit berwarna kelabu kehijauan sampai kehitaman. Lava andesit dan basal
bertekstur porfiri, sebagian terkersikkan dan terkalsitkan, memperlihatkan kekar lapis. Latit
berwarna kelabu kecoklatan, porfiritik, matriks kaca dan serisit, padu. Trakit berwarna putih
kelabu, padu, berongga, porfiritik dengan sanidin sebagai fenokris. Matriksnya serisit dank
aca terkersikkan. Tufa pasiran dan batupasir tufaan berupa sisipan, berwarna kecoklatan,
terkersikkan. Formasi ini berlapis baik dengan kemiringan antara 10 – 250. Formasi ini
berumur Miosen Awal – Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan pada darat.
Tebalnya diperkirakan 1000 – 1500 meter.

Anda mungkin juga menyukai