Anda di halaman 1dari 36

Laporan KKL

LAPORAN

KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL) DI SABANG

Disusun untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat


Mata Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

Disusun Oleh:

1. Mukhsinul Khaira (180111018). 2.


Rahmi alfia (180111016).
3. Safitrah rezalia (180111012).

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


STKIP AL WASHLIYAH BANDA ACEH TAHUN
2022
2

Halaman Pengesahan Laporan KKL

LEMBARAN PENGESAHAN

Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini disusun oleh:

1. Mukhsinul Khaira (180111018). 2.


Rahmi alfia (180111016).
3. Safitrah rezalia (180111012).

Kegiatan ini telah dilaksanakan di Sabang , pada tanggal 5


s.d 9 Maret 2022

Disetujui pada hari/tanggal:

Dosen Pembimbing KKL

Dr.Puspita Annaba Kamil, M.pd


NIDN:1320129001
3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geografi merupakan cabang ilmu yang mengkaji fenomena-fenomena
yang terjadi di permukaan bumi serta prosesnya. Fenomena yang terjadi tidaklah
sama antara satu wilayah dengan wilayah lainnya sehingga di dalam ilmu
Geografi terdapat pendekatan, prinsip, konsep, Objek studi, aspek, serta cabang
ilmu lain dalam Geografi. Kesemua hal tersebut tidak ada terdapat di dalam ilmu
lain dan mempermudah seorang geografer untuk mengkaji fenomena-fenomena
yang terjadi tersebut.
Dalam ilmu geografi perlu memperhatikan dampak yang di timbulkan
terhadap proses yang terjadi di dalam objek yang di kajinya sehingga dapat
meramalkan hal-hal apa saja yang akan terjadi selanjutnya dan sebelumnya. Untuk
mempermudah seseorang paham terhadap ilmu geografi maka perlu
mempraktekkan ilmu-ilmu yang di dapat secara teori ke dunia nyata agar
mengalami pemahaman secara mendalam terhadap disiplin ilmu tersebut.
Praktek yang dilakukan oleh seorang geografer tentu harus
membandingkan terlebih dahulu objek dari penelitiannya ke wilayah mana serta
memiliki semua objek kajian geografi yang cocok terhadap apa yang di pelajari
secara teori. Sehingga dengan menimbang dan memutuskan diwilayah mana
praktek/observasi yang memiliki kesemua fenomena yang di teliti akhirnya
memilih pulau weh di karenakan pulau weh banyak fenomenya-fenomena yang
terjadi di sana untuk di jadikan tempat praktek/observasi dan tergolong hampir
lengkap.

1.2 Metodelogi Pengamatan


Adapun Metode yang di lakukan antara lain:
1. Metode visual, mahasiswa dapat melihat secara langsung objek-objek yang
akan di diamati.
2. Mahasiswa langsung terjun ke lapangan untuk mengamati dan mencoba
pengamatan terhadap kegiatan.
3. Mahasiswa mendengar penjelasan dan pengarahan dari Dosen .
4

4. Metode Pencatatan yaitu mahasiswa mencatat hasil pengamatan dari hasil


pengarahan dan penjelasan.
5. Metode wawancara. Diperlukan tanya jawab langsung dengan masyarakat
untuk memperoleh data yang lengkap tentang segala kegiatan yang di
lakukan oleh penduduk tersebut.
6. Dokumentasi. selesai pengamatan para mahasiswa mengambil foto yang
akan di lampirkan dalam laporan.

1.3 Tujuan Pengamatan


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam kuliah kerja lapangan 2 di Sabang
antara lain yaitu :
1. Mahasiswa mengetahui bagaimana keadaan fisik di sabang dan mampu
mengamati berbagai hal, serta mampu menganalisis segala fenomena alam
yang terjadi yang terdapat di pulau Weh sabang dan dapat mengaitkan
dengan beberapa mata kuliah yang pernah dipelajari di bangku kuliah.
2. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang berbagai teori yang telah
dipelajari selama perkuliahan.
3. Mahasiswa mampu mengaplikasikan berbagai
pengetahuan yang diperoleh.

1.4 Manfaat Pengamatan


Adapun manfaat dari observasi Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang
berlangsung di Pulau Weh Sabang antara lain:
1. Mengetahui topografi daerah sabang secara umum.
2. Mengimplementasikan teori-teori yang telah dipelajari selama di bangku
kuliah sehingga bisa didemontrasikan di lapangan.
3. Mengetahui perbedaan flora dan fauna yang ada di sabang.
4. Mengetahui fenomena alam yang terdapat di sabang.
5. Mengetahui keadaan batuan di sabang.
6. Mengetahui keadaan fisik wilayah Sabang.
7. Dapat menyelesaikan syarat mata kuliah KKL II
5

1.5 Waktu dan Tempat Kegiatan


Kuliah Kerja Lapangan (KKL) II di sabang dilakukan selama dua hari
yaitu pada hari sabtu dan minggu dan dilakukan di beberapa tempat dan jam yang
berbeda-beda, yaitu:
1. Lokasi I
a. Tempat : Pantai Sumur Tiga
b. Waktu Pengamatan : Pukul 11.20 WIB
c. Hari dan Tanggal : Sabtu, 5 maret 2022

2. Lokasi II
a. Tempat : Pantai Anoi Itam
b. Waktu Pengamatan : Pukul 13.35 WIB
c. Hari dan Tanggal : Sabtu, 5 maret 2022

3. Lokasi III
a. Tempat : Benteng Jepang
b. Waktu Pengamatan : Pukul 13.50 WIB
c. Hari dan Tanggal : Sabtu, 5 maret 2022

4. Lokasi IV
a. Tempat : Gunung Berapi Jaboi
b. Waktu Pengamatan : Pukul 15.20 WIB
c. Hari dan Tanggal : Sabtu 5 maret 2022

5. Lokasi V
a. Tempat : Danau Aneuk Laot
b. Waktu Pengamatan : Pukul 08.45 WIB
c. Hari dan Tanggal : Minggu 6 maret 2022

6. Lokasi VI
a. Tempat : Waduk Paya Seunara
b. Waktu Pengamatan : Pukul 10.20 WIB
6

c. Hari dan Tanggal : Minggu 6 maret 2022

7. Lokasi VII
a. Tempat : KM 0
b. Waktu Praktikum : Pukul 11.45 WIB
c. Hari dan Tanggal : Minggu 6 maret 2022

8. Lokasi VIII
a. Tempat : Iboh
b. Waktu Praktikum : Pukul 14.45 WIB
c. Hari dan Tanggal : Minggu 6 maret 2022

1.6 Alat dan Bahan dan kegunaannya


• Kayu meteran
• Meteran
• Unting-Unting
• Tali
• Palu
• Gunting
• H2O2
• HCL
• Kaca Pembesar
• Termometer
• Kertas lakmus warna
• Timba
• GPS
• Masker

Kegunaan alat dan bahan:


1. GPS untuk mengetahui titik koordinat yang berada di suatu tempat
2. Altimeter untuk mengukur ketinggian suatu titik dari permukaan laut
3. Thermometer untuk mengukur suhu udara dan suhu air
7

4. Hidrometer untuk mengukur kelembaban udara


5. Kertas lakmus untuk mengetahui PH air
6. H2O2 untuk megetahui bahan Organik atau bukan
7. HCL untuk mengetahui jenis-jenis batuan
8. Pipet tetes untuk fungsinya untuk meneteskan cairan HCL dan O2 pada
batuan dan tanah
9. Masker untuk menutupi hidung agar terhindar dari bau – bau di tempat
pengamatan
10. Botol kaca untuk mengisi cairan HCL dan O2
11. Sarung tangan untuk melindungi kulit dari cairan HCL dan H2O2 agar
tidak terkena tangan dan melepuh.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Geologi
Secara Etimologis Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang
artinya bumi dan Logos yang artinya ilmu, Jadi Geologi adalah ilmu yang
8

mempelajari bumi. Secara umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet
Bumi, termasuk Komposisi, keterbentukan, dan sejarahnya. Karena Bumi tersusun
oleh batuan, pengetahuan mengenai komposisi, pembentukan, dan sejarahnya
merupakan hal utama dalam memahami sejarah bumi. Dengan kata lain batuan
merupakan objek utama yang dipelajari dalam geologi.

2.1.1 Cabang-Cabang Ilmu Geologi


Kajian geologi memiliki ruang lingkup yang luas, di dalamnya terdapat
kajian-kajian yang kemudian berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri
walaupun sebenarnya ilmu-ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling
menunjang satu sama lain. ilmu-ilmu tersebut yaitu :
1. Mineralogi :yaitu ilmu yang mempelajari mineral, berupa
pendeskripsian mineral yang meliputi warna, kilap, goresan, belahan,
pecahan dan sifat lainnya.
2. Petrologi :yaitu ilmu yang mempelajari batuan, di dalamnya termasuk
deskripsi,klasifikasi dan originnya.
3. Sedimentologi :yaitu ilmu yang mempelajari batuan sediment,
meliputi deskripsi, klasifikasi dan proses pembentukan batuan
sediment.
4. Stratigrafi :yaitu ilmu tentang urut-urutan perlapisan batuan,
pemeriannya dan proses pembentukannya.
5. Geologi Struktur:adalah ilmu yang mempelajari arsitektur kerak bumi
dan proses pembentukannya.
6. Palentologi: yaitu ilmu yang mempelajari aspek kehidupan masa lalu
yang berupa fosil. Paleontology berguna untuk penentuan umur dan
geologi sejarah.
7. Geomorfologi :yaitu ilmu yang mempelajari bentuk bentang alam dan
proses pembentukan bentang alam tersebut. Ilmu ini berguna dalam
menentukan struktur geologi dan batuan penyusun suatu daerah.
8. Geologi Terapan:merupakan ilmu-ilmu yang dikembangkan dari
geologi yang digunakan untuk kepentingan umat manusia, diantaranya
Geologi Migas, Geologi Batubara, Geohidrologi, Geologi Teknik,
Geofisika, Geothermal dan sebagainya.
9

2.1.2 Tenaga Pembentuk Geologi (Endogen)


Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi yang bersifat
membangun bentuk relief muka bumi. Tenaga ini meliputi tektonisme, vulkanisme
dan seisme.
1. Tenaga Tektonisme merupakan tenaga dari dalam bumi yang
menyebabkan terjadinya perubahan letak lapisan permukaan bumi secara
mendatar atau vertikal. Gerak tektonis dibagi atas dua: epirogenesa dan
orogenesa.
2. Tenaga Vulkanis dapat diartikan sebagai suatu gejala atau akibat adanya
aktivitas magma dalam litosfer hingga keluar sampai ke permukaan
bumi.Magma adalah materi silikat pijar yang ada di dalam lapisan kulit
bumi. Macam magma berdasarkan susunan mineralnya adalah:
a. Magma asam (granitis): magma yang banyak mengandung kuarsa
(SiO3) dan berwarna terang.
b. Magma basa (basaltis): magma yang banyak mengandung besi
dan magnesium dan berwarna gelap.
c. Magma pertengahan (andesit): magma yang mengandung kuarsa,
besi, dan magnesium seimbang dan berwarna kelabu gelap .
3. Tenaga Seismis adalah getaran yang dapat dirasakan di permukaan bumi
karena adanya gerakan, terutama dari dalam lapisan-lapisan bumi. Secara
umum penyebab gempa bumi dapat dibagi tiga:
a. Gempa tektonik, yakni disebabkan gerakan yang terjadi di dalam
kulit bumi secara tiba-tiba, baik berupa patahan maupun
pergeseran.
b. Gempa vulkanis, yakni disebabkan oleh letusan atua retakan yang
terjadi di dalam struktur gunung berapi. Gempa ini terjadi karena
adanya magma atau batuan meleleh yang menerobos ke arah kerak
bumi. Terasa hanya di sekitar gunung berapi, karena intensitasnya
lemah hingga sedang.
c. Gempa runtuhan atau terban, antara lain terjadi karena longsoran
massa batuan, misalnya dari lereng gunung. Intensitasnya sangat
kecil.
10

2.2 Geomorfologi
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari pembentukan permukaan
bumi. Mempelajari evolusi lereng, pembangunan daratan dan plateau, dan
prosesproses terbentuknya bukit pasir dan goa dan tebing (elemen-elemen fisik
dari bentang daratan). Pergerakan dari udara, es, gelombang air berkontribusi
dalam pembentukan bentang daratan. Secara luas, berhubungan dengan landform
(bentuk lahan) tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya
dibentuk oleh runtuhan batuan, dan terkadang oleh perolaku organisme di tempat
mereka hidup. “Surface” (permukaan) jangan diartikan secara sempit harus
termasuk juga bagian kulit bumi yang paling jauh. Kenampakan subsurface
terutama di daerah batu gamping sangat penting dimana sistem gua terbentuk dan
merupakan bagian yang integral dari geomorfologi.
Pengaruh dari erosi oleh: air, angin, dan es, ketinggian dan posisi relatif
terhadap air laut. Dapat dikatakan bahwa tiap daerah dengan iklim tertentu juga
memiliki karakteristik pemandangan sendiri sebagai hasil dari erosi yang bekerja
yang berbeda terhadap struktur geologi yang ada. Geomorfologi mengutamakan
pembelajaran mengenai bentuklahan, yaitu bentukan pada permukaan bumi
sebagai hasil perubahan bentuk permukaan bumi oleh proses-proses
geomorfologis yang bekerja di permukaan bumi.

Bentuk lahan yang dihasilkan oleh proses - proses geomorfologis ada


beberapa macam, yaitu :
1. Bentuklahan Bentukan Asal Volkanis
2. Bentuklahan Bentukan Asal Struktural
3. Bentuklahan Bentukan Asal Proses Fluvial
4. Bentuklahan Bentukan Asal Proses Denudasional
5. Bentuklahan Bentukan Asal Proses Marin
6. Bentuklahan Bentukan Asal Proses Angin
7. Bentuklahan Bentukan Asal Proses Pelarutan
8. Bentuklahan Bentukan Asal Proses Glasial
11

9. Bentuklahan Bentukan Asal Aktivitas Organisme

2.3 Topografi
Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah,
termasuk di dalamnya adalah perbedaan kemiringan lereng, panjang lereng,
bentuk lereng, dan posisi lereng. Topografi merupakan salah satu factor
membentuk tanah. Topografi dalam proses pembentukan tanah mempengaruhi:
a. Jumlah air hujan yang meresap atau ditahan oleh massa tanah
b. Dalamnya air tanah
c. Besarnya erosi
d. Arah gerakan air berikut bahan terlarut di dalamnya dari satu
tempat ke tempat lain (Hardjowigeno, 1993).
Hubungan antara lereng dengan sifat-sifat tanah tidak selalu sama disemua
tempat, hal ini disebabkan karena faktor-faktor pembentuk tanah yang berbeda di
setiap tempat. Keadaan topografi dipengaruhi oleh iklim terutama oleh curah
hujan dan temperatur (Salim, 1998).
Daerah yang memiliki curah hujan tinggi, menyebabkan pergerakan air
pada.suatu lereng menjadi tinggi pula sehingga dapat menghanyutkan
partikelpartikel tanah. Proses penghancuran dan transportasi oleh air akan
mengangkut berbagai partikel-partikel tanah, bahan organik, unsur hara, dan
bahan tanah lainnya. Keadaan tersebut disebabkan oleh energi tumbuk butir-butir
hujan, intensitas hujan, dan penggerusan oleh aliran air pada permukaan tanah
yang memberikan pengaruh dalam proses pembentukan dan perkembangan tanah.

2.4 Kemiringan Lereng


Kemiringan lereng menunjukan besarnya sudut lereng dalam persen atau
derajat. Dua titik yang berjarak horizontal 100 meter yang mempunyai selisih
tinggi 10 meter membentuk lereng 10 persen. Kecuraman lereng 100 persen sama
dengan kecuraman 45 derajat. Selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan,
semakin curamnya lereng juga memperbesar energi angkut air. Jika kemiringan
lereng semakin besar, maka jumlah butir-butir tanah yang terpercik ke bawah oleh
tumbukan butir hujan akan semakin banyak. Hal ini disebabkan gaya berat yang
12

semakin besar sejalan dengan semakin miringnya permukaan tanah dari bidang
horizon tal, sehingga lapisan tanah atas yang tererosi akan semakin banyak. Jika
lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya erosi per
satuan luas menjadi 2 ,0-2 , 5 kali lebih banyak (Arsyad, 2000).
a. Panjang Lereng
Panjang lereng dihitung mulai dari titik pangkal aliran permukaan sampai
suatu titik di mana air masuk ke dalam saluran sungai, atau di mana kemiringan
lereng berkurang sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran air berubah. Air yang
mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di ujung lereng. Dengan demikian
berarti lebih banyak air yang mengalir dan makin besar kecepatannya di bagian
bawah lereng dari pada di bagian atas (Arsyad, 2000).
b. Bentuk Lereng
Bentuk lereng merupakan wujud visual lereng pada suatu sekuen lereng.
Lereng biasanya terdiri dari bagian puncak (crest), cembung (convex), cekung
(voncave), dan kaki lereng (lower slope). Daerah puncak (crest) merupakan
daerah gerusan erosi yang paling tinggi dibandingkan dengan daerah dibawahnya,
demikian pula lereng tengah yang kadang cembung atau cekung mendapat
gerusan aliran permukaan relatif lebih besar dari puncaknya sendiri, sedangkan
kaki lereng merupakan daerah endapan (Salim, 1998).

c. Posisi Lereng
Posisi lereng terdiri dari puncak lereng, lereng atas, lereng tengah, lereng
bawah, dan kaki lereng. Pergerakan air secara vertikal akan melarutkan
bahanbahan tanah dan mengakibatkan bahan-bahan tanah menurun serta
terakumulasi dilereng bawah. Posisi lereng turut mempengaruhi besar aliran
permukaan. Air yang mengalir di permukaan tanah akan terkumpul di bagian
bawah lereng, dengan demikian berarti lebih banyak air yang mengalir dan makin
besar kecepatannya di bagian bawah lereng.

2.5 Cuaca dan Iklim


Cuaca adalah keadaan udara pada suatu saat pada daerah yang sempit. Sifat cuaca
ini meliputi antara lain:
13

1. Mudah berubah
2. Waktunya terbatas
3. Meliputi wilayah yang sempit
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata pada daerah yang luas dan dalam waktu yang
lama. Sifat cuaca ini meliputi antara lain:
1. Relatif tetap
2. Berlaku untuk waktu yang lama
3. Meliputi daerah yang luas
Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim antara lain:
1. Letak garis lintang
2. Letak tinggi suatu tempat
3. Pengaruh daratan yang luas
4. Lokasi :dekat laut, dekat danau, dan daerah padang pasir
5. Daerah pegunungan yang dapat mempengaruhi posisi bayangan hujan
6. Suhu udara dan awan
7. Kelembaban udara dan awan

2.6 Geografi Tanah


Geografi tanah mempelajari pola-pola spasial tanah, distribusi, dan hubungannya
dengan iklim, vegetasi, dan manusia. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang
secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran
penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara;
secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi
(senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P,
K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat
biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan
zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman,yang ketiganya secara
integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan
produksi baik tanaman pangan, tanaman obatobatan,industri perkebunan, maupun
kehutanan.
14

Definisi tanah secara mendasar dikelompokkan dalam tiga definisi, yaitu:


1. Berdasarkan pandangan ahli geologi: Tanah didefinisikan sebagai lapisan
permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah mengalami
serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit
(lapisan partikel halus).
2. Berdasarkan pandangan ahli ilmu alam murni: Tanah didefinisikan sebagai
bahan padat (baik berupa mineral maupun organik) yang terletak di
permukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor: bahan induk, iklim, organisme,
topografi, dan waktu.
3. Berdasarkan pandangan ilmu pertanian: Menurut Ahli Pertanian
(berdasarkan pendekatan Edaphologi) Tanah didefinisikan sebagai media
tempat tumbuh tanaman.
Tanah sebagai benda alam mempunyai sifat-sifat yang bervariasi. Sifat tanah
yang berbeda-beda pada berbagai tempat mencerminkan pengaruh dari berbagai
faktor pembentuknya di alam. Tanah dipandang sebagai alat produksi pertanian,
karena tanah berfungsi sebagai media tumbuhnya tanaman. Produktivitas tanaman
pertanian yang diusahakan banyak ditentukan oleh sifatsifat tanah yang
bersangkutan, baik sifat fisika tanah, kimiawi tanah, maupun biologi tanah yang
bersangkutan. Sebagai media tumbuhnya tanaman tanah mampu berperan sebagai:
1. Tempat berdirinya tanaman.
2. Tempat menyediakan unsur-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman.
3. Tempat menyediakan air yang dibutuhkan oleh tanaman.
4. Tempat menyediakan udara bagi pernafasan akar tanaman

2.6.1 Bahan Penyusun Tanah


Tanah bukan merupakan timbunan bahan padat yang mati dan statis,
melainkan merupakan suatu proses yang dinamis dan hidup yang mengalami
perubahan dari waktu ke waktu. Setiap tanah tersusun dari bahan mineral, bahan
organik, air tanah. Bahan mineral berasal dari hasil pelapukan batuan, sedangkan
bahan organik berasal dari hasil penguraian organisme yang mati. Di dalam tanah
selalu terjadi proses destruktif dan konstruktif. Proses destruktif adalah penguraian
bahan mineral dan bahan organik. Sedangkan proses konstruktif adalah proses
15

penyusunan kembali hasil penguraian bahan mineral dan bahan organik menjadi
senyawa baru.
Adanya keempat komponen tanah tersebut, serta adanya dinamika di
dalamnya, menyebabkan tanah mampu berperan sebagai media tumbuhnya
tanaman. Perbandingan komponen-komponen tanah pada setiap tempat tergantung
pada jenis tanah, lapisan tanah, pengaruh cuaca dan iklim serta campur tangan
manusia.

2.6.2 Persebaran Jenis Janah dan Pemanfaatannya


Jenis-jenis tanah di Indonesia itu memiliki karakteristik tersendiri, (Enoh.
1994) sesuai dengan bahan induknya.
1. Litosol, yaitu tanah yang baru mengalami pelapukan dan sama sekali
belum mengalami perkembangan tanah. Berasal dari batuan-batuan
konglomerat dan granit, kesuburannya cukup, dan cocok dimanfaatkan
untuk jenis tanmana hutan. Penyebarannya di : Jawa Tengah, Jawa Timur,
Madura, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan Sumatera.
2. Latosol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif, warna tanah
tergantung susunan bahan induknya dan keadaan iklim. Latosol merah
berasal dari vulkan intermedier, tanah ini subur, dan dimanfaatkan untuk
pertanian dan perkebunan. Penyebarannya di seluruh Indonesia, kecuali di
Nusa Tenggara dan Maluku Selatan.
3. Aluvial ialah tanah muda yang berasal dari hasil pengendapan. Sifatnya
tergantung dari asalnya yang dibawa oleh sungai. Tanah aluvial yang
berasal dari gunung api umumnya subur karena banyak mengandung
mineral. Tanah ini sangat cocok untuk persawahan. Penyebarannya di
lembah-lembah sungai dan dataran pantai seperti misalnya, di Kerawang,
Indramayu, Delta Brantas.
4. Regosol, belum jelas menampakkan pemisahan horisonnya. Tanah regosol
terdiri dari: regosol abu vulkanik, bukit pasir, batuan sedimen, tanah ini
cukup subur. Jenis tanah latosol terdiri dari ; latosol merah kuning, cokelat
kemerahan, cokelat, cokelat kekuningan. Tanah ini cocok dimanfaatkan
untuk pertanian padi, palawija, kelapa, dan tebu. Penyebarannya di sekitar
lereng gunung-gunung berapi.
16

5. Grumusol atau Margalit, terdiri dari beberapa macam; grumusol pada batu
kapur, grumusol pada sedimen tuff, grumusol pada lembah-lembah kaki
pegunungan, grumusol endapan aluvial. Kesuburan cukup. dimanfaatkan
untuk pertanian padi, dan tebu. Penyebarannya di Madura, Gunung Kidul,
Jawa Timur dan Nusa Tenggara.
6. Organosol, mengandung paling banyak bahan organik, tidak mengalami
perkembangan profil, disebut juga tanah gambut. Bahan organik ini terdiri
atas akumulasi sisa-sisa vegetasi yang telah mengalami humifikasi, tetapi
belum mengalami mineralisasi. Tanah ini kurang subur. Tanah ini belum
dimanfaatkan, tetapi dapat dimanfaatkan untuk persawahan.
Penyebarannya di Sumatera.

2.7 Vulkanisme
Vulkanisme merupakan proses keluarnya magma ke permukaan bumi.
Keluarnya magma ke permukaan bumi umumnya melalui retakan batuan, patahan,
dan pipa kepundan pada gunung api. Jika magma yang berusaha keluar tidak
mencapai permukaan bumi, proses ini disebut intrusi magma. Jika magma sampai
di permukaan bumi, proses ini disebut ekstrusi magma. Magma yang sudah keluar
ke permukaan bumi disebut lava.
Jenis-jenis gunung api:
1. Gunung api perisai, bentuknya seperti perisai, lerengnya sangat landai,
terbentuk karena erupsi efusif magma cair dan encer yang mengalir dan
membeku secara lambat yang bentuknya seperti perisai.
2. Gunug api maar, bentuknya seperti trapesium, terbentuk karena erupsi
eksplosif yang tidak terlalu kuat dengan letusan hanya sekali sehingga
terbentuklah lubang besar (kawah/maar).
3. Gunung api strato, bentuknya seperti kerucut dan berlapis, terbentuk
karena erupsi efusif dan eksplosif dengan beberapa kali letusan yang kuat.
17

2.8 Erosi
Batuan yang telah lapuk secara berangsur-angsur akan dikikis dan
dipindahkan ke tempat lain oleh tenaga eksogen. Proses pengikisan dan
pengangkutan material hasil lapukan itulah yang disebut erosi.
a. Erosi Air
Erosi air disebabkan oleh aliran air permukaan yang berasal dari air
hujan yang menghanyutkan partikel-partikel tanah dan hancuran
batuan. Faktor-faktor yang memengaruhi kekuatan erosi air.
b. Erosi Angin
Erosi angin biasa terjadi di gurun pasir dan di daerah kering.
Deflasi merupakan proses erosi yang disebabkan oleh angin. Angin
dengan kecepatan tinggi mengikis batuan dan membawanya ke
daerah yang kecepatan anginnya rendah.
c. Erosi Gletser
Gletser adalah salju yang meluncur mengikuti lereng-lereng bukit.
Eksarasi merupakan proses erosi yang disebabkan gletser. Di
daerah yang bersalju, sewaktu salju turun, butiran salju bersatu
dengan tanah dan menyusup melalui pori-pori tanah. Ketika musim
panas, salju mencair dan mengalir dengan membawa material hasil
erosi.

2.9 Vegetasi
Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam
landscape dan vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam
landscape yang belum dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967). Vegetasi
merupakan suatu pengelompokan dari tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama di
dalam suatu tempat tertentu yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies
sebagai komponennya, maupun oleh kombinasi dari struktur dan fungsi
sifatsifatnya yang mengkarekterisasi gambaran vegetasi secara umum atau
fisiognomi. Vegetasi merupakan suatu kumpulan tumbuh-tumbuhan yang terdiri
dari beberapa jenis (biasanya) berinteraksi satu dengan yang lainnya. Misalnya,
vegetasi hutan dibentuk oleh individu tumbuhan yang beraneka ragam dan
memiliki variasi pada setiap kondisi tertentu.
18

Setiap tipe vegetasi dicirikan oleh setiap penampangan luar tumbuhan


dominannya. Berdasarkan kebutuhan tumbuh-tumbuhan akan cahaya matahari
berkaitan pula dengan energi dan suhu udara yang ditimbulkannya. Terdapat 4
kelompok vegetasi yang dipengaruhi oleh suhu lingkungan di habitatnya, yaitu
kelompok vegetasi atau tumbuhan megatermal (tumbuhan menyukai habitat
bersuhu panas sepanjang tahun, misalnya tumbuhan daerah tropis), mesotermal
(tumbuhan yang menyukai lingkungan yang tidak bersuhu terlalu panas atau
terlalu dingin), mikrotermal (tumbuhan yang menyukai habitat bersuhu rendah
atau dingin, misalnya tumbuhan dataran tinggi atau habitat subtropis) dan
hekistotermal yaitu tumbuhan yang terdapat di daerah kutub atau alpin.

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Lokasi I Sumur Tiga

Gambar 3.1 Sumur 3


19

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Kondisi Sumur


No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
1 Suhu air sumur 28°C
2 Suhu udara 29°C
3 Kelembaban 76%
4 Tinggi muka sumur 56 cm
5 Diameter 127 cm
6 Bibir sumur 10 cm
7 Warna air sumur Bening
8 Rasa air sumur Tawar

Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Kondisi Pantai


20

daerah disumur tiga dulunya mengalami patahan sehingga akibat adanya patahan
tersebut terbentuk topografi yang terjal dan lama kelamaan terjadi erosi dan
menyebabkan dibawahnya ada batuan besar. Salah satu sumur yang terdapat di
daerah tersebut airnya tawar disebabkan sumur yang digali lebih tinggi dari
permukaan laut. Batuan yang terdapat di sumur tiga ketika di teliti menggunakan
HCL berbuih dan dapat disimpulkan bahwa batuannya mengandung kapur dan
tanah yang terdapat di sumur tiga ketika di teliti menggunakan H2O2 berbuih dan
dapat disimpulkan bahwa batuannya mengandung bahan organik.
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan didapatkan data bahwa
Sumur ini memiliki air yang tawar yang sangat baik untuk dikonsumsi. Daerah
21

sumur tiga merupakan daerah yang berbukit-bukit dengan ketinggian berkisar 50-
100 meter dari permukaan laut sehingga air hujan yang jatuh akan terus mengalir
ke laut. Sumur yang terletak di pinggir pantai sangatlah strategis karena pada
kawasan inilah air hasil perkolasi dari kawasan tadah hujan wilayah sumur tiga
berkumpul.
Air sumur tawar karena letak sumur yang lebih tinggi daripada pantai
sehingga tidak memungkinkan terjadinya instrusi air laut. Konstruksi sumur yang
tebal dan kokoh juga menjadi penghalang terjadinya instrusi air laut. Kawasan ini
pada saat itu mempunyai kelembaban udara sebesar 85% yang berarti penguapan
pada saat itu tinggi.
Gambar 3.2 Sumur yang diamati
22

Gambar 3.2.2 menggunakan larutan HCL dan H2O2

3.2 Lokasi II Anoi Itam

Tabel 3.2.1 Hasil Pengamatan Kondisi Anoi Hitam


No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
1 Suhu udara 25°C
2 Kelembaban 90%
3 PH air laut 8
Suhu air laut 28°C
Warna pasir Hitam
Vegetasi Kelapa. Pohon cemara dan semak
belukar , pohon keutapang, dan
Pandan berduri.

Posisi 5° 50’ 49,5” LU & 95° 22’ 25,5’’ BT


Ketinggian 2 mdpl
Kemiringan lereng 1. 90-79= 11° (Landai)
2. 90-58= 32° (landai)
3. 90-61= 29° (landai)
Arah lereng Timur laut
Permeabilitas Menyerap air dengan cepat
Pasir Tidak mengandung bahan organic
Batuan Mengandung kapur
23

Geomorfologi Bentuk lahan asal proses marin


Geologi Proses patahan dan pengangkatan
Nama anoi itam berasal dari warna pasir di pantai yang memiliki warna
hitam dan mengkilap. Pasir tersebut berasal dari vulkanisme yang berada di dekat
daerah tersebut kemudian diendapkan dipantai. Pasir tersebut memiliki kandungan
besi yang tinggi dan suatu saat terjadi penambangan pasir tersebut. Di sekitar
pantai banyak terdapat vegetasi khas seperti kelapa, kuda-kuda, pohon cemara,
pohon keutapang, dan pandan berduri.

3.3 Lokasi III Benteng Jepang

Gambar 3.3.1 Benteng Jepang

Tabel 3.3.1 Hasil Pengamatan Kondisi Benteng Jepang


No Aspek Pengamatan Hasil Pengamatan
1 Kelembaban udara 95%
2 Suhu udara 28°C
24

yang cukup terjal karena memiliki ketinggian 22 mdpl. Kelembaban di kawasan


ini cukup tinggi, uap air naik ke udara karena dipanaskan oleh cahaya matahari.
Tempat ini menjadi salah satu objek wisata yang dapat dikunjungi oleh turis.
Tantangan menuju Benteng yaitu menaiki anak tangga yang cukup banyak dan
tinggi. Vegetasi yang terdapat diwilayah ini yaitu kuda-kuda, kelapa, ketapang,
rumput. Benteng ini dibuat untuk memantau kapal-kapal asing yang masuk ke
wilayah laut Aceh. Dari atas benteng kita dapat melihat pemandangan laut yang
sangat indah dan kita dapat melihat teluk sabang, selat malaka, dan lautan pasifik.
Benteng jepang dibangun sekitar tahun 1940 sampai 1945 tahun silam.
Letak benteng yang strategis memudahkan orang jepang memantau pergerakan
musuh dari laut maupun dari udara. Di benteng terdapat meriam dengan kekuatan
tembak sejauh ± 2 km. Benteng tersebut berada di ujung laut yang mengarah ke
selat malaka. Berikut beberapa gambar hasil pengamatan dan pengukuran.
Gambar- gambar hasil pengukuran dan pengamatan di sana antara lain
sebgai berikut :
25

Gambar 3.3.2 Pengukuran kemiringan lereng

Gambar 3.3.3 Pengujian bahan organik tanah dan batu

3.4 Gunung Vulkanik Jaboi


Gunung api Jaboi terletak di Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang Pulau
Weh. Gunung ini merupakan potensi panas bumi yang dapat digunakan sebagai
sumber Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB). Gunung Jaboi ini masih
26

terlihat asri dan menarik untuk dikunjungi. Ratusan kawahnya masih


mengeluarkan panas belerang yang dapat dipergunakan sebagai obat penyakit
kulit.
Kawasan ini merupakan kawasan pegunungan api aktif tipe C sehingga
tidak perlu adanya pengawasan. Suhu udara di atas gunung dekat dengan kawah
terasa sangat hangat karena uap gas yang dibawa oleh angin secara terus-menerus.
Area yang dekat dengan kawah terlihat tandus, batang pepohonan berubah warna
menjadi kekuningan hingga putih. Hal ini dikarenakan terkena uap panas yang
terus menerus.
Daerah ini rentan sekali terhadap kebakaran, sehingga kerap sekali kita
dengar adanya kebakaran di Gunung Jaboi. Diperkirakan lapisan magma pada
dapur magma telah mengeras dan masih sangat panas. Lapisan inilah yang terus
memanasi lapisan di atasnya yang berupa belerang sehingga terbentuklah kawah
belerang yang berupa lubang-lubang yang muncul di permukaan tanah.
Lubanglubang tersebut memancarkan uap panas yang sangat bau dan berasap, bau
itu muncul karena pemanasan unsur belerang.
Lokasi wisata yang masih jauh dari kelengkapan suatu tempat wisata ini
ternyata cukup diminati pula oleh banyak kalangan. Pendatang tidak hanya dari
kota Banda Aceh, yang rela melintas laut sejauh sekitar 30 km dari pelabuhan Ule
Lheu ke Balohan, tetapi juga menjadi salah satu tujuan turis mancanegara.
Beberapa penikmat lokasi alam yang berkunjung terlihat dari berbagai kalangan,
termasuk mahasiswa untuk berbagai keperluan

Tabel 3.4.1 Hasil Pengamatan Kondisi Djaboi


No Aspek Pengamatan Hasil pengamatan
Suhu kawah 81°C
Ketinggian 103 mdpl
Vegetasi Hutan lebat di sekitar kawah
Batuan Tidak mengandung kapur
Tanah Mengandung bahan organik
Geologi Aktivitas gunung berapi masih aktif
Kemiringan lereng 1. 90-79= 11° (Landai)
27

2. 90-58= 32° (landai)


3. 90-61= 29° (landai)
Unsur kimia Kandungan belerang sangat tinggi
Jenis batuan Batuan beku
Posisi 5° 47’ 56,9” LU & 95° 19’ 37,8’’
BT
Mayarakat sekitar menyebutkan gunung tersebut yaitu gunung leumo
mate
karena dulu ada lembu masyarakat yang mencari makan di sana mati mungkin
karena terhisap gas belerang dan suhu pada waktu itu panas. Gunung vulkanik
jaboi merupakan salah satu gunung api aktif di aceh tipe c. Namun gunung
tersebut hanya berbentuk kawah dan telah terjadi erosi dan mengakibatkan kawah
semakin besar dan mengeluarkan bau belerang. Gunung tersebut direncakan oleh
pemerintah akan dibuat PLPB untuk mencukupi listrik di Sabang dan Banda
Aceh.
Beberapa vegetasi di sana ada yang mati karena suhu sewaktu-waktu dapat
naik dan menyebakan vegetasi ada yang mati. Di bawah gunung tersebut terdapat
magma dan menyebabkan keluarnya belerang baik dalam bentuk gas maupun
padat.

Gambar 3.4.1 Pengujian bahan organik batu


28

3.5 Lokasi V Danau Aneuk Laot.

Gambar 3.5.1 Observasi Danau Aneuk Laot

Tabel 3.5.1 Hasil Pengamatan Kondisi Danau Aneuk Laot


Keterangan Hasil Pengamatan
Posisi 5° 52’ 24,4” LU & 95° 19’ 33,6’’ BT
Suhu air 28°C
Proses Geologi Tekto-Vulkanik
Proses Geomorfologi Lipatan dengan dikelilingi pengunungan
pH air 7 (netral)
Warna air Berkeruh dan bau.
Kemiringan lereng 12o (Landai)
Suhu udara 28o C
Kelembaban udara 81%
Ph tanah 6 (asam)
Ketinggian 56 mdpl
Vegetasi Kelapa, bamboo, mangga, pohon cemara,
pohon pinang dan semak belukar
29

Danau Aneuk Laot yang disebut juga Danau Air Tawar terletak di
Kecamatan Aneuk laot, Kota Sabang, Nangroe Aceh Darussalam. Dalam bahasa
Aceh aneuk laot berarti anak laut. Nama Danau Anaeuk Laot diberikan karena
Kota Sabang yang di kelilingi laut tapi danau ini selalu mencukupi kebutuhan air
bersih untuk masyarakat.
Seperti wisata alam lainnya, objek ini menyuguhkan panorama alam yang
sangat menakjubkan. Jika ingin berkunjung di siang hari tidak perlu khawatir
panas, udara di tempat ini sangatlah sejuk dan cocok untuk tempat berteduh.
Danau Aneuk Laot ini berada tepat ditengah-tengah Kota Sabang yang
merupakan sumber mata air bagi seluruh penduduk sekitarPulau Weh. Tempat
wisata ini menyajikan panorama alam yang indah dengan latar belakang Pantai
Sabang. Namun sayangnya, setelah terjadinya bencana gempa dan tsunami yang
melanda Aceh pada 2004 lalu, warga sekitar mengatakan jika air di Danau Aneuk
Laot mengalami penurunan. Di sekitar danau masih terdapat vegetasi untuk
tangkapan hujan. Di sekitar danau terdapat eceng gondok namun dikawatirkan
dapat menyebabkan pendangkalan danau.
3.6 Lokasi VII Bendungan Paya Seunara

Gambar 3.6.1 Bendungan Paya Seunara

Tabel 3.6.1 Hasil pengamatan Paya Seunara:


Keterangan Hasil Pengamatan
Posisi 5° 50’ 39,1” LU & 95° 19’ 17,8’’
BT
30

Suhu udara 36o C


Proses Geologi Berupa lipatan
Proses Geomorfologi Berupa lembah dikelilingi oleh rawa
pH air 6 ( asam)
Kemiringan lereng 1. 90-82= 8° (Landai)
2. 90-68= 22° (Bergelombang)
3. 90-61= 29° (Bergelombang)

Suhu air 28o C


pH tanah 7 (netral)
Jenis batuan Batuan granit, batuan vulkanik,
batuan sungai, dan batuan gamping.

Vegetasi Kangkung, putri malu,


ilalang,enceng gondok, rumput
gajah, pohon pisang, kelapa, dll

Bendungan ini terletak di desa paya seunara, kecamatan sukakarya.


tersebut di bangun untuk menampung air agar dapat dimanfaatkan sebagai tempat
berlabuhnya kapal barang nantinya namun proyek tersebut belum sepenuhnya
jalan karena memerlukan biaya yang sangat besar. Bendungan tersebut dapat
menampung air hingga jutaan kubik air.
Waduk ini merupakan bendungan air untuk keperluan pelabuhan bebas
Sabang, perkebunan dan kebutuhan masyarakat sekitar. Tidak terdapat tanggung
disekeliling tanggul terutama di dekat pemukiman penduduk, seandainya air
penuh di dalam waduk maka dapat dipastikan rumah warga akan kebanjiran.
Tanggul hanya terdapat di sebelah bendungan namun sudah sangat bagus dengan
dilapisi karet dan batuan.

3.7 Lokasi VII Tugu Kilometer Nol.


Tabel 3.7.1 Hasil pengamatan Tugu Kilometer Nol:
Keterangan Hasil pengukuran
Koordinat 5o24’21,6”LU & 95º12’51,1” BT
31

Ketinggian 51 mdpl
Suhu udara 33 °C
Batuan Tidak mengandung kapur
Proses Geologi Pengangkatan
Proses Geomorfologi Structural
Vegetasi Keutapang, mahoni, pandan tikar,
jeruk purut, kemiri, rumput, hutan
campuran
pH Tanah 6 (asam)
Jenis batuan Batuan beku luar, batuan breksi
Struktur tanah Liat berlempung
T anah Mengandung bahan organic
Tugu Nol Kilometer RI atau biasa disebut Monumen Kilometer Nol

terletak di desa Iboih Ujong Ba’u 29 kilometer di sebelah barat kota Sabang dan
sekitar 5 km dari Iboih. Monumen ini dibangun di ujung tebing setinggi 20 meter
yang menghadap Samudra Hindia. Dalam bahasa Indonesia Monumen ini disebut
Kilometer Nol yang mempunyai symbol burung garuda, burung Garuda
legendaries yang terukir padanya.
Tugu yang diprakarsai oleh Menteri Negara dan Riset Teknologi yaitu
bapak Prof.Dr.Ing. BJ.Habibi pada tanggal 24 September 1997 merupakan
penentuan posisi geografis kilometer Nol yang diukur oleh para pakar BPP
Teknologi dengan menerapkan teknologi Satelit Global Positioning (GPS).
Tempat ini sangat banyak dikunjungi baik oleh turis lokal hingga manca
negara karena dari tempat ini dimulai perhitungan wilayah Indonesia. Dari
hadapan tugu tersebut akan tampak dari jauh Pulau Aceh. Di Kilometer nol
terdapat beberapa tempat makan, souvenir juga mushala.
32

Gambar 3.7.1 Terumbu karang di pulau rubiah

3.8 Lokasi VIII Pantai Iboih dan Pulau Rubiah


Pantai Iboih berada di Kecamatan Sukakarya Kotamadya Sabang.
Kelurahan Iboih memiliki luas 15 Km2. Untuk mencapai lokasi dapat di tempuh
dngan jalan laut (kapal cepat) selama ± 45 menit dari Pelabuhan Ule lheue dan
jalan darat selama ± 45 menit dari Pelabuhan Balohan menuju lokasi.
Kawasan Wisata Bahari Iboih merupakan kawasan wisata pantai yang
sangat terkenal dengan aktifitas olah raga bawah laut, seperti berenang, diving dan
snorkling sambil menikmati keanekaragaman terumbu karang, ikan hias dan ikan
karang (angel fish, surgeon fish, parrot fish dan beragam jenis ikan laut lainnya)
yang jarang ditemui pada beberapa taman laut di tempat lain, seperti ikan
napoleon. Kawasan wisata bahari Iboih yang didukung dengan sarana dan
prasarana juga terdapat hutan wisata yang sangat indah dengan keanekaragaman
dan kekayaan flora dan faunanya.
33

Gambar 3.8.1 Pantai Iboh dan Pulau Rubiah

RUBIAH
Taman Laut Rubiah terletak sekitar 23,5 km sebelah barat kota Sabang,
dapat dicapai melalui darat, atau sekitar 7 km dengan menggunakan perahu boat,
dan terletak bersebelahan dengan desa Iboih. Pemerintah Indonesia telah
menentukan daerah perairan ini, sekitar 2600 hektar sekitar pulau Rubiah sebagai
daerah special nature reserve. Terletak di teluk Sabang, dimana air disini relatif
tenang dan sangat jernih (25 m visibility) laut disini diisi oleh bermacam trumbu
karang dan ikan bermacam warna. Dapat ditemukan gigantic clams, angel fish,
school of parrot fish, lion fish, sea fans, dan banyak lagi.
Namun pada saat tsunami 2004 silam menghancurkan terumbu karang
yang ada, tetapi sekarang telah di tanam kembali dan ikan-ikan disana tidak boleh
ditangkap.
34

Gambar 3.8.1Terumbu karang di pulau rubiah

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang terdapat pada laporan ini adalah:
1. Sabang merupakan sebuah pulau di ujung Sumatera yang termasuk
kedalam wilayah Provinsi Aceh.
2. Pulau weh merupakan pulau yang terbentuk dari aktivitas geologi, berupa
pengangakatan (sesar) serta adanya aktivitas vulkanisme. Pulau weh
merupakan hasil dari pengangkatan pada jutaan tahun silam hal ini di
tandai dengan banyaknya terdapat batuan yang mengandung kapur dan
topografinya berbukut-bukit dan terjal.
3. Dengan adanya proses pengangkatan menyebabkan terjadinya proses
vulkanisme hasil pertemuan antara lempeng eurasia dan indo-australia
yang menghasilkan gunung api baik yang muncul di permukaan pulau weh
maupun didalam laut yang ditandai dengan kawah belerang, lumpur panas,
air panas bumi dan gas belerang.
35

4. Sabang menjadi ujung perbatasan Negara Indonesia ditandai dengan


adanya bangunan kilometer nol sebagai penandanya.
5. Sabang memiliki berbagai peninggalan sejarah yang dapat menarik
perhatian, salah satunya adalah peninggalan benteng jepang yang masih
ada sampai saat ini.
6. Di pantai iboih terdapat berbagai macam terumbu karang yang masih
hidup di dalam laut.
7. Setelah melakukan pengamatan di Sabang banyak terdapat batuan yang
mengandung kapur dan tanah yang mengandung bahan organik.
8. Pengamatan yang dilakukan di sabang berhubungan dengan gejala-gejala
alam (fisik ) yang berkaitan dengan teori-teori yang telah dipelajari,
dengan tujuan agar mahasiswa geografi dapat menganalisis dan
mengembangkan ilmu geografinya sesuai dengan gejala alam yang terjadi
di alam sekitar.

4.2 Saran
Adapun saran yang terdapat dalam laporan ini adalah:
1. Dalam melakukan praktikum, penggunaan alat-alat yang digunakan sudah
memadai, namun dalam observasi selanjutnya berharap agar semua tim
bisa menjaga alat dan bertanggung jawab terhadap alat agar tidak terjadi
kehilangan.
2. Dalam pembangunan sebagai kota wisata, Sabang masih kurang
membenahi sarana dan prasarana oleh karena itu perlu adanya peningkatan
dari sarana dan prasarana untuk meningkatkan sabang sebagai kota
pariwisata.
36

DAFTAR PUSAKA
Abdullah, T. S.1996. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Cetakan Kedua.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Cetakan Ketiga.
Bogor: Institut Pertanian
Buckman, Harry O. and Nyle C. Brady. 1982. Ilmu
Tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara
Kartasapoetra, A. Gunarsih. 1986. Klimatologi: Pengaruh Iklim TerhadapTanah
dan Tanaman. Jakarta : Bumi Aksara, Wiradisastra. 1999. Geomorfologi
dan Analisis Lanskap. Laboratorium http://geografi-
geografi.blogspot.com/2013/08/tenaga-eksogen_9729.html http://syakir-
berbagiilmu.blogspot.com/2012/06/tenaga-pembentuk-muka-
bumitenaga.html

Anda mungkin juga menyukai