Anda di halaman 1dari 13

PERAN GEMBALA DI TENGAH KONFLIK DALAM

MEMPERTAHANKAN GEREJA DITINJAU DARI SEJARAH GEREJA


NUSA TENGGARA TIMUR.

MAKALAH

Diajukan kepada

Erwin Sudarmono Simanjuntak, M. Th.

Untuk Memenuhi Sebagian tugas mata Kuliah Sejarah Gereja Indonesia

Oleh:

MARTHEN JAMA NUNA

NIM:

2019.02.0020

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI TABERNAKEL LAWANG, JAWA


TIMUR TAHUN

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Mengenal Sejarah Gereja Indonesia.............................................................5
a. Pengertian Sejarah.....................................................................................5
b. Pengertian Gereja......................................................................................5
c. Pengertian Sejarah Gereja.........................................................................5
d. Definisi Indonesia.....................................................................................6
e. Pengertian Sejarah Gereja Indonesia.........................................................6
B. Gereja Di Nusa Tenggara Timur (1556- permulaan abad ke-19).................7
a. Tantangannya............................................................................................7
c. Misi Penginjilan satu Tujuan.....................................................................9
d. Perkembangan dalam Misi penginjilan.....................................................9
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
A. KESIMPULAN...........................................................................................11
B. SARAN.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adanya keinginan untuk menduduki suatu wilayah yang berlimpah hasil tanah, inilah
yang terkadang menyebabkan konflik atau menimbulkan permasalahan sehingga orang
berusaha sekuat mungkin untuk mempertahankan wilayahnya dari berbagai orang yang
berusaha merebutnya, seperti halnya yang dialami oleh beberapa pulau di NTT karena orang
asing yang ingin menguasai pulau tersebut, dimana pada zaman dahulu NTT khususnya di
pulau Solor merupakan pulau yang menghasilkan rempah-rempah seperti kayu cendana,
inilah yang menyebabkan India, Tiongkok dan Portugis menjalin hubungan kerja sama.
Namun pada tahun 1613 orang-orang belanda datang merebut benteng Solor yang merupakan
tempat berlimpahnya cendana, dan selanjutnya kelompok paji yang beragama suku dan islam
memihak kepada orang-orang belanda dan juga kelompok Demon beragama katolik memihak
kepada orang-orang Portugis dan masa berikutnya VOC dan orang-orang Portugis
memperebutkan wilayah NTT. Dan misi inipun mengalami kegagalan tidak sesuai yang
diharapkan, dan akhirnya masyarakat dibebankan oleh pajak dan kerja rodi yang sangat
menyiksa, jemaat yang paling besar menjadi murtad dan beberapa faktor lain mati dibunuh.
Peristiwa ini membuat salah seorang pembesar imam pater Antonio de San Jacinto memiliki
niat untuk merebutkan kembali kedudukan di Pulau Timor dengan melakukan berbagai misi
dan ia sendiri memimpin misi tersebut, namun serangan politik itu muncul kembali dimana
armada Sulawesi selatan datang menyerbu kota Larantuka demi kayu cendana, emas dan
logam mulia, dan penduduk melarikan diri ke gunung untuk bersembunyi. Tetapi Pater
mengajak mereka menguatkan hati serta maju dan berjuang karena Sang Ilahi akan
membantu mereka mencapai kemenangan dan merekapun mengalahkan pasukan-pasukan
tersebut, namun beberapa orang tertimpa bencana karena mereka masih menganut
kepercayaan nenek moyang. Dengan hasil kemenangan tersebut Kota Larantuka menjadi
pusat pemerintahan dan Misi. Dari beberapa konflik tersebut Timor merupakan pulau yang
sangat rentan terhadap konflik karena dari pihak asing yang mau menduduki pulau tersebut,
namun berkat percaya kepada sang Maha Kuasa, mereka mengalami kemenangan dan
pertumbuhanpun dalam abad yang ke-18 sangat pesat, beberapa orang menjadi percaya dan
yang lainya di baptis.1

1
Van Den End, Ragi Carita 1(Jakarta: BPK gunung mulia,2012),hlm. 87-90.
B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab utama terjadinya peperangan dalam pulau Timor dan bagaimana strategi yang
dilakukan?
2. Siapa saja tokoh yang berperan penting dalam pertahankan kedudukan pulau Timor?
3. Bagimana strategi misi penginjilan dalam mempertahankan gereja?
4. Bagaimana perkembangan setelah peperangan berakhir?

C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Gereja Indonesia, di samping itu bertujuan untuk berusaha mengerti dan memahami tentang sejarah
dan seluk beluk bagaimana peran para pemimpin dalam mempertahankan wilayah kekuasaan mulai
dari teknik atau cara mereka menyebarkan Injil ditengah konflik yang terjadi khususnya di pulau
Nusa Tenggara Timur. Dan kiranya makalah ini bukan saja sebagai syarat dalam mata kuliah tetapi
juga kiranya dapat bermanfaat dalam pelayanan, menyelesaikan tugas-tugas tentang sejarah Gereja
Indonesia atau sebagai bekal ketika selesai menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Teologi
Tabernakel. Dalam penyusunan ini penulis menyadari masih ada kekurangan oleh karena itu baik
dari dosen mata kuliah dan para pembaca kiranya memberi masukan demi perbaikan dalam
penyusunan kedepannya yang lebih baik lagi. Masukan dan Kritik merupakan hal yang sangat
bermanfaat bagi penulis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengenal Sejarah Gereja Indonesia


a. Pengertian Sejarah
Arti kata Sejarah. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi dua arti tentang
Sejarah. Pertama, Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi
pada masa lampau (kejadian dan peristiwa, fakta, dan kenyataan dari masa lampau).
Kedua, Sejarah adalah pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan
kejadian yang benar-benar terjadi di masa yang lampau (Sejarah = Ilmu
Sejarah/pengetahuan atau uraian mengenai fakta tersebut).

Jadi, berdasarkan definisi ini, belajar sejarah tidak lain berurusan dengan fakta
masa lampau (peristiwa-kejadian itu sendiri) dan usaha menguraikan fakta/peristiwa
tersebut. Dua hal ini tidak dapat kita abaikan dalam studi Sejarah Gereja Indonesia.2

b. Pengertian Gereja
Definisi Gereja Gereja merupakan kata pungut dalam Bahasa Indonesia dari
Bahasa Portugis igreja. Bahasa Portugis selanjutnya memungutnya dari Bahasa Latin
Ecclesia yang memungutnya dari Bahasa Yunani ekklêsia yang berarti dipanggil
keluar (ek keluar; klesia dari kata kaleo-memanggil)/orang yang dipanggil keluar.
Jadi, ekklesia berarti kumpulan orang yang dipanggil ke luar (dari dunia ini).
(id.wikipedia.org/wiki/Gereja) Adanya ekklesia (berkumpul) karena ada yang
memanggil (panggilan). Kata ekklesia ini kemudian dipakai oleh penulis-penulis
Perjanjian Baru untuk menunjuk pada persekutuan orang-orang yang dipanggil oleh
Yesus (orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus).3

Kedua kata itu berisikan bahwa gereja adalah persekutuan dari orang-orang yang
telah dipanggil, telah dikumpulkan . memang yang dapat dilihat hal yang sama saja
dengan perkumpulan-perkumpulan lain. Akan tetapi gereja mempunyai pengakuan,
bahwa terbentuknya oleh karena Allah telah memanggil, bukan karena orang-orang
yang berkepentingan sama merasa perlu untuk bersatu4

2
Wendi Sepmady Hutahaean, Sejarah Gereja Indonesia(Malang: IKAPI, 2020),Hlm.1
3
Ibid,hlm.1.
4
Soedarmo, R. Ikhtiar Dogmatika.(Jakarta: BPK Gunung Mulia,1985),hlm.172.
c. Pengertian Sejarah Gereja
pengertian dari kata "Sejarah Gereja". Pengertian tentang Sejarah Gereja, sering dirumuskan
berdasarkan dua pendekatan yaitu uraian empiris dan penilaian teologis. Berdasarkan
pendekatan ini maka kajian teoritis- teologis dari para teolog tidak sama dalam member
definisi Sejarah Gereja. Ini berarti kita akan menemukan banyak definisi tentang Sejarah
Gereja. Keragaman definisi ini disebabkan karena filosifi daripara ahli tersebut. Filosofi para
ahli Sejarah Gereja mempengaruhi rumusannya tentang Sejarah Gereja5

d. Definisi Indonesia
Kata "Indonesia" berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu Indus yang berarti "Hindia" dan
kata dalam bahasa Yunani nesos yang berarti "pulau". Jadi, kata Indonesia berarti wilayah
Hindia. kepulauan. atau kepulauan yang berada di Hindia, yang menunjukkan bahwa nama
ini terbentuk jauh sebelum Indonesia menjadi negara berdaulat. Pada tahun 1850, George
Earl, seorang etnolog berkebangsaan Inggris, awalnya mengusulkan istilah Indunesia dan
Malayunesia untuk penduduk "Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu". Murid dari Earl,
James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim dari Kepulauan
India. Namun, penulisan akademik Belanda di media Hindia Belanda tidak menggunakan
kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische Archipel); Hindia Timur Belanda
(Nederlandsch Oost Indië), atau Hindia (Indië): Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde
(istilah ini diperkenalkan tahun 1860 dalam novel Max Havelaar (1859), ditulis oleh
Multatuli, mengenai kritik terhadap kolonialisme Belanda).6

e. Pengertian Sejarah Gereja Indonesia


Definisi Sejarah Gereja Indonesia Dalam tulisan-tulisan Sejarah Gereja (ilmu sejarah Gereja)
yang disusun pada masa lampau, tokoh-tokoh, perbuatan serta pemikiran para pekabar Injil
yang dijadikan pusat pusat perhatian. Menurut Van den End, cara ini merupakan cara yang
paling mudah. Bukankah berita-berita tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di tengah
gereja muda itu (gereja-gereja yang lahir dari PI oleh para misionaris Eropa) hampir semua
keluar dari para zending? Mereka inilah yang mengirim laporan-laporan ke pengurus
lembaga pekabaran Injil yang telah mengutus mereka, mereka yang menulis buku-buku
kenang-kenangan, dari tangan mereka pula berasal, sampai sekarang, sebagian besar buku-
buku ilmiah mengenai sejarah gereja-gereja kita (Sejarah Gereja Indonesia). Di balik itu,
orang- orang Kristen yang telah bertobat dan dilayani oleh mereka (para misionaris) tidak

5
Ibid,hlm.4.
6
Ibid,hlm.5.
atau hampir tidak mempunyai suara. Mereka tidak banyak berbicara, apalagi menulis. Jadi,
kalau kita menggunakan saja sumber-sumber yang tersedia, sang pekabar Injillah (misionaris)
yang menjadi tokoh utama dalam sejarah gereja Indonesia.7

B. Gereja Di Nusa Tenggara Timur (1556- permulaan abad ke-19)


Tempat atau wilayah yang strategis dengan sistem perekonomian yang kuat merupakan suatu
kebanggan tersendiri seperti pulau-pulau NTT, khususnya Timor adalah tempat yang
menyimpan hasil bumi seperti rempah-rempah dari kayu cendana, emas dan tembaga,
sehingga dari beberapa orang asing menjadikan itu sebuah alasan untuk menjalin hubungan
kerja sama, seperti India, Tiongkok dan Portugis, dan sekitar tahun 1550 mereka mengangkut
barang-barang yang berharga setiap tahun dan yang menjadi pusatnya yaitu pulau Sohor.

Riwayat sejarah gereja di NTT awal mulanya digerakkan oleh seorang anggota ordo yang
bernama Pater Antonio Taveira namun kepimimpinan akan misi dalam penginjilan
mengalami kegagalan pada Tahun 1592-1599 karena serangan dari tentara musuh para
belanda, dan sekutu dari Demon dan Paji, namun pada tahun 1640-an misi itu kembali di
bangun oleh salah seorang pembesar imam bernama Pater Antonio de San Jacinto dan gereja
di sini mengalami pertumbuhan karena misinya dalam merebut kembali penduduk Timor,
muncul guru-guru pribumi dan pendeta yang mengajar dan berkhotbah. Namun pada tahun
1749 kembali diguncang oleh tentara sekutu dari orang-orang Belanda secara diam-diam,
tetapi mereka tetap mempertahankan wilayah kekuasaan mereka dari serangan para tentara
sekutu.8

a. Tantangannya
Keberadaan gereja di NTT tidak terlepas dari permasalahan dari orang-orang yang ingin
menguasai wilayah tersebut dan ini pun mengancam rasa aman bagi orang-orang kristen
disana, iman mereka pun hampir goyah. Tantangan itu datang dari berbagai golongan seperti:
 Orang-orang kristen di Solor terbagi atas dua kelompok yang sudah dari zaman
dahulu saling memusuhi (golongan Demon dan golongan Paji)
 Munculnya penguasa-penguasa duniawi, yaitu para pater dominikan.
 Adanya rempah-rempah atau hasil alam yang melimpah membuat para asing
berdatangan untuk menguasai wilayah dan merebutnya, sehingga kehidupan
pendudukpun terancam akan rasa aman.9

7
Ibid,hlm.5.
8
Van Den End, Ragi Carita 1(Jakarta: BPK gunung mulia,2012),hlm.90.
9
Ibid, hlm.91.
b. Pemimpin yang bermulti peran(Mengajar, Melatih, dan
Mempersiapkan)
Suksesnya dalam mempertahan wilayah dari serangan musuh tergantung bagaimana peran
seorang pemimpin dalam menentukan strateginya dalam peperangan. Dan ada dua orang
pemimpin dalam menjalankan misi yang sangat berpengaruh terhadap pulau Timor. Mereka
adalah seorang gembala yang setia memberi perhatian sepenuhnya kepada pertumbuhan
iman, bukan saja dalam hidupnya sendiri, tetapi dia juga memimpin jemaatnya untuk hidup
beriman kepada Yesus Kristus, selain itu mereka mengembangkan, menguatkan iman mereka
ditengah kesulitan yang mengancam hidup mereka, 10panggilan untuk melayani Tuhan adalah
panggilan yang sangat istimewa sebagai seorang pengikut Kristus, seperti seorang Pater
memiliki misinya dalam membawa orang kepada Kristus, mengenal Tuhan dan hidup
berdasarkan kehendak Tuhan11

1. Pater Antonio Taveira


Seorang pertama yang bergerak dalam misi penginjilan, dan ia membaptis orang Timor
berjumlah 5.000 orang pada tahun 1556, dan menjamin kehidupan jemaat orang-orang
kristen. Dalam misinya tersebut ia melakukan strategi untuk menjaga dari orang-orang yang
ingin menyerang mereka seperti:
 Membangun benteng di Solor tujuan untuk melindungi diri
 Mengutus dua orang pemuda demi mendapatkan pendidikan
 Mengangkat orang awam sebagai panglima

Perkembangan akan orang-orang yang dibaptis begitu menglami pertumbuhan yang pesat
sampai berjumlah 25.000 jiwa menjelang akhir abad ke-16 dan pusatnya di Solor, tetapi misi
ini terpukul pada Tahun 1592-1599 dan harus menghadapi serangan orang-orang belanda,
dan membuat orang berkurang sampai dikuasai oleh orang-orang sekutu.12

2. Pater Antonio de San Jacinto.

Ia seorang pembesar imam yang memiliki misi merebut kembali penduduk Timor ia menjabat
sebagai wakil uskup dan memimpin misi di Larantuka. Dalam riwayat hidupnya pater Jacinto
merupakan seorang yang mengandalkan Tuhan dalam peperangan melawan tentara-tentara
sekutu yang menyerang mereka, seperti armada dari sulawesi, srategi yang dibangun oleh
Pater ini Ia menguatkan hati mereka dengan menjanjikan keselamatan dari Tuhan dan mereka
10
Hurson, John W dan Hurson, Karen L. Terjaring(Malang: Gandum Mas,1978),hlm.55.
11
Astuty, Try. Etika Pelayanan Hamba Tuhan, hlm.16.
12
Ibid,hlm,87.
pun mencapai kemenangan tersebut. dalam masa misinya beberapa tokoh-tokoh setempat di
baptis, dan pulau Solor mendapat perhatian dari VOC dan mendapat kunjungan dari beberapa
pendeta dan mengadakan sakramen delapan kali 1688-1730. Dan ia mengangkat guru-guru
pribumi untuk memimpin dengan menggunakan bakat-bakat dan karunia yang mereka miliki,
tugas yaitu menghibur orang sakit, membacakan khotbah, menjalankan tugas mereka dengan
baik.

Tetapi pada abad ke-18 tahun 1770 VOC tidak sanggup lagi memperhatikan ribuan orang
kristen dan kunjungan-kunjungan pun berhenti.13 Dari beberapa gerakan misi yang dilakukan
dalam berbagai situasi menunjukkan kepada kita bahwa setiap kali ada situasi-situasi dan
kondisi krisis tertentu, selalu muncul seseorang atau beberapa orang yang merasa terpanggil
untuk mengatasi krisis tersebut, dari beberapa tindakan tersebut mendapat pengakuan dari
masyarakat atau penduduk. 14

c. Misi Penginjilan satu Tujuan


Ada dua hal yang sangat kontras dalam misi penginjilan yang mereka jalankan di NTT Pada
permulaan abad ke-9, yaitu memiliki dua tujuan, ada yang benar-benar murni untuk tujuan
mulia, tetapi juga yang lain untuk tujuan yang bercampur duniawi. Kita Telah lama ketahui
bahwa para pemimpin memerlukan orang lain yang di bawah wewenang mereka untuk
bersama-sama memikul beban dan tanggung jawab kepemimpinan yang memakan waktu,
agar pemimpin itu bebas untuk melakukan tugas-tugas yang lebih penting, dan hal ini juga
berkaitan dengan misi penginjilan.15Dalam misi injil ini ada beberapa tujuan yang perlu kita
jadikan pegangan ketika dalam melakukan misi penginjilan. Ada beberapa sumber yang
mendukung, bahwa suksesnya suatu misi yang kita bangun tergantung kesiapan, teknik dan
hubungan kerja sama dalam lembaga. Namun dalam misi penginjilan yang dibangun oleh
para misionaris bukan kesiapan tempat, banyak tentara atau prajurit tetapi bagaimana
mencibtakan hubungan mereka untuk memiliki iman di dalam Tuhan. jika kita lihat dari misi
yang mereka bangun ada pemimpin yang membangun benteng pertahanan tetapi mudah di
tembus ole lawan, disini kita dapat kita menyimpulkan bahwa tujuan utama mereka hanya
mementingkan hal-hal yang bercampur duniawi, tetapi beda dengan orang yang memimpin
dengan kejujuran, keiklasan, dan tujuannya hanya untuk kemuliaan Tuhan. tanpa disadari
kemenangan itupun mereka raih sedangkan dengan tanpa persiapan karena diserbu secara
tiba-tiba, hal yang sangat penting disini adalah menjalankan misi itu bukan untuk
13
Ibid,hlm.93-94.
14
Tandiassa, Samuel. Kepemimpinan Gereja Lokal(Yogyakarta: Jelajah Nusa, 2010),hlm,15.
15
Hurson, John W dan Hurson, Karen L. Terjaring(Malang: Gandum Mas,1978),hlm.11.
kepentingan duniawi tetapi benar-benar membawa orang untuk memperoleh iman didalam
Tuhan.

d. Perkembangan dalam Misi penginjilan


Ada dua hal yang mempengaruhi perkembangan misi penginjilan yang pertama,
memungkinkan misi penginjilan mengalami perkembangan apabila Portugis mengalami
kemenangan, kedua, perkembangan misi penginjilan akan mengalami kemunduran apabila
orang-orang Belanda dan sekutu islam memperoleh kemenangan, namun penginjilan itu
sangat ditentukan Bagaiman mereka dapat mengatasi berbagai kesukaran, persoalan itu
sendiri merupakan suatu kesukaran. Karena existensinya kesukaran kerap kali tergantung
pada perasaan reaksi orang yang menghadapinya, seperti yang dialami oleh para penginjil
dalam melakukan misi seperti yang terjadi dalam masyarat Timor dimana ketika mereka
mengalami masalah kerap kali lari tanpa arah, karena ketakutan hidupnya terancam dan
berusaha mencari kepentingan sendiri. Hal inilah yang terkadang mengalami kesulitan oleh
para misionaris, namun ada hal penting yang mereka bangun yaitu strategi walaupun ada
banyak kesulitan.16perkembangan dalam misi penginjilan tidak begitu berkembang karena
hanya mendapat perhatian dari VOC, dan pada tahun 1670 beberapa pendeta yang dikirim
untuk menetap di kupang kemudian mereka meninggal dalam waktu yang singkat, kejadian-
kejadian seperti inilah yang terus-menerus mengganggu pekerjaan gereja VOC, sama seperti
usaha misi sebelumnya. Dan pada pada abad ke-18 khususnya sesudah tahun 1770, VOC
tidak sanggup lagi untuk sungguh-sungguh memperhatikan ribuan orang Kristen baru itu,
tidak ada lagi pendeta yang menetap dan beberapa kunjungan-kunjungan pendeta pun
berhenti. Tetapi perkembangan agama kristen yang lebih luas dan lebih mendalam baru
datang pada abad ke-19 dan ke-20. 17salah satu yang dapat mendukung perkembangan misi
mereka yaitu melalui perdagangan dan menggunakan biaya itu sebagai pergerakan misi.

e. Gereja Yang Bertumbuh

Pada permulaan abad ke-19 ada dua orang missionaris bernama Pater Antonio Taveira dan
Pater Antonio de San Jacinto yang memimpin pertumbuhan gereja di tengah konflik dimana
terdapat sekelompok orang yang ingin menguasai wilayah Timor yang melatar belakangi
dengan mayoritas Kristen disana, pertumbuhan gereja begitu cepat dimana banyak orang
yang ingin di baptis berkisar 5.000 orang hingga pada abad ke-16 naik menjadi 25.000 jiwa,
beragama katolik kira-kira 2.000 orang dan masing-masing mempunyai gereja sendiri. Dan
16
Wongso, Peter. Tugas Gereja Missi Masa Kini(Malang,1981)hlm.7.
17
Van Den End, Ragi Carita 1(Jakarta: BPK gunung mulia,2012),hlm.93-94.
pada tahun 1670-an satu-dua raja minta agar mereka dan pengikut-pengikutnya juga dibaptis,
dan melakukan sakramen delapan kali anatara tahun 1688-1730. Dan pertumbuhan pada abad
ke-18 ribuan orang menjadi kristen dan terjadilah gerakan ke agama kristen di pulau Sawu
sehingga, membuka para penghibur orang sakit, serta mendapat perhatian dari VOC,
18

sehingga mereka mendapatkan kunjungan oleh pendeta-pendeta, dengan berkhotbah,


mengajar.

18
Van Den End, Ragi Carita 1(Jakarta: BPK gunung mulia,2012),hlm 90-92
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut penulis menyimpulkan, agama Kristen dibawa ke Nusa Tenggara
Timur mulai tahun 1556 dengan perantaraan orang Portugis dan orang-orang Belanda. Sama
seperti di daerah-daerah lain, perluasannya terjalin dengan sejarah ekonomis dan politis
daerah itu dan cara orang memahami orang kristen dipengaruhi unsur-unsur agama suku dan
ideologi negara dari Barat.

B. SARAN
Gereja di Nusa Tenggara Timur perlu perhatian lebih dalam memberitakan firman, tujuan
untuk menguatkan iman mereka, memiliki pengharapan di dalam Yesus Kristus hal ini di
lakukan karena adanya tantangan yang sulit,sehingga masa sukar itupun terjadi. Aniaya,
pembunuhan dan bahkan beberapa orang yang sudah dibaptis mereka meninggalkan
imannya. dari pembahasan tersebut diketahui bahwa hanya mereka yang memiliki kerinduan
dalam melayani Tuhan, yang dapat menjangkau jiwa karena tidak semua orang berani
mengambil resiko di tengah kesulitan-kesulitan yang ditemui. Perkembangan sejarah gereja
di Indonesia tidak terlepas dari berbagai konflik untuk itu perlu kerja sama dalam
menggerakkan misi penginjilan.

DAFTAR PUSTAKA
End, T. V. (2012). Ragi Cerita. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hutahean, w. S. (2010). Kepemimpinan Gereja Lokal. Yogyakarta: Jelajah Nusa.
R, S. (1985). Ikhtiar Dogmatika. Jakarta: Gunung Mulia.
Samuel, T. (2010). kepemimpinan Gereja Lokal. Yogyakarta: Jelajah Nusa.
W, H. J., & L, H. K. (1978). Terjaring. Malang: Gandum Mas.

Anda mungkin juga menyukai