Penghulu Keraton
Penghulu Keraton
PENGHULU KERATON
Oleh :
Layla Syakhila (1710105131)
Eva Ardhani Paradifa (1710105132)
Yunida Nabila Hidaya (1710105133)
Dita Oktaviani (1710105134)
Feby Ayu Herawati (1710105141)
3A1 D3 Kebidanan
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
2
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5
2.1 Sejarah Kepenghuluan Keraton ................................................................................................ 5
2.2 Struktur Dan Tugas Kepenghuluan Keraton ........................................................................... 5
BAB III................................................................................................................................................... 6
PENUTUP.............................................................................................................................................. 6
3.1 Simpulan ...................................................................................................................................... 6
Lampiran Gambar ................................................................................................................................ 7
3
BAB I
PENDAHULUAN
Penetapan temporal terbatas sejak tahun 1917 sampai 1937 dengan alasan bahwa
status mengenai lembaga penghulu semakin mendapat perhatian pihak Belanda. Artinya
penghulu pada saat itu menjalankan dua fungsi yaitu di landraad (pengadilan negeri) dan
di raad agama (pengadilan agama) hingga terjadi pembatasan peran penghulu oleh pihak
Belanda karena dikeluarkanya aturan baru.
Penelitian ini juga memaparkan mengenai beberapa latar belakang prinsip- prinsip
dan haluan dari kebudayaan serta politik yang telah memunculkan dikembangkanya tata
aturan dalam negara sehingga melahirkan beberapa lembaga tertentu yang dalam hal ini yaitu
mengarah pada lembaga penghulu. Melalui lembaga penghulu inilah yang nantinya timbul
peradilan islam yang diketuai oleh seorang penghulu.
Keberadaan aturan mengenai lembaga penghulu pada akhirnya juga menjurus pada
kontra antara tradisi dan modernisasi. Hal tersebut tampak dalam praktek yang berada di
dalam lingkup Kraton Yogyakarta, yaitu dalam bentuk antara budaya tradisi warisan nenek
moyang dengan datangnya pola tradisi budaya Islam. Keadaan yang demikian memicu kontra
di kalangan para ahli islam Belanda tentang penerapan hukum yang akan digunakan dalam
mengeluarakan kebijaksanaan penghulu.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dan untuk
menambah wawasan tentang kepenghuluan keraton.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah lembaga Kepenghuluan Kraton Yogyakarta tidak lepas dari sejarah berdiri
Masjid Gedhe. Adapun sejarah Masjid Gedhe tak bisa lepas dari sejarah berdiri Kerajaan
Mataram. Pasca Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755), Pangeran Mangkubumi bergelar
Sultan Hamengku Buwono I mendirikan kerajaan di Yogyakarta (M.C. Riklefs, 2005: 98-99).
Setelah kerajaan Yogyakarta didirikan, Masjid Gedhe dibangun di muka kraton, tepatnya di
sebelah barat Alun-alun Utara. Masjid Gedhe didirikan pada tanggal 29 Mei 1773. Sang
arsitek pembangunan Masjid Gedhe adalah Kanjeng Wirjakusuma di bawah pengawasan
Penghulu Kraton, Kiai Faqih Ibrahim Dipaningrat (Ahmad Adaby Darban, 2000: 9).
Pengelolaan Masjid Gedhe diserahkan kepada sekelompok ulama kraton. Mereka yang
bertugas mengurusi masjid gedhe bermukim di sekitar masjid. Pemukiman para ulama yang
mengurusi masjid inilah yang kemudian tumbuh menjadi sebuah komunitas sosial tertentu.
Komunitas sosial yang terbentuk di sekeliling Masjid Gedhe saling terikat berdasarkan status
sosial, agama (Islam), dan pertalian darah (Darban, 2000: 16-19).
Pemukinan di sekitar Masjid Gedhe inilah yang kemudian dikenal dengan nama ”Kauman.”
Nama “Kauman” sendiri berasal dari kata Arab, “qaum”, yang berarti sekelompok orang atau
kumpulan warga. Istilah ”kaum” yang berasal dari kata Arab (qaum) memang identik dengan
agama Islam. Kampung ini memang tempat pemukiman para kaum (qaum), yaitu orang-
orang yang taat menjalankan agama Islam dan mendapat tugas untuk mengurusi berbagai
aktivitas di Masjid Gedhe Yogyakarta.
Letak kampung Kauman di sebelah barat, di sekitar Masjid Gedhe. Masjid ini milik kraton
yang dikelola oleh para takmir yang seluruh aktivitasnya dipusatkan di kantor Penghulu.
Letak kantor Penghulu di sebelah utara Masjid Gedhe, dengan pintu menghadap ke selatan
(halaman masjid). Dalam tradisi Jawa Islam, khususnya masyarakat Kauman, kantor
penghulu disebut Pengulon.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kawedanan Pengulon adalah lembaga khusus Keraton Yogyakarta yang membidangi
kepenghuluan. Nama pengulon sen diri diambil dari nama penghulu dalam pelafalan bahasa
Jawa. Secara struktural, kawedanan dipimpin dua pengageng, yakni Dipodiningrat
sebagai pengageng I dan wakilnya atau pengageng II, yang kini dijabat oleh Kanjeng Raden
Tumenggung Muhsin Kamaludiningrat yang terhitung masih adik ipar Dipodingrat. Tugas
utama pengageng ialah menikahkan anak-anak Sultan. Pernikahan Sultan Hamengku
Buwono X dengan GKR Hemas, misalnya, dipimpin oleh Wardan, ayah Kamaludiningrat.
6
Lampiran Gambar