Anda di halaman 1dari 58

MORFOLOGI SERANGGA

Kelompok 2 Offering I-IL 2018


1. Annisa Elchamida (180342618083)
2. Helyu Listyka (180342618057)
3. Oktaviani Jannati (180342618036)
Struktur Tubuh a. Kepala
b. Toraks
c. Abdomen
d. Antena
e. Mata
f. Tarsus
g. Koksa
h. Trokhanter
i. Timpanium
j. Spirakel
k. Femur
l. Tibia
m. Ovopositor
n. Serkus
Gambar 1. Struktur Tubuh Serangga
Serangga memiliki skeleton yang berada pada bagian luar tubuhnya (eksoskeleton).
Eksoskeleton serangga tidak tumbuh terus-menerus. Pada tahapan pertumbuhan
eksoskeleton tersebut harus ditinggalkan untuk menumbuhkan yang lebih baru dan lebih
besar (Hadi, 2009). Tubuh serangga ditutupi oleh kutikula. Di sebagian besar wilayah tubuh,
lapisan luar kutikula akan mengeras dan berwarna kecokelatan, juga membentuk
exocuticle.
Tubuh serangga di bagi menjadi tiga bagian, yaitu
1. Kepala
2. Dada (Thoraks)
3. Perut (Abdomen)
1. KEPALA

Gambar 2. (A) Anterior; (B) lateral


Gambar 3. (C) Posterior; (D) ventral (appendages removed)
Kepala terdiri dari 3-7 ruas, berfungsi sebagai alat untuk pengumpulan
makanan, penerima rangsangan dan memproses informasi di otak. Kepala
serangga keras karena mengalami sklerolisasi. Kepala merupakan bagian
anterior dari tubuh serangga yang memperlihatkan adanya sepasang mata,
sepasang sungut dan mulut.
Tipe kepala serangga di bedakan menjadi
3, yaitu:
A. Hypognathous
Alat mulut terletak di kepala bagian
bawah (terletak di poros vertical) yang
merupakan kondisi alat mulut serangga
primitive.
B. Prognathous
Alat mulut yang mengarah ke depan
(terletak di poros horizontal).
C. Opisthognathous
Alat mulut berupa proboscis
memanjang menuju kearah belakang di Gambar 4. Tipe kepala serangga
antara tungkai depan.
a. Mata
Pada serangga terdapat mata majemuk
dan mata tunggal (ocelli). Serangga dewasa
mempunyai mata besar yang disebut mata
majemuk atau mata faset yang terdiri dari
beberapa ribu ommatidia, sehingga
bayangan yang terlihat oleh serangga
adalah mozaik. Mata tunggal mempunyai
lensa kornea tunggal, dibawahnya terdapat
sel komeagen dan retina. Mata tunggal
tidak membentuk bayangan dan lebih
berperan dalam membedakan intensitas
cahaya.

Gambar 5. Mata serangga


b. Sungut (Anthena)
Sungut digunakan oleh serangga untuk menerima
rangsangan dari lingkungan, fungsi utama sungut
adalah untuk perasa dan bertindak sebagai organ
pengecap, organ pembau, dan organ pendengar
(Suheriyanto, 2008).
Gillot (2005) membagi sungut (anthena) menjadi
tiga bagian, yaitu:
1. Scape (batang dasar), yaitu ruas dasar sungut.
2. Pedicel (gantilan), yaitu ruas kedua.
3. Flagellum, yaitu ruas sisanya.

Gambar 6. Bagian anthena serangga


tipe-tipe sungut (anthena)
1. Setaseus
Berbentuk seperti duri, pada bagian distal
ruasnya menjadi langsing. Contoh pada capung,
capung jarum dan peloncat daun.

Gambar 7. Anthena Setaseus


Gambar 8. Capung
tipe-tipe sungut (anthena)
2. Filiform
Bentuk seperti benang, ruas-ruas hampir seragam
dalam ukuran dan biasanya silindris. Contohnya pada
kumbang tanah dan kumbang harimau.

Gambar 9. Anthena filiform


Gambar 10. Kumbang tanah
tipe-tipe sungut (anthena)
3. Moniliform
Sungut seperti satu untaian merjan, ruas-
ruas sama dalam ukuran dan kurang lebih
berbentuk bulat. Contohnya kumbang keriput
kulit kayu.
4. Serrata
Seperti gergaji, ruas-ruas terutama yang
ada di distal separuh atau dua pertiga sungut
kurang lebih segi tiga. Misalnya, kumbang
Gambar 12. Anthena serrata
loncat balik.

Gambar 11. Anthena moniliform


tipe-tipe sungut (anthena)

5. Pektinat
Sungut berbentuk seperti sisir, kebanyakan ruas-
ruas dengan juluran lateral, langsing dan panjang.
Misalnya kumbang warna api.

Gambar 13. Anthena pektinat


tipe-tipe sungut (anthena)
6. Klavat
Berbentuk seperti gada, ruas-ruas
meningkat garis tengahnya disebelah
distal, contoh pada kumbang hitam dan
kumbang lady bird.

Gambar 14. Anthena klavat

Gambar 15. Kumbang hitam


tipe-tipe sungut (anthena)
7. Genikulat
Berbentuk siku, dengan ruas pertama panjang dan ruas-
ruas berikutnya kecil dan membelok pada satu sudut
dengan yang pertama. Misalnya pada kumbang rusa dan
semut calsid.

Gambar 16. Anthena genikulat


tipe-tipe sungut (anthena)

8. Plumosa
Sungut berbentuk seperti bulu, kebanyakan
ruas-ruas dengan gerombolan rambut-rambut
panjang. Misalnya nyamuk jantan.

Gambar 17. Anthena plumosa


tipe-tipe sungut (anthena)

9. Lamelat
Bila ruas-ruas ujung meluas ke lateral
membentuk gelambir oval. Misalnya pada
kumbang juni.
10. Kapitat
Misalnya pada kumbang penghisap
cairan tumbuhan.
Gambar 18. Anthena lamelat

Gambar 19. Anthena kapitat


C. Mulut
Bagian-bagian mulut pada
serangga, yaitu:
A. Mandible
B. Maxilla
C. Labium

Gambar 20. Bagian mulut serangga


Menurut Suheriyanto (2008) berdasarkan sumber makanannya di alam, tipe mulut serangga
di bedakan menjadi:
1. Tipe Pengunyah (Chewing)
Banyak dijumpai pada serangga dewasa dan serangga muda. Mandibula serangga tipe ini
mengalami sklerotisasi, bergerak secara transversal sehingga dapat digunakan untuk
memotong seperti pisau.
2. Tipe Pemotong-penyerap (Cutting-sponging)
Tipe pemotong-penyerap dapat ditemukan pada lalat hitam dan lalat kuda. Serangga tipe
ini mempunyai mandibular dan maksila yang memanjang dan berfungsi sebagai stilet untuk
menusuk kulit.
3. Tipe Spon (Sponging)
Lalat ini terlebih dahulu membasahi makanan dengan sekresi air liurnya, kemudian
menjilati makanan tersebut. Contohnya, lalat rumah.
4. Tipe Sifon (Siphoning)
Kupu-kupu dan ngengat memiliki tipe mulut sifon. Serangga tersebut mengisap cairan
melalui proboscis. Probosis pada lalat dewasa biasanya panjang dan melingkar, terbentuk
dari dua galea maksila dan saluran makanan ada diantara kedua galea tersebut.
5. Tipe Penusuk-penghisap (Piercing-sucking)
Serangga yang mempunyai tipe mulut ini biasanya berperan sebagai vector penyakit,
seperti serangga herbivor (cicada), parasit (kutu dan nyamuk) dan karnivor (kutu
pembunuh).
6. Tipe Pengunyah-peminum (Chewing-lapping)
Lebah madu dewasa mempunyai tipe mulut yang termodifikasi menjadi bentuk lain
yang dapat digunakan untuk makanan cair, seperti nektar dan madu. Mandibula dapat
digunakan untuk memotong, pertahanan, dan membentuk sarang.
2. DADA (THORAKS)
Dada adalah pusat lokomotif serangga. Terdiri atas tiga segmen dari depan ke belakang
yaitu protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Masing-masing segmen toraks mempunyai
sepasang kaki dan jika terdapat sayap terletak pada ruas kedua dan ketiga, masing-masing
sepasang sayap.
a. Kaki
Kaki serangga bersklerotisasi dan terbagi
menjadi enam ruas, yaitu :
1. Koksa, yaitu ruas dasar
2. Trokanter, yaitu ruas sesudah koksa
3. Femur, biasanya ruas pertama yang
panjang dari tungkai
4. Tibia, yaitu ruas kedua yang panjang
5. Tarsus, biasanya berupa sederet
ruas-ruas kecil dibelakang tibia
6. Pretarsus, terdiri dari kuku-kuku
atau serupa seta di ujung tarsus

Gambar 21. Ruas kaki serangga


Modifikasi Bentuk Kaki Serangga
1. Tipe Natatorial.
Terdapat pada serangga perenang. Pada tipe
ini pasangan kaki tengah dan belakang
bentuknya pipih dan pada bagian tepinya
terdapat rambut-rambut kasar.
Gambar 22. Tipe Natatorial

Gambar 23. Tipe Natatorial


2. Tipe Raptorial
Terdapat pada belalang sembah
(Mantis sp.) yaitu pada sepasang
kaki depan berfungsi sebagai lengan
untuk memegang dan menangkap
mangsanya

Gambar 23. Tipe Raptorial

Gambar 24. Mantis sp.


3. Tipe Saltatorial
Terdapat pada serangga peloncat, misalnya
belalang. Hewan yang memiliki tipe kaki
saltatorial biasanya memiliki femur kaki
belakang lebih besar dibandingkan femur kaki
depan.

Gambar 25. Tipe Saltatorial

Gambar 26. Belalang


4. Tipe Fossarial
Berfungsi untuk menggali, misalnya
bentuk kaki pada Gaang (Gryllotalpa sp.).
Tibia pada kaki depan lebih besar dari kaki
belakang.
Gambar 27. Tipe Fossarial

Gambar 28. Gryllotalpa sp.


5. Tipe Clasping
Berfungsi untuk
memegang/menangkap serangga
betina pada saat kopulasi.
Beberapa tarsomer memiliki alat
pengisap dan cakar yang besar.
Misalnya pada Dytiscus.

Gambar 29. Tipe Clasping

Gambar 30. Dytiscus


6. Tipe Ambulatorial
Berfungsi untuk berjalan atau
berlari. Bentuk kaki yang
sederhana, memiliki femur dan
tibia yang panjang, misalnya kaki
pada semut.

Gambar 31. Tipe Ambulatorial

Gambar 32. Semut


b. Sayap Serangga
Introduction
Sayap pada serangga berasal dari pertumbuhan keluar dari
dinding tubuh yang terletak
pada dorsolateral antara notum dan pleura. Mereka timbul
sebagai pertumbuhan keluar seperti kantung, tetapi bila
berkembang dengan sempurna, maka akan berbentuk gepeng
dan seperti sayap dan diperkuat oleh suatu deretan rangka-
rangka sayap.
Sayap berkembang sempurna dan berfungsi dengan baik
hanya ada dalam stadium dewasa (imago), kecuali pada
Ordo Ephemeroptera sayap muIai berfungsi pada instar
Ordo Ephemeroptera
terakhirnya. Tidak semua serangga memiliki sayap.
Serangga tidak bersayap digolongkan ke dalam sub
kelas Apterygota sedangkan serangga yang memiliki
Apterygota
sayap dimasukkan ke dalam golongan sub kelas
 Pterygota .
Pterygota
Sayap berasal dari kerangka luar
serangga yakni hasiI pertemuan
segmen toraks kedua dan ketiga
(mesothorax dan metathorax),
dan dua pasang sering disebut
sebagai sayap depan dan
belakang, meskipun tidak semua
serangga memiIikinya keduanya

Gambar 33. Sayap


serangga
Modifikasi sayap menurut Jumar (2000), sebagai
berikut :
• Pada Ordo Tysanoptera, sayap depan berupa rumbai.
• Pada Ordo Coleoptera, sayap depan mengeras dan
dinamakan elitra (tunggal: elitron). Elitra berfungsi untuk melindungi sayap
belakang yang berupa selaput (membran).
• Pada Ordo Orthoptera (bangsa belalang)
Umumnya memilki sayap dua pasang berupa perkamen. Sayap depan lebih
sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan
tegmina
disebut tegmina . Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-
vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap
depan.
• Kecoa (Periplaneta sp.)
• Belalang sembah/mantis (Otomantis sp.)
• Belalang kayu (Valanga nigricornis Drum.)
Gambar 35. Ordo Tysanoptera

Gambar 34. Sayap pada Ordo Tysanoptera


Gambar 36. Sayap pada Ordo Coleoptera Gambar 37. Ordo Coleoptera

Gambar 38. Ordo Coleoptera


Gambar 40. Ordo Orthoptera
Gambar 39. Ordo Orthoptera
• Pada Ordo Lepidoptera (bangsa kupu/ngengat), Sayap terdiri dari dua pasang,
membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Beberapa jenisnya
antara lain :
– Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas Wlk)
– Kupu gajah (Attacus atlas L)
– Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera litura) 

• Pada Ordo Diptera, Sayap depan berkembang sempurna, sedangkan sayap belakang


mengalami modifikasi mereduksi menjadi alat keseimbangan menjadi struktur seperti
gada yang disebut halter
halter . Halter berfungsi sebagai penyeimbang tubuh pada saat
terbang.
• – lalat buah (Dacus spp.)
• – lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F)
• – lalat rumah (Musca domesticaLinn.)
• – lalat parasitoid (Diatraeophaga striatalis).
Gambar 41. Ordo Lepidoptera
Gambar 42. Ordo Lepidoptera
Gambar 43. Ordo Dipetera
• Pada Ordo Hemiptera/ bangsa kepik, sayap depan sebagian mengeras dan sebagian lagi

tetap berupa membran. Sayap depan ini disebut sebagai hemielitra (tunggal: hemielitron).

Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap

depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk
Hemelytra
sayap tersebut disebut Hemelytra . Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek

daripada sayap depan. Beberapa contoh serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah :

– Walang sangit (Leptorixa oratorius Thumb.)

– Kepik hijau (Nezara viridula L)

– Bapak pucung (Dysdercus cingulatus F)


Gambar 45. Ordo Hemiptera
Gambar 44. Ordo Hemiptera
• Pada Ordo Homoptera (wereng, kutu dan dsb), Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip

dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap

depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang

homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus.

Serangga anggota ordo Homoptera ini meliputi kelompok wereng dan kutu-kutuan, seperti :

– Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.)

– Kutu putih daun kelapa (Aleurodicus destructor Mask.)

– Kutu loncat lamtoro (Heteropsylla sp.).


Gambar 46. Ordo Homoptera
Gambar 47. Ordo Homoptera
• Pada Ordo Hymenoptera (bangsa tawon, tabuhan, semut), Sayap
terdiri dari dua pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih
besar daripada sayap belakang.
– Trichogramma sp. (parasit telur penggerek tebu/padi).
– Apanteles artonae Rohw. (tabuhan parasit ulat Artona).
– Tetratichus brontispae Ferr. (parasit kumbang Brontispa). 
• Pada Ordo Odonata (bangsa capung/kinjeng), Sayap dua pasang dan
bersifat membranus. Cnthnya : capung 
Ordo Hymenoptera

Gambar 49. Ordo Hymenoptera


Gambar 48. Ordo Hymenoptera
Ordo Odonata

Sayap depan dan


belakang berstruktur
sama, yakni bersifat
seperti selaput atau
membranus dan banyak
vena. Antena berukuran
pendek dan kaku. Tipe
alat mulut penggigit
pengunyah.

Gambar 50. Ordo Odonata


3. PERUT (ABDOMEN)
Segmen pada bagian abdomen lebih
sederhana dibandingkan kepala dan dada.
Jumlah segmen perut bervariasi. Namun,
umumnya serangga memiliki 10 atau 11
segmen. Berfungsi untuk menampung sistem
pencernaan, ekskretori, dan reproduksi. Pada
serangga betina abdomen ke delapan dan Gambar 51. Segmen pada abdomen lalat rumah.
sembilan bersatu membentuk ovipositor
sebagai organ yang membantu peletakan telur
(Suheriyanto, 2008).

Gambar 52. Segmen pada abdomen serangga


Analisis Jurnal
Size, shape and structure of
insect wings
Mary K. Salcedo, Jordan Hoffmann, Seth Donoughe, and L.
Mahadevan

https://www.biorxiv.org/content/10.1101/478768v1
Latar Belakang

Ukuran, bentuk dan struktur sayap serangga terkait erat dengan


kemampuannya untuk terbang. Namun, ada beberapa studi sistematis
tentang variabilitas dari pola alami dalam morfologi sayap pada seluruh
serangga.
Tu j u a n

Untuk mengidentifikasi ukuran, bentuk, dan struktur sayap pada


serangga menggunakan metode geometris dan topologi.
Metodologi Penelitian

Dimulai dengan mengumpulkan 555 sayap yang diambil dari 24 ordo


perwakilan dari hampir setiap ordo serangga yang masih ada.
Kemudian menggunakan metode geometris dan topologi, dan
menetapkan tiga pendekatan komplementer untuk mengukur ukuran
sayap, bentuk, kompleksitas venasi dan ukuran serta bentuk domain.
Hasil dan Pembahasan
Mengikuti metode yang dijelaskan Hoffman et al., distribusi domain di sepanjang sayap, dari proksimal
kedaerah distal, menunjukkan enam spesies, yang masing-masing termasuk dalam ordo yang berbeda.
Untuk sayap capung (Odonata, hijau) domain morphospace mencakup lebih banyak domain persegi
panjang di dasar sayapnya (hijau pudar) daripada di sayap tip, di mana domain lebih melingkar dan
lebih banyak (hijau muda). Sebaliknya, sayap Plecopteran (stonefly, ungu), memiliki distribusi domain
yang berlawanan, lebih besar domain (area pecahan meningkat) dan domain lebih persegi panjang di
ujung sayap (ungu tua) dibandingkan di ujung sayap. Untuk sayap yang lebih besar dan lebih
memanjang, persegi panjang domain cenderung ditemukan di dekat ujung proksimal sayap sedangkan
ujung distal cenderung memiliki lebih kecil, domain sayap yang lebih bundar. Sekitar 468 sayap
Odonate, domain di dekat pangkal sayap cenderung berbentuk persegi panjang, mengambil area yang
lebih besar dari keseluruhan sayap. Di dekat ujung distal, domain lebih melingkar, mengambil lebih
sedikit area. Sebaliknya, sayap Neuropteran memiliki lebih banyak domain memanjang dan persegi
panjang menuju ujung sayap. Beberapa domain lebih dari 10% total luas sayap (yaitu Diptera),
sedangkan domain terkecilhanya 1 / 10.000 dari seluruh area (yaitu Odonata) dari sayap serangga.
Dengan domain ini distribusi, morphospace mengkategorikan geometri spasial domain di seluruh
rentang sayap.
Kesimpulan

Meskipun tidak selalu berlaku di seluruh ordo, namun asimetri pada


jumlah dan ukuran domain di seluruh rentang sayap memiliki manfaat.
Dari perspektif integritas struktural, asimetri memberikan ketangguhan
dari keretakan. Sayap dengan jumlah domain kecil yang lebih tinggi di
tepi belakang dapat mengurangi perambatan kerusakan.

Anda mungkin juga menyukai