Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIKUM VI

Topik : Tingkah Laku Kupu-Kupu


Tujuan : Menganalisa pola tingkah laku kupu-kupu
Hari/tanggal : Minggu / 6 Oktober 2019
Tempat : Lingkungan Rektorat Lama Universitas Lambung Mangkurat

I. ALAT DAN BAHAN


A. Alat :
1. Alat tulis
2. Kamera
3. Tabel pertelaan
4. Jam/ penanda waktu
B. Bahan :
1. Kupu-kupu (Bicyclus anynana)
II. CARA KERJA
1. Membentuk kelompok 4-5 orang kemudian berpencar menjadi 2
kelompok.
2. Menetapkan satu jenis kupu-kupu yang akan diamati.
3. Mengamati perilaku kupu-kupu yang meliputi :
a. Perilaku makan (jenis makan, waktu makan, cara makan)
b. Perilaku teritorial atau penguasaan wilayah atau pergerakan
c. Perilaku reproduksi atau kawin.
d. Perilaku sosial (Komunikasi, Kimpoi / perkelahian)
4. Mencatat hasil pengamatan yang didapat di lapangan
5. Membuat laporan kegiatan.
III. TEORI DASAR
Kupu-kupu merupakan serangga yang tergolong kedalam ordo
Lepidoptera, atau serangga bersayap sisik (lepis, sisik dan pteron, sayap).
Kupu-kupu umumnya aktif di waktu siang hari (diurnal). Kupu-kupu
beristirahat atau hinggap dengan menegakkans ayapnya. Kupu-kupu
biasanya memiliki warna yang indah cemerlang (Van Mastrigt dan
Rosariyanto dalam Dharmono, 2018).
Kupu-kupu amat banyak jenisnya, di pulau jawa dan pulau balu kupu-
kupu saja tercatat lebih dari 6000 spesies (Whitten dkk, dalam Dharmono,
2018). Kupu-kupu pun menjadi salah satu dari sedikit jenis serangga yang
tidak berbahaya bagi manusia. Banyak orang yang menyukai kupu-kupu
yang indah akan tetapi sebaliknya jarang orang yang tidak merasa jijik pada
ulat, padahal keduanya adalah makhluk yang sama. Semua jenis kupu-kupu
melalui tahap-tahap hidup sebagai telur, ulat, kepompong, danakhirnya
bermetamorfosa menjadi kupu-kupu atau ngengat.
Kupu-kupu umumnya hidup dengan menghisap madu/nectar (sari
kembang) akan tetapi beberapa jenisnya menyukaicairan yang dihisap dari
buah-buahan yang jatuh ditanah dan membusuk, daging bangkai, kotoran
burung, dan tanah basah. Berbeda dengan kupu-kupu, ulat hidup terutama
dengan memakan daun-daunan. Ulat-ulat ini sangat rakus, akan tetapi
umunya masing-masing jenis ulat berspesialisasi memakan daun dari jenis-
jenis tumbuhan yang tertentu saja. Sehingga kehadiran suatu jenis kupu-
kupu di suatu tempat, juga ditentukan oleh ketersediaan tumbuhan yang
menjadi inang dari ulatnya.
Kupu-kupu dikenal sebagai serangga penyerbuk tanaman, yang
membantu bunga-bunga berkembang menjadi buah. Sehingga bagi petani,
dan orang pada umunya, kupu-kupu ini sangat bermanfaat untuk membantu
jalannya penyerbukan tanaman. Pada pihak yang lain, berjenis-jenis ulat
diketahui sebagai hama yang rakus. Bukan hanya tanaman semusim yang
dimangsanya, namun juga pohon buah-buahan dan pohonp ada umumnya
dapat habis digunduli daunnya oleh hama ulat dalam waktu yang relative
singkat. Banyak jenis hama ulat, yang menjadi hama pertanian yang serius.
Untuk memanfaatkan keindahan beberapa jenisnya, kini orang
mengembangkan peternakan kupu-kupu (Dharmono, 2018).
IV. TABEL PENGAMATAN
Waktu Aktivitas / perilaku Hasil Deskripsi Foto pengamatan Foto Literatur
pengamatan
11:08- Perilaku makan Jenis Pada pukul 11:08 WITA
11:13 makanan kupu-kupu menghisap
nektar pada bunga semak
liar

Waktu makan Pada pukul 11:08 WITA,


kupu-kupu melakukan
aktivitas makan yang
berlangsung selama 5
11:08- menit 27 detik. Pada menit
11:14 ke 4 lewat 19 detik kupu-
kupu terbang
meninggalkan makanan.
Dan pada menit ke 4 lewat
21 detik kupu-kupu
kembali lagi ke sumber
makanan awal. (Dok. Pribadi, 2019) (Samerdyke, R. 2013)
Gerakan Membuka dan menutup
makan sayap sambal mengitari
11:08- seluruh permukaan bunga,
11:14 mulutnya menghisap nektar
pada bunga.
Pada menit ke 1 lewat 59
detik sampai menit ke 2
lewat 7 detik kupu-kupu
menghentikan gerakan
sayapnya namun masih
dalam posisi makan. Hal
ini terjadi pada pukul 11:08
WITA
11:07- Perilaku territorial Bentuk Kupu-kupu terbang rendah
11:08 atau penguasaan gerakan 2-3 kali ke sumber
wilayah atau datang makanan dengan
pergerakan menghampiri kemudian
menjauh kemudian
menghampiri lagi untuk
memastikan bahwa tempat
tersebut cocok sebagai
wilayah teritorialnya.
Aktivitas in berlangsung (Dok. Pribadi, 2019) (Steve, 2019)
pada pukul 11:07 WITA
Gerakan Terbang-hinggap di sekitar
11:07- disekitar sumber makanan lalu
11:14 makanan hinggap menetap sambil
membuka dan menutup
sayapnya. Aktivitas ini
berlangsung dari pukul
11:07 hingga pukul 11:14
WITA

Waktu 7 menit, yang meliputi


disekitar proses penguasaan
11:07- makanan teritorial, menghisap
11:14 nektar, hingga akhirnya
meninggalkan
makanannya. Berlangsung
pada pukul 11:07 hingga
11:14 WITA
Gerakan Langsung terbang menjauh
meninggalkan dari sumber makanan. Saat
11:07- makanan ada kupu-kupu lain yang
11:14 mencoba menganggu
teritorialnya. Namun 2
detik kemudian kupu-kupu
kembali lagi ke tempat
makanan awalnya. Hal ini
terjadi pada pukul 11:13
WITA

Perilaku lain Selama 4 menit 18 detik


kupu-kupu mengepakkan
sayapnya sebanyak 160
kali sebelum terbang
meninggalkan makanannya
09:52 Perilaku reproduksi Gerakan Kupu-kupu melakukan
atau kawin kawin gerakan berputar sambil
terus terbang dan seringkali
terlihat mengahntupkan
kedua badannya antara
jantan dan betina. Terbang
saling berdampingan pada
pukul 09:52 WITA
09:52 Waktu kawin 41 detik, kupu-kupu
terbang berdampingan pada (Robertson, K. A. and A.
(Dok. Pribadi, 2019) Monteiro. 2005)
ketinggian yang berbeda.
Mula-mula di sekitar
tumbuhan kecil kemudian
pada tingkat ketinggian
yang lebih tinggi sampai
setinggi ujung-ujung pohon
pada pukul 09:52 WITA
Perilaku lain Pada saat pengamatan tidak
ditemukan perilaku lain
dalam reproduksi atau
kawin pada kupu-kupu

09:31 Perilaku sosial Berkelompok Tidak berkelompok, kupu-


(komunikasi, kupu yang diamati lebih
persaingan/perkelahia sering terbang soliter
n) mengitari tumbuhan-
tumbuhan sambil sembari
mencari makan dan
menandai daerah
kekuasaan
Gerakan Pada saat perkelahian tidak Tidak ditemukan foto pengamatan
perkelahian : ditemukan adanya gerakan saat di lapangan
perkelahian pada kupu-
kupu
Waktu Pada saat pengamatan tidak
perkelahian : terjadi perilaku perkelahian
pada kupu-kupu, maka (Alamy, 2019)
waktu perkelahian tidak
dapat ditentukan
Perilaku Tidak ada interaksi saat
bertemu bertemu sesama jenisnya,
sesama jenis: masing-masing terbang
mencari makanan dan
09:29 menandai wilayah
teritorialnya. Kejadian ini
terjadi pada pukul 09:29
Perilaku lain: Tidak ditemukan adanya
perilaku lain dalam
persaingan atau
perkelahian pada kupu-
kupu
V. ANALISIS DATA
Klasifikasi dari kupu-kupu :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Sub Ordo : Frenatae
Famili : Nymphalidae
Genus : Bicyclus
Spesies : Bicyclus anynana
Sumber : (Larsen, T.B. 2011)
Kupu-kupu adalah hewan berdarah dingin. Mereka tidak
menghasilkan panas yang cukup dari metabolisme mereka sendiri untuk
menyediakan mereka dengan panas dan energi yang mereka butuhkan
untuk terbang. Oleh karena itu, kupu-kupu mengandal kan panas yang
diserap dari matahari, sehingga mereka akan sering berjemur di bawah
sinar matahari di pagi hari untuk membantu mendapatkan meningkatkan
panas tubuh mereka. Kupu-kupu merupakan salah satu serangga yang
keberadaannya penting di alam sebagai penyerbukan tumbuhan berbiji
(Busnia, 2006).
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di lingkungan
rektorat lama Universitas Lambung Mangkurat, ditemukan beberapa
perilaku kupu-kupu, diantaranya sebagai berikut.

1. Perilaku Makan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, kupu-kupu ini
ditemukan sedang menghisap sari bunga (nektar) pada pukul 11.08 WITA.
Menghisap dengan durasi selama 5 menit 27 detik dan berhasil
didokumentasikan. Kupu-kupu tersebut hinggap dengan keadaan sayap
yang terbuka dan mengepakkan sayapnya. Ketika makan, sayapnya
membuka dan menutup. Namun pada menit ke 1 lewat 59 detik sampai
menit ke 2 lewat 7 detik kupu-kupu menghentikan gerakan sayapnya dan
masih dalam keadaan makan. Kupu-kupu ini menghisap nektar dengan
mengitari seluruh permukaan bunga. Pada menit ke 4 lewat 19 detik kupu-
kupu terbang meninggalkan bunga tersebut. Akan tetapi 2 detik kemudian
kupu-kupu ini kembali lagi ke sumber makanan awalnya. Kupu-kupu akan
kembali ke tempat yang sama dimana ia menemukan nektar, dengan kata
lain, ia akan kembali ke bunga yang sama pada waktu tertentu pada hari
yang sama. Perilaku makan ini berlangsung selama 5 menit 27 detik.
Waktu yang cukup lama ini mengindikasikan pada bunga yang
dihinggapinya banyak mengandung nektar.
Aktivitas mendekati bunga kemudian menjulurkan probosis untuk
menghisap nektar disebut nectaring (Krafiani, 2010). Kupu-kupu
menyukai bunga berukuran kecil yang berjumlah banyak dalam suatu
tangkai utama, berwarna menarik, berbentuk tabung yang sempit dan
memanjang serta menghasilkan neKtar. Nektar biasanya terletak pada
bagian yang tersembunyi sehingga tidak semua hewan pengunjung dapat
mengambilnya. Dalam mengambil nektar, kupu-kupu dibantu oleh
probosis yang dimilikinya. Probosis merupakan alat penghisap yang
berbentuk panjang dan tipis. Dengan adanya probosis akan memudahkan
kupu-kupu mengambil makanannya yang tersembunyi di dalam kelenjar
nektar bunga (Bariyah, 2011).
Aktivitas kupu-kupu dalam mencari makanan dimulai pada pagi
menjelang siang. Hal ini disesuaikan dengan sekresi nektar yang dimulai
kira-kira pukul 07.30 WIB dan sekresi nektar akan meningkat pada
pertengahan hari dibandingkan pagi hari Dengan demikian terdapat
hubungan antara kandungan nektar dengan waktu kunjungan kupu-kupu
pada bunga (Fitriana, 2008).

2. Perilaku Teritorial atau Penguasaan Wilayah atau Pergerakan


Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan di depan Rektorat
lama terlihat kupu-kupu sedang mengapakkan sayapnya di sekitaran
tumbuhan liar yang berbunga. Saat kami amati ternyata kupu-kupu sedang
menghampiri sumber makanannya yang berupa bunga tersebut dan
perilaku datang ini dilakukan dengan terbang pada ketinggian yang rendah.
Aktivitas yang dilakukan kupu-kupu ini terjadi pada pukul 11:07 WITA
dan saat hendak menandai daerah kekuasannya kupu-kupu tidak langsung
hinggap melainkan sebanyak 3 kali menghampiri sumber makanan yang
saat teramati kupu-kupu terbang menuju sumber makanan kemudian
menjauh kemudian datang lagi dan akhirnya menetap setelah kupu-kupu
memastikan bahwa tempat tersebut cocok digunakan sebagai daerah
teritorialnya.
Gerakan yang dilakukan kupu-kupu ini ketika terbang hinggap
dengan terus mengepakkan sayapnya yang dihitung sejak awal
kedatangannya selama 7 menit yakni dari pukul 11:07 WITA yang
meliputi saat kupu-kupu datang untuk menandai daerah teritorialnya dan
memastikan apakah tempat tersebut benar-benar cocok, kemudian terjadi
aktivitas makan selama 5 menit serta gerakan saat kupu-kupu
meninggalkan makanannya dan berakhirnya semua aktivitas penguasaan
wilayah pada pukul 11:14 WITA.
Kupu-kupu saat sedang berada di daerah teritorialnya kemudian
terlihat ada kupu-kupu jenis lain yang terlihat terbang disekitar daerahnya
langsung menjauh dari tempatnya namun kembali lagi setelah ternyata
dipastikan bahwa kupu-kupu lain tersebut hanya melewati daerah
teritorialnya. Hal ini dengan interval waktu 2 detik.
Dalam proses menandai daerah kekuasaannya Kupu-kupu kerapkali
memilih tumbuhan sebagai pakan, hinggap maupun inang berdasarkan
interaksi antara kupu-kupu pada tumbuhan begitu pula sebaliknya.
Menurut Gombert dkk (2005) kupu-kupu akan tertarik mendatangi bunga
sebagai sumber nektar atau makananya berdasarkan tiga karakteristik yaitu
bentuk bunga, warna, dan aroma. Sedangkan menurut Sodiq (2005) tiga
karakteristik visual tumbuhan yang menyebabkan suatu tumbuhan dipilih
oleh serangga untuk meletakkan telur maupun makan adalah ukuran,
bentuk dan kualitas warna. Pemilihan inang oleh serangga dilakukan
dengan beberapa cara seperti melalui penglihatan (visual), penciuman
(olfaktori), pencicipan (gustatory), dan perabaan (taktil)(Shodiq, 2005).
Kupu- kupu dalam proses menemukan tumbuhan yang akan
digunakan sabagai pakan atau inang dibantu oleh indra yang bernama
kemoreseptor. Shodiq (2005) menjelaskan bahwa kemoreseptor adalah
indra yang berfungsi untuk menerima energy yang berupa molekul kimia.
Indra peraba dan penciuman termasuk dalam golongan ini. Kemoreseptor
umumnya terpusat pada antenna, alat mulut, dan tarsi (Wigglesworth,
1972). Olfakto reseptor yang termasuk dalam golongan ini merupakan
indra yang salah satunya berfungsi sebagai tanggap terhadap makanan.
Organ ini berupa Olfakto Reseptor Neuron (ORN).ORN ini pada
kebanyakan serangga termasuk kupu-kupu ditemukan pada dua pasang
bilateral simetris organ penciuman, antenna dan palpus rahang atas.
Permukaan organ penciuman ditutupi dengan rambut sensorik disebut
sensilla, yang berisi dendrit ORN. Serangga mempunyai indra penciuman
dan indra perasa, tetapi untuk mendeteksi suatu senyawa kimia dengan
dendrit organ-organ penerima (Dethier, 1963 dalam Atkins, 1980).
Indra perasa maupun penciuman pada serangga termasuk kupu-
kupu bekerja secara spesifik. Indra penciuman bekerja secara spesifik
menangkap dan menerima senyawa-senyawa dalam bentuk gas, sedangkan
indra perasa spesifik menangkap dan menerima senyawa dalam bentuk
cairan atau padat. Wingglessworth (1972) menyebutkan bahwa
kemoreseptor dicirikan oleh ujung-ujung syaraf yang halus sekali yang
berhubungan dengan udara luar melalui pori-pori pada kutikula. Kutikula
ini tipis halus dan mempunyai struktur seperti saringan.Tiap indra
penciuman terdiri dari satu atau lebih saraf-saraf penerima. Saraf-saraf ini
memiliki dendrit yang berhubungan dengan struktur kutikula dan benang-
benang saraf yang meneruskan rangsang ke sistem saraf pusat.
Serangga dapat menerima rangsang bila terjadi kontak antara saraf
pusat. Serangga dapat menerima rangsang bila terjadi kontak antara
molekul-molekul gas dengan dengan dendrit. Rangsangan dari dendrit
kemudian diteruskan ke tubuh sel, lalu ke sistem saraf pusat melalui
benang saraf (Atkins, 1980). Tanggapan dapat berupa ketertarikan
serangga pada sumber-sumber bau-bauan tersebut.Sistem saraf penciuman
terdiri dari neuron penerima rangsang, neuron penyalur, dan neuron
perantara (Atkins,1980).
Indra lain pada kupu-kupu yang berfungsi untuk mengenali
tumbuhan adalah fotoreseptor. Fotoreseptor ini adalah indera yang
berfungsi untuk menerima cahaya. Mata majemuk, mata tunggal dan stema
adalah indra yang digunakan serangga untuk berkomunikasi secara visual
dengan tumbuhan. Shodiq (2005) menjelaskan bahwa serangga hanya
mampu menerima dan merespon cahaya dengan panjang gelombang antara
300-400 mμ (warna mendekati ultraviolet) sampai 600-650 mμ (warna
jingga). Diantara beberapa warna spectrum cahaya tersebut, ada dua yang
menghasilkan respon paling tinggi pada serangga yaitu cahaya mendekati
ultraviolet (350 mμ). Serangga walaupun memiliki indera berupa mata
namun tidak dapat membedakan bentuk secara sempurna. Meskipun tidak
dapat membedakan bentuk segitiga, persegi, atau lingkaran dengan baik
namun serangga dapat membedakan bentuk berupa pecahan atau kepingan.
Bunga yang terdiri dari beberapa bagian bunga seperti sepal dan
petal, tidak lain berupa bayangan yang berkelip dan hal itu dapat menjadi
isyarat bahwa terdapat nektar pada lokasi tersebut. Ketertarikan kupu-kupu
pada tumbuhan selain karena kemampuanya untuk mengenali tumbuhan
dengan beberapa indra juga dikarenakan adanya interaksi yang dilakukan
tumbuhan itu sendiri. Hal ini dilakukan tumbuhan untuk menarik serangga
agar mendekat. Tumbuhan dapat menarik kehadiran serangga termasuk
juga kupu-kupu dengan warna pada bunga, aroma dan betuk bunga.
Warna-warna yang cerah dapat menarik perhatian kupu-kupu agar
mendekat, selain itu aroma khas pada bunga maupun tumbuhan serta
bentuknya (Arrummaisha, 2014).
Hubungan antara bunga dengan kupu-kupu ini antara lain
disebabkan oleh atraktan. Atraktan berupa serbuk sari dan bakal madu atau
nektar merupakan sumber nutrisi yang digunakan kupu-kupu untuk
makanannya sehingga kupu-kupu dapat melangsungkan kehidupanya.
(Arrummaisha, 2014).

3. Perilaku Reproduksi atau Kawin


Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, perilaku reproduksi
atau kawin pada kupu-kupu tidak ditemukan. Untuk gerakan kawin, waktu
kawin, dan perilaku lain saat kawin juga tidak dapat ditemukan pada saat
pengamatan. Dikarenakan kupu-kupu nya selalu terbang dengan cepat.
Kupu-kupu yang kami temukan hanya melakukan tingkah laku proses
reproduksi saja.
Tingkah laku reproduksi pada kupu-kupu ini diawali dengan
gerakan berputar. Antara kupu-kupu jantan dan kupu-kupu betina berputar
sambil terus terbang dan seringkali menghantupkan kedua badannya.
Kupu-kupu jantan selalu mengikuti pergerakan kupu-kupu betina. Sesekali
pasangan kupu-kupu tersebut juga terbang berdampingan. Hewan ini
terbang berdampingan pada ketinggian yang berbeda-beda. Mula-mula di
sekitar tumbuhan kecil kemudian pada tingkat ketinggian yang lebih besar
sampai setinggi ujung-ujung pohon. Proses terbangnya juga cepat dari satu
tempat ke tempat lain. Perilaku ini terjadi pukul 09.52 WITA dan terus
terjadi hingga 41 detik kemudian. Perilaku yang kami temukan tidak
sampai pada perkawinan kupu-kupu. Setelah 41 detik, pasangan kupu-
kupu tersebut berpisah dan terbang menjauhi satu sama lain.
Kupu-kupu yang akan kawin dapat dilihat dari cara terbang untuk
menemukan pasangan. Pada kupu-kupu yang tebang secara berpasangan
dengan posisi kupu-kupu jantan tebang mengikuti arah 8 terbang kupu-
kupu betina (Oktarini, 2011). Ketika terjadi perkawinan maka kupu-kupu
jantan dan betina akan terbang mencari tempat yang teduh atau hinggap di
daun supaya dapat melakukan kopulasi. Hal ini sesuai dengan kupu-kupu
jantan dan kupu-kupu betina siap untuk kawin, mereka hinggap di daun
atau permukaan lainnya dan saling menempelkan abdomennya. Terdapat
beberapa tahapan yang digunakan kupu-kupu jantan dalam menemukan
dan mengenali pasangannya terlebih dahulu, lalu terbang memutar dengan
pasangan, bertengger, bercumbu dan mengeluarkan feromon (Rutowski,
1991).
Beberapa spesies kupu-kupu menunjukkan adanya perilaku
karakteristik dalam perkembangan, walaupun tidak semua spesies
melakukannya. Kupu-kupu menunjukkan perilaku karakteristik pada saat
akan kawin, salah satunya bercumbu dengan pasangannya. Pada kupu-
kupu tahap awal percumbuan dengan cara melakukan gerakan terbang
dimana jantan mengikuti arah terbang betina dengan jarak yang
berdekatan. Ketika kupu-kupu betina mulai hinggap, namun kupu-kupu
jantan akan tetap terbang mendekati kupu-kupu betina. Pada kupu-kupu
proses percumbuan memerlukan waktu 2,82 menit. Tahapan ini
merupakan tahapan dengan durasi yang singkat. Hal ini diperkirakan kupu-
kupu betina telah menerima keberadaan kupu-kupu jantan dan siap untuk
kawin (Oktarini, 2011).

4. Perilaku Sosial (Komunikasi, Persaingan/Perkelahian)


Kupu-kupu yang diamati ditemukan tidak berkelompok atau soliter.
Kupu-kupu yang diamati lebih sering terbang sendiri mengelilingi
tumbuhan berbunga sambil mencari makan dan menandai daerah
kekuasaannya agar ketika ia mendapatkan makanan tidak ada kupu-kupu
lain yang datang ke wilayah tersebut. Perilaku ini terjadi saat pukul 09.31
WITA. Untuk gerakan perkelahian, kami tidak menemukan gerakan
perkelahian pada kupu-kupu saat pengamatan yang dilakukan. Sedangkan
waktu perkelahian juga tidak ditemukan pada saat pengamatan. Begitu
juga dengan perilaku lainnya. Saat bertemu dengan sesama jenisnya pun
kupu-kupu masing-masing terbang mencari makanannya.
Menurut Krafiani (2010) interaksi adalah hal yang saling
mempengaruhi. Jika terjadi interaksi saat hinggap, reaksi yang diberikan
berupa kepakan sayap untuk mengusir kupu-kupu pengganggu, terbang
dan berpindah tempat hinggap atau terbang mengikuti kupu-kupu
pengganggu.
VI. KESIMPULAN
1. Perilaku makan pada kupu-kupu yang diamati dibantu oleh proboscis,
jenis makanannya nektar dan hinggap dengan keadaan sayap membuka
dan menutup.
2. Perilaku teritorial saat pengamatan ditandai dengan gerakan mendatangi
lalu menjauh kemudian mendatangi daerah kekuasaan untuk
memastikan daerah yang cocok dengan bantuan organ yang ada.
3. Perilaku kawin atau reproduksi tidak ditemukan saat pengamatan, kupu-
kupu hanya menunjukkan pendekatan dengan terbang saling
berdampingan dan menghantup-hantupkan badannya satu sama lain.
4. Perilaku sosial (komunikasi, persaingan/perkelahian) pada kupu-kupu
yang kami amati lebih sering terbang sendiri mengelilingi tumbuhan
berbunga sambil mencari makan dan menandai daerah kekuasaannya,
sedangkan persaingan/perkelahian tidak ditemukan.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Alamy. 2019. Brown Butterflie. Diakses melalui https://www.alamy.com
pada 30 Oktober 2019

Arrummaisha, L.D. dkk. 2014. Preferensi Kupu-Kupu Familia Nymphalidae


Dan Lycaenidaepada Tumbuhan Di Wisata Air Terjun Coban
Raiskota Batu, Jawa Timur Diakses melalui http://jurnal-
online.um.ac.id pada 21 Oktober 2019.
Atkins, M.D. 1980. Introduction to Insect Behavior. Macmillan Publishing
Co. London 273.pp

Bariyah, K. 2011. Hubungan Panjang Probosis Kupu-Kupu Dengan


Preferensi Pakan Di Areal Kampus I Universitas Islam Negeri
(Uin) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.

Busnia, M. 2006. Entomologi. Padang: Andalas University Press.

Dharmono, Mahrudin, Maulana, Arsyad. 2018. Penuntun Praktikum Ilmu


Tingkah Laku Hewan. Banjarmasin: PMIPA FKIP ULM.
Fitriana, N. 2008. Serangga Penyerbuk Pada Bunga Berbunga di Kawasan
Kampus I UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jurnal Biologi
Lingkungan. Vol.2, No.1, p.46-52.

Gombert, L.L., Hamilton, H.L., & Coe, Mindi. 2005. Butterfly Gardening.
Tenessee: University of Tenessee Extension

Krafiani. 2010. Aktivitas Harian Kupu-Kupu (Troides helena) Di Museum


Serangga dan Taman Kupu-Kupu TMII. Skripsi. Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata: ITB.

Larsen, T.B. 2011. Bicyclus anynana. The IUCN Red List of Threatened
Species. Diakses melalui http://dx.doi.org pada 30 Oktober 2019.

Oktarini, A. 2011.Perilaku Kawin Kupu-kupu Troides helena Di Kandang


Penangkaran. Lampung: Universitas Lampung.

Robertson, K. A. and A. Monteiro. 2005. Female Bicyclus anynana


butterflie schoose males on the basic of their dorsal uv-reflective
eyespot pupils. Diakses melalui http://lepdata.org pada 30
Oktober 2019

Rutowski, R. L. (1991). The evolution of Male Mate-Locating Behavior in


Butterflies. American Naturalist, 1121-1139.

Samerdyeke, R. 2013. The Wood Nymph. Diakses melalui


https://www.flickr.com pada 19 Oktober 2019.

Sodiq, M. 2009. Ketahanan Tanaman Terhadap Hama.Universitas


Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas
Pertanian.
Steve. 2019. Bicyclus Anynana (Squinting Bush Brown) Male. Diakses
melalui http://www.biodiversityexplorer.info pada 30 Oktober
2019

Wigglesworth, V.R. 1972. The Principle of Insect Physiology.English


Language Book Society and Chapman and Hall. London. 872 pp.

Anda mungkin juga menyukai