Anda di halaman 1dari 8

Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tak kalah pentingnya dengan akar.

Setiap tumbuhan pada umumya memiliki daun. Daun dikenal dengan nama ilmiah Folium.
Secara umum, daun memiliki struktur berupa helai, berbentuk bulat atau lonjong dan
berwarna hijau (Nilasari, 2013).
Daun memiliki fungsi antara lain sebagai resorpsi. Dalam hal ini, daun bertugas
menyerap zat-zat makanan dan gas. Daun juga berfungsi mengolah makanan
melaluifotosintesis. Selain itu, daun juga berfungsi sebagai alat transformasi atau
pengangkutan zat makanan hasil fotosintesis keseluruh tubuh tumbuhan, dan daun juga
berfungsi sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan respirasi (pertukaran dan pernapasan
gas) (Rosanti, 2013).
Daun merupakan bagian terpenting dari suatu tumbuhan dan berfungsi dalam
proses fotosintesis. Pada sayatan epidermis daun bagian atas (adaksial) hanya
memperlihatkan bentuk sel epidermis, sedangkan pada daun bagian bawah (abaksial) dapat
dilihat adanya stomata ada yang membuka dan ada yang menutup. Adanyastomata pada
bagian bawah berfungsi untuk mengurangi penguapan berlebihan. Tipestomata pada daun
adalah tipe parasitik  dimana tiap sel penutup didampingi satu atau lebih sel tetangga yang
sumbu memanjangnya sejajar dengan sumbu sel penutup (Yuzammi, 2015).
Luas daun dan morfologi daun sangat dipengaruhi oleh tempat tumbuh dan faktor
lingkungan. Daun terkena cahaya dengan intensitas tinggi dan panas selama
perkembangannya dapat mempengaruhi luas permukaan daun yaitu berukur (Tambaru,
2005).

B.     Bagian-bagian Daun
Menurut Citrosupomo (1989), daun yang lengkap mempunyai bagian-bagian sebagai
berikut:
1.         Upih daun atau pelepah daun (vagina)
2.         Tangkai daun (petioles)
3.         Helaian daun (lamina)
Daun lengkap dapat kita jumpai pada beberapa macam tumbuhan, misalnya: pohon
pisang (Areca catechu  L.),  bambu (Bambusa sp.) dan lain-lain (Citrosupomo, 1989).
Kebanyakan tumbuhan mempunyai daun, yang kehilangan satu atau dua bagian dari
tiga bagian tersebut di atas. Daun yang demikian dinamakan daun tidak lengkap
(Citrosupomo, 1989).
1.         Upih daun atau pelepah daun (Vagina)
Menurut Citrosupomo (1989), upih daun merupakan bagian daun yang melekat
atau memeluk batang, juga dapat mempunyai fungsi lain:
a)        Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti dapat dilihat pada tanaman
tebu (Saccharum officinarum L.).
b)        Memberi kekuatan pada batang tanaman. Dalam hal ini upih daun-daun semuanya
membungkus batang, sehingga batang tidak tampak, bahkan yang tampak sebagai
batang dari luar adalah upih-upihnya tadi.
2.         Tangkai Daun (Petioles)
Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya dan bertugas
untuk menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedemikian rupa, sehingga dapat
memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya (Citrosupomo, 1989).
3.         Helaian Daun (Lamina)
Tumbuhan yang demikian banyak macam  dan ragamnya itu mempunyai daun
yang helainya berbeda-beda pula, baik mengenai bentuk, ukuran, maupun warnanya
(Citrosupomo, 1989).
Menurut Citrosupomo (1989), mengenal susunan daun yang tidak lengkap ada
beberapa kemungkinan:
1.         Hanya terdiri atas tangkai dan helai saja, disebut daun bertangkai. Misalnya: nangka
(Artocarpus integra Merr.) dan mangga (Mangifera indica L.).
2.      Daun terdiri atas upih dan helai, maka disebut daun berupih. Misalnya padi (Oryza
sativa L.), jagung (Zea mays L.) dan lain-lain.
3.         Daun hanya terdiri atas helai saja, sehingga langsung melekat atau duduk pada batang,
maka disebut daun duduk (sessilis).
4.      Daun hanya terdiri atas tangkai saja dan tangkai biasanya lalu menjadi pipih sehingga
menyerupai helaian daun, jadi merupakan suatu helaian daun semu atau palsu
dinamakan filodia. misalnya: Acacia auriculiformis A. Cunn.

C.    Struktur Daun Tunggal (Folium simplex)


1.      Struktur Daun Tunggal
Struktur daun yaitu tangkai daun (petioles), helai daun (lamina) dan pelepah atau upih
(vagina). Apabila daun memiliki tiga struktur tersebut digolongkan sebagai daun lengkap, dan
daun yang tidak memiliki salah satu dari struktur daun tersebut dinamakan daun tidak lengkap
(Rosanti 2013).
2.      Bangun Daun (Circumscriptio)
Bangun daun merupakan bentuk helaian daun secara keseluruhan. Untuk menentukan
helaian daun, dilakukan berdasarkan posisi bagian terlebar dari helaian daun, yaitu di tengah
helaian daun, di bagian bawah helaian daun dan tidak adabagian yang terlebar.
Hasil visualisasi yang tergambardari langkah-langkah tersebut merupakan bangun dari daun
yang bersangkutan, misalnya bulat, segitiga, berbentuk jantung, belah ketupat dan sebagainya
(Rosanti, 2013).
a)         Bagian Terlebar di tengah Helaian Daun
Bagian-bagian daun ini adalah bangun jorong, bangun perisai, bangun lanset
dan bangun memanjang. Dikatakan bangun perisai jika letak tangkai daun berada di
tengah-tengah helaian daun, bukan tumbuh dari pangkal daun. Dikatakan bangun
jorong jika panjang dan lebar helaian daun melalui garis bantu berkisar antara 1,5 : 1
sampai 2 : 1. Dikatakan bangun memanjang jika melalui sketsa garis bantu
perbandingan panjang dan lebar daun berkisar antara 2,5 : 1 sampai 3 : 1. Dikatakan
bangun lanset jika daun yang memiliki perbandinga lebar dan panjang daun antara 3 :
1 sampai 5 : 1 (Rosanti, 2013).
b)        Tidak Ada Bagian yang Terlebar
Bangun daun seperti ini biasanya dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan berdaun
sempit, sehingga bangun daun dapat dibedakan menjadi: daun berbangun garis
(linearis), umumnya memiliki helaian daun yang panjang, sempit dan tipis. Daun
berbangun pita (ligulatus), umumnya memiliki ukuran daun yang jauh lebih panjang,
menyerupai pita yang dapat dilipat-lipat ataupun digulung. Berbangun pedang
(ensiformis), memiliki helaian yang tebal dan kaku, dengan bentuk panjang seperti
pedang. Bangun kaku (subulatus), memiliki bentuk seperti panjang dan tajam,
dengan struktur yang kaku. Bangun jarum (acerosus), mempunyai struktur yang
panjang berbentuk bulat dan kaku, sehingga berdiri tegal di setiap helainya (Rosanti,
2013).
3.      Pangkal Daun (Basis  folli)
Pangkal daun merupakan bagian helaian daun yang berhubungan dengan tangkai
daun. Pangkal yang terdapat di kiri-kanan tangkai daun, baik berlekatan atau tidak, dapat
dibedakan menjadi enam macam: Runcing (acutus), meruncing (acuminatus), tumpul
(obtusus), membulat (rotundatus), ramping atau rata (truncatus) dan berlekuk
(emarginatus) (Rosanti, 2013).
4.      Ujung Daun (Apex folii)
Ujung daun merupakan pucuk daun, dimana letaknya paling jauh dari pangkal
daun. Dalam Morfologi Tumbuhan diketahui sedikitnya 7 bentuk ujung daun yaitu:
runcing (acutus), meruncing (acuminatus), tumpul (obtusus), membulat (rotundatus),
ramping atau rata (truncatus), terbelah (retusus), dan berduri (mucronatus) (Rosanti,
2013).
5.      Tepi Daun (Margo folii)
Tepi daun hanya dibedakan dalam dua macam yaitu tepi yang rata (integer) dan yang tidak rata.
Tepi daun yang tidak rata disebut juga tepi daun yang bertoreh (divisus) atau berlekuk (Rosanti,
2013).
6.      Daging Daun (Intervenium)
Daging daun merupakan isi dari daun. Daging daun berbeda-beda, ada yang yang
berdaging tebal dan ada yang berdaging tipis. Karena itulah daging dan dapat dibedakan
menjadi: tipis seperti selaput (membranaceus), tipis seperti kertas (papyraceus), tipis
lunak (herbaceous), kaku (perkeimenteus), seperti kulit (coriaceus) dan berdaging
(carnosus) (Rosanti, 2013).
7.      Pertulangan Daun (Nervatio)
Tulang daun merupakan struktur penguat helaian daun, sama dengan tulang
manusia yang member kekuatan menunjang berdirinya tubuh. Berdasarkan posisi tulang-
tulang cabang terhadap ibu tulang daunnya, sistem pertulangan daun dapat dibedakan
menjadi: bertulang menyirip (pennineryis), bertulang menjari (palminervis), bertulang
melengkung (cervinervis) dan bertulang lurus atau sejajar (rectinervis) (Rosanti, 2013).
8.      Warna Daun
Pada umumnya, daun berwarna hijau. Namun tidak jarang dijumpai daun dengan warna
yang berbeda, seperti merah pada andong. Ada juga yang memiliki warna campuran seperti hijau
bercampur merah, hijau keputihan, dan hijau kekuningan.
9.      Permukaan Daun
Permukaan daun dapat ditentukan dengan alat peraba (tangan). Ada beberapa jenis permukaan
daun, yaitu: licin (leavis), gundul (glaber), berkerut (rugosus), berbulu (pilosus) dan bersisik
(lepidus) (Rosanti, 2013).

D.      Struktur Daun Majemuk (Folium compositum)


Daun majemuk merupakan tangkai daunnya bercabang-cabang dan helaian daunnya
terletak pada cabang-cabang tersebut. daun majemuk memiliki tiga struktur yaitu ibu tangkai
(petiolus communis), anak daun (foliolum) dan tangkai anak daun (petiololus). Ibu tangkai
daun merupakan struktur tangkai daun yang paling besar, yang langsung duduk pada batang.
Anak-anak daun merupakan helaian daun yang terbagi-bagi menjadi beberapa helaian yang
kecil (Rosanti 2013).
1.         Jenis-jenis Daun Majemuk
Menurut Rosanti (2013), berdasarkan susunan anak daun dan tangkai anak daunnya,
daun majemuk dapat dibedakan menjadi daun majemuk menyirip (pinnatus), daun
majemuk menjari (palmatus), daun majemuk bangun kaki (pedatus), dan daun majemuk
campuran (digitato pinnatus).
a)        Daun Majemuk Menyirip (Pinnatus)
Daun majemuk menyirip mempunyai anak-anak daun yang tersusun di kiri
dan di kanan ibu tangkai daun (petioles communis). Biasanya daun-daun majemuk
meyirip memiliki ukuran anak daun yang kecil (Rosanti 2013).
b)      Daun Majemuk Menjari (Palmatus atau Digitatus)
Cara untuk menentukan apakah suatu daun memiliki struktur daun majemuk
menjari hampir sama dengan menentukan sistem tulang daun menjari. Pada daun
majemuk menjari, yang harus diperhatikan adalah susunan anak-anak daun yang
terpencar dari ujung ibu tangkai daun, seperti pada jari-jari tangan (Rosanti 2013).
c)      Daun Majemuk Bangun Kaki (Pedatus)
Susunan daun majemuk bangun kaki hampir sama dengan susunan daun
majemuk menjari. Perbedaan dapat dilihat pada dua anak daun terakhir, yang
bisanya terletak di dekat ibu tangkai daun, tidak duduk pada ibu tangkai daun,
melainkan pada tangkai daun yang disampinya, sehingga seolah-olah memiliki kaki
yang menunjang daun sampingnya. Contohnya daun rasberi (Rubus sp.) (Rosanti
2013).
d)     Daun Majemuk Campuran (Digitatopinnatus)
Struktur daun majemuk campuran merupakan perpaduan dari daun majemuk
menjari dan daun majemuk menyirip. Pada ujung ibu tangkai daun tersusun cabang-
cabang yang terpencar seperti jari. Pada cabang-cabang tersebut duduk anak-anak
daun yang tersusun menyirip. Contohnya daun putrid malu (Mimosa pudice)
(Rosanti, 2013).

E.       Tata Letak Daun Pada Batang


Tangkai daun, baik daun tunggal maupun daun majemuk melekat pada batang atau
cabang-cabang batang. Pada batang terdapat buku-buku batang (nodus), dan bagian ini
seringkali nampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkari batang
sebagai suatu cincin. Contohnya tumbuhan monokotil, terutama dari jenis rumput atau
familia Poaceae, seperti bambu (Bambusa sp.), dan tebu (Saccharum officinarum  L.). Pada
tumbuhan dikotil, buku batang tidak terlihat jelas, melainkan hanya membentuk seperti
tonjolan pada batang (Rosanti, 2013).
Daun merupakan salah satu bagian penting dari tanaman karena memiliki klorofil, yaitu
proses pembentukan tanaman (Ratnasari,2008).
Daun adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan, meskipun batang
yang bewarna hijau juga melakukan fotosintesis (Mitchell,2003).
Daun adalah bagian organ tumbuhan yang berfungsi untuk membuat makanan dengan
fotosintesis, respirasi dan transpirasi (Falin A, 1995).
Daun adalah bagian dari tanaman atau pohon yang menempel pada batang atau cabang
(Ratnasari,2008).
Fungsi Daun bagi tumbuhan yaitu (Mitchell,2003) :
1.      Tempat terjadinya fotosintesis
2.      Di daun terdapat stomata yang berfungsi sebagai organ respirasi
3.      Tempat Terjadinya respirasi
4.      Tempat Terjadinya gutasi
5.      Alat perkembanganbiakan vegetative
Daun merupakan salah satu organ tanaman yang terdiri
dari beberapa sistem jaringan berikut (Falin A, 1995) :
1.      Jaringan Epidermis :
a.    Epidermis atas (adaksial)
b.   Epidermis bawah (abaksial)
2.      Jaringan mesofil atau parenkim daun
a.    Jaringan mesofil palisade (jaringan tiang)
b.   Jaringan mesofil sponsa (jaringan bunga karang)
3. Jaringan berkas pengangkutan
a.    terletak pada mesofil (sponsa)
b.   xilem
c.    floem
Pada epidermis terdapat celah berwarna hijau yang disebut stomata, terutama terdapat pada
helaian daun permukaan bawah. Pada tumbuhan air, misalnya. Nymphaea, stomata hanya
dijumpai pada permukaan adaksial. Stomata dibatasi oleh dua sel penutup yg bentuknya
berlainan dg sel epidermis sekitar, yakni bentuk ginjal dan bentuk halter. Bentuk ginjal
terdapat pada dicotyledoneae, sedang bentuk halter terdapat pada familia Poaceae. Bagian-
bagian dari stomata adalah sebagai berikut (Falin A, 1995) :
  Stoma atau apertura (celah)
  Sel penutup yang terdiri atas 2 sel (sepasang) yang mengandung kloroplas
  Sel tetangga yang jumlahnya 2 atau lebih
Tipe stomata ditentukan berdasarkan struktur , jumlah dan letak sel-sel tetangga, yaitu
(Tjitrosoepomo, G., 1987) :
a.       Tipe anomositik (Ranunculaceae)
Jumlah sel tetangga 3 atau lebih, satu sama lain sukar dibedakan. Bentuk sel tetangga sama
dengan sel epidermis sekitar, sehingga ada yang mengatakan tidak punya sel tetangga
b.      Tipe anisositik (Solanaceae)
Jumlah sel tetangga 3 atau lebih, satu sel jelas lebih kecil dari sel lain
c.       Tipe diasitik (Caryophyllaceae)
Jumlah sel tetangga 2, bidang persekutuannya menyilang celah stomata
d.      Tipe parasitik (Rubiaceae)
Jumlah sel tetangga 2, bidang persekutuannya segaris celah stomata
e.       Tipe aktinositik
Merupakan variasi tipe anomositik yg ditandai dg sel tetangga yang pipih dan mengelilingi
stomata dalam susunan berbentuk lingkaran
f.       Tipe bidiasitik (Labiatae)
        i.            Jika sel penutup dilapisi dua lapis sel tetangga, bidang persekutuannya menyilang celah

stomata.
Jaringan mesofil daun terletak antara epidermis adaksial dan abaksial. Jaringan ini terdiri
dari jaringan palisade (jaringan tiang) dan jaringan sponsa (jaringan bunga karang)
(Kimball, JW., 1983).
Jaringan pengangkut / tulang daun (vena) terdapat pada wilayah jaringan sponsa, tetapi ibu
tulang daun (costa) membentang menempati wilayah palisade sampai sponsa. Tulang daun
menjalar ke berbagai arah, maka pada sayatan melintang daun vena akan tampak terpotong
melintang ataupun membujur. Namun pada daun dengan arah tulang daun yang sejajar
(misal pada monokotil), maka pada sayatan melintang vena hanya terpotong melintang saja
(Tjitrosoepomo, G., 1987).
Bentuk daun sangat beragam, namun biasanya berupa helaian, bisa tipis atau tebal.
Gambaran dua dimensi daun digunakan sebagai pembeda bagi bentuk-bentuk daun. Bentuk
dasar daun membulat, dengan variasi cuping menjari atau menjadi elips dan memanjang.
Bentuk ekstremnya bisa meruncing panjang. Daun juga bisa bermodifikasi menjadi duri
(misalnya pada kaktus), dan berakibat daun kehilangan fungsinya sebagai organ fotosintetik.
Daun tumbuhan sukulen atau xerofit juga dapat mengalami peralihan fungsi menjadi organ
penyimpan air. Daun segar (kiri) dan tua. Daun tua telah kehilangan klorofil sebagai bagian
dari penuaan (Kimball, JW., 1983).
Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil pada daun. Klorofil adalah senyawa
pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya yang energinya
diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga memiliki pigmen lain, misalnya karoten
(berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan antosianin (berwarna merah, biru, atau
ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua kehilangan klorofil sehingga warnanya
berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat dengan jelas pada daun yang gugur).
klorofil sebagai bagian dari penuaan. Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil
pada daun. Klorofil adalah senyawa pigmen yang berperan dalam menyeleksi panjang
gelombang cahaya yang energinya diambil dalam fotosintesis. Sebenarnya daun juga
memiliki pigmen lain, misalnya karoten (berwarna jingga), xantofil (berwarna kuning), dan
antosianin (berwarna merah, biru, atau ungu, tergantung derajat keasaman). Daun tua
kehilangan klorofil sehingga warnanya berubah menjadi kuning atau merah (dapat dilihat
dengan jelas pada daun yang gugur) (Much. Marjanin, Hadmadi. 1980).
Daun tumbuhan memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, mulai dari yang berbentuk
duri kecil pada kaktus hingga yang berbentuk lebar pada palm. Sekalipun bentuk dan ukuran
daun tampak bervariasi, pada dasarnya daun terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian basal yang
berkembang menjadi pelepah (vagina), tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina).
Daun yang memiliki ketiga bagian tersebut dinamakan daun lengkap. Pada sebagian besar
tumbuhan, daun hanya terdiri dari satu atau dua bagian saja, yakni helai daun saja, tangkai
dan helai daun, pelepah dan helai daun, atau tangkai daun saja. Daun-daun yang demikian
dinamakan sebagai daun tak lengkap (Van Steenis, C.G.G.J., 1975).
Tulang daun sekunder (tulang daun lateral/Nervus lateralis), yaitu cabang dari tulang daun
primer. Tulang daun tertier (Veins), yaitu tulang daun yang beruykuran lebih kecil dari
tulang daun sekunder dan merupakan cabang dari tulang daun primer atau sekunder. Tulang
daun kuarter (veinlets), yaitu tulang daun yang paling kecil yang masih dapat dilihat. Tulang
daun inilah yang biasanya membentuk susunan pertulangan daun tertutup bila satu sama lain
saling bertemu (anastomosa) atau susunan pertulangan terbuka bila tidak saling ber-
anastomosa (Falin, A. 1995).
Bentuk, perbandingan dan struktur dari bagian-bagian daun, khususnya helaian daun
(lamina) sangat bervariasi, baik diantara daun dari spesies yang berbeda maupun diantara
daun dalam satu spesies (khususnya daun-daun pada kecambah dengan daun-daun pasca-
kecambah). Pada daun tunggal atau anak daun dari daun majemuk, helaian daun dapat
bertepi rata (integer/entire) atau bertoreh. Daun-daun dengan tepi bertoreh, torehan dapat
dangkal atau dapat pula besar dan dalam . Helaian daun dengan tepi bertoreh dangkal tidak
akan merubah bentuk secara keseluruhan, tetapi jika helaian daun bertoreh besar dan dalam
dapat mempengaruhi bentuk daun tersebut. Torehan yang besar dan dalam tersebut biasanya
mengikuti pola pertulangannya (menyirip atau menjari) (Rosanti, D. 2013).
Atas dasar konfigurasi helaiannya, daun dapat dibedakan menjadi daun tunggal dan daun
majemuk. Daun tunggal adalah daun yang helaiannya hanya terdiri dari satu helai tanpa
adanya persendian di bagian dasar helaian tersebut, sedangkan daun majemuk adalah daun
dimana helaiannya disusun oleh sejumlah bagian-bagian terpisah yang berbentuk seperti
daun dan disebut anak daun (leaflet). Pada bagian basal helaian anak daun atau bagian basal
petolulus biasanya ditemukan adanya pulvinulus (persendian daun). Adanya pulvinulus pada
anak daun ini menyebabkan anak daun dapat gugur sendiri-sendiri (tidak bersamaan). Oleh
karena setiap anak daun dari daun majemuk memiliki karakteristik yang sama dengan daun
tunggal, kadang-kadang sulit dibedakan antara daun tunggal dengan anak daari daun
majemuk, khususnya bila anak daun tersebut berukuran besar (Van Steenis, C.G.G.J., 1975).
Pada umumnya daun tumbuhan dikotil maupun monokotil memiliki bentuk dan ukuran yang
sangat beragam. Pada beberapa tumbuhan, keragaman tersebut semakin bertambah dengan
adanya perkembangan ke arah tertentu yang menyebabkan daun tampak berubah, baik
bentuk maupun ukurannya. Daun-daun yang demikian itu dikatakan telah mengalami
modifikasi. Modifikasi pada daun terjadi sebagai akibat adanya reduksi atau penambahan
jaringan-jaringan tertentu selama perkembangannya. Modifikasi tersebut dapat terjadi pada
daun secara keseluruhan (daun secara utuh) atau hanya bagian-bagian tertentu dari daun.
Bagian daun tambahan, seperti stipula juga dapat termodifikasi menjadi bentuk lain. Daun
yang termodifikasi secara keseluruhan (daun secara utuh) dapat berubah antara lain menjadi
duri (spina phyllogenum), sulur (tendril), sisik (cataphyll/scale), brakte (bractea) atau
brakteola (bracteola) dan seludang bunga (spatha) (Van Steenis, C.G.G.J., 1975).

Anda mungkin juga menyukai