Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Dasar Teori

Tumbuhan memiliki struktur tubuh bagian luar yang dapat dilihat dengan mata secara
langsung atau biasa disebut morfologi tumbuhan. Morfologi tumbuhan tersusun atas lima bagian
utama yaitu akar, batang, daun, bunga, serta buah dan biji. Akar merupakan bagian tumbuhan
yang telah merupakan kormus biasanya terdapat di dalam tanah yang berfungsi untuk
memperkuat, menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut dalam tanah, mengangkut air dan
zat-zat makanan tadi ke bagian tumbuhan yang memerlukan dan kadang untuk menimbun
makanan (Tjitrosoepomo, 2009).

Umumnya sistem perakaran tumbuhan dibagi dalam dua tipe, yaitu sistem perakaran
tunggang dang sistem perakaran serabut. Kedua sistem perakaran ini terdapat pada dua golongan
tumbuhan sekaligus merupakan ciri yang membedakan diantara kedua golongan tersebut yaitu
sistem akar serabut tedapat pada tumbuhan monokotil sedangkan sistem akar tunggang terdapat
pada golongan tumbuhan dikotil (Tjitrosoepomo, 2009). Tumbuhan dengan sistem akar tunggang
ditandai oleh adanya akar utama atau akar primer yang umumnya lebih dalam masuk ke dalam
tanah serta banyak memiliki akar-aar cabang lateral. Tumbuhan yang tergolong ke dalam sistem
perakaran serabut tidak memiliki akar utama (akar primer), tetapi hanya berupa akar-akar yang
tersebar dari dasar pada batang akar. Sistem perakaran ini mempunyai lebih banyak akar dan
tiap-tiap akar menghasilkn akar-akar sekunder yang selanjutnya ditumbuhi oleh rambut-rambut
akar sebagai agen penyerap utama hara dan air (Campbel, dkk, 2010).

Akar tumbuhan juga mengalami modifikasi, sehigga kita sering dapat melihat akar
tumbuhan dalam beragam bentuk. Ragam bentuk akar itu adalah akar udara/gantung (Radix
aureus), terdapat pada anggrek dan Ficus benjamina. Akar penggerek (haustorium) terdapat pada
benalu (Loratus sp.), selanjutnya Akar pelekat (radix adligans), terdapat pada tanaman lada (P.
Ningrum), kemudian ada akar pembelit (Cirrus radikalis), terdapat pada tanaman vanili (Vanilla
planifolia). Akar nafas (Pneumatophora), terdapat pada bogem (Sonneratia sp.) dan kayu api
(Avicenia sp.). Akar tunjang terdapat pada pohon pandan (Pandanus teotoruas) da bakau
(Rhizophora conjugata). Akar lutut, terdapat pada pohon tanjang (Brugelea parvifolia). Akar
banir atau papan, terdapat pada sukun (A. Communis) dan kenari (Canarium commune). Duri
akar (spine rhizogonium), terdapat pada gembili (Dioscorea aculeata). Bentuk modifikasi akar
dapat berupa batang pembelit semacam hausterium yang dapat menembus batang dan mendapat
berkas pengangkut tumbuhan inang untuk menyerap makanan dan air, misalnya pada tumbuhan
tali putri (Cuskuta sp).

Bentuk-bentuk modifikasi akar juga dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan


cadangan makanan seperti bentuk tombak (fusimormis), terdapat pada wortel (Daucus carota)
dan lobak (Raphanus salivus) dan bentuk gasing (napiformis) terdapat pada bengkoang. Bentuk
modifikasi akar lainnya berupa akar tunggang yang hanya memiliki percabangan sedikit dan
serabut-serabut akar kecil yang termasuk dalam modifikasi akar serabut (filiformis).

1.2. Tujuan

Setelah proses pembelajaran, mahasiswa dapat :


1) Menjelaskan perbedaan tumbuhan yang berakar tunggang dan akar serabut serta
mengetahui bagian-bagiannya.
2) Menganalisis tipe akar tumbuhan yang terpilih menjadi objek praktikum.
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Alat dan Bahan

Alat Bahan
- Silet - Akar wortel
- Pisau - Akar bengkuang
- Akar cabai
- Bawang merah
- Tali putri
- Akar pandan
- Akar kratok
- Akar sirih
BAB III

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini kami mengamati dan membahas mengenai struktur morfologi akar.
Akar adalah bagian tumbuhan yang pokok setelah batang dan daun pada tumbuhan kormus
(Tjitrosoepomo, 2009). Akar memiliki sifat atau ciri-ciri yaitu berada di dalam tanah dengan arah
tumbuh ke pusat bumi, tidak memiliki ruas dan tidak berbuku-buku, biasanya berwarna kuning
atau putih, tumbuh terus pada ujungnya, dan bentuknya biasanya meruncing hingga mudah
menembus tanah. Akar memiliki fungsi atau peranan yang penting pada tumbuhan. Fungsi
tersebut yaitu memperkokoh berdirinya tumbuhan, berperan sebagai alat untuk menyerap air dan
zat-zat makanan yang terlarut di dalam air dari dalam tanah, mengangkut air dan zat-zat
makanan yang telah diserap ke tempat-tempat pada oragn tumbuhan yang membutuhkan, juga
mampu berperan sebagai tempat untuk menyimpan cadangan makanan.

Menurut buku Tjitrosoepomo, (2009), pada umumnya, struktur dari akar meliputi leher
akar (collum), ujung akar (apex radicis) leher akar (collum), batang akar (corpus radicis),
cabang-cabang akar (radix lateralis), serabut akar (fibrilla radicalis), rambut akar (pilus
radicalis), tudung akar (calyptra). Leher akar (collum) merupakan bagian akar yang
bersambungan dengan pangkal batang, ujung akar (apex radicis) merupakan bagan akar paling
muda yang terdiri atas jaringan-jaringan yang masih mengadakan pertumbuhan, terletak pada
setiap bagian akar yang di ujung, batang akar (corpus radicis) merupakan bagian akar yang
terdapat antara leher akar dan ujung akar, cabang-cabang akar (radix lateralis) merupakan bagian
akar yang tak langsung bersambungan dengan pangkal batang tetapi keluar dari akar pokok dan
dapat mengadakan percabangan lagi, serabut akar (fibrilla radicalis) merupakan cabang-cabang
akar yang halus dan berbentuk serabut, rambut akar (pilus radicalis) merupakan bagian akar
yang sebenarnya hanya penonjolan dari sel-sel kulit luar akar yang panjang bentuknya seperti
buku atau rambut, dan tudung akar (calyptra) merupakan bagian akar yang terletak paling ujung
dan terdiri atas jaringan yang berfungsi untuk melindungi ujung akar yang masih muda atau
lemah.
Pada praktikum ini tidak semua bagian akar ditemukan pada setiap akar yang diamati.
Bagian-bagian akar tersebut hanya dapat dijumpai pada system perakaran tunggang yang
memiliki akar primer, sementara pada akar serabut hanya terdapat akar adventitiv yang berupa
akar liar tumbuh setelah pertumbuhan akar primer terhenti. Hal ini sesuai dengan literatur yang
telah kami baca yaitu, pada akar tunggang umumnya dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu
leher akar (collum), ujung akar (apex radices), batang akar (corpus radices), cabang akar (radix
lateralis), serabut akar (fibrilla radicalis), rambut akar (pilus radicalis), dan tudung akar
(calyptra), pada tumbuhan monokotil akar utama akan berhenti tumbuh dan tumbuhlah akar
adventitiv (Estiti, 1994). Namun, pada tumbuhan dengan system perakaran tunggang sekalipun
pada praktikum ini tidak semua bagian juga dapat ditemukan, misalnya bagian tudung akar
(calyptra) dikarenakan pada saat mencabut akar, bagian tudung akar terlepas atau tetap
menempel pada tanah sehingga pada saat pengamatan tidak ditemukan bagian ini.

Sistem perakaran pada tumbuhan dibedakan menjadi dua, yaitu sistem perakaran
tunggang dan sistem perakaran serabut. Sistem perakaran tunggang dimiliki oleh tumbuhan
dikotil, sementara pada tumbuhan monokotil memiliki sistem perakaran serabut. Perbedaan dari
kedua sistem perakaran ini dapat dilihat melalui struktur yang ada pada masing-masing sistem
perakaran. Struktur akar serabut dari tumbuhan monokotil yang pada praktikum ini pada bawang
merah meliputi leher akar (collum), serabut akar (fibrilla radicalis), dan ujung akar (apex
radices), .Sedangkan struktur dari akar tunggang pada tumbuhan dikotil yang pada praktikum ini
ada pada tumbuhan wortel, bengkuang, pandan, kratok, cabai, dan sirih antara lain pangkal akar
(collum), batang akar (corpus radicis), cabang akar (radix lateralis), serabut akar (fibrilla
radicalis), rambut akar (pilus radicalis), dan ujung akar (apex radices).

Dari struktur tersebut sudah terlihat perbedaan antara sistem akar tunggang dan sistem
akar serabut. Pada sistem akar tunggang terdapat batang akar atau yang biasanya disebut dengan
akar pokok atau akar primer. Akar primer ini berasal dari akar lembaga yang terus tumbuh
menjadi akar primer yang kemudian pada akar primer ini akan tumbuh akar yang lebih kecil
sebaga percabangan dari akar primer. Sedangkan pada sistem akar serabut akar lembaga yang
dalam perkembangannya mati kemudian digantikan oleh akar adventif yang semua memiliki
ukuran hampir sama dan semua muncul dari pangkal akar.
Akar memiliki modifikasi. Modifikasi ini terjadi karena memiliki fungsi khusus, dan
modifikasi ini bentuk penyesuaian diri mereka terhadap lingkungannya agar tetap hidup
(Muhlisah, 2009). Berdasarkan percabangannya, modifikasi ini ada akar tunggang bercabang, ada
akar tunggang tidak bercabang, dan ada akar serabut. Pada akar tunggang yang tidak bercabang
memiliki tiga jenis, yaitu berbentuk seperti tombak (fusiformis), berbentuk seperti gasing
(napiformis), dan berbentuk seperti benang. Pada praktikum ini yang merupakan contoh dari
modifikasi akar tunggang tidak bercabang adalah wortel (Daucus carota) dan bengkuwang
(Pachyrrizus erosus). Wortel adalah modifikasi akar tunggang tidak bercabang dengan bentuk
seperti tombak, bagian yang terlihat adalah serabut akar, pangkal akar, batang akar, ujung dan
tudung akar. Sedangkan bengkuang adalah modifikasi akar tunggang tidak bercabang dengan
bentuk seperti gasing. Bagiannya ada leher akar, batang akar, serabut akar, ujung akar, dan
tudung akar.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Simpulan

Akar tumbuhan monokotil yang terdapat pada tumbuhan padi dan tumbuhan jagung
memiliki sistem perakaran serabut sedangkan akar tumbuhan dikotil yang terdapat pada
tumbuhan bayam duri dan pepaya memiliki sistem perakaran tunggang. Pada sistem perakaran
tunggang memiliki akar primer, sedangkan pada sistem perakaran serabut tidak memiliki akar
primer.
Akar mengalami modifikasi karena mempunyai fungsi khusus. Adapun macam-macam
modifikasi akar antara lain adalah modifikasi akar tunggang tidak bercabang dengan bentuk
seperti tombak terdapat pada wortel dan bentuk seperti gasing terdapat pada bengkuwang, akar
pelekat pada sirih dan anggrek, akar pembelit pada vanili, akar gantung pada beringin, akar
penghisap pada benalu dan akar dari ketela pohon yang berbentuk seperti serabut akat.
Perkembangan akar dapat dilihat melalui tipe dari perkecambahannya. Adapun tipe
perkecambahan dibedakan menjadi dua, yaitu hypogeal dan epigeal. Hypogeal terjadi pada
tumbuhan yang memiliki sistem perakaran monokotil yaitu padi dan jagung, sedangkan epigeal
terjadi pada tumbuhan yang memiliki sistem perakaran tunggang yaitu kacang merah dan kacang
hijau.

4.2. Saran

Penulis menyarankann agar beberapa hal terkait pendidikan dimasa mendatang yaitu:
1. Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia sebaiknya juga belajar dari perkembangan
pendidikan di masa lampau sehingga mampu diperbaiki dan jika ada yang dapat diambil
sekiranya baik untuk kemajuan pendidikan di Indonesia maka dapat diterapkan.

2. Pendidikan di Indonesia diharapkan selalu dinamis mencari yang baru, memperbaiki dan
memajukan diri, agar tidak ketinggalan jaman, dan selalu berusaha menyongsong zaman
yang akan datang atau untuk dapat hidup dan bekerja senafas dengan semangat
perubahan zaman.

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

Muhlisah. 2009. Macam-macam akar. Erlangga: Jakarta

Hidajat, Estiti B. 1994. Morfologi Tumbuhan. Bandung: Departemen Kebudayaan.


Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Campbel, Neil A., dkk. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai