Anda di halaman 1dari 58

TERMODINAMIKA

Termodinamika adalah ilmu yang


mempelajari transformasi dari berbagai
bentuk energi, pembatasan-
pembatasan dalam transformasi energi
serta penggunaannya.
Lanjutan

Termodinamika didasarkan atas dua


postulat pokok yang dikenal sebagai
Hukum Pertama dan Hukum Kedua.
HUKUM PERTAMA menyangkut
masalah pertukaran energi, sedangkan
HUKUM KEDUA membahas arah dari
pertukaran tersebut.
Materi
Konsep-konsep dasar termodinamika
Kalor dan Kerja
Perumusan hukum pertama
termodinamika
Fungsi entalpi, kapasitas kalor dan
aplikasi Hukum Pertama
termodinamika (termokimia)
KONSEP-KONSEP DASAR TERMODINAMIKA

SISTEM DAN LINGKUNGAN

 SISTEM adalah sejumlah zat atau campuran zat-zat


yang dipelajari sifat-sifat dan perilakunya.

 LINGKUNGAN adalah Segala sesuatu di luar sistem.

 Suatu sistem terpisah dari lingkungannya dengan


batas-batas tertentu yang dapat nyata atau tidak
nyata.
Contoh
Bila dalam botol yang tertutup terdapat air
yang terisi setengah, maka yang menjadi
sistem adalah air. Dinding dan tutup botol
merupakan batas-batas sistem dan segala
yang berada disekeliling botol adalah
lingkungan.
Catatan :

Antara sistem dan lingkungan dapat


terjadi pertukaran energi dan materi,
namun ada pula yang tidak dapat
mempertukarkan energi dan materi.
Berdasarkan pertukaran ini dapat
dibedakan tiga jenis sistem
SISTEM TERBUKA
Sistem terbuka adalah sistem yang dapat
mempertukarkan materi dan energi dengan
lingkungannya.
Akibatnya komposisi dari sistem terbuka
tidak tetap (berubah).
Contoh untuk sistem terbuka ini adalah
sejumlah zat-zat dalam wadah terbuka.
Lanjutan

SISTEM TERTUTUP
Sistem tertutup adalah sistem yang
hanya dapat melakukan pertukaran
energi dengan lingkungannya.
Contoh untuk sistem tertutup ini adalah
sejumlah gas dalam silinder tertutup.
Lanjutan 2

SISTEM TERSEKAT / TERISOLASI


Sistem tersekat merupakan sistem yang
tidak dapat melakukan pertukaran materi
maupun energi dengan lingkungannya.
Sistem tersekat memiliki jenis energi
yang tetap.
Contoh untuk sistem tersekat adalah
botol termos ideal.
Keadaan sistem dan Fungsi keadaan
Keadaan sistem
Keadaan sistem ditentukan oleh
sejumlah parameter atau variabel,
misalnya suhu, tekanan, volume, massa
dan konsentrasi.
Variabel Sistem bersifat :

Bersifat intensif, artinya tidak bergantung


pada ukuran sistem (tekanan, suhu, massa
jenis, dan sebagainya), atau

Bersifat ekstensif yang berarti bergantung


pada ukuran sistem (massa, volume, energi,
entropi, dan sebagainya).
Fungsi keadaan

FUNGSI KEADAAN adalah Setiap besaran


atau variabel yang hanya bergantung pada
keadaan sistem dan tidak bergantung pada
bagaimana keadaan sistem itu tercapai.

Fungsi keadaan, misalnya suhu, tekanan,


volume, energi dalam, entropi, dan lain-lain.
ENERGI, KALOR DAN KERJA
Energi : Kemampuan untuk melakukan
kerja.
Kalor : Perpindahan energi termal (panas)
antara dua benda yang suhunya berbeda.
Kerja : Perubahan energi yang langsung
dihasilkan oleh suatu proses.
KERJA
Jika sebuah pompa bertekanan dalam
(Pin) lebih besar dari tekanan luar (Pex),
maka piston akan bergerak ke arah luar
sampai kedua tekanan itu sama.
Peristiwa ini disebut EKSPANSI
karena terjadi penambahan
volume gas di dalam pompa.
Berpindahnya piston tersebut
menghasilkan energi yang disebut
KERJA VOLUME
KERJA
W = Pex (V2 – V1)
= Pex ∆V
Ket :
W = Kerja (l.atm)
Pex = Tekanan udara luar (atm)
∆V = Penambahan Volume
V2 = Volume setelah terjadi kerja
V1 = Volume sebelum terjadi kerja
Untuk perubahan yang berlangsung
secara reversibel, akan berlaku :

dengan P adalah tekanan gas.


Harga integral ini dapat dihitung bila
persamaan keadaan dari gas yang
bersangkutan diketahui.
Misalnya untuk gas ideal pada
temperatur tetap :

Untuk gas ideal : PV = nRT


HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA

Menyatakan Hubungan energi sistem


dengan lingkungannya jika terjadi
peristiwa.
“Jika sistem kemasukan energi berarti
lingkungan kehilangan energi atau
sebaliknya”.
HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA
Energi Tidak Dapat Diciptakan Atau
Dimusnahkan, Tetapi Dapat Diubah Dari
Satu Bentuk Menjadi Bentuk Lain
Atau
Energi Alam Semesta Adalah Konstan.
Disebut :
HUKUM KEKEKALAN ENERGI
Energi Dalam (U) :

Jumlah total energi semua partikel dalam


sistem (sebagai akibat adanya gerak
translasi (berpindah tempat), gerak rotasi
(berputar) dan gerak vibrasi (bergetar).
ILUSTRASI
sebuah pompa bila dipanaskan akan
menyebabkan suhu gas dalam pompa
naik dan volumenya bertambah.
Berarti energi dalam gas bertambah dan
sistem melakukan kerja.
RUMUSAN
KALOR (q) yang diberikan kepada sistem
sebagian disimpan sebagai ENERGI
DALAM (∆U) dan sebagian lagi diubah
menjadi KERJA (W).

q = ∆U – W
PEMAMFAATAN RUMUSAN HK PERTAMA
Agar tidak keliru dalam menggunakan rumus
diatas, ditetapkan suatu perjanjian yang
penekanannya terhadap SISTEM
1. Kalor (q) yang masuk sistem bertanda
positif (+), sedangkan yang keluar
bertanda negatif (–)
2. Kerja (W) yang dilakukan sistem
(ekspansi) bertanda negatif, dan yang
dilakukan lingkungan (kompresi)
bertanda Positif.
3. Kerja dihitung dengan rumus :
W= – Pex (V2 – V1)
BERBAGAI MACAM PROSES

Sebuah sistem dapat mengalami berbagai


proses sesuai keadaan saat itu.

Keadaan itu sedemikian rupa sehingga


salah satu variabel sistem konstan.
BERBAGAI MACAM PROSES
1. Proses Isotermal yaitu Proses yang
berlangsung pada suhu tetap (T1=T2),
Akibatnya energi dalam tetap (∆U=0),
Sehingga : q = – W
(artinya, kalor yang diberikan kepada
sistem semuanya diubah menjadi
kerja)
LANJUTAN
2. Proses Isovolum (isochor) yaitu
proses yang tidak mengalami
perubahan volume (∆V=0), akibatnya
sistem tidak melakukan kerja (∆W=0),

Sehingga : q = ∆U (artinya, semua


kalor yang masuk sistem disimpan
sebagai energi dalam
LANJUTAN
3. Proses Adiabatik yaitu Proses yang
tidak menyerap atau melepaskan
kalor (q=0), Sehingga : ∆U = W
(artinya, energi dalam sistem dipakai
untuk menghasilkan kerja)
ENTALPI

Hukum pertama termodinamika


menunjukkan bahwa perubahan energi
dalam tidak dapat diukur, tetapi dapat
dihitung dari nilai kalor (q) dan kerja
(w).
ENTALPI

Kalor (q) dapat diukur dengan


percobaan dan kerja (W) dapat dihitung
dari perubahan volume dan tekanan
yang melawan perubahan itu.
PENENTUAN ENTALPI
Sebuah pompa berisi gas yang mula-mula stabil
(Pin=Pex) dan kemudian diberi kalor sebesar q,
secara perlahan akan terjadi ekspansi. Karena
piston dapat bergerak bebas, maka tekanan gas
dalam pompa (Pin) selalu sama dengan tekanan
luar (Pex) sehingga w = -Pex(V2 – V1) = -Pin (V2 – V1).
Sesuai dengan hukum pertama,
qp = ∆U + P∆V
qp = U2-U1 + P(V2-V1)
qp = (U2 + PV2) - (U1 + PV1) (Pers ....1)
qp adalah kalor yang masuk atau keluar sistem
pada tekanan luar (dalam) yang tetap
PENENTUAN ENTALPI
Persamaan (...1) menunjukkan bahwa :
nilai qp bergantung pada U, P, dan V keadaan
awal dan akhir.
U dan PV adalah energi, akibatnya U + PV juga
energi.
Berarti, dalam sistem ada kuantitas energi
lain yang disebut entalpi (H) :
H = U + PV
PENENTUAN ENTALPI
Jika sistem mengalami perubahan maka
entalpi juga demikian,
H = H2 – H1
= (U2 + P2V2) - (U1 + P1V1)
= ∆U + ∆(PV)
∆H = ∆U + P∆V + V∆P (Pers...2)

Dengan memasukkan pers...1 ke dalam


pers...2, didapat
∆H = qp + V∆P (Pers...3)
PENENTUAN ENTALPI
artinya, jika tekanan tidak tetap nilai ∆H lebih
besar dari qp.
Akan tetapi pada tekanan tetap (ΔΡ = 0) maka
∆H = ∆U + P∆V
sehingga dari pers ...3, didapat
qp = ∆H
Jadi kalor yang diserap atau dilepaskan
sistem pada tekanan luar yang tetap sama
dengan perubahan entalpinya.
TERMOKIMIA
Penerapan Hukum Pertama
termodinamika terhadap peristiwa
kimia disebut termokimia, yang
membahas tentang kalor yang
menyertai reaksi kimia.
Lanjutan
Reaksi kimia termasuk proses
isotermal, dan bila dilakukan di
udara terbuka maka kalor reaksi
qp = ∆H
Akibatnya, kalor dapat dihitung
dari perubahan entalpi reaksi.
∆H reaksi = Hhasil reaksi – Hpereaksi
Catatan
Supaya terdapat keseragaman harus
ditetapkan keadaan standar yang
dimaksud adalah pengukuran dilakukan
pada suhu 25°C dan tekanan 1 atm.
Catatan
Dengan demikian, perhitungan
termokimia didasarkan pada keadaan
standar,

contoh:
AB + CD  AC + BC ∆Ho= x kj.mol-1

∆Ho adalah lambang (notasi)


perubahan entalpi reaksi pada keadaan
itu.
Jenis kalor
Ditinjau dari jenis reaksi, terdapat
empat jenis kalor, yaitu :

1. Kalor pembentukan, ialah kalor yang


menyertai pembentukan satu mol
senyawa langsung dari unsur-unsurnya.

Contohnya amonia (NH3) :


1/2 N2 (g) + 3/2 H2 (g)  NH3 (g) ∆Hof= –46 Kj.mol-1
Catatan
 Karena NH3 harus 1 mol maka
koefisien reaksi nitrogen dan hidrogen
boleh dituliskan sebagai pecahan.

 Energi yang DILEPASKAN sebesar 46


Kj.mol-1 disebut kalor pembentukan
amonia (∆HoNH3)
Jenis kalor
2. Kalor penguraian (kebalikan kalor
pembentukan), yaitu kalor yang menyertai
penguraian 1 mol senyawa langsung
menjadi unsur-unsurnya,

Contohnya :
NH3 (g)  1/2 N2 (g) + 3/2 H2 (g) ∆H = +46 Kj.mol-1
Jenis kalor
3. Kalor penetralan, ialah kalor yang
menyertai pembentukan 1 mol air dari
reaksi penetralan (asam dengan basa),

Contoh :
HCl(aq) + NaOH(aq)  NaCl + H2O ∆H = 121 Kj.mol-1
Jenis kalor
4. Kalor reaksi, yakni kalor yang menyertai
suatu reaksi dengan koefisien yang paling
sederhana,

Contoh:
2C2H2 (g) + 5O2(g)  4 CO2(g) + 2 H2O (l) ∆H = – 2602 Kj
Penentuan Kalor Reaksi
Kalor reaksi dapat ditentukan
dengan :
1. Percobaan laboratorium
2. Dengan perhitungan (ada 3 cara)
a. Berdasarkan hukum Hess
b. Data kalor pembentukan
standar
c. Data energi ikatan.
Percobaan laboratorium
Zat pereaksi yang terukur direaksikan di dalam
kalorimeter, yaitu alat yang akan mengukur kalor
yang dihasilkan atau diserap reaksi tersebut.
Lanjutan
Jika kalor yang dihasikan akan menaikkan
suhu air dalam kalorimeter maka reaksinya
disebut reaksi eksotermik (sistem kehilangan
kalor)
Sebaliknya,
Jika kalor yang dihasikan akan menurunkan
suhu air dalam kalorimeter maka reaksinya
disebut reaksi endotermik (kalor sistem
bertambah)
Besarnya kalor dapat dihitung dari
kenaikan/penurunan suhu dan massa air di
dalam alat tersebut.
Dengan perhitungan (ada 3 cara)
A. Aplikasi Hukum Hess

Walaupun ada alat untuk mengukur kalor


reaksi, tetapi ada reaksi yang berlangsung
terlalu cepat atau lambat sehingga sulit
diukur.

Di samping itu, ada reaksi yang tidak


terjadi tetapi kita ingin mengetahui kalor
reaksinya.
Aplikasi Hukum Hess....Lanjutan
Hukum Hess yang menyatakan :
Kalor yang menyertai suatu reaksi tidak
bergantung pada jalan yang ditempuh
tetapi hanya pada keadaan awal dan akhir.
Contoh : CO2(g) dapat dibuat dengan dua cara,
yaitu
Pertama :
C(s) + O2  CO2(g) ∆H1 = a

Kedua :
C(s) + 1/2 O2 (g)  CO (g) ∆H2 = b
CO (g) + 1/2 O2 (g)  CO2(g) ∆H3 = c

Sesuai dengan hukum Hess, a = b+c.


Dengan demikian, kalor suatu reaksi dapat
dihitung dari kalor reaksi lain yang telah
diketahui, dengan menjumlahkan baik pereaksi
dan hasil reaksi maupun kalornya.
B. Data kalor pembentukan standar

Menentukan ∆H reaksi dengan percobaan


memerlukan waktu dan biaya,

sedangkan dengan cara perhitungan lebih


mudah dan cepat tetapi memerlukan latar
belakang teori.
Berdasarkan kalor pembentukan standar
∆H reaksi
= koef. reaksi x ∆Hof hasil reaksi – koef. reaksi x ∆Hof reaktan

Catatan :
kalor pembentukan standar unsur bebas
pada suhu 250C dan tekanan 1 atm adalah
nol
C. Energi ikatan
Kalor reaksi juga dapat diperkirakan dari
data energi ikatan pereaksi dan hasil
reaksi.

Energi ikatan adalah energi rata-rata yang


diperlukan untuk memutuskan ikatan
antar dua atom dalam senyawa.
ENERGI PENGATOMAN SENYAWA (∆HOAtom), yaitu
energi yang diperlukan untuk memutuskan semua
ikatan dalam senyawa (dalam keadaan gas) menjadi
atom-atomnya.

Jika zat yang terlibat dalam reaksi berupa unsur


bebas, maka dipakai data energi pengatoman unsur
(∆Hoatom).

ENERGI PENGATOMAN UNSUR adalah energi yang


diperlukan untuk memutuskan ikatan antar atom
dalam unsur (dalam suhu kamar) sehingga menjadi
atom-atom bebas.
Proses pengatoman bersifat endotermik,
karena diperlukan energi untuk memutus
ikatan.

Dalam reaksi terjadi pemutusan ikatan


pereaksi dan pembentukan ikatan hasil
reaksi.

Dengan kata lain, Energi pengatoman


pereaksi sama
dengan energi yang dibutuhkan, dan energi
pengatoman hasil reaksi sama dengan energi
yang dilepaskan.
C. Energi ikatan
Oleh sebab itu, kalor reaksi (∆H) adalah
perbedaan energi yang dibutuhkan dengan
yang dilepaskan.

maka
∆H = Energi pengatoman pereaksi – Energi
pengatoman hasil reaksi
Menghitung kalor reaksi dengan data
ikatan akan mudah bila zat yang terlibat
dalam reaksi adalah senyawa berwujud gas
atau unsur.

Hal ini disebabkan oleh energi


pengatoman senyawa dihitung dalam
keadaan gas, sedangkan energi
pengatoman unsur dihitung dalam
wujudnya pada suhu kamar.
Energi pengatoman senyawa dapat
ditentukan dengan menuliskan struktur
molekul senyawa, agar diketahui jenis dan
jumlah ikatan di dalamnya.
Jika senyawa dalam reaksi berwujud cair
atau padat, maka harus diubah menjadi
gas.
Energi yang diperlukan dihitung dari data
kalor penguapan (∆Hvap) dan kalor
sublimasi (∆Hsub)

Anda mungkin juga menyukai