Anda di halaman 1dari 26

BAB I

(HUKUM PERTAMA)
TERMODINAMIKA

Termodinamika = - Mempelajari hubungan bermacam-macam energi.


- Hanya mempelajari hubungan antara energi awal dan energi akhir.
∆E = E1 – Eo
- Penyelidikan mengenail transformasi (Perubahan bentuk) energy
1.1. PENGERTIAN DASAR
Sistem ialah bagian dari dunia yang menjadi perhatian khusus bagi dunia kita.
(PW. Atkins :31). Sistem merupakan bagian yang menjadi pusat perhatian kita. Disekitar
system ada lingkungan, dimana antara system dan lingkungan dapat terjadi pertukaran
energy maupun materi.
Berdasarkan pertukaran ini, system dibedakan menjadi :
a. Sistem tertutup
Adalah system yang hanya dapat mempertukarkan energi
b. Sistem terisolasi
Adalah suatu system yang dengan lingkungannya tidak dapat mempertukarkan
energy maupun materi
c. Sistem terbuka
Adalah suatu system yang dapat mempertukarkan energy dan materi dengan
lingkungannya
1.2. PANAS (KALOR), KERJA (USAHA) DAN ENERGI DALAM
Kalor, kerja dan energy adalah konsep dasar termodinamika, dan dari ketiganya yang
paling pokok adalah kerja.
Kerja dilakukan selama proses, Jika proses itu dapat digunakan untuk menghasilkan
perubahan ketinggian sebuah beban pada suatu tempat di lingkungannya, dan bahwa kerja
dilakukan pada system jika beban diturunkan, maka dapat diambil suatu makna bahwa
kerja merupakan gaya x Jarak atau dirumuskan W = F x S.
Energi adalah kapasitas system untuk melakukan kerja. Jika kita melakukan kerja pada
system yang terisolasi (misalnya dengan memampatkan gas atau dengan memutar pegas),
artinya kita menambah kapasitas untuk melakukan kerja, sehingga menambah energinya.
Eksperimen menunjukkan bahwa energi system (kemampuannya untuk melakukan kerja)
dapat diubah dengan cara yang berbeda dengan kerja itu sendiri. Jika energi system
berubah sebagai hasil perbedaan antara temperature system dan temperature
lingkungannya, maka dapat kita katakana bahwa energi sudah dipindahkan sebagai kalor.
Tidak semua zat memungkinkan dapat memindahkan energi walaupun ada perbedaan
temperatur antara sistem dan lingkungannya. Dinding yang memungkinkan pemindahan
energi sebagai kalor (seperti baja dan kaca) disebut diatermik (dia adalah kata yang dalam
bahasa yunani yang berarti melalui). Dinding yang tidak memungkinkan pemindahan
energi sebagai kalor disebut adiabatik (seperti termos air panas).
Proses pelepasan energi sebagai kalor disebut dengan eksoterm. Semua reaksi pembakaran
adalah reaksi eksoterm. Proses yang menyerap energi sebagai kalor disebut dengan
endoterm. Contohnya penguapan air,
Dalam wadah adiabatik Proses endoterm menghasilkan penurunan temperatur sistem,
sedangkan proses eksoterm menghasilkan kenaikan temperatur sistem.
Dalam wadah diatermik proses endoterm menghasilkan aliran energi dalam sistem sebagai
kalor, sedangkan pada proses eksoterm menghasilkan pembebasan energi sebagai kalor ke
dalam lingkungannnya.
1.3. HUKUM PERTAMA (Kekekalan Energi)
Energi tidak dapat diciptkana dan tidak dapat dimusnahkan, melainkan energi dapat
berubah dari satu bentuk energi ke bentuk lainnya yang jumlahnya sama besar.
Energi total dari suatu system dapat dikatan sebagai energi dalam U, dalam termodinamika
kita hanya berhadapan dengan perubahan energi dalam ΔU untuk perubahan energi dalam
jika suatu sistem berubah dari keadaan awal o dengan energi dalam Uo menjadi keadaan
akhir i dengan energi dalam Ui sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
ΔU = Ui – Uo
Dari pernyataan di atas, maka bunyi hukum termodinamika pertama adalah :
Energi dalam suatu system besarnya tetap kecuali jika diubah dengan melakukan
kerja atau dengan pemanasan.
Jika kita menulis w untuk kerja yang dilakukan pada sebuah sistem , q untuk energi yang
dipindahkan sebagai kalorpada sistem tersebut, ΔU untuk perubahan nergi dalam yang
dihasilkan, bentuk matematis Hukum pertama adalah : ΔU = q + w
Dimana :
ΔU : - Energi dalam = Energi yang tersimpan dalam suatu sistem
- Harganya tergantung pada keadaan sistem (fungsi keadaan)
- Besarnya energi dalam sistem tidak diketahui, yang diketahui adalah
besarnya perubahan energi dalam ΔU
- ΔU tidak tergantung bagaimana perubahan itu berlangsung
- Jika antara sistem dan lingkungan ini terjadi energi, maka pertukaran ini
melalui kalor dan kerja.
q : - Energi yang dipindahkan melalui batas sistem, sebagai akibat dari perbedaan
harga suhu T antara sistem dan lingkungan
q (+) : Kalor masuk sistem
q (-) : Kalor keluar sistem
Besarnya W tergantung pbada jalannya perubahan.
Sistem q (+) Lingkungan q = mcΔT
q (-)
w : -Energi yang dipindahkan selama mekanisme melalui batas sistem
w (+) : Lingkungan melakukan kerja terhadap sistem
w (-) : Sistem melakukan kerja terhadap lingkungan
Besarnya w tergantung pada jalannya perubahan ( w = fungsi keadaan)
W ekspansi : Kerja mekanisme yang berkaitan dengan perubahan volume

Jika penghisap digerakkan sepanjang dx terhadap tekanan P, maka kerja yang dilakukan
gas adalah : dw = -P (A dx)
dw = -P dv
dv = perubahan volume

Jika ekspansi berlangsung dari Vi ke Vf atau V1 ke V2, maka kerja yang dilakukan oleh
gas dapat dihitung deengan :
V2
W = ∫ P.dv
V1
Dengan beberapa kemungkinan :
a. Bila P = 0, jika gas memuai terhadap volume maka w = 0 sehingga ekspansi besar
b. bila V tetap, maka dv = 0 dan W = 0
c. Bila P tetap, maka W = -P dV = - P (V2 – V1) = - P.ΔV
Jika kerja yang dilakukan oleh sistem, terbatas pada kerja ekspansisaja, maka :
V2
ΔU = q - ∫ P.dv (Hukum termodinamika I)
V1
Jika tekanan luar tetap, maka ΔU = q – P. ΔV
Untuk perubahan yang kecil dv = dq – P.dv
Proses yang berlangsung pada volume tetap dalam reaksi kimia adalah :
ΔU = kalor reaksi pada V tetap.
Contoh soal.
1. Suatu sistem mengalami perubahan telah menyerap panas sebesar 50 kkal. Dari
penyerapan itu sistem melakukan kerja sebesar 30 kkal. Berapakah perubahan energi
dalam sistem tersebut ?
Jawab :
Dik : q = + 50 kkal (karena mengambil panas tandanya (+) )
W = - 30 kkal (karena melakukan kerja maka tandanya (-) )
Dit : ΔU = q + W
= +50 + (-30) kkal.
= +20 kkal.
Jadi perubahan energi dalam sistem adalah +20 kkal.
2. 2 mol gas H2 berkembang isotermal dari 15 L menjadi 50 L terhadap tekanan tetap 1 atm
pada suhu 25 oC. Berapakah harga W ?
Diketahui : P = 1 atm
Vo = 15 L
V1 = 50 L
Ditanya : W
Dijawab W = P(V1 – Vo)
= 1 (50 – 15)
= 35 L atm, 1 L atm = 24,2 kal
= 847 kal.
Latihan :
1. Hitunglah perubahan energi System menyerap 400 kalori panas dan melakukan keja 600
joule. Jika diketahui 1 kalori = 4,18 joule
2. Dalam suatu reaksi kimia dibebaskan 8,4 Kj energy. Jika kalor ini digunakan untuk
memanaskan 100 cm3 air, maka kenaikan suhunya adalah ?
3. Suatu sistem mengalami perubahan energi dalam sebesar 2108 joul dan System menyerap
600 kalori panas dari lingkungan. Hitunglah kerja yang dilakukan oleh sistem tersebut !

1.4. ENTALPI DAN KAPASITAS PANAS


A. ENTALPI
Entalpi adalah energi yang diberikan sebagai kalor yang diubah menjadi kerja untuk
memberikan tekanan balik terhadap lingkungannya.
ENTALPI = H, Perubahan ENTALPI = ∆H yang dirumuskan dengan :
H = E + PV  H =E +  (PV) d H =dE + d (PV) dH= dE + Vdp
Pd P = konstn dp = P = 0
dH = dE + pdv
HK. TDI –––––> dE = dq + dw
Jika ekspansi satu-satunya kerja ===> W = p d v
Jadi dH = dq + dw + Pdv
=dqp =dqp
hubungan antara entalpi & E Pereaksi Hasil reaksi
N2 + 3H2  2NH3
 H =  E +  (PV)
6 mol

 (PV) =  n RT = W Mol N2 = (Koef N2 / Koef H2) x mol H2


= (1/3) x 6 = 6/3 = 2 mol
 n = perubahan jml mol reaksi Mol NH3 =(2/3) x 6 = 4 mol
 n =  ni (Hasil) –  nj (rekatan)  n =  n hasil -  n pereaksi
 n = 4 – (6 +2) = -4
 H =  E +  n RT
Istilah yang digunakan pada perubahan entalpi :

1. Entalpi Pembentukan Standar (∆Hf ):


∆H untuk membentuk 1 mol persenyawaan langsung dari unsur-unsurnya yang
diukur pada 298 K dan tekanan 1 atm.
Contoh: H2(g) + 1/2 O2(g)  H20 (l) ; ∆H0f = -285.85 kJ
2. Entalpi Penguraian:
∆H dari penguraian 1 mol persenyawaan langsung menjadi unsur-unsurnya (=
Kebalikan dari ∆H pembentukan).
Contoh: H2O (l)    H2(g) + 1/2 O2(g) ; ∆H0d = +285.85 kJ
3. Entalpi Pembakaran Standar ( ∆Hc ):
∆H untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada
298 K dan tekanan 1 atm.
Contoh: CH4(g) + 2O2(g)    CO2(g) + 2H2O(l) ; ∆H0c = -802 kJ
4. Entalpi Reaksi:
∆H dari suatu persamaan reaksi di mana zat-zat yang terdapat dalam persamaan
reaksi dinyatakan dalam satuan mol dan koefisien-koefisien persamaan reaksi
bulat sederhana. ∆Hreaksi = ∆Hhasil - ∆Hpereaksi
Contoh: 2Al + 3H2SO4    Al2(SO4)3 + 3H2 ; ∆H = -1468 kJ
5. Entalpi Netralisasi:
∆H yang dihasilkan (selalu eksoterm) pada reaksi penetralan asam atau basa.
Contoh: NaOH(aq) + HCl(aq)    NaCl(aq) + H2O(l) ; ∆H = -890.4 kJ/mol
6. Hukum Lavoisier-Laplace
"Jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurya =
jumlah kalor yang diperlukan untuk menguraikan zat tersebut menjadi unsur-
unsur pembentuknya."
Artinya : Apabila reaksi dibalik maka tanda kalor yang terbentuk juga dibalik dari
positif menjadi negatif atau sebaliknya
Contoh:
N2(g) + 3H2(g)    2NH3(g) ; ∆H = - 112 kJ
2NH3(g)    N2(g) + 3H2(g) ; ∆H = + 112 kJ
1/2N2(g) + 3/2H2(g)    NH3(g) ; ∆H = - 112/2 kJ
NH3(g)   1/2 N2(g) + 3/2H2(g) ; ∆H = + 112/2 kJ
Untuk menentukan perubahan entalpi pada suatu reaksi kimia biasanya digunakan alat
seperti kalorimeter, termometer dan sebagainya yang mungkin lebih sensitif.
Perhitungan : ∆H reaksi = ∆Hfo produk - ∆Hfo reaktan

B. KAPASITAS PANAS (C)


C = Panas yang dibutuhkan untuk menaikan temperatur sistem sebesar satu derajat.

C = Q = DQ
T DT

T –––––> Ti - T0

Kapasitas panas molar = kapsitas panas dari 1 mol zat C


Panas spesifik = kapsasitas panas per gram zat (C)
C = nz = w C* n = Jumlah mol
z = Kapasitas panas
w = massa zat
C = Kapasitas panas molar
C* = Kapasitas panas spesifik

Latihan Soal :
1. Jika ΔH untuk reaksi pada 298K adalah CO(g) + ½ O2 (g) CO2(g) adalah sebesar
282,85 kj mol-1. Hitunglah ΔE reaksi tersebut !
Jawab :
Δn = 1 mol CO2(g) - (1mol CO(g) + ½ mol O2(g)) = 1 – (1,5)
Δn = - 0.5
ΔE = ΔH – Δn RT
ΔE = 282,85 – ((-0,5) (0,08205) (298))
ΔE = 295,0755 kj mol -1
2. Pada temperatur 2 Kg air turun dari 95oC saat 1,25 kg potongan logam bersuhu 25 oC.
Dicelupkan kedalamnya. Hitunglah kapasitas panas logam jika kapasitas panas air =
4,184 Jg-1K-1 Jika suhu campuran sebesar 40oC ?
Jawab :
Kalor yang dilepas = kalor yang diterima
Q = mc ΔT(logam) = m c ΔT (air)
Q yang dilepaskan air = - m c ΔT
= - (2 x 103) (4,184) (40 – 95)
= (2 x 103) (4,184) (55)
Kalor yang dilepas = kalor yang diterima
m c ΔT = (2 x 103) (4,184) (55)
(1,25 x 103) c (40 – 25) = (2 x 103) (4,184) (55)
c = [(2 x 103) (4,184) (55) / (1,25 x 10-3)(40 – 25)]
c = 24,55 jK-1g-1 = 24,55 J/gK
BAB II
(HUKUM KEDUA)
TERMODINAMIKA

Untuk memahami hukum termodinamika 2


1. Menurut Calvin tidak mungkin menggunakan proses siklic untuk memindahkan panas dari
panas yang mengubahnya menjadi kerja tanpa memindahkan sebagian panas pada benda
dingin pada saat yang sama.
2. Menurut Clausius tidak mungkin memindahkan panas dari benda dingin ke benda panas
tanpa melakukan sejumlah kerja.
3. Perubahan kecil dalam bentuk entropi dapat sama dengan atau lebih besar panas terhadap
temperatur.
( S > DQ ) dimana S = entropi
T
atau S = Q reversible
T
Tanda = Proses reversible
Tanda > proses irreversible

Proses spontan dalam suatu sistem yang terisolasi / tersekat akan meningkat entropinya (derajat
ketidakteraturannya).

Spontan
Keadaan 1 keadaan 2
Non spontan

A. Entropi
Entropi adalah perbandingan panas yang diabsorpsi oleh temperatur atau pada suhu mutlak.
Pada suhu dan tekanan konstan seperti pada penyubliman, penguapan, pelelehan atau
perubahan bentuk :
S = H = E + PV = E + nRT  n = mol
T T T R = 0,08205
T = temperatur transisi
H = Panas yang diabsorpsi.

Untuk keadaan dimana proses volumenya konstan


a) V= konstan

ds = cv . dt
T2

S = S2 – S1 = CV . dT
T1
b) P = konstan
2 T2

S = dS = QP = Cp . dt
1 T T1

Entropi pada ekspansi eksoterm dianggap bahwa perubahan panas terjadi dalam keadaan
isoterm & reversible oleh karena itu perubahan entropi sekeliling adalah sama dan
berlawanan terhadap sistem.

Ssistem = - (dv ) dp LK-1atm


dT
Contoh Soal :
Pada suatu system mengalami perubahan suhu dari 50 K menjadi 70 K dengan volume 1
liter hit Entropi system larutan tersebut jika tekanan sebesar 1 atm
Jawab:
Diket : T = 70 – 50 = 20
V = 1 liter
P = 1 atm
Ditanyaka : S = - (V. P)/ T
S = - (1 x 1) / 20
S = -(1/20)
S sistem = - 0,05 Latm/K
S lingkunag = + 0,05 Latm/K
Besarnya harga S = 0,05 Latm/K

B. Energi Bebas
Energi bebas Helmholtz (A)
=> fungsi kerja total
=> A = E - TS
Contoh :
Suatu larutan terdiri dari zat A dan B, yang menghasilkan energy 45 Kj, dan harga
entropinya adalah sebesar 2 Kj. Hitunglah energy bebas larutan tersebut pada suhu
-253oC
Diket : E = 45 Kj A = E –TS
S = 2 Kj G = E +PV –TS
T = -253oC H = E + PV
G = H – TS
T = -253 + 273 = 20 K
A = E – TS G = E + PV – TS
A = 45 – 20 . 2 = 45 – 40 G = E – TS + PV
A = 5 KjK G = A + PV

PV = nRT (persamaan gas ideal)


Energi Bebas Gibbs (G)
G = E + PV – TS G = A + nRT
= H – TS
G = A + PV

C. Fungsi Kerja
Karakteristik dari Gas :
1. Bisa dimampatkan
2. Memberikan tekanan disekelilingnya
3. Ekspansi tanpa batas
4. Dapat saling berdifusi (menerobos)
5. Jumlah dan sifat gas ditentukan oleh temperatur, tekanan a.l. : Volume dan jumlah
molekul
Tekanan = gaya persatuan luas
Satuan atm torr barr mikron pascal Kj
P= F.
1 Atm 1 ...... ...... ...... ........ .....
.

A
1 Torr ...... 1 .... ........ ........ .....
Satuan gaya = - atm
1 Barr ...... ...... 1 ...... ...... ....
- torr
1 Mikron ......... ....... ........ 1 ........ ....
- barr
1 Pascal ......... ........ ........ ..... 1 ......
- mikron
1 Kj ......... ...... ....... ...... ..... 1
- pascal
- Kj

1. Hukum Boyle Isotermis


P . V = K ––––––> P1 . V1 = P2 . V2
P2 = V1 x P1 (n, T tetap)
V2
Suatu gas sebanyak 1 L memiliki tekanan 1 atm
Berapa tekanan yang diperlukan jika volumenya menjadi 2 L
Diket :
PV = nRT  (PV/nT) = R  (P1V1/n1T1) = (P2V2/n2T2)
P1 = 1 atm
Isotermis
V1 = 1 L
n1 = n2 = n
V2 = 2 L
T1 = T2 = T
Dit = P 2
(P1V1/nT) = (P2V2/nT)  (P1V1) = (P2V2)
Jawab
1 x1 = P2 x 2 p2 = 1/2
P1 V1 = P2 V2
1. 1 = P2 . 2
1 = 2 P2
P2 = (1/2). = 0,5 atm

2. Hukum Charles
V = K –––––––> V1 = V2
. . . . –––––> Isobarik (n, P tetap)
T T1 T2

3. Hukum Gay Lussac PV = nRT  (PV/nT) = R  (P1V1/n1T1) = (P2V2/n2T2)


PV = nRT n1 = n2 = n P1 = P2 = P
P = RT R=K (PV1/nT1) = (PV2/nT2)  V1/T1 = V2/T2
P = KT
P = K –––––––> P1 = P2
. . . . –––––> Isokhorik ( n, V tetap)
T T1 T2
PV = nRT  (PV/nT) = R  (P1V1/n1T1) = (P2V2/n2T2)
Isokhorik : n1 = n2 = n V1 = V2 = V
(P1V/nT1) = (P2V/nT2)  (P1/T1) = (P2/T2)

4. Hukum Charles + Gay Lussac


Vt = Vo (1 +  t) Vt = Volume pada suhu toC
Vo = Volume pada 0oC
 = . 1 untuk semua gas
.

273,15

Contoh :
Gas H2 pada suhu awal memiliki volume 5 liter, berapakah volume yang dihasilkan jika gas
tersebut mengalami kenaikan sebesar 25oC
Misal T0 = 0 = 273 k
V0 = 5 Liter
Maka T1 = 25 = 298 K
t = 25 – 0 = 25 = 25
Vt = ?
Jawab
Vt = 5 (1 + (1/273,15) (25))
Vt = 5 (1 + (25/273,5)
Vt = 5,...

Proses Adiabatis = Tidak ada perubahan kalor ∆Q = 0


Hukum Graham tantang difusi dan efusi :

Gabung hukum
PV = tetapan
P1V1 = P2V2
T1 T2

Difusi = Peristiwa bercampurnya zat tanpa diagitasi.


Efusi = Proses perpindahan gas melalui pori yang kecil .

Laju effusi  .1. –––––––> d kerapatan


d

Laju effusi A = dA = MA
Laju effusi B dB MB
M = Masaa molekul relatif

Hukum Dalton tentang tekanan parsial :


Pt = P1 + P2 + P3 ….. dst
P1 = X1 . Pt X1 = Fraksi mol zat

Hukum ini tidak berlaku bila gas tersebut :


1. Dapat bereaksi
2. Dapat melarut dalam cairan berbatasan dalam kombinasi gas.

Hasil Percoban & Teori :


PV = n Rt = 2/3 N EK = . N . Rt
No
2
/3 EK = RT = 2/3 EK = KT = EK = (KT)/(2/3) = 3/2 . KT
No
EK = 3/2 KT –––––> K = Tetapan Boldtmon = R/No

v2 = (3/2 . KT) / ½ m
V2 = 3KT = V = 3RT PV = nRT
M  Mr
P = (nRT)/V
Pada Gas Ideal :  V = (nRT)/P
PV = n RT  N = (PV)/(RT)
P1 V = N1 RT  R = (PV)/(nT)
 T = (PV)/(nR)
 (PV)/(nT) = R
 (PV)/(nT) = K
 (P1 V1) = (P2 V2)
(n1 T1) (n2 T2
Gas Nyata
Persamaan Vander Waals
(P + a ) ( V- b) = RT
(P + n2a) (V – nb) = n RT
V2
V = Volume dari 1 mol
a & b = konstanta a = koreksi untuk gaya tarik menarik molekul
b = koreksi untuk ukuran efektif molekul 2 “volume excluded”

GAS IDEAL :
Berlaku =
a) PV = n RT
b) DE = dE = dH = dH = 0
QV T dp T dp T dv T

Ekspansi Isoternal = T tetap


Maka E =  H = 0
Sehingga :
Q = W  pdv = n RT

Proses ireversible = Proses tidak balik setelah terjadi perubahan yang tetap pada
sekelilingnya.
Proses reversibel = Proses dapat balik/dimana sistem dan sekelilingnya berada dalam
kesetimbangan dan tetap demikian pada proses berlangsung.
Syarat terjadinya reaksi :
1. Semua bagian sistem berada dalam kesetimbangan termodinamik. Maksudnya setiap bagian
memiliki temperatur yang sama, tekana yang sama dan berada dalam kesetimbangan kimia.
2. Sistem dan sekelilingnya bebas saling menukarkan energi dalam berbagai bentuk namun
tetap dalam kesetimbangan satu dengan yang lain selama proses.
Proses pada volume konstan
Jika sistem hanya memperlihatkan kerja ekspansi,

W = Peks V = 0

Ev = QV

Jika panas yang diserap atau dilepaskan merupakan ukuran langsung dari perubahan energi
sistem.

Panas Penguapan
- Tergantung temperatur (T) dan mengalami penurunan jika T naik.
- Harganya mendekati nol (0) jika mendekati T kritis.
Temperatur kritis = temperatur diaman sifat cairan dan kesetimbangan uap bercampur satu
sama lain.

Maka : d (H uap) = ( Cp) uap – (Cp) air –––––> d(H)  0


Dt dt
Berarti kapasitas panas uap dan cairan tidak sama.

Tekanan Uap
Persamaan Clausius Clayperon :
Log P = -  H uap T2 – T1 dimana R = 8,314
2,303 R T2 – T1

Sifat-sifat koligatif
Sifat-sifat umum pada larutan encer
- Penurunan tekanan uap  P = Po . Xpelarut  ∆P = Po . Xterlarut
- Penurunan titik beku
1. Lautan fruktosa yang terdiri dari 60 gram H2O
Xp = mol pelarut dan 20 gram C6H12O6, jika Ar C=12, O=16, H=1,
- Kenaikan titik didih
Mol total Po = 10-3 tentukan a. Xp, b. Xt, dan c. harga P
- Kenaikan tekanan osmosis Xt = mol terlarut serta d. harga ∆P !
Mol total Jawab :
Mol H2O = gram/Mr = 60/18 = 3,3 mol
Penurunan Tekanan Uap
Mol C6H12O6 = gram/Mr = 20/180 = 0,1 mol
Jumlah Mol total = 3,3 + 0,1 = 3,4
Berlaku hukum Reault
a. Xp = (mol H2O) / (mol total) = 3,3/3,4 =
P = Xp . Po Xp = Fraksi mol pelarut
0,97
Xt = Fraksimol terlarut
b. Xt = (mol C6H12O6)/ mol total = 0,1/3,4 =
B = terlarut
0,03
Karena Xp = I – Xt
c. P = Po . Xp = 10-3 . 0,97 = 9,7 . 10-4
Maka P = (1 – Xt) Po
d. ∆P = Po . Xt = 10-3 . 0,03 = 3 . 10-5
P = Po - Xt . Po
Xt . Po = Po - P
Xt . Po = ∆P
∆P = Po . Xt
Dimana Po – P = Penurunan tekanan uap yang disebabkan oleh zat terlarut non volatil.
Xt = fraksi mol zat terlarut = nt .

np + nt
np = Jumlah mol pelarut
nt = jumlah mol terlarut
Pada larutan yang sangat encer =====> nA >>> nB, maka PAo – PA = nB PAo
na
Jadi penurunan tekanan uap dapat digunakan untuk menentukan berat molekul zat terlarut .

760 mm Hg Peningkatan konsentrasi


zat terlarut
Konsent. Pelarut

Tekanan

T1 suhu oC
Gambar tersebut menunukan bahwa sedikit zat terlarut non volatil kedalam air akan
mempengaruhi tekanan uap air pada suhu yang sama. Misal T, makin tinggi kosentrasi non
volatil yang terlarut tekanan uap semakin turun.

Kenaikan Titik Didih


Pelarut murni akan mendidih bila tekanan uap jenuh pada permukaan cairan sama dengan
tekanan udara luar.
Untuk sistem terbuka tekanan udara luarnya adalah tekanan atmosfir atau 760 mmHg.
Karena pelarut non volatil terjadi tekanan uap maka diharapkan akan terjadi peningkatan titik
didih.

2. Lautan fruktosa yang terdiri dari 60 gram


H2O dan 20 gram C6H12O6, jika Ar C=12,
O=16, H=1, Kd = 10-3 tentukan ∆Td dan
760 mm Hg Td !
Jawab : m = (gram / mr) x (1000/ gram
Titik didih ————> Suhu oC pelarut)
Pelarut murni m = (20/180) x (1000/60) = (0,1) x 16,67
= 1,67 m
Persamaan Clausius Clayperon menjadi = a. ∆Td = Kd . m  10-3 x 1,67 =
1,67.10-3 = 0,00167
Ln Po =  H uap . Ti – To b. Td = 100 + ∆Td
P R T – To Td = 100 + 0,00167
Td = 100,00167 oC
Po = tekanan uap pelarut pada titik didih To
Huap = Panas penguapan molar pelarut
P = tekanan uap pada suhu T

Karena titik didih kecil maka T – To kira-kira sama dengan To 2 dan bila kenaikan titik didih T –
To diberi simbol To, maka :

Ln Po =  H uap . T2
P R To2

T2 = R To2 Ln Po ––––––> Ln Po disederhanakan dengan hkm Reault.


Huap P P

P = X1 – Po domana X1 = Fraksi mol pelarut maka P = X . Po


Po = 1
P X
Besaran 1000 wa = molalitas m = (gram/Mr) x (1000/gram larutan)
Wi BM2 M = (gram/mr) x (1000/ml larutan)
= w2 / BM2 = mol zat terlarut m = molalitas
w1 / 1000 1 kg pelarut M = molaritas

Besaran RTo2 BM1 = selalu tetap, sehingga Td = 100 + Td


Huap 1000

Td = kd m m = molalitas k = konstanta evalioscopic (Konstanta kenaikan titik didih)

m = (gram/Mr) x (1000/gram larutan)


Penurunan titik beku M = (gram/mr) x (1000/ml larutan)
m = molalitas
Tb = R To2 Bm1 . m2 M = molaritas
Hlebur 1000 Tb = 0 - Tb

atau Tb = kb . m 3. Lautan fruktosa yang terdiri dari 60 gram H2O dan 20 gram
Hlebur = entalpi peleburan molar C6H12O6, jika Ar C=12, O=16, H=1, Kb = 10-3 tentukan ∆Tb
kb = konstanta penurunan titik beku dan Tb !
Tb = titik beku Jawab : m = (gram / mr) x (1000/ gram pelarut)
m = (20/180) x (1000/60) = (0,1) x 16,67 = 1,67 m
c. ∆Tb = Kb . m  10-3 x 1,67 = 1,67.10-3 = 0,00167
d. Tb = 0 - ∆Tb
Tb = 0 – 0,00167
Tb = - 0,00167 oC
Diagram
Pelarut
Larutan 1
Larutan 2

Titik beku pelarut murni

t2 t1 t1 = titik beku larutan 1


t2 = titik beku larutan 2

Nilai kd & kb dilihat di pustaka


Contoh :
Pelarut Kb (km –1) Kd (km –1)
H2O 1,86 0,512
As. Asetat (CH3COOH) 3,90 2,93
Benzena 4,90 2,53
Etanol - 1,22

Tekanan Osmosis

Osmosis = proses spontan dimana pelarut disuatu larutan mengalir melalui membran semi
permiable kelarutan lain yang lebih pekat sampai keduanya konsentrasinya sama.
Tekanan osmosis = tekanan luar yang diperlukan untuk menahan proses osmosis.

Pelarut murni Larutan

Tekanan osmosis =  = gaya


Luas
 =  .  . g. h =  . g. h  = massa jenis
A h = tinggi cairan dalam colom
G = genuitas
Hukum tekanan osmotik dari percobaan
1. Tekanan osmotik larutan berbanding lurus dengan suhu absolut
====>  = C
T (konstan)2
2. Tekanan osmosis berbanding lurus dengan konstan zat terlarut
====>  = C
M (konstan)2
3. Larutan non elektrolit yang konsentrasinya sama mempunyai tekanan osmotik sama bila suhu
konstan ––––> sifat koligatif.

Gabungan 1 & 2 = ====>  = konstan PV = nRT


MT P = (nRT)
Konstanta = 0,0821 < atau k-1mol-1 V
P = n RT
Sehingga P = MRT V
Atau P = MRT
P = nz . RT atau P = C . RT P =  = MRT
V Bmz

nz = mol zat terlarut C = konsentrasi (g/z)


V = Volume larutan Bmz = Berat molekul zat terlarut
Tegangan Permukaan ( )
Lautan fruktosa yang terdiri dari 60 ml H2O dan 20
Gas . gram C6H12O6, jika Ar C=12, O=16, H=1, Kb = 10-3
Cairan tentukan tekanan osmosis pada suhu 25oC dengan
harga R = 0,08205
B o A o Jawab : M = (gram / mr) x (1000/ Vol pelarut)
M = (20/180) x (1000/60) = (0,1) x 16,67 =
= 1,67 M
A= Molekul dalam rongga cairan
P = MRT
B = Molekul dekat permukaan
P = 1,67 x 0,08205 x (25 + 273) K
P = 1,67 x 0,08205 x 298
P = 40.83 atm
SATUAN INTERNASIONAL

Dasar
Besaran Fisika Satuan Simbol
Panjang Meter M
Massa kilogram Kg
Waktu detik S
Arus Listrik amper A
Suhu Kelvin K

Turunan

Besaran Satuan Simbol


Gaya Newton N Kg.m.s-2
Tekanan Pascal Pa Kg.m-1s-2
Energi Joule J Kgm2s-2
Daya Watt W Kg.m2s-3(js-1)

Besaran Satuan Ekuivalensi


-10
Panjang A str cm 10 m
Inci 0,0254 m
Mil 1,60934 km
Luas Inchi persegi (in2) 645,16 mm2
Volume Inchi3 1,63871 x 10-5 m3
Massa Pon 0,45359237 kg
Gaya Dyne (dyn) 10-5 N
Tekanan Atm 101,525 L N m-2
Bar 105 Nm-2
Toor 133,322 Nm-2
Energi Kalori 4,1868 J
Eq 10-7

TEGANGAN PERMUKAAN

Gas

Cairan

B
A

A = Molekul dalam rongga cairan


B = molekul dekat permukaan
Pada B terdapat gaya ke bawah yang mengakibatkan adanya tegangan permukaan yaitu gaya
yang bekerja tegak lurus pada permukaan cairan.

Tegangan permukaan tergantung pada :


1. Gaya kohesi (untuk air raksa sangat besar)
2. Gaya adesi
3. Jenis ikatan dari molekul-molekulnya
4. Adanya zat yang terlarut.
A
B

a. Zat organik
b. Elektrolit kuat
c. Surfaktan / zat aktif permukaan

Naik/turunnya permukaan cairan pada kapiler tergantung pada besarnya jari-jari kapiler.
Hubungan antara tegangan permukaan dengan naiknya permukaan cairan dinyatakan dengan
persamaan :

= ½  . g. h. r
= tegangan permukaan
 = rapat masa
h = tinggi permukaan cairan
r = jari-jari kapiler
Berdasarkan adanya aksi kapiler maka tegangan permukaan cairan dapat ditentukan berdasarkan
kenaikan permukaan cairan dalam kapiler, terdapat dua cara penentuan tegangan permukaan
dengan menggunakan aksi kapiler.
1) Cara kenikan permukaan kapiler dalam cairan dengan menggnakan 1 buah kapiler dengan
jari-jari = r menggunakan rumus :
= ½  . g. h. r
 = rapat masa ditentukan dengan alat piknometer
=m/v
untuk mempermudah pengukuran ini dilakukan secara relatif artinya dengan
memperbandingkan dengan cairan standar.
Misalnya : air / benzen
Cairan zat x = x = ½ x g. hx. r
Standar = o = ½ o g. ho. r
x = x . hx
o o. ho

2) Modifikasi cara kapiler / kapiler diferensial yaitu menggunakan 2 buah pipa kapiler yang
mempunyai r berbeda.
- Kapiler 1 jari-jari satu naiknya permukaan cairan nama h1
- Kapiler 2 jari-jari dua naiknya permukaan cairan h2.

h
h1

h2

h = h1 – h2
Kapiler I = = ½  g h1 r1 –––––> h1 = 2 .
g r1
Kapiler II = = ½  g h2 r2 –––––> h2 = 2 .
g r2

h = = 2 . ====> = h .  . g
g 2

Cara lain untuk menentukan tegangan permukaan adalah berat tetes permukaan cairan selalu
mendapatkan luas permukaan yang sekecil mungkin oleh kerana itu cairan selalu berbentuk bulat
karena bentuk ini mmepunyai luas permukaan yang paling kecil.
Hubungan antara berat tetesan cairan yang jatuh dari pipa kapiler dengan tegangan permukaan
dinyatakan dalam persamaan berikut.

x = x . no dimana n = jumlah tetesan indeks o menyatakan cairan standar


γo o . nx γo air = 91,47 dyne/cm3

alat yang digunakan stalogmometer


Cara timbangan tarsi (Tensimeter dunouy)
Cara ini lebih sering digunakan dari pada cara lain. Sangat mudah dan cepat dan dapat digunakan
dengan hanya sejumlah kecil cairan dan ketelitiannya sangat tinggi. Pada cara ini digunakan alat
tensimeter du nouy yang ditentukan adalah gaya yang dapat memecahkan kontak antara cairan
dengan cincin platina.
Cincin kawat platina yang diatas di pasang pada salah satu lengan suatu timbangan. Cincin
diletakan pada permukaan cairan yang hendak ditentukan tegangan permukaannya.
Lengan lain di beri gaya sehingga cincin terangkat dari permukaan cairan.

Gaya yang diperlukan untuk memecahkan kontak antara cairan dengan cincin platina adalah :
F= (R’ + r)
F= R ––––––> F
 R
R1 = Jari-jari cincin platina
R = jari-jari kawat platina

VISCOSITAS (KEKENTALAN)

Adalah indeks hambatan aliran cairan.


Jumlah volume cairan yang mengalir melalui pipa persatuan waktu.

8LV=r4t
V =r4
t 8L
= r4t
8LV
Dikenal dengan persamaan Powiseville
 = 3,14
 = Viscositas cairan
V = Total volume cairan
t = Waktu yang dibutuhkan cairan
 = Massaa jenis yang bekerja pada cairan
L = Panjang pipa
r = Jari-jari

Modifikasi Oswald

1 =  R4 (Pt)1 x 8 VL
2 8 VL  R4 (Pt)2

1 = (t)1 = 1 t1 1 = 1 t1
2 (t)2 2 t 2
2 2 t 2
 = x (konstanta x)
 = rapat massa cairan

Viscositas Jenis HOPPLER

Logam
Cairan dengan viskositas

( m2 – m)g

Pada kesetimbangan gaya ke bawah =


(m2 – m)g ======> (fungsional resistance)
Sehingga :
 = (m2 – m1)g m1 = massa bola tangan
6 r v m2 = massa cairan yang pindah oleh bola
 = viscositas
Pengaruh temperatur terhadap viscositas

= Ae – (AE Vis)
RT

T = Suhu (K)
A = Tetapan
e = tetapan

e – (AE Vis) = Faktor Bolt’zman yaitu fraksi molekul cairan yang memiliki energi cukup besar
RT
untuk mengalir.

BAB III
(HUKUM KETIGA)
TERMODINAMIKA

Hukum termodinamika 3 dapat didefinisikan dalam beberapa cara, Diantaranya


1. Teorema panas Nernet
Lim (-TS) = 0
T ––> 0

Lim (-S) = lim dG = 0


T –––> 0 T–––> 0 dT

o
2. Planck. Harga dari entropi zat padat murni atau zat cair murni mendekati nol pada K
(Kelvin)
Lim S = 0
T ––> 0

3. Definisi yang paling umum Lewis & Randall :


Mereka mendefinisikan bahwa jika entropi setiap unsur dalam beberapa keadaan kristal
dianggap 0 pada temperatur absolut 0 maka setiap zat mempunyai harga entropi positip
tertentu tetapi pada temperatur absolut 0 entropinya 0 (nol ) demikian juga dalam hal zat
kristal sempurna.

Entropi suatu kristal sempurna pada suhu mutlak adalah 0.

T T
ST = Cp dt ==> Cp d Int
O T o

ST = Entropi absolut
Cp = kapasitas panas

Secara matematis :
dS = dQ rev atau S = Q rev
T T

S (Perubahan entropi) seperti bertanda (+) atau (-) tergantung pada pertukaran energi.

Diagram entropi (diagram T – S)


S = dQ
T
DQ = TdS
Luas dibawah kurva = julah panas yang ditransper
Luas yang diarsir dQ = Tds

S2

Q= T . ds
S1

Diagram TS untuk proses isotermal

T
1 2

S1 S2 S

Bila proses berlangsung adiabatis, dQ = 0


Maka = dS = 0 atau S = Q atau S2 – S1 = 0 atau S2 = S1
Berarti proses ini sistem spontan.

Spontanitas reaksi dari :


H (-) = spontan. Contoh = rekasi pembakaran
S (entopi) / derajat keteraturan (+) = spontan.
G = energi bebas Gibss
 G (-) = spontan
dimana =
G = H - TS T = oK
contoh :

aA + bB ––––> cAB

H Sistem = c HAB - (a HA + bHB)


S Sistem = cS AB – (a SA + bSB)
S Total = Ssistem + S lingkungan

S lingkungan = - H
T
Kriteria untuk kesetimbangan & kespontanan.

Ket = Setelah kita tahu maka rekasi dapat berlangsung / tidak / berada dalam kondisi
kesetimbangan.

Gas
Padat

Cair

Tm Tb T
Unsur simetri antara lain : berupa titik, garis atau bidang
Operasi simetri a.l. = refleksi, rotas dan infersi

Indeks miller
7A Panjang sumbu 4A 8A 3A
Panjang perpotongan 2A 6A 3A
6A 8A
Fraksi perpotongan 2/4 6/8 3/3
3A Indeks Miller = kebalikan dari fraksi perpotongan
( 4/2 8/6 3/3) x 3 ==> (h k l) = (6 4 3)
4A
2A
Contoh :
Panjang Sumbu (h k l) (1, 1, 1) Panjang Perpotongan (h k l) (2, 2, 1)
Z Z
1

1 X X
½
½

Y
Jarak antar bidang d ( h k l )
Kubus = d (h k l) = a a = rusuk
h2 + k2 + l2

Hexagonal =dhkl = a a, b = rusuk


h + k + l2 + a2
2 2

b
Kubus =
Hubungan a3 (volume) dengan  = massa jenis

 = n Ar = n Mr
N.V N . a3
n = jumlah atom
 = massa jenis
Ar = Mr
N = Bilaangan Avogadro = 6,02 x 1023
V = Volume = a3

Kristal NaCl
Contoh :
Kristal NaCl berbentuk kubus dengan masasa jenis 2,16 x 10 6 kg/m3. Mr NaCl = 58 dan dalam
kristal NaCl terdiri dari 4 atom Na dan 4 atom Cl.
Berapakah jarak d (1, 1, 1)

 = n . Mr
N.V
2,16 x 106 = 58 . 4 .
23
6,02 . 10 . V
v = 198,4 x 10-30 m3
a3 = 198,4 x 10-30
3
a = 198,4 x 10-30 = 5,63 x 10-10

d hw = a .
12 + 12 + 12
= 5,63 x 10-10
3
= 3,25048 . 10-10
Difraksi sinar 
Sinar  yang dipantulkan Sinar 
Cd + CB = n 
Cd = CB = A C Sin Q
A
2 AC . Sin Q =  o
C B
2 d sin Q =  –––> Hkm
2d sin Q = n  –––> n = orde d
C

Kubus d = a .
2 2 2
h +k +l
Gabungkan dengan hkm Bruggd
1 = h2 + k2 + l2 sin2 Q = n2  2 Sin2 Q = n2 2 (h2 + k2 + l2)
4a2
d2 d2 4d2

A. DIAGRAM FASE
Tekanan uap dari zat padat seperti juga pada cairan akan bertambah dengan naiknya
temperature, kenaikan dari tekanan uap karena suhu akan terus berlanjut sampai semua zat
padatnya meleleh, seperti digambarkan pada Gambar dibawah ini.

Gambar. Kurva tekanan uap untuk zat padat dan cairan air
Akan bertemu pada pertemuan tiga titik

Dimana pada grafik digambarkan dua garis kesetimbangan. Bagian bawah adalah kurva
tekanan uap untuk zat padat-cair, kurva sebelah atas adalah tekanan uap untuk zat cair,
kedua kurva ini, akan berpotong pada garis suhu dan tekanan yang disebut titik tripel. Pada
titik ini ada kesetimbangan antara ketiga keadaan, padar, cair dan gas. Dengan perkataan
lain pada suhu dan tekanan yang khusus ini, ketiga keadaan zat ini secara bersamaan saling
berada dalam kesetimbangan.
Semua zat kecuali Helium mempunyai titik tripel ini, dan suhu serta tekanannya
ditentukan oleh sifat dari pada gaya tarik antara partikel. Misalnya titik tripel dari air, yang
mempunyai gaya tarik antar molekul yang kuat, akan terjadi pada suhu 0,01 oC dan tekanan
4,58 torr . Sedangkan karbon dioksida, titik tripel terjadi pada – 57 oC dan tekanan pada 5,2
atm
Ada kesetimbangan yang lain yang dapat diperliatkan pada diagram yang sama. Garis ini
sesuai dengan gabungan dari suhu dan tekanan yang harus dijaga untuk mendapatkan
kesetimbangan padat-cair. Pada tekanan 1 atm . titik leleh dari air adalah 0 oC, maka garis
kesetimbangan padat-cair akan melewati baik titik tripel maupun titik leleh (beku) normal,
seperti terlihat pada gambar berikut :
Gambar. Diagram fasa air, agak menyimpang untuk menekankan beberapa bagian yang menarik
Tb = Titik Beku normal dan Td = Titik didih normal. Kemiringan dari kesetimbangan garis
padat – cair sangat berlebihan. Kemiringan yang sesungguhnya tidak terlalu banyak
(nyaris tegak ) lebih kurang 130 atm untuk merendahkan titik leleh es sebesar 1 oC

Kurva ini disebut dengan DIAGRAM FASA, karena kemampuannya dapat ditunjukkan
suhu dan tekanan, dimana terdapat ketiga fase ataupun keadaan dimana kesetimbangan
terjadi. Misalnya pada tekanan 1 atm, air akan berbentuk padat pada semua suhu di bawah
0oC, dan kenyataannya daerah yang dibatasi oleh garis garis kesetimbangan padat-cair dan
padat-gas sesuai untuk semua suhu dan tekanan, dimana air berbentuk padat. Demikian juga
daerah yang tergabung dengan garis kesetimbangan padat-cair dan cair-gas, maka zatnya
akan berbentuk cair, sedangkan disebelah kanan dari garis padat-gas maupun cair-gas , zat
akan berbentuk gas.
Tabel dibawah adalah daftar (yang secara acak dipilih) dari suhu dan tekanan dan keadaan
fisik dari air yang dapat diramalkan dari diagram fasenya.
Tabel Keadaan fisik dari air pada suhu dan tekanan yang dipilih secara acak

Suhu (oC) Tekanan (atm) Keadaan

25 1,0 Cair
0 2,0 Cair
0 0,5 Padat
100 0,5 Gas

Contoh Soal

Fase air apa yang terdapat pada suhu 5oC dan pada tekanan 4 torr
Jawab

Untuk menjawab pertanyaan ini, suhu 5oC dan tekanan 4 torr harus diletakkan pada diagram
fase. Yang terbaik adalah memeriksa lagi gambar diagram fase yang kedua, yang
memberikan pandangan lebih terrinci dari daerah di sekitar titik tripel. Perhatikan bahwa 4
torr di bawah tekanan yang sesuai pada titik tripel dan suhu 5 oC terletak disebelah kanan
dari titik tripel. Maka titik ini berada pada daerah “GAS”, berarti pada suhu dan tekanan ini
air akan berbentuk GAS.

B. PADATAN
Sumber dari padatan bisa dari alam
Dari alam : mineral, padat, logam, karet, serat selulosa.
Untuk struktur dari padatan :
- Struktur amorf (tidak beraturan)
- Struktur kristalin (teratur) = mineral oksida anorganik (S. atom teratur)
- Struktur semi kristalin = serat

Sifat amorf
- Kenyal / lentur = karet
- Kaku = gelas / kaca, arang

Sifat Kristalin = serat


Ikatan antar atom pada padatan
- Ion
- Kovalen
- Hidrogen
- Logam
- Vander woll

Polimer
Untuk polimer = contoh
- Polimer organik seperti karbohidrat / protein (contoh)
- Polimer anorganik contoh = silikat
Campuran
– Antara polimer dengan polimer
- Antara logam dengan polimer disebut komposit
- Antara logam dengan keramik
- Keramik dengan polimer

Kisi kristal dan sel satuan


Kristal dapat digambarkan sebagai pola berdimensi 3 yang strukturnya berulang polanya
dapat berupa atom, molekul, atau ion-ion.
Contoh :

Sel satuan
Parameter sel satuan :
- Sisi sel satuan (a, b, c)
- Sudut antara sisi (, , )
Atas dasar geometrinya dikenal 6 sistem kristal :
SISTEM SUMBU SUDUT
1. Kubic a=b=c  =  = = 90o
2. Tetragonal a=bc  =  = = 90o
3. Orthorombik a b  c  =  = = 90o
4. Monoklin abc  = = 90o  90o
5. Hexagonal Rombonedral a=bc  =  = 90o = 120o
6. Tri klinik a bc  =  =  90o
     90o

Contoh :
- Garam dapur
- Timah putih
- Belerang
- Belerang monoklin
- Gravit
- Calsit (CaCO3)
- CuSO4. 2H2O

Reaksi dalam keadaan padat dengan karakteristik kebanyakan reaksi pada temperatur dengan
memakai suhu tinggi 1000 – 1500 oC
Prinsip monokopal adalah :
Dua logam yang berbeda bergabung lalu muncul bunga api listrik dibutuhkan temperatur yang
tinggi karena :
a. Partikel (ion.molekul) tidak bebas bergerak. Sehingga melepaskan diri dari sekelilingnya.
b. Kedaan yang rapat sehingga sukar ditembus.

Aspek yang berperan :


1. Termodinamika : untuk meramal rekasi berlangsung atau tidak.
G (+) = rekasi tidak spontan
G (-) = rekasi spontan
2. Kinetika reaksi : Untuk mengetahui reaksi lambat / tidak (cepat)
Misal :
C –––> C = lambat sehingga perlu tekanan dan suhu tinggi atau dipercepat dengan katalis.

Anda mungkin juga menyukai