Energi total ini disebut energi dalam sistem. Karena ada banyak jenis gerakan
dan interaksi, energi yang tetap dari suatu sistem tidak dapat ditentukan. Pengukuran
perubahan energi dalam yang menyertai proses kimia dan proses fisika dapat
dilakukan. Perubahan energi dalam dinyatakan sebagai perbedaan antara energi dalam
yang dinyatakan sebagai E, didefenisikan sebagai perbedaan antara energi dalam
sistem pada akhir proses dan energi dalam sistem pada awal proses.
ΔE = Eakhir – Eawal
Besaran termodinamika seperti E terdiri atas 3 bagian; bilangan, satuan dan
tanda. E positif jika E akhir > E awal; menunjukkan bahwa sistem memberikan
energi kelingkungannya. Dalam reaksi kimia, keadaan awal sistem merujuk pada
pereaksi dan keadaan akhir hubungan dengan hasil. Jika hidrogen dan oksigen
bereaksi membentuk air, sistem kehilangan energi; kandungan energi hasil lebih kecil
dari pereaksi, E proses negatif. Ini berarti energi dalam hidrogen dan oksigen lebih
besar dari energi dalam air seperti terlihat pada Gambar 8.2.
3. Fungsi Keadaan
Kondisi yang mempengaruhi energi ini termasuk temperatur, tekanan. Sebagai
tambahan, energi dalam total sistem berbanding lurus dengan jumlah total materi
dalam sistem; energi merupakan merupakan sifat ekstensif (sifat yang nilainya
bergantung pada jumlah materi). Misalkan suatu sistem dari atas 50 gram air pada 25
‘C separti terlihat pada gambar sistem ini dapat dicapai melalui pendinginan 50 g air
dari 100’C atau pancairan 50 g es dan selanjutnya pemanasan air sampai 25’C
Contoh berikut dapat digunakan untuk menjelaskan perbedaan antara besaran–
besaran yang merupakan fungsi keadaan dan bukan fungsi keadaan. Misalkan kita
melakukan perjalanan antara A dan B. A berada 660 kaki di atas permukaan laut,
sedangkan B berada 5280 kaki di atas permukaan laut. Jalan manapun yang ditempuh,
perbedaan ketinggian dari permukaan laut akan sama, 4620 kaki. Tetapi jarak yang
ditempuh akan bergantung pada jalan yang dilalui. Ketinggian dari permukaan laut
analog dengan fungsi keadaan, sedangkan jarak yang dilalui bukan merupakan fungsi
keadaan. Beberapa besaran termodinamika merupakan fungsi keadaan. Beberapa
besaran termodinamika merupakan fungsi keadaan (energi dalam, entalpi, entropi,
energi bebas gibbs) dan beberapa bukan merupakan fungsi keadaan (panas, kerja).
4. Panas dan perubahan entalpi
Jika reaksi atau perubahan fisik tejadi dimana sistem menyerap panas, panas
proses disebut endotermis (endo, awalan yang berarti ke dalam). Pada kasus ini panas
mengalir ke dalam sistem dari lingkungannya. Misalkan proses endotermis terjadi
dalam bejana yang pada awalnya berada pada temperatur kamar kemudian kita
sebagai bagian dari lingkungan menyentuh bejana tersebut, maka kita merasa dingin
karena panas dipindahkan dari tangan kita ke bejana. Proses yang melepaskan panas
adalah eksotermis (exo, awalan yang berarti keluar). Jadi panas mengalir ke luar dari
sistem dan masuk ke lingkungannya. Jika kita menyentuh bejana dimana reaksi
eksotermis terjadi, kita merasa hangat karena panas mengalir dari bejana ke tangan.
Pembakaran bensin merupakan proses eksotermis, pencairan es adalah proses
endortemis.
4.1 Entalpi
Untuk menghitung panas yang mengalir kedalam atau keluar sistem pada
tekanan tetap, ahli kimia menggunakan konsep entalpi yang diberi symbol H dan
didefinisikan sebagai E + PV. Tetapi sebenarnya perubahan entalpi (ΔH) yang diukur
sebagai selisih antar entalpi hasil dan entalpi pereaksi, dengan kata lain ΔH sama
dengan panas yang dilepaskan atau diserap, hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
ΔH = Hhasil - Hpereaksi
Entalpi reaksi dapat positif atau negatif tergantung pada proses. Untuk proses
endotermis (panas diserap oleh sistem dari lingkungannya), ΔH positif (ΔH > 0).
Untuk proses eksotermis (panas didilepaskan oleh sistem dari lingkungan), ΔH negatif
(ΔH < 0). Aplikasi perubahan entalpi dapat terjadi pada 2 proses umum, pertama yang
melibatkan perubahan fisika dan yang kedua melibatkan perubahan kimia. Pada 0˚C
dan tekanan 1 atm, es mencair membentuk air. Pengukuran menunjukkan bahwa
untuk tiap mol es yang dicairkan pada kondisi ini, 6,01 kJ energi diserap oleh sistem
(es). Karena H yang positif, proses ini adalah endotermis Gambar 8.5 dan persamaan
reaksi perubahan ini dapat dituliskan sebagai H2O (p) → H2O (c) ΔH = 6,01 kJ.
Contoh lain adalah pembakaran metana (CH4) sebagai komponen gas alam.
Dari pengalaman kita tahu pembakaran gas alam melepaskan panas ke lingkungan
sehingga proses adalah eksotermis dan ΔH mempunyai nilai negatif Gambar 8.6.
kecil sehingga dapat dianggap bahwa ΔV = 0. Pada tekanan tetap, panas reaksi sama menghitung perubahan energi dalam (∆E) reaksi yang melibatkan gas-gas. Secara
dengan ∆H (qp = ∆H). Jadi pada tekanan tetap, diperoleh hubungan sebagai berikut : umum, perubahan dalam entalpi (H) dapat dituliskan sebagai berikut :
∆E = qp + w ∆H = ∆E + ∆(PV)
= ∆H – P ∆V Atau
Atau ∆E = ∆H - ∆(PV)
∆H = ∆E + P ∆V
Tabel 8.1 Entalpi Pembentukan Standar Beberapa Zat Anorganik pada 25 oC
Jika dianggap gas bersifat ideal dan pada
temperatur tetap, maka diperoleh:
Zat ΔHᵒf (kJ/mol) Zat ΔHᵒf (kJ/mol) ∆E = ∆H - ∆(nRT)
Ag (p) 0 H2O2 (c) -187,6 ∆E = ∆H – RT (∆n)
AgCl (p) -127,04 Hg (c) 0 dimana ∆n = jumlah mol gas hasil reaksi
(produk) – jumlah mol gas pereaksi (reaktan).
Al (p) 0 I2 (p) 0 Contoh:
Al2O3 (p) -1669,8 HI (p) 25,94 Hitung perubahan energi dalam jika 2 mol gas
Br2 (c) 0 Mg (p) 0 CO diubah menjadi 3 mol gas CO2 pada 1 atm
HBr (g) -36,2 MgO (p) -601,8 dan 25 C
C (grafit) 0 MgCO3 (p) -1112,9 Pembahasan: ∆n = 2-3 = -1 mol
CO (g) -110,5 N2 (g) 0 ∆E = ∆H – RT (∆n) = -566 kJ – (8,314 J/mol)
(298 K ) -1 mol = - 563,5 kJ
CO2 (g) -393,5 NH3 (g) -46,3
Ca (p) 0 NO (g) 90,4
CaO (p) -635,6 NO2 (g) 33,85
CaCO3 (p) -1206,9 N2O4 (g) 9,66
Cl2 (g) 0 N2O (g) 81,56
HCl (g) -92,3 O2 (g) 0
Cu (p) 0 O3 (g) 142,2
CuO (p) -155,2 S (rombik) 0
F2 (g) 0 SO2 (g) -296,1
HF (g) -268,61 SO3 (g) -395,2
H2 (g) 0 H2S (g) -20,15
H2O (g) -241,8 ZnO (p) -347,98
H2O (c) -285,8
5. Proses Spontan dan Entropi
5.1 Proses Spontan
Salah satu tujuan mempelajari termodinamika adalah untuk memprediksi • Sepotong logam natrium bereaksi
apakah reaksi akan terjadi atau tidak jika pereaksi bergabung bersama pada kondisi dengan air untuk membentuk natrium
tertentu. Reaksi yang terjadi pada kondisi tertentu disebut reaksi spontan. Reaksi
hidroksida dan gas hidrogen. Tetapi
yang tidak terjadi pada kondisi tertentu disebut reaksi non-spontan. Proses fisika dan
gas hidrogen tidak dapat bereaksi
kimia yang spontan dapat diamati sehari-hari termasuk contoh di bawah ini :
dengan natrium hidroksida untuk
Air terjun jatuh ke bawah secara spontan tetapi tidak sebaliknya
membentuk air dan natrium.
Gula melarut secara spontan dalam secangkir kopi, tetapi gula yang terlarut tidak
• Besi yang diekspos ke air dan
diperoleh kembali secara spontan dalam bentuk awalnya
oksigen akan membentuk oksidasinya,
Air membeku secara spontan pada suhu dibawah 0˚C, dan es mencair secara
tetapi oksida besi tidak dapat
spontan pada suhu diatas 0˚C (pada 1 atm)
berubah secara spontan membentuk
Ekspansi gas ke dalam bola vakum merupakan proses spontan Gambar 8.7a).
besi jika diletakkan di udara terbuka.
proses sebaliknya yakni penyatuan molekul – molekul dalam satu bola tidak
spontan (Gambar 8.7b)
5.2 Entropi
Perubahan entalpi dan entropi sistem perlu diketahui untuk memprediksi
spontanitas dari proses tersebut. Entropi (S) merupakan ukuran langsung dari
ketidak teraturan sistem. Dengan kata lain entropi menjelaskan tingkat pada
mana atom-atom, molekul-molekul atau ion-ion distribusikan secara tidak teratur
pada daerah tertentu. Makin besar ketidak teraturan sistem, makin besar
entropi. Sebaliknya, makin teratur sistem makin kecil entropi.
Jadi untuk setiap zat, entropi selalu bertambah dalam urutan berikut :
Spadat < Scair < Sgas
Sama halnya dengan energi dan entalpi, entropi merupakan fungsi keadaan.
∆S = ASakhir - Sawal
Jika perubahan menghasilkan kenaikan ketidakteraturan, maka Sakhir > Sawal atau ∆S >
0. jika kristal gula dilarutkan dalam air, struktur yang teratur dari padatan dan
sebagian struktur air yang teratur menjadi rusak. Akibatnya larutan mempunyai
ketidakaturan yang lebih besar daripada zat terlarut murni dan pelarut murni.
6. Hukum Kedua Termodinamika
Hubungan antara entropi dan kespontanan reaksi yang dinyatakan oleh hukum
kedua termodinamika : entropi dari alam semesta bertambah dalam proses spontan
dan tidak berubah pada proses keseimbangan. Karena alam semesta terdiri atas sistem
dan lingkungan, perubahan entropi sistem dan perubahan entropi lingkungan.
Proses spontan ∆Stotal = ∆Ssis + ∆Slingk > 0
Proses kesetimbangan ∆Stotal = ∆Ssis + ∆Slingk = 0
Untuk proses spontan hukum ini menyatakan bahwa harus lebih dari nol, tetapi tidak
menjelaskan tentang entropi sistem atau entropi lingkungan. Jadi mungkin entropi
sistem atau entropi lingkungan akan negatif
Hsis
Slingk
T
Contoh :
Tentukan ΔSlingk dan ΔStotal untuk reaksi pembentukan amonia pada 25 ˚
Pembahasan :
Hsis (92,6 1000) J
Slingk 311J / K
T 298K
Dari contoh soal sebelumnya diperoleh ∆sis = - 199 J/K
Perubahan entropi total:
∆Stotal = ∆Ssis + ∆Slingk
= - 199 J/K + 311 J/K
= 112 J/K
8. Hukum Ketiga Termodinamika
Hal penting dari hukum ketiga termodinamika adalah bahwa entropi mutlak dari zat dapat ditentukan
dengan hukum ini. Dengan pengetahuan bahwa entropi zat kristal murni adalah nol pada suhu nol
mutlak, kita dapat mengukur kenikan entropi zat jika dipanaskan. Perubahan entropi diberikan oleh:
∆S = Sakhir – Sawal
∆S = Sakhir – 0, jadi ∆S = Sakhir (karena Sawal = 0)
G = H – TS
Semua besaran dalam persamaan di atas merujuk ke sistem dan T merupakan suhu
sistem. G mempunyai satuan energi karena H dan TS mempunyai satuan energi dan
sama halnya dengan H dan S, G juga merupakan fungsi keadaan sehingga:
G = H – TS
Kondisi kespontanan dan kesetimbangan pada suhu dan tekanan tetap dapat
disimpulkan berdasarkan ∆G sebagai beikut :
∆G < 0 reaksi spontan
∆G > 0 reaksi tidak spontan (reaksi spontan dalam arah berlawanan)
∆G = 0 sistem berada pada kesetimbangan
8.2 Perubahan Energi Bebas Standar
Perubahan energi bebas standar adalah :
untuk menghitung ∆G˚ dapat dimulai dari persamaan reaksi berikut
∆G˚rxn = [1 x ∆G˚f (CO2)] - [1 x ∆G˚f (grafit) +[1 x ∆G˚f (O2)]
aA + bB cC + dD
Sebagaimana dengan entalpi pembentukan standar, energi bebas pembentukan standar
Perubahan energi bebas standar, ∆G˚rxn diberikan oleh
setiap unsur dalam keadaan stabil sama dengan nol. Jadi
∆G˚rxn = [c ∆G˚f (C) + d ∆G˚f (D) – [a ∆G˚f (A) + b ∆G˚f (B)] ∆G˚f (C,grafit) = 0 dan ∆G˚f(O2) = 0
Sehingga
∆G˚rxn = ∆G˚f (CO2)
atau secara umum dapat dituliskan sebagai