Anda di halaman 1dari 10

TEORI AKUNTANSI

OLEH :

Nama : Kadek Wanda Pangesti


Npm : 1733122001
Kelas : F1 / Akuntansi Reguler B
Semester : VI

UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
TAHUN AJARAN 2019
A. Ringkasan BAB II (Reasoning)

BAB 2
Penalaran (Reasoning)

Penalaran marupakan proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan
mengevaluasi suatu keyakinan (belief) terhadap suatu pernyataan atau asersi (assertion).
Penalaran melibatkan proses penurunan konsekuensi logis dan proses penarikan
simpulan/konklusi dari serangkaian pernyataan atau asersi.

1. Unsur dan Strukur Penalaran

Struktur dan proses penalaran didasari atas tiga konsep penting, yaitu:

a. Asersi
Asersi merupakan suatu pernyataan (biasanya positif) yang menegaskan bahwa
sesuatu (misalnya teori) adalah benar. Asersi mempunyai fungsi ganda dalam
penalaran yaitu sebagai elemen pembentuk argumen dan sebagai keyakinan yang
dihasilkan oleh penalaran (berupa kesimpulan).
b. Keyakinan
Keyakinan merupakan tingkat kebersediaan untuk menerima suatu pernyataan atau
teori (penjelasan) mengenai suatu fenomena atau gejala (alam atau sosial) adalah
benar. Orang dapat dikatakan mempunyai memiliki keyakinan yang kuat kalau dia
bersedia bertindak (berpikir, berperilaku, berpendapat atau berasumsi) seakan-akan
keyakinan tersebut benar. Keyakinan merupakan unsur penting penalaran karena
keyakinan menjadi objek atau sasaran penalaran dan karena keyakinan menentukan
posisi (paham) dan sikap seseorang terhadap suatu masalah yang menjadi topic
pembahasan.
c. Argumen
Argumen merupakan serangkaian asersi beserta keterkaitan (artikulasi) daan
inferensi atau penyimpulan yang digunakan untuk mendukung suatu keyakinan.
Dalam hal ini argumen merupakan unsur yang paling penting karena digunakan
untuk membentuk, memelihara, atau mengubah suatu keyakinan.
Proses atau Struktur Penalaran

Keluaran
Masukan Proses

Keyakinan bahwa
Asersi sebagai Argumen asersi konklusi
elemen argument benar

Asersi
Asersi Asersi
Konklusi
Asersi
Asersi Asersi

Asersi Inferensi

2. Jenis Asersi
Asersi dapat diklasifikasi menjadi:
a. Asumsi
Asumsi merupakan asersi yang diyakini benar meskipun orang tidak dapat
mengajukan atau menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara meyakinkan.
b. Hipotesis
Hipotesis merupakan asersi yang kebenarannya belum atau tidak diketahui tetapi
diyakini bahwa asersi tersebut dapat diuji kebenarannya. Agar disebut sebagai suatu
hipotesis maka suatu asersi juga harus mengandung kemungkinan salah, karena jika
asersi adalah benar maka asersi akan menjadi pernyataan fakta.
c. Pernyataan Fakta
Pernyataan fakta merupaakan asersi yang bukti tentang kebenarannya diyakini
sangat kuat atau bahkan tidak dibantah.
3. Jenis Argumen

Argumen dapat diklasifikasi sebagai berikut :

a. Argumen Deduktif
Argumen deduktif atau argumen logis merupakan argumen yang asersi konklusinya
tersirat atau dapat diturunkan dari asersi-asersi lain yang diajukan.
b. Argumen Induktif
Argumen induktif, argumen ini lebih bersifat sebagai argumen ada benarnya. Akan
tetapi dalam argumen ini konklusi tidak selalu benar walaupun kedua premis benar.
Bukti adalah sesuatu yang memberi dasar rasional dalam pertimbangan (judgement)
untuk menetapkan kebenaran suatu pernyataan (to establish the truth). Dalam hal teori
akuntansi, pertimbangan diperlukan untuk menetapkan relevansi atau keefektifan suatu
perlakuan akuntansi untuk mencapai tujuan akuntansi.

Keyakinan yang diperoleh seseorang karena kekuatan atau kelemahan argument adalah
terpisah dengan masalah apakah pernyataan yang diyakini itu benar (true) atau salah (false).
Dapat saja seseorang memegang kuat keyakinan terhadap sesuatu yang salah atau sebaliknya,
menolak suatu pernyataan yang benar (valid).

4. Properitas Keyakinan

Pemahaman terhadap beberapa prosperitas (sifat) keyakinan sangat penting dalam


mencapai keberhasilan berargument. Berikut ini prosperitas keyakinan yang perlu disadari
dalam berargumen :

a. Keadabenaran, sebagai produk penalaran, untuk dapat menimbulkan keyakinan,


suatu asersi harus ada benarnya (plausible). Keadabenaran atau plausibilitas suatu
asersi bergantung pada apa yang diketahui tentang isi asersi atau pengetahuan yang
mendasari dan pada sumber asersi.
b. Bukan Pendapat, keyakinan adalah sesuatu harus dapat ditunjukkan atau dibuktikan
secaraa objektif apakah dia salah atau benar dan sesuatu yang diharapkan dapat
menghasilkan kesepakatan oleh setiap orang yang mengevaluasi atas dasar faakta
objektif.
c. Bertingkat, tingkat keyakinan ditentukan oleh kuantitas dan kualitas bukti untuk
mendukung asersi.
d. Berbias, selain kekuatan bukti objektif yang ada, keyakinan dipengaruhi oleh
preferensi, keinginan dan kepentingan pribadi yang karena sesuatu hal perlu
dipertahankan.
e. Bermuatan Nilai, orang melekatkan nilai (value) terhadap suatu keyakinan.
f. Berkekuatan, kekuatan keyakinan adalah tingkat kepercayaan yang dilekatkan
seseorang pada kebenaran suatu asersi.
g. Veridikal (tingkat kesesuaian keyakinan dengan realitas).
h. Berketertempaan (kelentukan keyakinan berkaitan dengan mudah tidaknya
keyakinan tersebut diubah dengan adanya informasi yang relevan).
5. Kecohan (Fallacy)

Kecohan merupakan kesalahan dalam menerima suatu asersi yang ada kenyataannya
asersi tersebut membujuk dan dianut banyak orang padahal seharusnya tidak. Karena tujuan
argument adalah untuk mengevaluasi dan mengubah keyakinan, ada kalanya argument yang
jelek dapat meyakinkan banyak orang. Orang sering terkecoh oleh atau mengecoh dengan
argument. Kecohan atau salah nalar adalah argument yang dapat membujuk meskipun
penalarannya mengandung cacat. Kecohan dapat terjadi akibat stratagem atau akibat salah
logika.

6. Salah Nalar

Salah Nalar adalah kesalahan konklusi akibat tidak diterapkan kaidah-kaidah penalaran
yang valid. Kesalahan nalar dapat terjadi jika penyimpulan tidak di dasarkan pada kaidah-
kaidah penalaran yang valid. Walaupun salah nalar dapat dipakai sebagai suatu strategem
(pendekatan atau cara-cara untuk mempengaruhi keyakinan orang dengan cara selain
mengajukan argumen yang valid atau masuk akal), tidak selayaknya jika kaidah penalaran yang
sangat baik ditolak semata-mata karena argumen sering di salah gunakan.

7. Aspek Manusia Dalam Penalaran

Dalam hal penalaran manusia tidak selalu rasional dan bersedia beragumen, sementara
itu tidak semua asersi dapat ditentukan kebenarannya secara objektif dan tuntas.

Rasionalitas menuntut penjelasan yang sesuai dengan fakta. Namun, pada


kenyataannya keinginan yang kuat untuk memperoleh penjelasan sering menjadikan orang
puas dengan penjelasan sederhana yang pertama kali ditawarkan, sehingga dia tidak lagi
berupaya untuk mengevaluasi secara seksama kelayakan penjelasan dan membandingkannya
dengan penjelasan alternatif.

Bila keputusan terlanjur diambil padahal keputusan tersebut mengandung kesalahan,


maka orang cenderung melakukan rasionalisasi bukan lagi argumen untuk mendukung
keputusan. Dikarenakan tradisi atau kepentingan, orang sering bersikap persisten terhadap
keyakinan yang terbukti salah.
B. Berikut merupakan Jawaban dari 5 Pertanyaan (dengan Kelipatan 5)
pada Buku Teori Akuntansi Hal. 96

4. Apa yang dimaksud bahwa penalaran merupakan suatu bentuk bukti? Berilah suatu
contoh situasi yang menunjukkan bahwa penalaran merupakan suatu bukti.
Jawab:
Penalaran merupakan suatu bentuk bukti maksudnya adalah struktur penalaran
menggambarkan hubungan antara tiga konsep yakni asersi, keyakinan, dan argument
yang memberikan daya dukung berupa bukti rasional terhadap suatu pernyataan
Contoh situasi penalaran
1. Premis 1 : Semua hewan mamalia memiliki daun telinga
2. Premis 2 : Kucing adalah hewan mamalia
3. Konklusi : Kucing memiliki daun telinga

9. Bedakan antara asersi universal dan asersi spesifik serta berilah beberapa contoh untuk
masing-masing sifat asersi.
Jawab:
Perbedaannya adalah asersi universal memuat pengkuantifikasi semua dan tidak
ada sedangkan asersi spesifik memuat pengkuantifikasi beberapa (sedikit, banyak,
sebagian besar atau bilangan tertentu).
1. Asersi Universal : Manusia adalah makhluk sosial
2. Asersi Spesifik : Beberapa obat batuk menyebabkan kantuk

14. Jelaskan apakah makna asersi-asersi berikut sama atau berbeda antara satu dan
lainnya. Bila perlu gambarkan secara diagramatik asersi tersebut.
1. Semua mahasiswa adalah anggota Koperasi Serba Usaha.
2. Semua anggota Koperasi Serba Usaha adalah mahasiswa.
3. Tidak satupun mahasiswa adalah anggota Koperasi Serba Usaha.
4. Tidak satupun anggota Koperasi Serba Usaha adalah mahasiswa.
5. Beberapa mahasiswa adalah anggota Koperasi Serba Usaha.
6. Tidak semua mahasiswa adalah anggota Koperasi Serba Usaha.
Jawab:
1. Asersi (1) jelas berbeda bentuk dengan asersi (3). Demikian juga asersi (1) jelas
berbeda dengan asersi (2). Kesalahan menginterprestasikan asersi (1) sama
dengan asersi (2) disebut dengan kesalahan konversi premis (premis conversion
errror).

2. Asersi (3) mempunyai makna yang sama dengan asersi (4) karena kalau asersi
yang satu benar, maka tidak mungkin asersi yangg lain salah. Dalam hal ini
asersi yang satu merupakan implikasi asersi yang lain. Bila asersi (3) benar ,
maka dengan sendirinya asersi (4) juga benar.

3. Dalam percakapan sehari-hari, asersi (5) sering disamakan dengan asersi (6)
dan dapat saling tukar penggunaan. Artinya dianggap bila asersi (5) benar,
maka denagn sendirinya asersi (6) juga benar. Interpretasi yang lebih teliti
secara logis dapat menunjukkaan perbedaan makna kedua asersi tersebut.
Asersi (5) menegaskan bahwa terdapat beberapa mahasiswa yangg juga
merupakan anggota Koperasi Serba Usaha tetapi tidak mementingkan apakah
terdapat beberapa mahasiswa yang bukan anggota Koperasi Serba Usaha. Dapat
saja beberapa mahasiswa yangg bukan anggota Koperasi Serba Usaha tidak
ada. Di pihak lain asersi (6), mengandung penegasan bahwa terdapat beberapa
mahasiswa yang bukan anggota Koperasi Serba Usaha tetapi tidak
mementinggan informasi bahwa beberapa anggota Koperasi Serba Usaha
bukanlah mahasiswa. Asersi ini biasanya merupakan penyangkalan terhadap
asersi “semua mahasiswa adalah anggota Koperasi Serba Usaha”. Kedua asersi
dapat berbeda karena kalau asersi (5) benar maka tidak dengan sendirinya asersi
(6) juga benar.
4. Jadi, makna beberapa dan tidak semua dapat berarti dua hal yang sama atau
berbeda tergantung pada konteks yang dibahas atau informasi yaangg tersedia.
Gambaran secara dragmatik asersi tersebut.
Asersi (1) dan (2) Asersi (3) dan (4) Asersi (5) dan (6)

A B
A B A B
B A

*Keterangan: A= Anggota KSU dan B= Mahasiswa.


19. Apakah perbedaan karakteristik antara keyakinan dan opini?
Jawab:
Keyakinan terhadap asersi adalah tingkat kebersediaan untuk menerima
bahwa asersi tersebut benar, keyakinan diperoleh karena kepercayaan (confidence)
tentang kebenaran yang dilekatkan pada suatu asersi7. Karakteristik (properitas)
keyakinan antara lain:
1. Keadabenaran : bergantung pada apa yang diketahui tentang isi asersi atau
pengetahuan yang mendasari (the underlying knowledge)
2. Bukan pendapat : keyakinan adalah sesuatu yang harus dapat ditunjukkan
atau dibuktikan secara objektif apakah salah atau benar dan
sesuatu yang diharapkan menghasilkan kesepakatan
(agreement)
3. Bertingkat : keyakinan yang didapat dari suatu asersi tidak bersifat
mutlak, tetapi bergradasi mulai dari sangat meragukan
sampai sangat meyakinkan (convincing). Tingkat
keyakinan ditentukan oleh kuantitas dan kualitas bukti
untuk mendukung asersi.
4. Berbias : keyakinan juga dipengaruhi oleh preferensi, keinginan, dan
kepentingan pribadi yang karena suatu hal perlu
dipertahankan.
5. Bermuatan nilai : pada suatu keyakinan dilekatkkan nilai (value) yang
merupakan tingkat penting tidaknya suatu keyakinan perlu
dipegang atau dipertahankan.
6. Berkekuatan : tingkat kepercayaan yang dilekatkan seseorang pada
kebenaran suatu asersi.
7. Veridikal : tingkat kesesuaian keyakinan dengan realitas (apa yang
sungguh sungguh benar tentang asersi yang diyakini).
8. Berketertempaan : kelentukan keyakinan berkaitan dengan mudah-tidaknya
keyakinan tersebut diubah dengan adanya informasi yang
relevan.
Opini adalah asersi yang tidak dapat ditentukan benar atau salah karena
berkaitan dengan kesukaan (preferensi) atau selera. Berbeda dengan keyakinan
plausibilitas pendapat tidak dapat ditentukan, artinya apa yang benar bagi
seseorang dapat salah bagi orang lain.
Karakteristik opini antara lain:
1. Tidak dapat ditentukan benar atau salah.
2. Bersifat subjektif.
3. Tidak didukung pembuktian atau data akurat.
4. Berupa tanggapan atau jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana.
5. Kalimat opini biasanya diawali kata seperti, menurut saya, sepertinya, saya rasa.

24. Apakah syarat-syarat (kriteria) validitas suatu argumen dedukatif?


Jawab:
1. Kelengkapan : premis-premis yang diajukan harus lengkap.
2. Kejelasan : jelas makna premis dan jelas juga hubungan antar premis.
3. Kesahihan : konklusi diturunkan secara logis dari premis.
4. Keterpercayaan : konklusi meyakinkan hingga bisa diterima orang.
Atau dapat diringkas menjadi:
1. Semua premis benar.
2. Konklusi mengikuti semua premis.
3. Semua premis dapat diterima.

Anda mungkin juga menyukai