Anda di halaman 1dari 9

TEORI AKUNTANSI

Nama : A.A. Made Agung Dwijayanti


NPM : 1733122033
Tgl Tugas : 26 Maret 2020

BAB II
PENALARAN (REASONING)

1. Pengertian
Menurut Suwarjono: "Penalaran adalah proses berpikir logis dan sistematis untuk
membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan (beliefs) terhadap suatu pernyataan
atau asersi.
2. Unsur dan Struktur Penalaran
Struktur dan proses penalaran dibangun atas dasar 3 konsep penting yaitu:
1. Asersi;
2. Keyakinan (beliefs);
3. Argumen.

Gambar 1
3. Asersi
Asersi (pernyataan) memuat penegasan tentang sesuatu atau realitas, biasanya
dalam bentuk kalimat. Beberapa asersi mengandung pengkuantifikasi yaitu semua
(all), tidak ada (no) dan beberapa (some). Berdasar kuantifikasinya asersi dibagi dua,
yaitu:
1. Asersi universal (semua dan tidak ada)
2. Asersi spesifik (beberapa, sedikit, banyak, sebagian besar atau bilangan
tertentu).

1
a. Interpretasi Asersi
Untuk memahami maksud asersi orang harus mempunyai pengetahuan tentang
subjek/topi yang sedang dibahas. Kesalahan intrepretasi dapat terjadi karena dua
bentuk asersi yang berbeda dapat berarti dua hal yang sama atau dua hal yang
sangat berbeda.
b. Asersi untuk Evaluasi Istilah
Representasi asersi dalam bentuk diagram dapat digunakan untuk
mengevaluasi ketepatan makna suatu istilah.
c. Jenis Asersi
Bila dikaitkan dengan fakta pendukung asersi dapat dibagi 3 yaitu :
1. Asumsi, adalah asersi yang diyakini benar meskipun orang tidak dapat
mengajukan atau menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara meyakinkan
atau asersi yang orang bersedia menerima sebagian besar untuk keperluan diskusi
atau debat.
2. Hipotesis, adalah asersi yang belum/tidak diketahui kebenarannya namun
diyakini bahwa asersi tersebut dapat diuji kebenarannya
3. Pernyataan fakta adalah asersi yang bukti kebenarannya diyakini sangat kuat
atau bahkan tidak dapat dibantah.
d. Fungsi Asersi
Dalam argumen asersi dapat berfungsi sebagai premis atau konklusi. Premis
adalah asersi yang digunakan untuk mendukung suatu konklusi. Konklusi adalah
asersi yang diturunkan dari serangkaian asersi.
4. Keyakinan (Beliefs)
Keyakinan terhadap asersi adalah tingkat kebersediaan untuk menerima bahwa
asersi tersebut benar.
Properitas Keyakinan
Semua penalaran bertujuan untuk menghasilkan keyakinan terhadap asersi yang
menjadi konklusi penalaran.Berikut beberapa properitas keyakinan yang perlu
disadari dalam berargumen.
1). Keadabenaran (Plausibility)
Keadabenearan suatu asersi bergantung pada apa yang diketahui tentang isi asersi
atau pengetahuan yang mendasari (the underlying knowledge) dan pada sumber
asersi (the source)
2). Bukan Pendapat
2
Keyakinan adalah sesuatu yang harus dapat ditunjukkan atau dibuktikan secara
objektif apakah salah atau benar dan sesuatu yang diharapkan menghasilkan
kesepakatan oleh setiap orang yang mengevaluasinya atas dasar fakta objektif.
3). Bertingkat
Keyakinan yang didapat dari suatu asersi tidak bersifat mutlak tapi bergradasi
mulai dari sangat meragukan sampai sangat meyakinkan (convincing).
4). Berbias
Keyakinan dipengaruhi oleh preferensi, keinginan atau kepentingan pribadi yang
karena suatu hal perlu dipertahankan.
5). Bermuatan Nilai
Adalah tingkat penting-tidaknya sesuatu keyakinan perlu dipegang atau
dipertahankan seseorang.
6). Berkekuatan
Adalah tingkat kepercayaan yang dilekatkan seseorang pada kebenaran suatu
asersi.
7). Veridikal
Adalah tingkat kesesuaian keyakinan dengan realitas.
8). Berketertempaan (malleability)
Berkaitan dengan mudah-tidaknya keyakinan tersebut berubah dengan adanya
informasi yang relevan.
5. Argumen
1. Anatomi Argumen
Argumen terdiri dari serangkaian asersi. Asersi berkaitan dengan yang lain dalam
bentuk inferensi atau penyimpulan. Asersi dapat berfungsi sebagai premis atau
konklusi (atau asersi kunci) yang merupakan komponen argumen.
2. Jenis Argumen
a. Argumen Dedukatif
b. Argumen Induktif
6. Argumen Dedukatif
1. Pengertian
Adalah proses penyimpulan yang berawal dari suatu pernyataan umum yang
disepakati (premis) ke pernyataan khusus sebagai simpulan (konsklusi). Salah satu
bentuk penalaran deduktif adalah silogisme. Silogisme terdiri dari 3 komponen
yaitu premis major, premis minor dan konklusi.
3
2. Evaluasi Penalaran Deduktif
Untuk menilai suatu argumen deduktif (logis), Nickerson (1986) mengajukan 4
pertanyaan yang harus dijawab :
a. Apakah lengkap? [Kelengkapan]
b. Apakah artinya jelas? [Kejelasan]
c. Apakah valid? [Kesahihan]
d. Apakah premis dapat dipercaya? [Ketepercayaan]
7. Argumen Induktif
Adalah proses penalaran berawal dari suatu pernyataan khusus dan berakhir
dengan pernyataan umum yang merupakan generalisasi dari keadaan khusus tersebut.
1. Argumen dengan Analogi
Penalaran dengan analogi adalah penalaran yang menurunkan konklusi atas
dasar kesamaan atau kemiripan karakteristik, pola, fungsi atau hubungan unsur
(sistem) suatu objek yang disebutkan dalam suatu asersi.
2. Argumen Sebab-Akibat
Argumen dengan penyebaban/generalisasi kausal adalah menyatakan konklusi
sebagai akibat dari asersi tertentu. Kaidah untuk menguji adanya hubungan kausal
adalah apa yang disebut kaidah kecocokan (method of agreement), kaidah
kecocokan negatif (negative canon of agreement) dan kaidah perbedaan (method
of difference) atau ketiganya disebut kaidah Mill.
3. Kriteria Penyebaban
Dalam menguji dan menyatakan bahwa suatu faktor (C) menyebabkan gejala
atau variabel lain (Z) terjadi, tiga kriteria berikut harus dipenuhi:
a. C dan Z bervariasi bersama. Bila C berubah, Z juga
berubah;
b. Perubahan C terjadi sebelum atau mendahului
perubahan Z terjadi;
c. Tidak ada faktor lain selain C yang memopengaruhi
perubahan Z.
4. Penalaran Induktif dalam Akuntansi
Penalaran induktif dalam akuntansi umumnya digunakan untuk menghasilkan
pernyataan umum yang menjadi penjelasan (teori) terhadap gejala akuntansi
tertentu. Penalaran induktif tidak dapat dipisahkan dari Penalaran deduktif. Premis
dalam penalaran deduktif dapat merupakan hasil dari suatu penalaran induktif,
4
demikian juga proporsi-proporsi akuntansi yang diajukan dalam penelitian
biasanya diturunkan dengan penalaran deduktif.

5
8. Kecohan (Fallacy)
Cederblom and Paulsen mendefinisikan falacy sebagai berikut : "Fallacy is a
kind of argument or appeal that tends to persuade us, even though it is faulty...
Fallacies are arguments that tends to persuade but should not persuade". Bila
terdapat suatu asersi yang nyatanya membujuk dan dianut banyak orang padahal
seharusnya tidak lantaran argumen yang diajukan mengandung cacat (faulty), maka
pasti terjadi kesalahan yang disebut kecohan (fallacy). Kecohan berdasarkan dari
maksud untuk berargumen, dibagi menjadi dua yaitu stratagem dan reasoning fallacy.
1. Stratagem
Stratagem adalah pendekatan atau cara-cara untuk mempengaruhi keyakinan
orang dengan cara selain mengajukan argumen yang valid atau masuk akal. Berikut
stratagem yang sering dijumpai dalam diskusi atau perdebatan baik politis maupun
akademik:
a. Persuasi Taklangsung
Merupakan stratagem untuk meyakinkan seseorang akan kebenaran suatu
pernyataan bukan langsung melalui argumen atau penalaran melainkan melalui
cara-cara yang sama sekali tidak berkaitan dengan validitas argumen.
b. Membidik Orangnya
Stratagem yang dilakukan untuk melemahkan atau menjatuhkan suatu posisi
atau pernyataan dengan cara menghubungkan pernyataan atau argumen yang
diajukan seseorang dengan pribadi orang tersebut.
c. Menyampingkan masalah
Stratagem ini dilakukan dengan cara mengajukan argumen yang tidak
bertumpu pada masalah pokok atau dengan cara mengalihkan masalah ke masalah
lain yang tidak bertautan.
d. Misrepresentasi
Stratagem yang dilakukan dengan cara memutarbalikkan atau
menyembunyikan fakta baik secara halus maupun terang-terangan.
e. Imbauan Cacah
Stratagem ini dilakukan untuk mendukung suatu posisi dengan menunjukkan
bahwa banyak orang melakukan apa yang dikandung posisi tersebut.

6
f. Imbauan Autoritas
Stratagem ini dilakukan untuk meningkatkan daya bujuk suatu posisi dengan
menunjukkan bahwa posisi tersebut dipegang oleh orang yang mempunyai otoritas
dalam masalah bersangkutan tanpa menunjukkan bagaimana otoritas bernalar.
g. Imbauan Tradisi
Stratgem ini dilakukan untuk mendukung suatu posis/keyakinan dengan
menunjukkan bahwa sesuatu telah lama dilakukan/menjadi tradisi.
h. Dilema Semu
Taktik seseorang untuk mengaburkan argumen dengan cara menyajikan
gagasannya dan satu alternatif lain kemudian mengkarakterisasi alternatif lain sangat
jelek, merugikan atau mengerikan sehingga tidak ada cara lain kecuali menerima apa
yang diusulkan penggagas.
i. Imbauan Emosi
Emosi orang yang dituju diagitasi sehingga dia merasa tidak enak untuk tidak
menerima alasan yang diajukan. Dapat dibagi dua : imbauan belas kasih (appeal to
pity) dan imbauan tekanan (appeal to force)
9. Salah Nalar (Reasoning Fallacy)
Salah Nalar adalah kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam
menurunkan simpulan, sehingga simpulan menjadi salah atau tidak valid. Berikut
beberapa salah nalar yang banyak dijumpai dalam diskusi atau karya tulis profesional,
akademik atau ilmiah :
1. Menegaskan Konsekuen
Agar argumen valid maka kita harus mengikuti kaidah menegaskan anteseden.
Bila simpulan diambil dengan pola premis yang menegaskan konsekuen akan
terjadi salah nalar.
2. Menyangkal Anteseden
Suatu argumen yang mengandung penyangkalan akan valid apabila konsklusi
ditarik mengikuti kaidah konsekuen.
3. Pentaksaan (Equivocation)
Salah nalar dapat terjadi apabila ungkapan dalam premis satu mempunyai makna
yang berbeda dengan ungkapan dalam premis lainnya.
4. Perampatan-lebih (Overgeneralization)
Salah nalar yang terjadi akibat melekatkan karakteriskti sebagian kecil anggota ke
seluruh anggota himpunan, kelas atau kelompok secara berlebihan.
7
5. Parsialitas
Kesalahan nalar yang terjadi ketika menarik konsklusi hanya atas dasar sebagian
dari bukti yang tersedia yang kebetulan mengandung konsklusi.
6. Pembuktian dengan Analogi
Analogi bukan merupakan cara untuk membuktikan validitas atau kebenaran
asersi namun lebih merupakan sarana untuk meyakinkan bahwa asersi konsklusi
mempunyai kebolehjadian(likelihood) untuk benar.
7. Merancukan Urutan Kejadian dengan Penyebaban
Kesalahan yang dilakukan orang yang merancukan urutan kejadian dengan
penyebab. Bila kejadian B selalu mengikuti kejadian A, orang cenderung
menyimpulkan bahwa B disebabkan oleh A.
8. Menarik Simpulan Pasangan
Salah nalar yang terjadi ketika orang menyimpulkan bahwa suatu konsklusi salah
lantaran argumen tidak disajikan dengan meyakinkan (tidak konsklusif) sehingga
dia lalu menyimpulkan bahwa kosnklusi atau posisi pasanganlah yang benar.
Mirip dengan bentuk salah nalar menyangkal anteseden.
10. Aspek Manusia dalam Penalaran
Manusia tidak selalu rasional dan bersedia berargumen, sementara itu tidak semua
asersi dapat ditentukan kebenarannya secara obyektif dan tuntas. Berikut ini aspek
manusia yang menjadi penghalang penalaran dan pengembangan ilmu :
1. Penjelasan Sederhana
Orang sering puas dengan penjelasan sederhana sehingga dia tidak lagi berupaya
untuk mengevaluasi secara seksama kelayakan penjelasan dan membandingkannya
dengan penjelasan alternatif (tidak kritis dalam menerima penjelasan).
2. Kepentingan Mengalahkan Nalar
Orang memiliki kepentingan tertentu (vested interest) sehingga memaksa orang
tersebut memihak suatu posisi meskipun posisi tersebut lemah dalam segi
argument.
3. Sindroma Tes Klinis
Seseorang mempunyai pandangan yang menurut dirinya sebenarnya keliru atau
tidak valid lagi karena ada pandangan atau gagasan baru namun akademisi tersebut
tidak berani membaca sumber gagasan baru karena takut pendapatnya yang telah
disebarkan benar-benar keliru.

8
4. Mentalitas Djoko Tingkir
Menggambarkan lingkungan akademis atau profesi dimana ilmuwan atau
akademisi merasa di bawah kekuasaan kolega senior sehingga sering memihak
senior dan mengajarkan apa yang sebenarnya salah dengan menyembunyikan yang
valid untuk menghormati senior, atau untuk melindungi diri dari tekanan senior.
5. Merasionalkan Daripada Menalar
Orang ada kalanya berusaha mencari justifikasi untuk membenarkan posisinya.
Sikap merasionalkan ini dapat terjadi karena keterbatasan pengetahuan orang
bersangkutan dalam topik yang dibahas tetapi orang tersebut tidak mau
mengakuinya.
6. Persistensi
Orang sering berteguh atau persisten terhadap keyakinannya meskipun terdapat
argumen yang kuat bahwa keyakinan tersebut sebenarnya salah sehingga dai harus
melepaskan keyakinan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai