Nim : 4182240004
1. Karena pertanyaan dari Saudari Dhea Lovita Nasution dari kelompok 4 berkaitan dengan
pertanyaan Saudari Atika Khovivah dari kelompok 3, jadi kami merangkumnaya dalam
satu jawaban. Pertanyaannya yaitu:
Apa hukumnya kadafer (mayat manusia) yang digunakan mahasiswa kedokteran
sebagai bahan praktikum, seperti pembedahan?.dan coba sebutkan juga dalil nya .
terimakasih
Saya ingin bertanya jika mayat yang di gunakan untuk keperluan pendidikan
ataupun medis tidak diketahui asal usulnya dan tidak diketahui agamanya
bagaimana proses upacara keagamaan yang dilakukan? Apakah tetap dilakukan
secara Islam?
Jawaban:
Hakikat penciptaan manusia adalah sebagai bukti kekuasaan dari Allah SWT.
maka dari itu setiap manusia kelak pasti akan meninggal dan kembali pada Sang
Pencipta, dan bagi seorang muslim atau muslimah, ketika meninggal dunia maka ia harus
dikebumikan atau dimakamkan sesuai proses pemakaman jenazah menurut Islam.
Sedangkan pada zaman ini, terkadang jasad tubuh orang yang sudah meninggal
dibutuhkan untuk keperluan otopsi atau pembedahan mayat, baik untuk tujuan
pendidikan(autopsi anatomis), bedah mayat kehakiman(autopsi forensik) atau untuk
keilmuan(autopsi klinis). Dalam Islam hukum pembedahan mayat dlihat berdasarkan
tujuan dari dilakukannya pembedahan mayat tersebut. Jika pembedahan mayat dilakukan
demi kebaikan, apalagi demi kebaikan banyak orang maka hal tersebut diperbolehkan.
Namun, jika pembedahan mayat dilakukan semata-mata untuk keburukan dan
pelampiasan dendam maka hal tersebut tidaklah diperbolehkan. Pembedahan mayat yang
diperbolehkan oleh beberapa Ulama adalah sebagai berikut :
Dalam kasus ini pembedahan mayat diperlukan untuk mempraktekan dan menerapkan
teori yang telah didapat oleh para mahasiswa kedokteran atau kesehatan lainnya. Tanpa
melakukan hal tersebut maka para mahasiswa kedokteran dan kesehatan tidak dapat
mengetahui ilmu anatomi manusia
2. Pembedahan mayat untuk keperluan forensik
Manusia meninggal dikarenakan berbagai macam faktor dan kejadian, diantaranya adalah
faktor kecelakaan, pembunuhan, kesehatan atau bahkan belum diketahui apa
penyebabnya. Lalu disitulah kegunaan dilakukannya pembedahan mayat atau forensik,
yaitu untuk menyelidiki penyebab kematian seseorang dan mencari kebenaran hukum
dari peristiwa yang terjadi.
Didunia ini masih ada jenis-jenis penyakit yang belum diketahui obatnya dan
dengan melakukan autopsi klinis, para dokter atau ilmuwan kesehatan akan membedah
mayat untuk mencari tahu jalan keluar dan jawaban dari keraguan atau ketidaktahuan
mengenai persoalan medis yang mereka hadapi. Dalam Islam diperbolehkan untuk
mengembangkan ilmu kesehatan dan pembedahan mayat untuk keilmuan pada dasarnya
bertujuan untuk mengantisipasi dan menemukan obat dari penyakit yang pada saat itu
belum ditemukan obatnya. Tidak ada hukum dan dalil yang membahas langsung
mengenai pembedahan mayat, namun kita dapat menganalisanya berdasarkan akal namun
tidak mengesampingkan dasar hukum Islam dan tetap berpedoman pada sumber syariat
Islam.
Ada beberapa ulama yang tidak memperkenankan pembedahan pada perut mayat
karena hal tersebut dianggap tidak menghormati orang yang sudah meninggal, dan
pembedahan mayat hanya boleh dilakukan jika ada seorang ibu yang meninggal dalam
keadaan hamil dan janin yang ada dalam kandungannya berumur enam bulan keatas serta
memiliki harapan besar untuk hidup, maka harus dilakukan pembedahan untuk
mengeluarkan dan menyelamatkan janin tersebut.
Berdasarkan keterangan di atas, ketika ada jenazah yang tidak tahu muslim atau
kafir, maka semuanya ditangani secara islam, dan yang membedakan adalah niatnya.(al-
Wajiz fi Idhah Qawaid al-Fiqh al-Kulliyah, hlm. 269) Demikian, Allahu a’lam.
2. Dikarenakan pertanyaan dari Saudari Noraliza Hasanah Nasution dari kelas fisika nondik
18, juga berkaitan dengan pertanyaan dari Saudari Aisyah Umi Ramadhani dari kelas
nondik 2018. Yang pertanyaannya:
Saya ingin bertanya kepada kelompok penyaji. Pada ppt kalian terdapat
pembagian bedah mayat menjadi 4 bagian, jadi pertanyaan saya dari keempat
pembagian bedah mayat tersebut, coba jelaskan bagaimana pembagian bedah
mayat itu dalam hukum Islam.
Pada slide penyaji ada beberapa pembagian bedah mayat. Saya ingin bertanya.
Apa saja perbedaan maupun persamaan dari pembagian bedah mayat tsb?
bagaimana cara melakukan ke4 bedah mayat, apakah sama prosesnya? Dan
bagaimana pandangan Islam dari ke4 pembagian bedah mayat tsb, apakah
diperbolehkan dalam Islam jelaskan dengan mencantumkan hadis yang
mengatakan boleh pada Islam.
Jawaban:
Untuk proses pembedahan nya sendiri, kami rasa itu tergantung kepada
pihak forensiknya sendiri, tenth saya pasti sesuai dengan aturan yang telah
ditentukan oleh tim Forensik-nya. Namun, ada beberapa hal yang seharusnya
dipatuhi saat melakukan proses bedah itu sendiri. Seperti:
Hukum asalnya tidak boleh melakukan tindakan yang macam-macam
terhadap mayat seorang muslim kecuali dalam batas-batas syariat yang
diperbolehkan. Dan pembedahan termasuk yang tidak dibolehkan.
Kebutuhan untuk pembedahan bisa dipenuhi dengan mayat orang kafir
dan tidak boleh berpaling ke mayat seorang muslim karena muliannya
derajat seorang muslim di sisi Allah baik ketika hidup maupun mati.
Dalil-dalil yang melarang [melarang mencincang dan menghacurkan
tulang –pent] mungkin merupakan takhsis/pengkhususan kepada
muslim saja tidak pada orang kafir
Mereka yang berdalil bolehnya pembedahan secara mutlak
mengqiyaskannya dengan bolehnya membongkar kubur mayat untuk
mengambil kain kafan yang dirampas, maka qiyas ini tertolak karena
merupakan “qiyas ma’al faariq” [qiyas yang tidak sesuai –pent]
ولكنينبغيأنيتقيداألطباءوغيرهمممنيقومبم،ولهذاكلهفإنهيترجحفينظريالقولبجوازتشريحجثةالكافردونالمسلم
ألنماجازلعذربطلبزوالهواللهتعالىأ،فإنهاليجوزالتمثيلبالكافربتشريحهحينئذ،فمتىزالت،همةالتشريحبالحاجة
هـ.ا. علم.
3. Pertanyaan dari Saudari Dina Alfariza Nst dari kelompok 9. Tadi di jelaskan, otopsi di
boleh kan jika tidak melampaui batas dari hajat yang di butuhkan, jadi sampai manakah
batas2 yang di perboleh kan untuk mayat di otopsi?
Jawaban:
Autopsi dibolehkan jika tidak melampaui batas dari hajat yang dibutuhkan.
Artinya saat autopsi dilakukan sesuai dengan apa yang benar-benar kebutuhan
berdasarkan alasan dilakukannya autopsi. Seseorang yang sedang mengautopsi mayat
tidak boleh melakukan pembedahan terhadap mayat diluar dari kebutuhan yang sesuai
dengan alasan dilakukannya autopsi. Contohnya saat melakukan autopsi untuk meniliti
bagian kaki. Orang yang mengautopsi mayat tidak boleh merusak atau membedah bagian
perut mayat.
1. Apakah diperbolehkan secara agama bagi seorang laki-laki yang mengizinkan dokter
tersebut untuk memindahkan/ transfer spermanya ke [rahim] istrinya atau apa yang
dikenal dengan “bayi tabung”? Dan apa kelemahan dan kelebihan dari bayi tabung
tersebut? (Dhea Lovita Nasution)
Jawaban :
Di dalam Al-quran dan Al-hadist tidak ada menjelaskan boleh tidaknya bayi
tabung, sehingga untuk memindahkan atau transfer sperma jugak tidak ada
penjelasannya. Namun sudah di jelaskan bahwa proses bayi tabung hukumnya mubah.
Jadi menurut kelompok penyaji iru diperbolehkan karena mengingat hukumnya mubah.
Untuk kelemahan dan kelebihan dari bayi tabung menurut islam yaitu :
a.Merusak keturunan (nasab).
b.Mengacaukan status waris dan wali.
c.Bila anak itu lahir kelak dan terjadi suatu perselisihan kepemilikan antara kedua ibu
tersebut yang berdampak psikologis yang berat.
d.Timbul permasalahan lagi kepada ibu yang mana si anak tersebut setelah ia besar,
apakah ibu yang mempunyai rahim atau ibu yang mempunyai ovum.
2. Jelaskan akibat dari bayi tabung adalah percampuran nasab, yg ingin saya tanyakan apa
yang di maksud percampuran nasab dan apa akibat nya.? (Rizka Riani)
Jawaban :
Kata nasab yang sering kita dengar tentunya berasal dari bahasa arab yakni kata
“an nasab” yang memiliki arti dalam bahasa Indonesia yakni keturunan atau kerabat.
Kata nasab juga berarti memiliki ciri atau atau memberikan karakter keturunannya.
Adapun dalam kamus besar bahasa Indonesia kata nasab itu sendiri tidak memiliki
perbedaan ari atau pergeseran makna. Nasab dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya
keturunan terutama keturunan dari pihak bapak.
Maksud dari percampuran nasab yaitu percampuran keturunan misalnya seperti
peminjaman rahim. Sperma dan ovum pasangan sah lalu dikembangkan dalam rahim
pinjaman. Ini disebut percampuran nasab. Akibatnya menimbulkan perselisihan ahli
waris, namun para ulama sudah sepakat bahwa pemilik ovumlah sebagai nasabnya
sedangkan pemilik rahim berkedudukan sama seperti ibu susuan.
3. Saya pernah menonton sebuah film, dimana ceritanya begini. Ada sepasang suami istri, si
suami tersebut bagus sperma nya, namun si istri tersebut ada masalah pada sel telurnya.
Jadi untuk memiliki anak, mereka membeli sel telur milik orang lain, nah bagaimana itu
hukumnya dalam islam? Dan jika itu halal atau haram sesuai jawaban kelompok penyaji,
bagaimana hukum tersebut pada dokter yang membantu dalam proses ini? Coba sertakan
hadits nya juga? (Novia Dila)
Jawaban :
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik kepada Allah,
daripada sperma yang diletakkan oleh seseorang pada rahim wanita yang tidak halal
baginya.” (H. R. Ibnu Abiddunya dari Al-Haitam)21. Dan selanjutnya Rasulullah SAW
bersabda: “Tidak halal bagi seseorang yang beriman dengan Allah dan hari kiamat bahwa
disiramkannya air (mani)-Nya kepada yang bukan ladangnya.” (H. R. Abu Daud dan
Tirmizi). Jadi hukumnya haram dalam islam
Hukum untuk si dokter kalok yang menyatukan sperma sama ovum yang pasangan sah
jadi mubah. Kalok dia yang bukan pasangan sah jadi haram.
4. Pada slide penyaji mengatakanbahwa bayi tabung yang di hasilkan selain dari pasangan
suami istri yang masih hidup adalah haram. Jadi saya ingin bertanya, apakah bayi yang di
hasilkan selain dari proses tersebut itu haram atau hanya proses nya yang haram?
(Sulandari)
Jawaban :
Praktik bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri kemudian
embrionya ditanam di dalam rahim istri yang lain dari si suami hukumnya mubah.
Sedangkan peminjaman rahim wanita untuk kandungan bayi hukumnya adalah haram,
sebab setiap wanita hanya dapat dibenarkan menggunakan rahimnya untuk kandungan
bayi yang berasal dari perkawinan sah, sehingga untuk anak yang dikandung dalam rahim
wanita lain adalah termasuk anak zina, walaupun pelaksanaan ini tidak termasuk definisi
zina, namun hukumnya sama-sama haram.