TERMODINAMIKA I
Disusun oleh
1.
Kamilatul Hidayah
(21030115060062)
2.
Abrori Zulfani H.
(21030115060063)
3.
Muchamad Hafidz
(21030115060065)
4.
(21030115060066)
5.
Giovani Anggista
(21030115060067)
6.
Deviana Malinda
(21030115060069)
7.
(21030115060070)
8.
(21030115060071)
9.
Meli Risky S.
(21030115060073)
(21030115060074)
TUGAS 1
1. Pengertian Termodinamika Makroskopis dan Mikroskopis
a. Termodinamika makroskopis adalah uraian suatu sistem dengan
menggunakan menggunakan beberapa sifat yang dapat diukur sebagai
koordinat makroskopik, misalnya, komposisi, volume sistem, tekanan gas,
dan temperatur.
Ciri khas koordinat makroskopis sebagai berikut:
1) Koordinat ini tidak mengandung pengandaian khusus mengenai
struktur materi.
2) Jumlah koordinatnya sedikit.
3) Koordinat ini dipilih melalui daya terima indera kita secara langsung.
4) Pada umumnya koordinat ini dapat diukur secara langsung. Pendekatan
ini digunakan dalam termodinamika klasik.
b. Termodinamika mikroskopis digunakan untuk menentukan kedudukan satu
molekul gas misalnya dalam 3 koordinat, demikian juga kecepatannya.
Ciri khas koordinat mikroskopik sebagai berikut:
1) Terdapat pengandaian secara struktur materi, yaitu molekul dianggap
ada.
2) Banyak kuantitas yang harus diperinci.
3) Kuantitas yang diperinci tidak berdasarkan penerimaan indera
manusia.
4) Kuantitas tersebut tidak bisa diukur.
2. Pengertian sistem dan lingkungan
Sistem adalah bagian dari semesta yang merupakan fokus kajian.
Sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu diluar sistem yang bukan kajian.
Dalam reaksi kimia misalnya pereaksi adalah sistem dan selain pereaksi
disebut lingkungan, seperti hasil reaksi, pelarut, udara disekitarnya, dan segala
sesuatu selain pereaksi.
3. Energi
a. Energi internal
Energi internal adalahpengukuran makroskopik dari energi molekuler,
atomik, dan subatomik, yang semuanya mengikuti kaidah konservasi
tertentu. Energi internal dihitung dari variabel lain yang dapat diukur
secara makroskopik seperti tekanan, volume, suhu, dan komposisi karena
tidak ada peralatan yang dapat mengukur energi internal secara langsung
secara makroskopik.
Pada Hukum Termodinamika I menyatakan bahwa energi yang ada
dalam sistem yang dapat berkurang jika ada kerja yang dilakukan sistem
terhadap lingkungan dan bertambah jika ada panas ditambah dalam sistem.
Selama perubahan keadaan suatu sistem dapat dirumuskan sebagai berikut:
U = U2 U1
Keterangan:
U = Perubahan energi dalam
U1 = Energi internal awal
dH = dU + p dV + V dp = dQ + V dp
dH = Td S + V dp
H = HS . p
dH = (HS) p dS + (Hp) S dp
HS p = T
(Hp) S = V
c. Entropi
Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur
energi dalam satu sistem per satuan temperatur yang dapat digunakan untuk
melakukan usaha.
Entropi dapat dirumuskan sebagai berikut:
S = k log W
Keterangan:
S = Entropi (J/K)
K = Tetapan Boltzmann
W = Jumlah mikrostat
S = Q / T
Keterangan:
S = Entropi (J/K)
Q = Kalor (J)
S = C ln t1 / t2
dU = TdS PdV
d. Energi Gibbs
Energi Gibbs atau energi bebas adalah energi yang menyatakan
kespontanan reaksi secara lebih langsung menggunakan satu fungsi hukum
termodinamika lain. Energi Gibbs dapat dirumuskan sebagai berikut:
G = H TS
Keterangan :
G = Energi Gibbs (J)
H = Suhu sistem (K)
S = Entropi (J/K)
Perubahan energi bebas pada sistem ppada proses yang suhunya tetap.
G = H - TS
Syarat untuk kesetimbangan dan kespontanan pada suhu dan tekanan
tetap dari G sebagai berikut:
a. G < 0 , reaksi ke arah depan.
b. G > 0, reaksi nonspontan atau berlawanan.
c. G = 0, sistem berada dalam kesetimbangan.
G = H T.S
dG = dH T dS S dT
= dH dQ S dT
= dQ + V dp dQ - SdT
dG=Vdp-SdT
G = G(p,T)
dG =(Gp)Tdp + (GT) p dT
(Gp)T = V
(GT)p = -S
e. Energi Helmholtz
Energi Bebas Helmholtz adalah selisih perubahan energi internal
terhadap suhu dan entropi, Karena perubahan energi menjadi kerja adalah
proses irreversible, sedangkan dalam proses irreversible entropi selalu
meningkat, maka energi yang tak dapat diperoleh adalah TS di mana S
adalah entropi dan T adalah temperatur dalam kondisi keseimbangan,
sehingga didapatkan rumus umumnya sebagai berikut:
A = U TS
Keterangan:
A = Energi Bebas Helmholtz (J)
U = Energi internal (J)
T = Temperatur (K)
S = Entropi (J/K)
A= U T.S
dA = dU T .dS S . dT
Dari kombinasi hukum pertama dan kedua termodinamika :
dU=TdS-p.dV
Sehingga :
dA = -p .dV S . dT
Atau F=F(V,T)
Bila diambil diferential parsialnya,
dA = (FV) T dV + (FT) V dT
Dari persamaan di atas,maka :
(AV)T = -P
(AT)V = -S
f. Kalor
Kalor adalah adalah salah satu bentuk energi yang dapat berpindah
dari satu benda ke benda yang lainnya yang disebabkan karena perbedaan
suhu. Ketika dua benda yang memiliki perbedaan suhu bertemu maka kalor
akan berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang suhunya
rendah.
Kalor dapat dirumuskan sebagai berikut:
Q = m . c . T
Keterangan:
Q = Kalor (J)
m = Massa benda (kg)
c = Kalor jenis (J / kg C)
T = Perubahan suhu (C)
g. Kerja
Kerja adalah deskripsi dari sesuatu yang dihasilkan oleh gaya ketika ia
bekerja pada benda sementara benda tersebut bergerak dalam jarak tertentu.
W=F.s
W = F dx = mv dv/dx = mv dv
Keterangan:
W = usaha (Nm atau Joule)
F = gaya (N)
s = jarak (m)
h. Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh benda karena
geraknya. Denagn kata lain, energi kinetik merupakan suatu energi yang
dihasilkan ketika suatu benda atau ojek bergerak dengan kecepatan tertentu.
Secara matematis dapat ditulis:
Ek = m v2
Keterangan:
Ek = energi kinetik (J)
m = massa (kg)
v = kecepatan (m/s)
Hal paling mendasar hubungan antara energi kinetik dan kerja adalah
masa yang dipengaruhi oleh gaya yang bekerja pada massa tersebut.
i. Energi Potensial
Energi potensial adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena
faktor ketinggian atau kedudukan benda tersebut.Secara matematis dapat
ditulis:
Ep = m . g . h
Keterangan:
Ep = energi potensial (J)
m = massa (kg)
g = gravitasi bumi (m/s2)
h = ketinggian (m)
4. Proses Termodinamika
a. Proses isobarik
Pada proses isobarik tidak terjadi perubahan tekanan. Pada proses ini
umumnya terjadi pada sistem yang mempunyai kontak langsung dengan
tekanan atmosfer bumi yang dianggap konstan, misalnya reaksi biokimia.
Proses isobarik dapat dirumuskan sebagai berikut:
W = p . V
Q = U + W
W = p dV
W = p V
W = n R T
U = n cv T
b. Proses isotermik
Pada proses isotermik temperatur sistem tetap konstan. Misalakan
pada suatu gas ideal kontainer dengan piston yang bebas bergerak.
U = 3/2 n R T = 0
Pada Hukum Termodinamika I:
U = Q W = 0
Jadi:
W=Q
c. Proses isometrik/isokhorik
Pada proses isokhorik volume sistem tidak mengalami perubahan
volime. Proses ini terjadi pada sistem yang memiliki volume (wadah yang
kuat), tertutup, dan tidak dapat berubah.
V = 0, jadi W = 0
Pada Hukum Termodinamika I:
U = Q W = 0
Jadi:
U = Q
d. Proses adiabatik
Pada proses adiabatik tidak terjadi transfer panas yang masuk atau
keluar sistem. Proses adiabatik terjadi pada sistem terisolasi yang
mempunyai proses yang sangat cepat.
Q=0
Pada Hukum Termodinamika I:
U = Q W = 0
Jadi:
U = -W
Q = 1
Q =1 - 2 Q
Dan bukan
2
Q = 1 Q =1- QQ2
b.
Kerja
Secara historik, termodinamika berasal dari usaha manusia untuk
mengubah panas menjadi kerja mekanik dengan cara yang seefisian
mungkin. Dalam mekanika, kerja didefinisikan sebagai produk anatara
gaya dan jarak searah gaya yang ditempuh akibat gaya yang bekerja ini.
Jadi :
W = F.dx
Hubungan ini sangat berguna karena dengannya kita dapat mengitung
kerja yang diperlukan untuk menaikkan beban, untuk merenggangkan
kawat, ataupun untuk memindahkan suatu partikel bermuatan melalui
medan magnet.
TUGAS 2
1. Dasar dan Teori pada Percobaan Joule
( S V )T=( P T )V
Sehingga : ( T V)U = T ( p T) v - p
Sedang, ( U T)V = Cv
Maka, TVU=-1CvTpTV-p
Hubungan ini disebut effect Joule.
Percobaan proses throttling (proses Joule Kelvin) menunjukkan
bahwa entalpi sebelum dan sesudah proses adalah sama. H2=H1
Hubungan temperature dengan tekanan pada enthalpy konstan pada
percobaan joule-kelvin disebut Joule-Kelvin Coefficient, dan dapat ditulis
dengan :
=TpH
Hubungan dengan variable p, V, T dapat ditentukan sebagai berikut :
FH,T,p = 0
HTpTpHpHT = -1
Maka,
= T pH= -H p T H T p
Sedangkan,
dH = T dS + V dp
H p T = T. S p T + V
H T p = T. S T p = cp
Persamaan Maxwell :
S pT = -V Tp
Maka :
= T pH = -1cpT S pT + V = 1cp T V T p - V
2. Konsep Energi Dalam
Energi dalam sistem merupakan jumlah seluruh energi kinetik molekul
sistem, ditambah jumlah seluruh energi potensial yang timbul akibat adanya
interaksi antara molekul sistem. Kita berharap bahwa jika kalor mengalir dari
lingkungan menuju sistem (sistem menerima energi), energi dalam sistem akan
bertambah. Sebaliknya, jika sistem melakukan kerja terhadap lingkungan
(sistem melepaskan energi), energi dalam sistem akan berkurang.
Dengan demikian, dari kekekalan energi, kita bisa menyimpulkan bahwa
perubahan energi dalam sistem = Kalor yang ditambahkan pada sistem (sistem
menerima energi) Kerja yang dilakukan oleh sistem (sistem melepaskan
energi). Secara matematis, bisa ditulis seperti ini :