MAKALAH
THERMODINAMIKA 1
Dosen Pengampu
Ir. Deddy Kurniawan W, MM
Disusun oleh :
Elin Siswati
21030115060047
Novanto Guruh P
21030115060048
Aprilia Larasati D
21030115060059
Vynda Dindasari S
21030115060049
Agnes Marsella
21030115060060
Annisa Minda S
21030115060050
Basa Ulina
21030115060061
21030115060053
Alif Dzaky W
21030115060068
ii
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Puji Syukur penyusun haturkan atas limpahan rahmat-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini,
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan setiap
mahasiswa Program Studi Diploma III Teknik Kimia Universitas Diponegoro untuk
memenuhi tugas mata kuliah Thermodinamika 1.
Atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penyusun dapat
melaksanakan dan menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, penyusun
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Deddy Kurniawan W, MM selaku Dosen Mata Kuliah
Thermodinamika 1 Program Studi Diploma III Teknik Kimia.
2. Ayah dan Ibu tercinta atas pengorbanan, doa, kasih sayang, dan
nasehatnya selama ini.
3. Semua teman-teman angkatan 2015 kelas B atas kerjasama dan
semangatnya selama kuliah. Dan semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu yang telah mendukung terselesainya makalah ini.
Penyusun menyadari keterbatasan dan kemampuan dalam penyusunan
makalah ini, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun sehingga dapat bermanfaat bagi penyusun untuk menyempurnakan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun bagi
pembaca.
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.................................................................................................................... Tin
jauan Pustaka............................................................................................ 1
1.2.................................................................................................................... Ru
musan Masalah.......................................................................................... 1
1.3. Tujuan....................................................................................................... 1
BAB II ISI
2.1. Pengertian Termodinamika Makroskopik dan Mikroskopik.................... 2
2.2.Pengertian Sistem dan Lingkungan.......................................................... 2
2.3. Besaran Termodinamika.......................................................................... 3
2.4. Proses Berdasarkan Lintasam.................................................................. 6
2.5. Kalor dan Kerja........................................................................................ 9
2.6 Dasar teori Percobaan Joule...................................................................... 11
2.7.Konsep Energi Dalam............................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Tinjauan Pustaka
Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Termodinamika
Mikroskopik?
1.2.2 Apa yang disebut dengan Sistem dan Lingkungan?
1.2.3 Apa saja besaran Termodinamika?
1.2.4 Apa saja proses yang terjadi berdasarkan lintasan?
1.2.5 Bagaimana penjelasan Kalor & Kerja?
Makroskopik
dan
Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian dari Termodinamika Makroskopik dan Mikroskopik
1.3.2 Mengetahui pengertian dari Sistem dan Lingkungan
1.3.3 Mengetahui besaran Termodinamika
1.3.4 Mengetahui proses yang terjadi berdasarkan lintasan
1.3.5 Mengetahui penjelasan Kalor & Kerja
1.3.6 Mengetahui dasar teori pada percobaan joule
1.3.7 Mengetahui konsep energi dalam
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Termodinamika Makroskopik dan Mikroskopik
Dalam termodinamika sistem akan dideskripsikan dengan sejumlah
besaran fisis yang menggambarkan keadaan sistem (disebut sebagai besaran
keadaan). Keadaan sistem yang ditinjau dalam termodinamika adalah keadaan
makroskopik yang dapat berupa keadaan rerata dari partikel-partikel dalam
sistem atau berupa keadaan kesuluruhan (total) partikel-partikel dalam sistem.
Contoh keadaan makroskopik tersebut adalah temperatur T, jumlah partikel N,
volume V , energi dalam U, tekanan p, dan lainnya.
Sebaliknya besaran mikroskopik, yang bukan merupakan besaran
termodinamika, misalnya adalah posisi masing-masing partikel ~ri , kecepatan
masing-masing partikel ~vi , energi kinetik masing-masing partikel Ekidan
sebagainya. Besaran-besaran makroskopik tadi dikelompokkan menjadi dua
jenis, yang sebanding dengan jumlah partikel dan yang tidak bergantung pada
jumlah partikel. Besaran yang sebanding dengan jumlah partikel disebut
sebagai besaran
Untuk panas (Q) bernilai positif bila diberikan kepada sistem dan bernilai
negatif bila keluar dari sistem
Untuk usaha (W) bernilai positif apabila keluar dari sistem dan bernilai
negatif bila diberikan (masuk) kedalam sistem.
2) Sistem tertutup
Sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi
tidak terjadi pertukaran zat dengan lingkungan. Sistem tertutup terdiri atas suatu
jumlah massa yang tertentu dimana massa ini tidak dapat melintasi lapis batas sistem.
Tetapi, energi baik dalam bentuk panas (heat) maupun usaha (work) dapat melintasi
lapis batas sistem tersebut. Dalam sistem tertutup, meskipun massa tidak dapat
berubah selama proses berlangsung, namun volume dapat saja berubah disebabkan
adanya lapis batas yang dapat bergerak (moving boundary) pada salah satu bagian
dari lapis batas sistem tersebut. Contoh sistem tertutup adalah suatu balon udara yang
dipanaskan, dimana massa udara didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah dan
energi panas masuk kedalam masa udara didalam balon.
Sebagaimana gambar sistem tertutup dibawah ini, apabila panas diberikan kepada
sistem (Qin), maka akan terjadi pengembangan pada zat yang berada didalam sistem.
Pengembangan ini akan menyebabkan piston akan terdorong ke atas (terjadi Wout).
Karena sistem ini tidak mengizinkan adanya keluar masuk massa kedalam sistem
(massa selalu konstan) maka sistem ini disebut control mass.
Suatu sistem dapat mengalami pertukaran panas atau kerja atau keduanya, biasanya
dipertimbangkan sebagai sifat pembatasnya:
masa (m), viskositas, konduksi panas dan lain-lain. Selain itu ada juga koordinat
sistem yang didefinisikan dari koordinat sistem yang lainnya seperti, berat jenis,
volume spesifik, panas jenis dan lain-lain. Suatu sistem dapat berada pada suatu
kondisi yang tidak berubah, apabila masing-masing jenis koordinat sistem tersebut
dapat diukur pada semua bagiannya dan tidak berbeda nilainya. Kondisi tersebut
disebut sebagai keadaan (state) tertentu dari sistem, dimana sistem mempunyai nilai
koordinat yang tetap. Apabila koordinatnya berubah, maka keadaan sistem tersebut
disebut mengalami perubahan keadaan. Suatu sistem yang tidak mengalami
perubahan keadaan disebut sistem dalam keadaan seimbang (equilibrium).
yang
tetap.
ENTROPI
Kerja (W)
- Perubahan bersama dalam gerakan molekuler
- Kerja = Gaya Jarak (W = F s)
Energi potensial adalah energi yang dimiliki suatu benda karena memiliki ketinggian
tertentu. Energi potensial ada karena adanya gravitasi bumi. Dapat dirumuskan
sebagai:
Keterangan:
Ep: Energi potensial (J)
m: massa benda (kg)
g: percepatan gravitasi (m/s2)
6
h: tinggi benda dari permukaan tanah (meter)
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki suatu benda karena geraknya. Energi
kinetik dipengaruhi oleh massa benda dan kecepatannya.
Keterangan:
Ek: Energi kinetik (J)
m : massa benda (kg)
v : kecepatan benda (m/s)
2.4 Proses Berdasarkan Lintasan
Proses Isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahanperubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu
konstan, proses ini dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu
konstan, tidak terjadi perubahan energi dalam (U = 0) dan berdasarkan hukum I
termodinamika kalor yang diberikan sama dengan usaha yang dilakukan sistem (Q =
W).
Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p V di bawah ini. Usaha yang
dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagai
Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan
melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (V = 0), gas
tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan
energi dalamnya. Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume
konstan QV.
QV = U
Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas
dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas
melakukan usaha (W = pV). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada
tekanan konstan Qp. Berdasarkan hukum I termodinamika, pada proses isobarik
berlaku
Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama
dengan kalor yang diserap gas pada volume konstan
QV =U
Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun keluar
(dilepaskan) oleh sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama
dengan perubahan energi dalamnya (W = U).
Jika suatu sistem berisi gas yang mula-mula mempunyai tekanan dan volume masingmasing p1 dan V1 mengalami proses adiabatik sehingga tekanan dan volume gas
berubah menjadi p2 dan V2, usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan sebagai
Proses adiabatik dapat digambarkan dalam grafik p V dengan bentuk kurva yang
mirip dengan grafik p V pada proses isotermik namun dengan kelengkungan yang
lebih curam.
Reversible adalah sebuah proses yang bisa "dibalik" dengan cara sangat kecil
perubahan dalam beberapa properti dari sistem tanpa produksi entropi (yaitu disipasi
energi). Karena terhadap perubahan sangat kecil, sistem dalam kesetimbangan
termodinamika sepanjang seluruh proses. Karena itu akan mengambil jumlah tak
terbatas waktu untuk proses reversibel untuk menyelesaikan, proses reversibel
sempurna tidak mungkin. Namun, jika sistem mengalami perubahan merespon lebih
cepat daripada perubahan diterapkan, deviasi dari reversibilitas mungkin dapat
diabaikan. Dalam siklus reversibel, sistem dan sekitarnya akan persis sama setelah
setiap siklus.
Dalam proses ireversibel hingga perubahan yang dibuat, sehingga sistem ini
tidak pada kesetimbangan selama proses berlangsung. Pada titik yang sama dalam
siklus ireversibel, sistem akan berada dalam keadaan yang sama, tetapi lingkungan
yang berubah secara permanen setelah setiap siklus.
kalor.
Perpindahan energi dari suatu benda ke benda lain tanpa terikat dengan
perbedaan temperatur.
usaha yang dilakukan oleh sebuah sistem bukan hanya tergantug pada
keadaan awal dan akhir, tetapi juga tergantung pada proses perantara
antara keadaan awal dan keadaan akhir
Misalkan ada sebuah piston, mula mula gas ideal menempati ruang
dengan volume V dan tekanan P. Kemudian gas mengalami pemuaian secara
perlahan sehingga setiap saat terjadi kesetimbangan (proses kuasistatik).
KALOR :
- Perpindahan energi dari suatu benda ke benda lain karena adanya
-
perbedaan temperatur.
Kalor bukanlah suatu jenis energi, melainkan energi yang berpindah.
10
yang dilakukan oleh gaya gravitasi terhadap beban hingga beban jatuh. Ketika
pengaduk melakukan kerja terhadap air, pengaduk menambahkan energi pada
air. Karenanya kita bisa mengatakan bahwa kenaikan suhu air disebabkan oleh
energi yang dipindahkan dari pengaduk menuju air. Semakin besar kerja yang
dilakukan, semakin banyak energi yang dipindahkan. Semakin banyak energi
yang dipindahkan, semakin besar kenaikan suhu air (air semakin panas).
Ketika berputar dalam air, pengaduk melakukan kerja/usaha pada air
sehingga energi pengaduk dipindahkan ke air. Adanya tambahan energi dari
pengaduk ini yang membuat suhu air meningkat.
Satuan kalor adalah kalori (disingkat kal). Kalori adalah jumlah kalor
yang diperlukan untuk menaikan suhu 1 gram air sebesar 1 Co (Tepatnya dari
14,5 oC menjadi 15,5 oC). Jumlah kalor yang diperlukan berbeda-beda untuk
suhu air yang berbeda. Untuk jumlah kalor yang sama, kenaikan suhu air
sebesar 1 oC hanya terjadi antara suhu 14,5 oC sampai 15,5 oC. Satuan kalor
yang sering digunakan, terutama untuk menyatakan nilai energi makanan
adalah kilokalori (kkal). 1 kkal = 1000 kalori. Nama lain dari 1 kkal = 1
Kalori (huruf K besar).
Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu
benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka
kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika
suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit.
11
Elektron elektron bebas di dalam sebuah penghantar logam yang terisolasi, seperti
suatu panjang dari kawat tembaga, berada di dalam gerakan sembarang seperti halnya
molekul molekul sebuah gas yang dibatasi di dalam sebuah tabung.Elektron
elektron tersebut tidak mempunyai gerakan terarah netto sepanjang kawat. Jika kita
melewatkan sebuah bidang hipotetik melalui kawat tersebut, maka banyaknya
elektron melalui sebuah bidang tersebut persatuan waktu dari kanan ke kiri adalah
sama seperti banyaknya elektron yang melalui bidang tersebut persatuan waktu ;
jumlah berat bersih dari elektron yang melalui bidang tersebut adalah nol.
(Halliday,2003)
Sesungguhnya banyaknya elektron tak berhingga, maka akan terdapat
fluktuasi fluktuasi statistik yang kecil di dalam banyaknya elektron yang lewat
persatuan waktu dan sebuah penghantar akan mengandung suatu arus kecil yang
berfluktuasi secara tepat, walaupun jika dirata ratakan pada periode waktu yang
panjang, maka arus bersih tersebut adalah nol. Inilah salah satu segi dari derau listrik
yang dapat diukur dengan mudah yang sangat dikenal oleh orang orang yang
mengetahuinya sedikit mengenai elektronika. (Halliday,2003)
Jika ujung kawat tersebut dihubungkan ke sebuah baterai maka sebuah medan
listrik akan ditimbulkan pada setiap titik didalam kawat tersebut. Jika perbedaan
potensial yang dipertahankan oleh baterai adalah 10 V dan jika kawat tersebut
mempunyai panjang 5 m maka kekuatan medan ini setiap titik akan sama dengan 2
V/m. Medan E ini akan bertindak pada elektron elektron dan akan memberikan
suatu gerak resultan pada elektron elektron tersebut di dalam arah E. Kita
mengatakan bahwa sebuah arus listrik dihasilkan dari muatan q melalui penampang
penghantar selama waktu t, maka dapat ditulis
I=
Q
t (2.1)
Satuan SI yang sesuai adalah ampere untuk i, coulumb untuk muatan q, dan detik
untuk t. Jika banyak muatan yang mengalir persatuan waktu tidak konstan maka arus
akan berubah dengan waktu dan diberikan oleh limit difrensial yaitu
I=
(Halliday,2003)
dQ
dt (2.1.1)
Arus merupakan ciri dari suatu penghantar khas.Arus tersebut adalah sebuah
kuantitas makroskopik.Sebuah kuantitas mikroskopik yang dihubungkan dengan arus
adalah rapat arus yang diberi lambang J. Rapat aqrus tersebut adalah sebuah vektor
dan merupakan ciri sebuah titik di dalam penghantar dan bukan merupakn ciri
penghantar secara keseluruhan. Jika arus tersebut di distribusikan secara uniform
pada sebuah penhamntar yang luas penampangnya A maka besar rapat arus untuk
semua titik adalah
J=
i
A (2.2)
(Halliday,2003)
Hubungan umum diantara j dan i adalah suatu permukaan khas di dalam sebuah
penghantar maka i adalah fluks dari vektor pada permukaan tersebut.
i=
j. dS
...(2.3)
V
i ..(2.4)
(Zemansky,2000)
Seringkali kita berbicara mengenai konduktivitas, , dari suatu bahan daripada
berbicara tentang resistivitasnya. Konduktivitas adalah kebalikan dari resistivitas
yang dihubungkan sebagai berikut
=
1
.(2.6)
12
Satuan SI dari
adalah ( . m
-1
. (Zemansky,2000)
Medan listrik dan rapat arus akan konstan untuk semua titik didalam silinder yang
mempunyai nilai
E=
Maka
V
l ..(2.7)
dapat dituliskan
V
l
=
i
A
R=
l
A
(Zemansky,2000)
, sedangkan R =
(2.8)
V
i
Hukum Joule
Joule menentukan bahwa sejumlah kerja tertentu yang dilakukan selalu
ekivalen dengan sejumlah masukan kalor tertentu. 1 kalori (kal) ternyata ekivalen
dengan 4,186 joule (J). Nilai ini dikenal sebagai tata kalor mekanik.
4,186 J = 1 kal
4.186 103J = 1 kkal
Dan dari percobaan joule kalor diinterpretasikan bukan sebagai zat, dan bahkan
bukan sebagai bentuk energi. Kalor merupakan transfer energi yang berarti ketika
kalor mengalir dari benda panas ke yang lebih dingin, energi-lah yang yang ditransfer
dari yang panas ke yang dingin. Jadi dapat disimpulkan bahwa kalor adalah energi
yang ditransfer dari satu benda ke yang lainnya karena adanya perbedaan temperatur.
(Giancoli,2001)
Sedangkan hukum joule sendiri adalah daya listrik yang hilang sebagai kalor,
akibat arus listrik yang mengalir dalam hambatan adalah berbanding lurus dengan
kuadrat kuat arus dan hambatannya.Dan hukum ini dikemukakan oleh James Prescott
Joule (1840). Dan juga hukumkalor menuliskan bagaimana tenaga listrik diubah ke
dalam tenaga termal. Di dalam hukum Joule beda potensial adalah kerja yang
dibutuhkan untuk memindahkan satu satuan dalam medan. Misalnya saja pada suatu
rangkaian, akibat adanya beda potensial V, timbul I. Maka pada setiap detiknya akan
ada 1 coloumb yang dipindahkan dan ada V.I Joule kerja yang dibutuhkan. Jadi dapat
dituliskan persamaan rumusnya adalah :
P = V.I(2.9)
Jadi kesimpulannya daya ini dikeluarkan di dalam kawat tiap detiknya, dan daya ini
akan hilang sebagai panas.(Giancoli,2001).
Panas dapat ditimbulkan berasal dari E yang mempercepat pergerakkan
elektron, kemudian terjadi tabrakan yang dapat menyebabkan elektron akan
kehilangan energinya ke dalam bagian-bagian bahan dan akibatnya temperatur bahan
akan naik. Dan juga energi yang hilang di kawat oleh arus I selama t detik. Jadi
secara matematis dapat didapat persaan rumus :
W = V.I.t...(2.10)
secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
13
P=I 2 . R (2.11)
Pada satuan SI, P adalah daya listrik dengan satuan watt (W). (Giancoli,2001)
(Tipler,2008)
Maka kerja W yang dilakukan pada muatan ini adalah
dW =V ab dQ
.(2.13)
dW =V ab I dt
....(2.14)
(Tipler,2008).
kerja ini menyatakan energi listrik yang dipindahkan ke dalam elemen rangkaian laju
ini. Laju perpindahan energi terhadap waktu adalah daya yang dinyatakan dengan P,
yang dapat kita ketahui sebagai rumus
P=
dW
dt ..(2.15)
P=V ab I ........(2.16)
Hal ini terjadi bila potensial b lebih tinggi dari potensial a, makan nilai
V ab
adalah
ngatif, dan perpindahan energi bersih ke luar dari elemen rangkaian.Elemen ini
J
s .
(Tipler,2008)
Kapasitas Panas
Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat, maka temperatur zat itu
biasanya naik. Jumlah energi panas Q yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur
suatu zat adalah sebading dengan perubahan temperatur dan massa zat itu.
Q=C T ...(2.17)
Q=m c T ...(2.18)
(Zemansky,2000)
C adalah kapasitas panas zat yang didefinisikansebagai energy panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan temperature suatu zat dengan satu derajat. Sedangkan c
adalah panas jenis yaitu kapasitas panas per satuan massa
c=
C
m .(2.19)
14
15
Dari persamaan tersebut terlihat bahwa energi dalam gas hanya tergantung pada suhu.
Untuk mengubah energi dalam gas berarti harus mengubah suhu. Suhu dapat diubah,
jika sistem menerima/memberikan panas atau sistem melakukan/menerima usaha.
Gambar 9.7 melukiskan suatu gas dalam bejana tertutup piston yang bebas bergerak
sedang dipanasi. Panas yang diterima oleh gas digunakan untuk dua hal, yaitu untuk
menaikkan energi dan untuk melakukan usaha luar.
Q = u + W
16
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam termodinamika sistem akan dideskripsikan dengan sejumlah besaran
fisis yang menggambarkan keadaan sistem (disebut sebagai besaran keadaan).
Keadaan sistem yang ditinjau dalam termodinamika adalah keadaan makroskopik
yang dapat berupa keadaan rerata dari partikel-partikel dalam sistem atau berupa