Medan, 2022
Dosen Pembimbing
Medan, 2022
Asisten I Asisten II
2,00 1,80
85 3 50 2,10 2,13 1,70 1,70
2,30 1,60
4 1,80 2,00
90 3 50 1,90 1,90 1,80 1,83
2,00 1,70
1,90 2,10
85 3 50 2,10 2,06 1,90 1,93
2,20 1,80
6 2,30 2,10
90 3 50 2,50 2,43 2,00 1,97
2,50 1,80
LAPORAN PRAKTIKUM
Berdasarkan hasil analisis gas yang telah dilakukan, maka diperoleh data hasil
percobaan pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Hasil Analisis Gas
F1 F2 F3 Fa
Yit Yi Yo %Ralat
(L/menit) (L/menit) (L/menit) (L/menit)
Keterangan :
Dari tabel diatas dapat dilihat hasil perhitungan fraksi mol CO2, fraksi volume CO2
dalam alur gas inlet dan outlet, serta persen ralatnya. Dalam percobaan ini dilakukan
variasi terhadap laju alir air 4 L/menit dan 6 L/menit, untuk laju alir udara 85 L/menit
dan 90 L/menit dengan laju alir gas CO2 adalah 3 L/menit. Pada laju alir air 4 L/menit
dengan laju alir udara 85 L/menit dan 90 L/menit diperoleh nilai fraksi mol CO2 secara
berturut-turut sebesar 0,034 dan 0,032, diperoleh nilai fraksi volume CO2 dalam alur gas
inlet secara berturut-turut sebesar 0,043 dan 0,38, diperoleh nilai fraksi volume CO2
dalam alur gas outlet sebesar 0,034 dan 0,037, diperoleh nilai Fa sebesar 0,7895 L/menit
dan 0,1287 L/menit dengan nilai persen ralat yang diperoleh sebesar 25,16% dan
17,80%. Sedangkan pada laju alir air 6 L/menit dengan laju alir udara 85 L/menit dan 90
L/menit diperoleh nilai fraksi mol CO2 secara berturut-turut sebesar 0,034 dan 0,032,
diperoleh nilai fraksi volume CO2 dalam alur gas inlet secara berturut-turut sebesar 0,041
dan 0,049, diperoleh nilai fraksi volume CO2 dalam alur gas outlet sebesar 0,039 dan
0,039, diperoleh nilai Fa sebesar 0,2441 L/menit dan 0,9035 L/menit dengan nilai persen
ralat yang diperoleh sebesar 21,24% dan 50,87%.
Adapun perhitungan terhadap persen ralat dilakukan karena analisis gas dengan
penarikan piston yang tidak sesuai, sehingga terjadi perbedaan volume CO2 yang sangat
besar. Dari hasil percobaan analisis gas yang dilakukan, dapat diperoleh beberapa grafik
yaitu:
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.1 Pengaruh Laju Alir Udara (L/menit) terhadap Laju Absorpsi Gas CO2 (L/menit)
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh pengaruh laju alir udara
dengan laju alir gas yang dinyatakan dalam grafik pada gambar 1.1 sebagai berikut.
0,02
Laju Absorpsi Gas CO₂ (L/menit)
F air = 4 L/menit
0,01
F air = 6 L/menit
0,01
0,00
0 84 85 86 87 88 89 90
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 1.1 Pengaruh Laju Alir Udara (L/menit) terhadap Laju Absorpsi Gas (L/menit)
Dari Gambar 1.1 menunjukkan grafik laju alir air 4 L/menit dengan laju alir udara 85
dan 90 L/menit diperoleh fraksi gas CO2 yang masuk (Yi) sebesar 0,043 dan 0,038.
Untuk laju alir air 6 L/menit dengan laju alir udara 85 dan 90 L/menit diperoleh fraksi
gas CO2 sebesar 0,041 dan 0,049.
Berdasarkan teori, laju alir gas CO2 akan meningkat dengan bertambahnya
konsentrasi absorben dan laju alirnya dengan meningkatnya laju alir gas akan
meningkatkan transfer massa CO2 lebih efektif (Sunarti dan Ahmad, 2017).
Dari teori tersebut didapat bahwa semakin besar laju alir udara maka semakin besar
fraksi fraksi gas CO2 yang masuk. Pada laju alir air 6 L/menit sudah sesuai dengan teori,
sedangkan pada laju alir air 4 L/menit belum sesuai teori, hal ini disebabkan oleh :
1. Laju alir air, udara dan gas CO2 tidak konstan selama percobaan berlangsung.
2. Masih terdapat udara yang tertinggal pada pipa, sehingga menghambat kenaikan
cairan.
3. Ketinggian cairan didalam packing yang selalu berubah sehingga mengakibatkan
berubahnya kontak cairan dengan gas dan udara.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.2 Pengaruh Laju Alir Udara (L/menit) terhadap Fraksi Gas CO2 yang Masuk (Yi)
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh pengaruh laju alir udara
dengan fraksi gas CO2 yang masuk (Yi) yang dinyatakan dalam grafik pada gambar 1.2
sebagai berikut.
Fraksi Gas CO2 yang Masuk (Yi)
0,06
0,05
0,03
F air = 6 L/menit
0,02
0,01
084 86 88 90
Laju Alir Udara (L/menit)
Gambar 1.2 Pengaruh Laju Alir Udara (L/menit) terhadap Fraksi Gas CO2
Secara teori, peningkatan laju alir absorben dapat menaikkan koefisien transfer
massa sisi cairan sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan semakin besarnya laju alir
absorben maka koefisien perpindahan massa ini akan sangat mempengaruhi daya serap
cairan terhadap komponen yang terdapat aliran gas, dalam hal ini CO2 (Putri, dkk.,
2016).
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan teori tersebut, untuk hasil percobaan pada laju alir belum sesuai dengan
teori, dikarenakan mengalami penuruan laju absorpso gas CO2. Hal tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Laju alir air (F1), udara (F2), dan gas CO2 (F3) tidak konstan pada saat
percobaan dilakukan
2. Adanya sisa udara yang tertinggal didalam pipa, sehingga menghambat kenaikan
cairan
1.3 Pengaruh Fraksi Gas CO2 yang Masuk (Yi) Terhadap Laju Absorpsi Gas CO2
(L/menit)
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh pengaruh fraksi gas CO2
yang masuk (Yi) dengan laju absorpsi gas CO2 yang dinyatakan dalam grafik pada
gambar 1.3 sebagai berikut.
Laju Absorpsi Gas CO2
0,02
(L/menit)
F air = 4 L/menit
0,01
F air = 6 L/menit
0,01
0,00
0,030 0,035 0,040 0,045 0,050
0
Fraksi Gas CO2 Masuk (Yi)
Gambar 1.3 Fraksi Gas CO2 yang Masuk (Yi) terhadap Laju Absorpsi
Berdasarkan teori, hubungan fraksi gas CO2 masuk dengan laju absorpsi gas CO2
ditunjukkan oleh persamaan berikut :
𝒒𝑮(𝒚𝟏−𝒚𝟐)
𝝓=
𝑽𝒓
(Rahmandoost, 2017)
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Keterangan :
Vr = Volume
masuk (Y1) terhadap laju absorpsi (Fa) adalah berbanding lurus. Semakin tinggi fraksi
mol CO2 yang masuk maka laju absorbs akan semakin besar. Dari percobaan yang
1.4 Pengaruh Laju Absorpsi Gas CO2 (Yo) Terhadap Fraksi Gas CO2 Keluar (L/menit)
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh pengaruh laju absorpsi
gas CO2 dengan fraksi gas CO2 yang keluar (Yo) yang dinyatakan dalam grafik pada
gambar 1.4 sebagai berikut.
0,040
0,038
Fraksi Gas CO2 Keluar (Yo)
0,036
F air = 4 L/menit
0,032
0,030
0
0,00 0,01 0,01 0,02
Laju Absorpsi Gas CO2 (L/menit)
Gambar 1.4 Pengaruh Laju Absorpsi Gas CO2 (Yo) terhadap Fraksi Gas CO2
(L/menit)
Dari Gambar 1.4 menunjukkan grafik laju alir air 4 L/menit dengan laju absorpsi gas
CO2 sebesar 0,0132 dan 0,0021 L/menit diperoleh fraksi gas CO2 keluar (Yo) sebesar
0,034 dan 0,0037. Untuk laju alir air 6 L/menit dengan laju absorpsi gas CO2 sebesar
0,0041 dan 0,0151 L/menit diperoleh fraksi gas CO2 keluar (Yo) sebesar 0,039 dan
0,039.
Berdasarkan teori, hubungan fraksi gas CO2 masuk dengan laju absorpsi gas CO2
ditunjukkan oleh persamaan berikut :
𝒒𝑮
∅= 𝑪𝑮𝒊𝒏 − 𝑪𝑮𝒐𝒖𝒕 (Dumont, 2019)
𝑽
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Keterangan :
V = Volume
Dari persamaan dapat disimpulkan bahwa laju alir absorpsi berbanding terbalik dengan
besarnya fraksi mol CO2 keluar. Semakin tinggi fraksi gas CO2 yang keluar (Yo) maka laju
absorpsi gas CO2 (Fa) akan semakin kecil dan begitu juga sebaliknya. Dapat disimpulkan
bahwa percobaan sudah sesuai dengan teori, karena fraksi gas CO2 yang keluar (Yo)
dengan laju absorpsi gas CO2 (Fa) berbanding terbalik.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berdasarkan percobaan analisis cairan yang dilakukan, didapat data pada tabel 2.1
sebagai berikut.
Keterangan :
t = Waktu (menit)
Dari hasil percobaan analisis cairan yang dilakukan, dapat diperoleh beberapa grafik
yaitu:
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.1 Pengaruh Laju Alir Udara (L/menit) terhadap Laju Absorpsi (mol/menit)
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan diperoleh pengaruh laju alir udara
dengan laju absorpsi yang dinyatakan dalam grafik pada gambar 2.1 sebagai berikut.
Gambar 2.1 Pengaruh Laju Alir Udara (L/menit) terhadap Laju Absorpsi (mol/menit)
Dari Gambar 2.1 dapat dilihat pengaruh laju alir udara yakni 85 dan 90 L/menit
terhadap laju absorpsi gas CO2. Diperoleh hasil dari laju alir air 4 L/menit didapat laju
absorpsi pada menit ke-7 yaitu 0,0008 naik menjadi 0,004 mol/detik, pada saat menit ke-
14 yaitu 0,00240 turun menjadi 0,0016 mol/menit. Pada menit ke-21 yaitu 0,012 naik
menjadi 0,024 mol/menit. Sedangkan pada laju alir air 6 L/menit didapat laju absorpsi
pada menit ke-7 yaitu 0,0016 turun menjadi 0,0008, pada saat menit ke-14 yaitu 0,004
turun menjadi 0,0016 mol/menit. Pada menit ke-21 yaitu sebesar 0,0088 turun menjadi
0,0008 mol/menit.
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa laju absorpsi berbanding lurus dengan
laju alir udara, yang mana semakin besar laju alirnya maka semakin besar laju
absorpsinya. Data yang tertera pada grafik menunjukkan ketidaksesuaian dengan teori.
Hal ini disebabkan oleh :
2. Larutan NaOH yang terdapat pada glove telah mencapai titik jenuh.
0,014
Laju Absorpsi (mol/menit)
Berdasarkan teori semakin besar kecepatan alir gas maka semakin sedikit gas CO2
yang diserap dalam kolom absorpsi. Hal ini disebabkan karena ketinggian permukaan
absorben tersebut akan mempengaruhi laju alir dari pada biogas yang semakin rendah
yang menyebabkan waktu kontak antara biogas dengan absorben akan semakin lama
(Apriandi, dkk., 2016).
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa waktu berbanding terbalik dengan laju
absorpsi. Dimana semakin lama waktu kontak gas dengan cairan maka laju absorpsi
semakin kecil. Berdasarkan percobaan yang dilakukan hasil yang didapat belum sesuai
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dengan teori, dikarenakan pada grafik mengalami kenaikan dan penurunan. Sehingga
diperoleh bahwa waktu absorpsi berbanding lurus dengan laju absorpsi. Hal ini
disebabkan oleh:
1. Laju alir air, udara dan CO2 tidak konstan selama percobaan.
2. Masih terdapat udara yang tertinggal pada pipa, sehingga menghambat kenaikan
cairan.
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Pada percobaan pengaruh laju alir udara (F2) terhadap laju absorpsi gas CO2 (Fa)
dengan laju alir air (F1) sebesar 4 dan 6 L/menit belum sesuai dengan teori,
dikarenakan laju alir udara (F1) berbanding terbalik dengan laju absorpsi gas
CO2 (Fa).
2. Pada percobaan pengaruh laju alir udara (F2) terhadap fraksi gas CO2 yang
masuk (Yi) dengan laju alir air (F1) sebesar 4 dan 6 L/menit tidak sesuai dengan
teori, dikarenakan laju alir udara (F2) berbanding terbalik dengan nilai fraksi gas
CO2 dalam alur gas inlet (Yi).
3. Pada percobaan pengaruh fraksi gas CO2 masuk (Yi) terhadap laju absorpsi (Fa)
dengan laju alir air (F1) sebesar 4 dan 6 L/menit tidak sesuai dengan teori,
dikarenakan laju alir absorpsi (Fa) berbanding terbalik dengan fraksi gas CO2
dalam alur gas inlet (Yi).
4. Pada percobaan pengaruh laju absorpsi gas CO2 (Fa) terhadap fraksi gas CO2
keluar (Yo) belum sesuai dengan teori yaitu pada laju alir air (F1) 4 dan 6
L/menit, dikarenakan nilai laju absorpsi gas CO2 (Fa) berbanding terbalik
dengan besarnya fraksi gas CO2 dalam alur gas outlet (Yo).
5. Persen ralat yang diperoleh dari hasil analisa gas dengan laju alir CO2 sebesar
25,16% ; 17,80% ; 21,24% dan 50,87%.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Pada percobaan pengaruh laju alir udara (F2) terhadap laju absorpsi (Fa) belum
sesuai dengan teori dimana terdapat penurunan pada laju alir air 4 dan 6
L/menit, dikarenakan pada laju absorpsi (Fa) berbanding terbalik dengan laju
alir udara (F2).
2. Pada percobaan pengaruh laju absorpsi gas CO2 (Fa) terhadap waktu absorpsi (t)
belum sesuai dengan teori dimana terdapat penurunan pada laju alir air (F1) 4
dan 6 L/menit, dikarenakan waktu absorpsi (t) berbanding lurus dengan laju
absorpsi (Fa).
3. Pengaruh waktu berbanding terbalik dengan laju absorpsi, yang mana semakin
lama waktu kontak gas dengan cairan maka laju absorpsi semakin kecil
4. Absorben yang lebih murni memiliki kemampuan absorpsi yang lebih baik.
5. Daya absorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu waktu kontak, ukuran
partikel, temperature, pH, dan kepolaran zat.
2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Disarankan untuk menggunakan jenis packing yang lain sehingga dapat dijadikan
perbandingan, contohnya rachig ring dan lessing ring.
2. Disarankan untuk memvariasikan jenis gas yang akan diabsorbsi seperti CO dan
NO2 sebagai pembanding.
3. Disarankan untuk memvariasikan jenis absorben seperti larutan asam amino dan
methyldiethanolamine sebagai pembanding.
4. Disarankan untuk memvariasikan laju alir CO2 seperti 8 L/menit agar mengetahui
hasilnya sebagai pembanding
5. Disarankan untuk menggunakan variasi larutan pentiter yang lain seperti KOH
agar dapat dilihat perbandingannya.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Apriandi, N., Kusuma, I.W. and Widiyarta, I.M., 2017. Pemurnian biogas terhadap gas
pengotor karbondioksida (CO2) Dengan teknik absorbsi kolom manometer
(manometry column). Logic: Jurnal Rancang Bangun dan Teknologi, 13(1), p.55.
Dumont, E. 2019. KLa Determination Using the Effectiveness-NTU Method: Application to
Countercurrent Absorbers in Operation Using Viscous Solvents for VOCs Mass
Transfer. Chemengineering. 24 Mei: 1-15.
Ferron, P. H. M., dan A. E., Jansen. 2020. Capture Of Carbon Dioxide Using Membrane Gas
Absorption and Reuse In The Horticultural Industry. Energy Convers. Mgmi, 36: 411-
414.
Krauss, M. and Rzehak, R., 2017. Reactive absorption of CO2 in NaOH: Detailed study of
enhancement factor models. Chemical Engineering Science, 166 : 193-209.
Ningrum, S. S., Mindaryani, A., Hidayat, M. Wahyu, S., 2019. Pemodelan Matematis dan
Penyelesaian Numeris pada Absorpsi CO2 Pada Biogas dengan Larutan
Methyldiethanolamine(MDEA) Menggunakan Kolom Bahan Isian. Jurnal Teknologi,
7(1) : 26-39.
Putri, F. P., Purba, E., Senja, F. D., 2016. Absorpsi Gas CO2 Dari Modifikasi Gas Buang
PLTU Tarahan Menggunakan Absorben NaOH dengan Variasi Laju Alir. Seminar
Nasional Riset dan Industri 2016.
Rahmandoost, E., Roozbehani, B., Maddani, M. H., 2017. Experimental Studies of CO2
Capturing from The Gases. Iranian Journal of Gas Science and Tecnology, 3(4).
Sunarti, A. R., Ahmad, A. L., 2017. Evaluation of Membrane Gas Absorpsion Performance
by using Various of Liquid Absorberts. International Journal of Engineering and
Innovative Tecnology(IJEIT), 4(8):10-12.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN
Laju Alir Air (F1) = 4 dan 6 L/menit = 0,06667 dan 0,100 L/detik
Laju Alir Udara (F2) = 85 dan 90 L/menit = 1,41667 L/detik dan 1,5 L/detik
2.00 1.80
7 2.10 2.00
85 14 2.30 2.00
21 2.50 1.00
4
7 1.50 1.00
90 14 1.60 1.40
21 1.80 1.50
3 100
7 1.90 1.70
85 14 2.00 1.50
21 2.10 1.00
6
7 1.90 1.80
90 14 2.10 1.90
21 2.20 2.10
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN
Laju Alir Air (F1) = 4 dan 6 L/menit = 0,06667 dan 0,100 L/detik
Laju Alir Udara (F2) = 85 dan 90 L/menit = 1,41667 L/detik dan 1,5 L/detik
2,133 ml
= = 0,043
50 ml
B. Pada puncak kolom (outlet gas)
V
Yo = (V2 ) (Naufal, 2020)
1 o
1,7 ml
= = 0,034
50 ml
2. Perhitungan Jumlah CO2 yang diserap dalam Kolom dari Analisis Sampel Gas.
Jika Fa adalah jumlah CO2 L/detik yang diserap antara puncal dan dasar, maka :
Yi -YO
FA = ( ) (F2 + F3 ) (Naufal, 2020)
1-Yi
0,043 - 0,034
=( ) (0,667+0,05) = 0,7895 L/detik
1 - 0,043
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
𝑌𝑖𝑡 − 𝑌𝑖
%𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100%
𝑌𝑖𝑡
0,034 − 0,043
=| | × 100%
0,034
= 25,16%
Laju Alir Air (F1) = 5,5 dan 6,0 L/menit = 0,092 dan 0,100 L/detik
Laju Alir Udara (F2) = 70 dan 120 L/menit = 1,2 L/detik dan 2,0 L/detik
b. Menit ke-14
Vbi ×M 2,30 × 0,3
Cdi = = = 0,0046 mmol/mL
mL sampel 100
Vbo ×M 2,0 × 0,3
Cdo = = = 0,0040 mmol/mL
mL sampel 100
c. Menit ke-21
Vbi ×M 2,5 × 0,3
Cdi = = = 0,005 mmol/mL
mL sampel 100
Vbo ×M 1 × 0,3
Cdo = = = 0,002 mmol/mL
mL sampel 100
a. Menit ke-7
=0,06667 (0,0042-0,0040)
=0,0008 mol/detik
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Menit ke-14
=0,06667 (0,0046-0,0040)
=0,0024 mol/detik
c. Menit ke-21
=0,06667 (0,0050-0,0020)
=0,0120 mol/detik
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN E
APLIKASI INDUSTRI
Karbon dioksida dapat dihilangkan secara selektif dari gas buang menggunakan proses
penyerapan yang tersedia secara komersial dan peralatan konvensional. Prosesnya,
bagaimanapun, intensif energi dan peralatan yang dihasilkan agak besar. Ada kebutuhan untuk
penyerap ukuran yang lebih kecil terutama dalam situasi retro-fit dan situasi di mana ruang dan
berat terbatas seperti yang terjadi pada anjungan minyak. Penyerapan gas membran adalah
proses yang mengarah ke penyerap yang lebih kecil melalui penggunaan membran serat
berongga berdiameter kecil.
Penyerapan gas membran adalah proses yang efisien untuk menghilangkan karbon
dioksida dari gas buang. Penyerap membran memiliki keunggulan ukuran dibandingkan kolom
yang dikemas konvensional. Operasi penyerap membran yang stabil dapat dicapai dengan
menggunakan kombinasi yang sesuai dari cairan penyerap dan membran yang masih
membutuhkan pekerjaan pengembangan. Konsumsi energi dari proses penyerapan dapat
dikurangi dengan cairan penyerapan alternatif, pemulihan panas laten dan regenerasi dengan
pervaporasi. Studi kelayakan produksi karbon dioksida dengan menggunakan membran
serapan gas untuk aplikasi hortikultura menunjukkan bahwa proses tersebut lebih murah
daripada metode alternatif.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(Ferron, 2020)
Gas buang yang mengandung karbon dioksida dikontakkan secara berlawanan dengan
larutan amina dalam penyerap membran. Larutan kaya amina diumpankan melalui penukar
panas ke regenerator di mana karbon dioksida dilepaskan pada suhu tinggi. Cairan penyerapan
diasumsikan diregenerasi oleh limbah panas dari siklus gabungan. Karena biaya investasi
dominan, biaya karbon dioksida yang dihasilkan telah menjadi ditentukan sebagai fungsi dari
waktu operasi. Gambar 5 menunjukkan biaya produksi karbon dioksida secara arbitrer unit
dibandingkan dengan alternatif pengiriman karbon dioksida dari pemasok gas industri dan
praktek yang biasa dari pembakaran gas alam (Ferron, 2020).
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN F
FOTO PERCOBAAN