Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia Modul
Fluid Mixing Apparatus dengan sebaik-baiknya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk
menyelesaikan Praktikum Operasi Teknik Kimia dan untuk melengkapi persyaratan
yang telah ada pada pelaksanaan kurikulum.
Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama
praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.
Pada kesempatan ini praktikan juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu praktikan dalam menyelesaikan penulisan laporan
ini:
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.
2. Kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Bode Haryanto, S.T., M.T., Ph.
D
3. Dosen Pembimbing modul ini, Dr. Ir. Taslim, M.Si, IPM
4. Asisten Laboratorium Operasi Teknik Kimia, terutama asisten yang menangani
modul ini, Sobri Wardana.
5. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, yang membantu praktikan dalam
pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan hasil percobaan yang
telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata
penulisan laporan ini. Maka kritik dan saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan
menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan yang serupa di masa
mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.
Praktikan
ABSTRAK
Medan, 2019
Dosen Pembimbing
Medan, 2019
Asisten
(Sobri Wardana)
1. Bahan
- Beras Merah (500 gram)
- Pertalite (1 Liter)
- Pewarna Kuning
2. Jenis Impeller: - Propeller
- Turbin disk
3. Variasi Percobaan
A. Pola Aliran
- Kecepatan = 200 rpm
- Posisi Pengaduk = 3/4
B. Dispersi Padatan
- Variasi Kecepatan = (250; 280; 320) rpm (posisi pengaduk 2/6, massa
padatan 19 gram.
- Variasi Fraksi Padatan = (16; 19; 21) gram (kecepatan 280 rpm, posisi
pengaduk 2/6).
- Variasi Posisi Pengaduk = (1/6; 2/6; 3/6) C/H (kecepatan 200 rpm, massa
padatan 19 gram).
C. Cairan Saling Tidak Larut
- Posisi Pengaduk = 2/6
- Variasi Kecepatan = (250; 280; 320) rpm
(Sobri Wardana)
1. Pola Aliran
Gambar Pola Aliran
Jenis Impeller Kecepatan (rpm)
Tanpa Sekat Dengan Sekat
2,5 cm
Propeller 200
Radial
Aksial
3,9 cm
Turbin 200
Aksial
Radial
2. Dispersi Padatan
2.1. Dispersi Padatan Variasi Kecepatan
Waktu Keterangan
Kecepatan Jenis
Sekat Pencampuran
(rpm) impeller Vorteks Kawasan
(detik) Terdispersi
(cm) Mati
250 - 4,4 Ada -
Tanpa
280 - 5,2 Ada -
Sekat
320 - 6,6 Ada -
Propeller
250 - - Ada -
Dengan
280 - - Ada -
Sekat
320 - - Ada -
(Sobri Wardana)
2.5 Sekat/Baffle
Sekat biasanya diletakkan di dalam bejana untuk meningkatkan pencampuran
aksial dengan mencegah aliran sirkuler utama menjadi dominan. Sekat memiliki fungsi
untuk meningkatkan kinerja impeller, seperti yang dievaluasi dalam hal laju alir
pengeluaran. Sebuah bejana dengan sekat secara umum diakui menguntungkan untuk
pencampuran fase cair (Yoshida, dkk., 2015).
Cara paling efektif untuk mengontrol vorteks dan kelebihan perputaran dengan
menggunakan sekat. Sekat berbentuk tiga atau empat plat vertikal yang lebih dari
dinding tangki untuk merubah arah aliran rotasi impeller menjadi arah vertikal. Untuk
menghindari zona stagnan, kebanyakan sekat dipasang dengan celah di antara sekat
dan dinding tangki. (Dickey, 2015)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan
Dalam percobaan ini peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Bejana/Beaker Glass
Fungsi: sebagai wadah bagi fluida untuk dilakukannya pencampuran
2. Impeller
Fungsi: sebagai pengaduk untuk pencampuran fluida
3. Klem
Fungsi: untuk menjepit dan menahan motor
4. Mistar
Fungsi: untuk mengukur ketinggian vorteks
5. Motor
Fungsi: untuk menjalankan impeller
6. Neraca elektrik
Fungsi: untuk menimbang massa bahan yang akan digunakan
7. Pengunci impeller
Fungsi: untuk mengunci impeller
8. Sekat/Baffle
Fungsi: untuk mencegah terbentuknya vorteks saat pencampuran
9. Statif
Fungsi: sebagai penyangga untuk motor
10. Stopwatch
Fungsi: untuk menghitung waktu saat dilakukannya percobaan
3.2 Bahan
Dalam percobaan ini bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Beras merah
Fungsi: sebagai bahan untuk prosedur dispersi padatan
2. Pelat plastik
Fungsi: sebagai bahan untuk melihat pola aliran fluida
3. Pewarna kuning
Fungsi: sebagai bahan untuk melihat pola aliran fluida
4. Pertalite
Fungsi: sebagai bahan untuk prosedur cairan yang tidak saling melarut
Mulai
Ya
Tidak
Selesai
Mulai
Apakah keadaan
Tidak
campuran telah
seragam ?
Ya
Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk seragam
Tidak
Selesai
Mulai
Ya
Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk seragam
Tidak
Selesai
Gambar 3.4 Flowchart Prosedur Percobaan Cairan yang Tidak Saling Melarut
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aksial
Aksial
Pada tabel 4.1 terdapat gambar pola aliran yang terbentuk untuk variasi jenis
impeller dan pemasangan sekat dengan kecepatan 200 rpm dan posisi pengaduk 3/4.
Untuk propeller tangki dengan sekat terlihat bahwa pola aliran yang dihasilkan ialah
aksial karena pelet-pelet plastik dalam tangki bergerak secara vertikal yaitu gerakan
naik lalu turun, berbeda pada impeller propeller tanpa sekat yang bergerak secara
radial.
Berdasarkan teori, propeller menghasilkan aliran aksial yang memiliki efek
pemompaan yang baik dan menghasilkan waktu pencampuran yang relatif lebih cepat
(Muhammad dan Abie, 2017).
Bedasarkan hasil percobaan, pola aliran impeller propeller dengan bejana tanpa
sekat masih belum sesuai dengan teori. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan hal
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pelet plastik yang digunakan terlalu banyak, sehingga menyebabkan kesulitan
dalam menentukan pola aliran.
2. Kecepatan yang rendah serta posisi impeller yang terlalu jauh dari dasar
menyebabkan pellet plastik tidak mengikuti pola aliran.
Pada jenis impeller turbine pada tangki tanpa sekat dapat dilihat bahwa aliran yang
dihasilkan adalah aliran radial dikarenakan pelet plastik bergerak melingkar horizontal
seperti terlihat pada gambar di atas. Sedangkan impeller turbine dengan sekat
menghasilkan pola aliran aksial.
Berdasarkan teori, Pengaduk turbin menimbulkan aliran arah radial dan
tangensial. Di sekitar turbin terjadi daerah turbulensi yang kuat, arus dan geseran yang
kuat antar fluida (Muhammad dan Abie, 2017).
Bedasarkan hasil percobaan, untuk impeller turbine dengan bejana sekat masih
belum sesuai dengan teori. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Adanya sekat yang membuat pola aliran mengalami turbulensi yang
mengakibatkan perubahan pola aliran menjadi aksial.
2. Pelet plastik yang digunakan terlalu banyak, sehingga menyebabkan kesulitan
dalam menentukan pola aliran.
Pada tabel 4.1 terlihat bahwa pada bejana bersekat tidak terjadi vorteks, sedangkan
tanpa sekat terdapat vorteks untuk kedua jenis impeller. Baffle atau penyekat yang ada
pada tangki pengaduk berfungsi sebagai pemecah vortex atau pusaran air oleh
pengadukan (Purwanto, 2008). Pada percobaan ini bejana bersekat tidak memiliki
vortex yang berarti bahwa percobaan telah sesuai dengan teori.
4.2.3 Pengaruh Fraksi Padatan untuk Tangki Tanpa Sekat terhadap waktu
pencampuran
Pada percobaan pengaruh fraksi padatan terhadap waktu pencampuran beras
merah dan air untuk tangki tanpa sekat. Adapun impeller yang digunakan adalah
propeller dan turbine dengan diameter masing-masing berukuran 8 cm dan 8,6 cm.
Bejana yang digunakan bervolume 2000 ml berdiameter sebesar 12,7 cm dengan tinggi
cairan dalam bejana 15,9 cm.
Pada percobaan pengaruh fraksi padatan terhadap waktu pencampuran beras
merah dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang digunakan adalah propeller dan
turbine dengan dengan kecepatan 200 rpm dengan posisi pengaduk 1/3 dari dasar
tangki dan jarak pengaduk dengan diameter bejana sebesar 0,62 dan perbandingan
antara tinggi cairan dengan diameter bejana adalah 1,25. serta variasi fraksi padatan
0,0080; 0,0095; dan 0,0105 tiap impeller.
Pada saat pencampuran sampel beras merah ke dalam bejana didapati bahwa
sampel padatan hanya berputar pada dasar tangki dan tidak terjadi sirkulasi. Sehingga
tidak mencapai kesetimbangan dikarenakan padatan hanya mengendap dibawah tangki
hingga detik ke-20.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan padatan untuk
terdistribusi secara merata:
1. Kecepatan motor yang tidak cukup, sehingga partikel tidak dapat
terdistribusi secara merata
2. Diameter partikel yang terlalu lebar sehingga mengakibatkan padatan tidak
terdistribusi secara merata
3. Posisi pengaduk yang terlalu jauh dari dasar tangki.
4.2.4 Pengaruh Fraksi Padatan untuk Tangki dengan Sekat terhadap Waktu
Pencampuran
Pada percobaan pengaruh fraksi padatan untuk tangki dengan sekat terhadap
waktu pencampuran beras merah dan air untuk tangki dengan sekat. Adapun impeller
yang digunakan adalah propeller dan turbine dengan diameter masing-masing
berukuran 8 cm dan 8,6 cm. Bejana yang digunakan bervolume 2000 ml berdiameter
sebesar 12,7 cm dengan tinggi cairan dalam bejana 15,9 cm.
Percobaan ini dilakukan dengan menambahkan sekat sebanyak 4 buah yang
memiliki diameter 1,2 cm. Kecepatan impeller yang digunakan pada percobaan ini
adalah 200 rpm pada setiap impeller, dengan posisi pengaduk ½ dari dasar tangki serta
variasi fraksi padatan yaitu 0,0080; 0,0095; dan 0,0105.
Perbandingan antara tinggi pengaduk dengan diameter bejana sebesar 0,42,
perbandingan diameter sekat terhadap diameter bejana sebesar 0,094. Sedangkan
perbandingan antara tinggi cairan dengan diameter bejana adalah 1,25.
Pada saat penuangan sampel beras merah ke dalam bejana didapati bahwa
sampel padatan hanya berputar pada dasar tangki dan tidak terjadi sirkulasi. Sehingga
tidak mencapai kesetimbangan dikarenakan padatan hanya mengendap dibawah tangki
hingga detik ke-20.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan padatan untuk
terdistribusi secara merata:
1. Kecepatan motor yang tidak cukup, sehingga partikel tidak dapat
terdistribusi secara merata
2. Diameter partikel yang terlalu lebar sehingga mengakibatkan padatan tidak
terdistribusi secara merata
3. Posisi pengaduk yang terlalu jauh dari dasar tangki.
4.2.5 Pengaruh posisi pengaduk untuk tangki tanpa sekat terhadap waktu
pencampuran
Pada percobaan pengaruh posisi pengaduk untuk tangki tanpa sekat terhadap
waktu pencampuran. Adapun impeller yang digunakan adalah propeller dan turbine
dengan diameter masing-masing berukuran 8 cm dan 8,6 cm. Bejana yang digunakan
bervolume 2000 ml berdiameter sebesar 12,7 cm dengan tinggi cairan dalam bejana
15,9 cm.
Fraksi padatan pada percobaan ini adalah 0,0095, dengan kecepatan 200 rpm,
jarak pengaduk dengan diameter bejana sebesar 0,42 dan perbandingan antara tinggi
cairan dengan diameter bejana adalah 1,25 serta variasi posisi pengaduk 1/6 ; 2/6; dan
3/6 tiap masing-masing impeller.
Perbandingan jarak pengaduk dengan diameter bejana pada posisi pengaduk
1/6 adalah 0.13. Pada posisi pengaduk 2/6 adalah 0,26. Sedangkan, pada posisi 3/6
adalah 0,39
Pada saat penuangan sampel beras merah ke dalam bejana didapati bahwa
sampel padatan hanya berputar pada dasar tangki dan tidak terjadi sirkulasi. Sehingga
tidak mencapai kesetimbangan dikarenakan padatan hanya mengendap dibawah tangki
hingga detik ke-20.
Pada percobaan pengaruh posisi pengaduk terhadap waktu pencampuran
kacang merah dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang digunakan adalah
propeller dan turbine dengan fraksi padatan 0,0095 dan kecepatan 200 rpm dengan
variasi posisi pengaduk 1/6; 2/6; dan 3/6 tiap masing-masing impeller. Didapati bahwa
sampel padatan hanya berputar pada dasar tangki.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan padatan untuk
terdistribusi secara merata:
1. Kecepatan motor yang tidak cukup, sehingga partikel tidak dapat
terdistribusi secara merata
2. Diameter partikel yang terlalu lebar sehingga mengakibatkan padatan tidak
terdistribusi secara merata
4.2.6 Pengaruh posisi pengaduk untuk tangki dengan sekat terhadap waktu
pencampuran
Pada percobaan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu pencampuran
beras merah dan air untuk tangki dengan sekat. Adapun impeller yang digunakan
adalah propeller dan turbine dengan diameter masing-masing berukuran 8 cm dan 8,6
cm. Bejana yang digunakan bervolume 2000 ml berdiameter sebesar 12,7 cm dengan
tinggi cairan dalam bejana 15,9 cm.
Percobaan ini dilakukan dengan menambahkan sekat sebanyak 4 buah yang
memiliki diameter 1,2 cm. Fraksi padatan pada percobaan ini adalah 0,0095, dengan
kecepatan 200 rpm dan variasi posisi pengaduk 1/6 ; 2/6 dan 3/6 tiap masing-masing
impeller. Perbandingan diameter sekat terhadap diameter bejana sebesar 0,094.
Perbandingan antara tinggi cairan dengan diameter bejana adalah 1,25.
Perbandingan jarak pengaduk dengan diameter bejana pada posisi pengaduk
1/6 adalah 0.13. Pada posisi pengaduk 2/6 adalah 0,26. Sedangkan, pada posisi 3/6
adalah 0,39.
Pada saat penuangan sampel beras merah ke dalam bejana didapati bahwa
sampel padatan hanya berputar pada dasar tangki dan tidak terjadi sirkulasi. Sehingga
tidak mencapai kesetimbangan dikarenakan padatan hanya mengendap dibawah tangki
hingga detik ke-20
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan padatan untuk
terdistribusi secara merata:
1. Kecepatan motor yang tidak cukup, sehingga partikel tidak dapat
terdistribusi secara merata
2. Diameter partikel yang terlalu lebar sehingga mengakibatkan padatan tidak
terdistribusi secara merata
4.3.2 Pengaruh kecepatan impeller untuk tangki dengan sekat terhadap waktu
pencampuran
Adapun pengaruh kecepatan impeller untuk tangki dengan sekat terhadap
waktu pencampuran ditunjukkan sebagai berikut.
18
Waktu Pencampuran (s)
16
14 Data Propeller
12 Data Turbine
10 Korelasi Propeller
8 Korelasi Turbine
6
4
2
0
250 264 278 292 306 320
Kecepatan (rpm)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada pencampuran fungsi kecepatan impeller, tidak didapat persamaan korelasi
untuk propeller dan turbine baik dengan sekat maupun tanpa sekat. Hal ini
dikarenakan partikel padatan tidak terdistribusi ke seluruh tangki.
2. Pada pencampuran fungsi fraksi padatan, tidak didapat persamaan korelasi
untuk propeller dan turbine baik dengan sekat maupun tanpa sekat. Hal ini
dikarenakan partikel padatan tidak terdistribusi ke seluruh tangki.
3. Pada pencampuran fungsi posisi pengaduk, tidak didapat persamaan korelasi
untuk propeller dan turbine baik dengan sekat maupun tanpa sekat. Hal ini
dikarenakan partikel padatan tidak terdistribusi ke seluruh tangki.
4. Pada pencampuran fungsi kecepatan impeller untuk cairan yang tidak saling
melarut, tidak didapat persamaan korelasi untuk propeller dan turbine tanpa
sekat. Hal ini dikarenakan pertalie tidak terdistribusi ke seluruh tangki.
Sedangkan untuk propeller dan turbine dengan menggunakan sekat diperoleh
persamaan korelasi. Pada propeller dengan sekat persamaan korelasinya adalah
tm = -0,0048NIMP 2 + 2,957NIMP - 450,78 sedangkan untuk turbine dengan sekat
persamaan korelasinya adalah tm = -0,0006 NIMP2 + 0,2946 NIMP - 33,79
5. Nilai R2 untuk percobaan fungsi waktu kecepatan impeller untuk cairan yang
tidak saling melarut dengan sekat adalah 1.
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan adalah seharusnya korelasi waktu pencampuran
sebagai fungsi kecepatan impeller, fraksi padatan, posisi pengaduk, lebar sekat dalam
satu model (persamaan)
tT = f (Nimp, f, c, j)
Pada persamaan ini korelasi masih fungsi masing-masing variabel yang
terlibat.
DAFTAR PUSTAKA
Azalia, Ahda. 2016. Rancang Bangun Alat Reaktor Pulp (Pengaruh Temperatur
Pemasakan Terhadap Kualitas Pulp). Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Dickey, David. 2015. Tackling Difficult Mixing Problems. Fluids and Solids
Handling. American Institute Of Chemical Engineering (AIChe).
Geankoplis, Christie J. 1993. Transport Processes and Unit Operations 3rd edition.
Prentice Hall : New Jersey.
Muhammad, Eizel Mauldy dan Nicholas Abie. (2017). Studi Pengaruh Kecepatan
Impeler Terhadap Aliran Fluida Dalam Fermentor Bioethanol Secara
Visualisasi. Skripsi. Surabaya: Departemen Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Purwanto, Didik. 2008. “Pengaruh Desain Impeller, Baffle VE, dan Kecepatan Pada
Proses Isolasi Minyak Kelapa Murni dengan Metode Pengadukan.” Seminar
Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi.
Putra, Adi Pratama Herawan. 2017. Rancang Bangun Pengaduk Santan Menghasilkan
Minyak VCO (Pengujian). Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
Ramadhany, Putri. 2017. Komputasi Dinamika Fluida pada T–Micro Mixer. Jurnal
Rekayasa Proses, Vol. 11, No. 2, Hal. 43 - 53.
Sari, Denni Kartika dan Retno Sulistyo Dhamar Lestari. 2015. Pengaruh Waktu dan
Kecepatan Pengadukan Terhadap Emulsi Minyak Biji Matahari (Helianthus
annuus L.) dan Air. Jurnal Integrasi Proses, Vol. 5, No. 3, Hal. 155 – 159.
Sari, Sri Purnama., Armansyah H. Tambunan, dan Lilik P Eko Nugroho. 2016.
“Penggunaan Pengaduk Statik Untuk Pengurangan Kebutuhan Katalis Dalam
Produksi Biodiesel.” Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Vol. 26(3): 236-
245. ISSN: 0216-3160.
Suprana, Yayang Ade dan Abdul Latif. 2015. Pengaruh Pengadukan Pada
Pembentukan Sol-Silika Dari Sodium Silikat. Skripsi. Surabaya: Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh
Nopember..
Yoshida, M.; H. Ebina; H. Shirosaki; K. Ishioka dan K. Oiso. 2015. Liquid Flow in
Impeller Swept Regions of Baffled and Unbaffled Vessels with a Turbine-
Type Agitator. Brazilian Journal of Chemical Engineering, Vol. 32, No. 04,
Hal. 865 – 873, ISSN: 0104 – 6632.
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN
Radial
Aksial
Turbin 200 3,9 cm
Radial
Aksial
Keterangan:
Posisi pengaduk = 3/4
Kecepatan = 200 rpm
A.2 Dispersi Padatan dengan Variasi Kecepatan
Tabel A.2 Variasi Kecepatan untuk Dispersi Beras Merah ke dalam Air (H2O)
Waktu Keterangan
Jenis
Kecepatan Sekat Pencampuran Vorteks Kawasan
impeller Terdispersi
(detik) (cm) Mati
Tanpa
280 - 5,2 Ada -
Sekat
Dengan
280 - - Ada -
Sekat
320 - - Ada -
Tanpa
280 - 6,2 Tidak ada -
Sekat
Dengan
280 - - Tidak ada -
Sekat
Keterangan :
Posisi Pengaduk = 2/6
Fraksi massa = 19 gram
A.3 Dispersi Padatan dengan Variasi Fraksi Padatan
Tabel A.3 Variasi Fraksi Padatan untuk Dispersi Beras merah ke dalam Air (H2O)
Fraksi Waktu Keterangan
Jenis
Padatan Sekat Pencampuran Vorteks Kawasan
impeller Terdispersi
(gr) (detik) (cm) Mati
16 - 5,1 Ada -
Tanpa
19 - 5,2 Ada -
Sekat
21 - 5,6 Ada -
Propeller
16 - - Ada -
Dengan
19 - - Ada -
Sekat
21 - - Ada -
Tanpa
19 - 6,2 Tidak ada -
Sekat
21 - 6,2 Ada -
Turbine
Tidak
16 - - -
Ada
Dengan
19 - - Ada -
Sekat
21 - - Ada -
Keterangan :
Posisi Pengaduk = 2/6
Kecepatan = 200 rpm
A.4 Dispersi Padatan dengan Variasi Posisi Pengaduk
Tabel A.4 Variasi Posisi Pengaduk untuk Dispersi Beras merah ke dalam Air (H2O)
Tanpa
2/6 - 2,7 Ada -
Sekat
Dengan
2/6 - - Ada -
Sekat
3/6 - - Ada -
Tanpa
2/6 - 3,2 Ada -
Sekat
Dengan
2/6 - - Tidak ada -
Sekat
Keterangan :
Fraksi Massa = 19 gram
Kecepatan = 200 rpm
A.5 Pencampuran Cairan yang Tidak Saling Melarut
Tabel A.5 Variasi Kecepatan untuk Dispersi Cairan minyak Pertalite yang Tidak
Saling Melarut
Waktu Keterangan
Jenis
Kecepatan Sekat Pencampuran Vorteks
impeller Kehomogenan
(detik) (cm)
Tidak
250 - 5
Homogen
Tanpa Tidak
280 - 6,2
Sekat Homogen
Tidak
320 - 6,4
Homogen
Propeller
250 13 - Homogen
Dengan
280 6 - Homogen
Sekat
320 4 - Homogen
Tidak
250 - 8,6
Homogen
Tanpa Tidak
280 - 9,5
Sekat Homogen
Tidak
320 - 10,4
Homogen
Turbine
250 10 - Homogen
Dengan
280 5 - Homogen
Sekat
320 3 - Homogen
Keterangan :
Posisi Pengaduk = 2/6
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN
Biodiesel berasal dari minyak nabati atau lemak hewani yang diproses dengan
cara transesterifikasi antara trigliserida dengan alkohol rantai pendek berupa metanol.
Reaksi transesterifikasi umumnya dapat dilakukan dengan menggunakan metode
katalitik atau non-katalitik. Proses produksi biodiesel secara katalitik membutuhkan
bantuan katalis untuk mempercepat terjadinya reaksi antara trigliserida dan metanol,
dengan cara menurunkan energi aktivasi tanpa mengubah energi reaksi (∆E) tersebut
sehingga molekul yang jumlah energinya tidak tinggi dapat bereaksi membentuk zat
yang diinginkan. Sedangkan metode non katalitik tidak membutuhkan katalis, namun
untuk mendapatkan energi aktivasi yang dibutuhkan harus mencapai kondisi
supercritical methanol, dengan menggunakan suhu dan tekanan yang tinggi (453–
573K, 6-18 MPa). Penggunaan suhu dan tekanan yang tinggi pada kondisi supercritical
methanol dapat beresiko memicu terjadinya ledakan, sehingga dibutuhkan alternatif
perubahan kondisi dari supercritical metanol menjadi superheated methanol vapor
menggunakan temperatur tinggi (523–563K) pada tekanan atmosfer. Sistem
superheated methanol vapor masih memiliki kelemahan yaitu laju reaksi proses masih
rendah, dibutuhkan jumlah metanol lebih banyak, dan waktu reaksi yang relatif lebih
lama. Hasil simulasi dengan menggunakan persamaan model logaritmik menunjukkan
bahwa 0,1% (b/b) katalis dapat digantikan oleh penggunaan 0,9 modul berpengaduk
statik (static mixer) atau dengan panjang elemen static mixer sebesar 58,1 cm, untuk
mempermudah perhitungan 0,9 modul dapat dibulatkan menjadi 1 modul. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan bahwa untuk semua perlakuan penggunaan 5 modul
berpengaduk static dengan variasi konsentrasi katalis (0,3% dan 0,5%) telah
memenuhi persyaratan karakteristik biodiesel SNI (densitas, viskositas, angka asam).
Sedangkan untuk kadar metil ester masih belum mencapai standar SNI, kadar metil
ester tertinggi yang diperoleh menggunakan 5 modul adalah 92,5% (b/b) dan 88,9%
(b/b), untuk penggunaan katalis sebanyak 0,3% (b/b) dan 0,5% (b/b), secara berturut-
turut (Sari, 2016).
Gambar E.1 Diagram Pembuatan Biodiesel
(Sari, 2016)
LAMPIRAN F
FOTO PERCOBAAN
(a) (b)
Gambar E.1 Pola Aliran Pada Propeller (a) Tanpa dan (b) Dengan Sekat
(a) (b)
Gambar E.2 Pola Aliran Pada Turbine (a) Tanpa dan (b) Dengan Sekat
E.2 Dispersi Padatan
E.2.1 Dispersi Padatan Dengan Menggunakan Propeller
(a) (b)
Gambar E.3 Dispersi Padatan Dengan Menggunakan Propeller (a) Tanpa dan (b)
Dengan Sekat
(a) (b)
Gambar E.4 Dispersi Padatan Dengan Menggunakan Turbine (a) Tanpa dan (b)
Dengan Sekat
E.3 Campuran tidak saling Melarut
E.3.1 Campuran tidak saling Melarut Dengan Menggunakan Propeller
(a) (b)
Gambar E.5 Campuran tidak saling Melarut Dengan Menggunakan Propeller (a)
Tanpa dan (b) Dengan Sekat
(a) (b)
Gambar E.6 Campuran tidak saling Melarut Dengan Menggunakan Turbine (a)
Tanpa dan (b) Dengan Sekat