Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN PARTIKEL

NAMA PERCOBAAN : ALAT PENCAMPUR FLUIDA


HARI / TGL PERCOBAAN : SELASA/08 OKTOBER 2019
KELOMPOK : C-16 (C-ENAM BELAS)
NAMA/NIM : 1. RIF’ATI SUHAILA/180405030
2. KANZI I. K. NAPITUPULU/180405098
3. ZAKIATUL HUSNA/180405155

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia Modul
Fluid Mixing Apparatus dengan sebaik-baiknya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk
menyelesaikan Praktikum Operasi Teknik Kimia dan untuk melengkapi persyaratan
yang telah ada pada pelaksanaan kurikulum.
Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama
praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.
Pada kesempatan ini praktikan juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu praktikan dalam menyelesaikan penulisan laporan
ini:
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.
2. Kepala Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Bode Haryanto, S.T., M.T., Ph.
D
3. Dosen Pembimbing modul ini, Dr. Ir. Taslim, M.Si, IPM
4. Asisten Laboratorium Operasi Teknik Kimia, terutama asisten yang menangani
modul ini, Sobri Wardana.
5. Rekan-rekan mahasiswa seangkatan, yang membantu praktikan dalam
pelaksanaan praktikum dan dalam penulisan laporan ini.
Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan hasil percobaan yang
telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata
penulisan laporan ini. Maka kritik dan saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan
menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan yang serupa di masa
mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.

Medan, Oktober 2019

Praktikan
ABSTRAK

Di dalam industri, proses pencampuran sangatlah penting, karena banyak proses


kimia yang membutuhkan proses ini, seperti di dalam pembuatan minyak, proses
pencampuran material di dalam polimer dan sebagainya. Tujuan dari percobaan ini
adalah mengamati berbagai pola aliran yang dapat diperoleh melalui penggunaan
impeller yang berbeda-beda dan dilengkapi dengan sekat atau tanpa sekat, mengamati
pengaruh jenis impeller dan sekat terhadap kecepatan dispersi padatan di dalam cairan
dan mengamati pengaruh jenis impeller dan sekat terhadap keefektifan pencampuran
cairan yang tidak saling melarut. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah air (H2O), beras merah, pelet plastik, pewarna, dan solar. Peralatan yang
dipakai antara lain beaker gelas, peralatan mixer, propeller, turbine. Hasil percobaan
diperoleh untuk percobaan pola aliran adalah untuk tangki tanpa sekat diperoleh arah
aliran aksial untuk impeller jenis propeller, sedangkan untuk impeller jenis turbin
diperoleh aliran radial serta terbentuknya vorteks pada keempat tangki. Untuk tangki
bersekat, propeller menghasilkan pola aliran aksial, sedangkan turbin menghasilkan
pola aliran radial. Untuk dispersi padatan kedalam cairan dan pencampuran cairan
yang tidak saling melarut diperoleh waktu pencampuran yang semakin cepat seiring
bertambahnya kecepatan pengadukan dan tinggi agitator, sedangkan untuk
penambahan fraksi padatan, waktu yang digunakan akan semakin lama seiring dengan
pertambahan massa, kecuali untuk turbin dengan menggunakan sekat.

Kata Kunci: impeller, pencampuran, pola aliran, sekat, vorteks


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No. Dokumen : FM-GKM-FT-TK- 024-01


Edisi : 01
LEMBAR PENGESAHAN Revisi : 01
Berlaku Efektif : 12 Desember 2007
Halaman : 1/1

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA

MODUL PRAKTIKUM : FLUID MIXING APPARATUS


KELOMPOK : C-16 (C-ENAM BELAS)
NAMA/NIM : 1. RIF’ATI SUHAILA/180405030
2. KANZI INSAN K. NAPITUPULU/180405098
3. ZAKIATUL HUSNA/180405155
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SELASA/08 OKTOBER 2019

Medan, 2019
Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Taslim, M.Si, IPM)

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No. Dokumen : FM-GKM-FT-TK- 024-02


Edisi : 01
LEMBAR PENGESAHAN Revisi : 01
Berlaku Efektif : 12 Desember 2007
Halaman : 1/1

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA

MODUL PRAKTIKUM : FLUID MIXING APPARATUS


KELOMPOK : C-16 (C-ENAM BELAS)
NAMA/NIM : 1. RIF’ATI SUHAILA/180405030
2. KANZI INSAN K. NAPITUPULU/180405098
3. ZAKIATUL HUSNA/180405155
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SELASA/08 OKTOBER 2019

Medan, 2019
Asisten

(Sobri Wardana)

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No. Dokumen : FM-GKM-FT-TK- 024-03


Edisi : 01
LEMBAR PENUGASAN Revisi : 01
Berlaku Efektif : 12 Desember 2007
Halaman : 1/1

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA

MODUL PRAKTIKUM : FLUID MIXING APPARATUS


KELOMPOK : C-16 (C-ENAM BELAS)
NAMA/NIM : 1. RIF’ATI SUHAILA/180405030
2. KANZI INSAN K. NAPITUPULU/180405098
3. ZAKIATUL HUSNA/180405155
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SELASA/08 OKTOBER 2019

1. Bahan
- Beras Merah (500 gram)
- Pertalite (1 Liter)
- Pewarna Kuning
2. Jenis Impeller: - Propeller
- Turbin disk
3. Variasi Percobaan
A. Pola Aliran
- Kecepatan = 200 rpm
- Posisi Pengaduk = 3/4
B. Dispersi Padatan
- Variasi Kecepatan = (250; 280; 320) rpm (posisi pengaduk 2/6, massa
padatan 19 gram.
- Variasi Fraksi Padatan = (16; 19; 21) gram (kecepatan 280 rpm, posisi
pengaduk 2/6).
- Variasi Posisi Pengaduk = (1/6; 2/6; 3/6) C/H (kecepatan 200 rpm, massa
padatan 19 gram).
C. Cairan Saling Tidak Larut
- Posisi Pengaduk = 2/6
- Variasi Kecepatan = (250; 280; 320) rpm

Medan, 04 Oktober 2019


Asisten

(Sobri Wardana)

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No. Dokumen : FM-GKM-FT-TK- 024-04


Edisi : 01
LEMBAR DATA Revisi : 01
Berlaku Efektif : 12 Desember 2007
Halaman : 1/5

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA

MODUL PRAKTIKUM : FLUID MIXING APPARATUS


KELOMPOK : C-16 (C-ENAM BELAS)
NAMA/NIM : 1. RIF’ATI SUHAILA/180405030
2. KANZI INSAN K. NAPITUPULU/180405098
3. ZAKIATUL HUSNA/180405155
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SELASA/08 OKTOBER 2019

1. Pola Aliran
Gambar Pola Aliran
Jenis Impeller Kecepatan (rpm)
Tanpa Sekat Dengan Sekat

2,5 cm
Propeller 200
Radial

Aksial

3,9 cm
Turbin 200
Aksial
Radial

Keterangan: Posisi pengaduk = 3/4


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No. Dokumen : FM-GKM-FT-TK- 024-04


Edisi : 01
LEMBAR DATA Revisi : 01
Berlaku Efektif : 12 Desember 2007
Halaman : 2/5

2. Dispersi Padatan
2.1. Dispersi Padatan Variasi Kecepatan

Waktu Keterangan
Kecepatan Jenis
Sekat Pencampuran
(rpm) impeller Vorteks Kawasan
(detik) Terdispersi
(cm) Mati
250 - 4,4 Ada -
Tanpa
280 - 5,2 Ada -
Sekat
320 - 6,6 Ada -
Propeller
250 - - Ada -
Dengan
280 - - Ada -
Sekat
320 - - Ada -

250 - 5,4 Tidak ada -


Tanpa
280 - 6,2 Tidak ada -
Sekat
320 - 7,9 Tidak ada -
Turbine
250 - - Tidak ada -
Dengan
280 - - Tidak ada -
Sekat
320 - - Tidak ada -

Keterangan: Posisi pengaduk = 2/6


Fraksi padatan = 19 gram

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No. Dokumen : FM-GKM-FT-TK- 024-04


Edisi : 01
LEMBAR DATA Revisi : 01
Berlaku Efektif : 12 Desember 2007
Halaman : 3/5

2.2. Dispersi Padatan Variasi Posisi Pengaduk

Posisi Waktu Keterangan


Jenis
Pengaduk Sekat Pencampuran
Impeller Vorteks Kawasan
(C/H) (Detik) Terdispersi
(Cm) Mati
1/6 - 2,6 Ada -
Tanpa
2/6 - 2,7 Ada -
Sekat
3/6 - 2,6 Ada -
Propeller
1/6 - - Ada -
Dengan
2/6 - - Ada -
Sekat
3/6 - - Ada -

1/6 - 3,2 Ada -


Tanpa
2/6 - 3,2 Ada -
Sekat
3/6 - 3,2 Ada -
Turbine
1/6 - - Tidak Ada -
Dengan
2/6 - - Tidak Ada -
Sekat
3/6 - - Tidak Ada -

Keterangan: Fraksi Padatan = 19 gram


Kecepatan = 200 rpm

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
\

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No. Dokumen : FM-GKM-FT-TK- 024-04


Edisi : 01
LEMBAR DATA Revisi : 01
Berlaku Efektif : 12 Desember 2007
Halaman : 4/5

2.3. Dispersi Padatan Fraksi Padatan

Fraksi Waktu Keterangan


Jenis
Padatan Sekat Pencampuran
Impeller Vorteks Kawasan
(g) (Detik) Terdispersi
(Cm) Mati
16 - 5,1 Ada -
Tanpa
19 - 5,2 Ada -
Sekat
21 - 5,6 Ada -
Propeller
16 - - Ada -
Dengan
19 - - Ada -
Sekat
21 - - Ada -

16 - 6,2 Tidak Ada -


Tanpa
19 - 6,2 Tidak Ada -
Sekat
21 - 6,2 Ada -
Turbine
16 - - Tidak Ada -
Dengan
19 - - Ada -
Sekat
21 - - Ada -

Keterangan: Posisi pengaduk = 2/6


Kecepatan = 200 rpm

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No. Dokumen : FM-GKM-FT-TK- 024-04


Edisi : 01
LEMBAR DATA Revisi : 01
Berlaku Efektif : 12 Desember 2007
Halaman : 5/5

3. Pencampuran Zat Lain yang Tidak Saling Melarut


Waktu Keterangan
Kecepatan Jenis
Sekat Pencampuran
(rpm) impeller Vorteks (cm) Kehomogenan
(detik)
250 - 5 Tidak Homogen
Tanpa
280 - 6,2 Tidak Homogen
Sekat
320 - 6,4 Tidak Homogen
Propeller
250 13 - Homogen
Dengan
280 6 - Homogen
Sekat
320 4 - Homogen

250 0 8,6 Tidak Homogen


Tanpa
280 0 9,5 Tidak Homogen
Sekat
320 0 10,4 Tidak Homogen
Turbine
250 10 - Homogen
Dengan
280 5 - Homogen
Sekat
320 3 - Homogen
Keterangan: Posisi pengaduk = 2/6

Medan, 08 Oktober 2019


Asisten

(Sobri Wardana)

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pencampuran bahan (mixing) banyak dilakukan di dunia industri maupun
kehidupan sehari-hari. Salah satu peralatan yang banyak digunakan adalah mixer poros
vertical (vertical stirred mixer). Bahan yang dicampur pada umumnya berbentuk
cairan yang relative kental. Bahan-bahan lain yang diproses adalah proses fermentasi
mikroba, pasir, material obat, dan bubuk granular. Proses pencampuran bahan di mixer
poros vertical merupakan unit operasi utama yang banyak dilakukan untuk proses
produk-produk kimiawi, obat-obatan, pengolahan cat dan kertas, pengolahan makanan
dan pengelolaan air serta aktivitas di pertambangan. Proses pencampuran bahan
umumnya dilakukan pada kondisi stedi dengan pengaduk dengan putaran konstan dan
diposisikan di garis tengah sumbu tangki. Fenomena aliran fluida di tangki mixer
dipicu dengan sebuah motor penggerak atau lebih yang berputar di dalam fluida. Rotor
dapat didesain dalam berbagai bentuk tergantung pada target hasil proses
pencampuran. Aliran fluida dapat terjadi dalam bentuk aliran seragam, radial atau
aksial. Pencampuran bahan secara industri melibatkan sistem fase tunggal maupun
multi fase.

1.2 Perumusan Masalah


Permasalahan yang dirumuskan dalam percobaan ini adalah bagaimana cara
mengamati berbagai pola aliran yang dapat diperoleh melalui penggunaan impeller
yang berbeda-beda dan dilengkapi dengan sekat atau tanpa sekat, mengamati pengaruh
jenis impeller dan sekat terhadap kecepatan dispersi padatan di dalam cairan,
mengamati pengaruh jenis impeller dan sekat terhadap keefektifan pencampuran
cairan yang tidak saling melarut.

1.3 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengamati berbagai pola aliran yang
dapat diperoleh melalui penggunaan impeller yang berbeda-beda dan dilengkapi
dengan sekat atau tanpa sekat, mengamati pengaruh jenis impeller dan sekat terhadap
kecepatan dispersi padatan di dalam cairan, mengamati pengaruh jenis impeller dan
sekat terhadap keefektifan pencampuran cairan yang tidak saling melarut.

1.4 Manfaat Percobaan


Adapun manfaat dari percobaan ini adalah praktikan dapat mengamati berbagai
pola aliran yang dapat diperoleh melalui penggunaan impeller yang berbeda-beda dan
dilengkapi dengan sekat atau tanpa sekat, mengamati pengaruh jenis impeller dan sekat
terhadap kecepatan dispersi padatan di dalam cairan, mengamati pengaruh jenis
impeller dan sekat terhadap keefektifan pencampuran cairan yang tidak saling melarut.

1.5 Ruang Lingkup Percobaan


Praktikum Mixing ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia,
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara .
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air dan pewarna kuning, beras
merah, dan minyak pertalite. Sedangkan alat yang digunakan diantaranya 2 jenis
impeller yaitu propeller dan turbin disk, beaker glass bersekat dan beaker glass tidak
bersekat, motor, statif dan klem. Pada prosedur A (pola aliran) dilakukan percobaan
dengan kecepatan 200 rpm dan posisi pengaduk 3/4. Pada prosedur B (dispersi
padatan) dilakukan percobaan pada variasi kecepatan (250; 280; 320) rpm dengan
posisi pengaduk 2/6 dan fraksi padatan 19 gram. Pada variasi fraksi padatan (16; 19;
21) gram dengan kecepatan 280 rpm dan posisi pengaduk 2/6. Pada variasi posisi
pengaduk (1/6; 2/6; 3/6) dengan kecepatan 200 rpm dan fraksi padatan 19 gram. Pada
prosedur C (cairan yang tidak saling melarut) dilakukan percobaan dengan variasi
kecepatan (250; 280; 320) rpm dengan posisi pengaduk 2/6.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mixing
Proses pencampuran bahan (mixing) banyak dilakukan di dunia industri maupun
kehidupan sehari-hari. Salah satu peralatan yang banyak digunakan adalah mixer poros
vertical (vertical stirred mixer). Bahan yang dicampur pada umumnya berbentuk
cairan yang relative kental. Bahan-bahan lain yang diproses adalah proses fermentasi
mikroba, pasir, material obat, dan bubuk granular. Proses pencampuran bahan di mixer
poros vertical merupakan unit operasi utama yang banyak dilakukan untuk proses
produk-produk kimiawi, obat-obatan, pengolahan cat dan kertas, pengolahan makanan
dan pengelolaan air serta aktivitas di pertambangan. Proses pencampuran bahan
umumnya dilakukan pada kondisi stedi dengan pengaduk dengan putaran konstan dan
diposisikan di garis tengah sumbu tangki. Fenomena aliran fluida di tangki mixer
dipicu dengan sebuah motor penggerak atau lebih yang berputar di dalam fluida. Rotor
dapat didesain dalam berbagai bentuk tergantung pada target hasil proses
pencampuran. Aliran fluida dapat terjadi dalam bentuk aliran seragam, radial atau
aksial. Pencampuran bahan secara industri melibatkan sistem fase tunggal maupun
multi fase (Suryadhiyanto dan Qiram, 2018).
Proses pencampuran adalah proses yang banyak ditemukan dalam industri kimia.
Jika proses pencampuran disertai dengan reaksi kimia cepat, derajat pencampuran
akan menentukan distribusi produk (Ramadhany, 2017).
Proses pencampuran (homogenisasi) banyak dilakukan dan dibutuhkan dalam
industri pangan, kosmetik, farmasi, dan lain lain. Pengadukan dapat memperluas
bidang kontak dengan meningkatnya kecepatan pengadukan sehingga meningkatkan
homogenitas dari suatu campuran. Pengadukan atau agitasi adalah suatu proses yang
menunjukkan gerakan yang terinduksi pada suatu bahan atau campuran dimana proses
agitasi akan membentuk pola sirkulasi. Pola sirkulasi berpengaruh terhadap proses
homogenisasi (Sari dan Lestari, 2015).

2.2 Mekanisme Pencampuran


Proses pencampuran adalah proses yang banyak ditemukan dalam industri kimia.
Jika proses pencampuran disertai dengan reaksi kimia cepat, derajat pencampuran
akan menentukan distribusi produk. Pada dasarnya terdapat tiga jenis mekanisme
pencampuran, yaitu difusi, konveksi, dan turbulensi. Mekanisme pencampuran difusi
dan konveksi adalah basis mekanisme yang digunakan dalam mendesain micro mixer.
Micro mixer berbasis difusi didesain untuk menciptakan gradien konsentrasi yang
tinggi pada setiap bagian fluida (Ramadhany, 2017).
Pencampuran merupakan operasi yang bertujuan mengurangi ketidaksamaan
kondisi,suhu, atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan. Pencampuran fasa cair
dapat dibagi dalam dua kelompok Pencampuran terjadi pada tiga tingkatan yang
berbeda yaitu:
1. Mekanisme konvektif : pencampuran yang disebabkan aliran cairan secara
keseluruhan (bulk flow).
2. Eddy diffusion : pencampuran karena adanya gumpalan-gumpalan fluida yang
terbentuk dan tercampakan dalam medan aliran.
3. Diffusion : pencampuran karena gerakan molekuler.
Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling menentukan
adalah eddy diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran dalam keadaan
turbulen dengan pencampuran dalam medan aliran laminer. Sifat fisik fluida yang
berpengaruh pada proses pengadukan adalah densitas dan viskositas. Secara khusus,
proses pengadukan dan pencampuran digunakan untuk mengatasi tiga jenis
permasalahan utama, yaitu:
1. Untuk menghasilkan keseragaman statis ataupun dinamis pada sistem
multifase multikomponen.
2. Untuk memfasilitasi perpindahan massa atau energi di antara bagian-
bagian dari sistem yang tidak seragam.
3. Untuk menunjukkan perubahan fase pada system multikomponen dengan
atau tanpa perubahan komposisi
(Suprana dan Latif, 2015).

2.3 Pola Aliran


Menurut aliran yang dihasilkan, pengaduk dapat dibagi menjadi tiga golongan:
1. Pengaduk aliran aksial yang akan menimbulkan aliran yang sejajar dengan sumbu
putaran.
2. Pengaduk aliran radial yang akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial dan
radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran tangensial
menyebabkan timbulnya vortex dan terjadinya pusaran, dan dapat dihilangkan
dengan pemasangan baffle atau cruciform baffle.
3. Pengaduk aliran campuran yang merupakan gabungan dari kedua jenis pengaduk
di atas. Menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi menjadi 3 golongan:
propeller, turbine, paddle.
(Putra, 2017).

2.4 Jenis Impeller


Impeller akan membangkitkan pola aliran di dalam sistem, yang menyebabkan zat
cair bersirkulasi di dalam bejana untuk akhirnya kembali ke impeller. Ada dua macam
impeller berpengaduk yaitu :
1. Impeller yang membangkitkan arus sejajar dengan sumbu poros impeller yang
disebut impeller aliran aksial (axial flow impeller).
2. Impeller yang membangkitkan arus pada arah tangensial atau radial yang disebut
aliran radial (radial flow impeller).
(Azalia, 2016)
Adapun jenis – jenis pengaduk adalah sebagai berikut:
1. Pengaduk Jenis Baling – Baling (Propeller)
Kelompok ini biasa digunakan untuk kecepatan pengadukan tinggi dengan arah
aliran aksial. Pengaduk ini dapat digunakan untuk cairan yang memiliki viskositas
rendah dan tidak bergantung pada ukuran serta bentuk tangki. Kapasitas sirkulasi
yang dihasilkan besar dan sensitive terhadap beban head. Dalam perancangan
propeller, luas sudut biasa dinyatakan dalam perbandingan luas area yang
terbentuk dengan luas daerah. Ada beberapa jenis pengaduk atau impeller yang
biasa digunakan, yaitu:
a. Marine propeller
b. Hydrofoil propeller
c. High flow propeller
(Putra, 2017)
2. Pengaduk Jenis Dayung (Paddle)
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses pencampuran
dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum 2 sudut, horizontal atau
vertical, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada aliran fluida
laminar, transisi atau turbulen tanpa baffle.
Pengaduk padel menimbulkan aliran arah radial dan tangensial dan hampir tanpa
gerak vertikal sama sekali. Arus yang bergerak ke arah horizontal setelah
mencapai dinding akan dibelokkan ke atas atau ke bawah. Bila digunakan pada
kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja tanpa terjadi agitasi (Putra, 2017).

3. Pengaduk Jenis Turbin (Turbine)


Pengaduk turbin adalah pengaduk dayung yang memiliki banyak daun pengaduk
dan berukuran lebih pendek, digunakan pada kecepatan tinggi untuk cairan
dengan rentang kekentalan yang sangat luas. Diameter dari sebuah turbin biasanya
antara 30 - 50% dari diameter tangki. Turbin biasanya memiliki empat atau enam
daun pengaduk (Putra, 2017).

2.5 Sekat/Baffle
Sekat biasanya diletakkan di dalam bejana untuk meningkatkan pencampuran
aksial dengan mencegah aliran sirkuler utama menjadi dominan. Sekat memiliki fungsi
untuk meningkatkan kinerja impeller, seperti yang dievaluasi dalam hal laju alir
pengeluaran. Sebuah bejana dengan sekat secara umum diakui menguntungkan untuk
pencampuran fase cair (Yoshida, dkk., 2015).
Cara paling efektif untuk mengontrol vorteks dan kelebihan perputaran dengan
menggunakan sekat. Sekat berbentuk tiga atau empat plat vertikal yang lebih dari
dinding tangki untuk merubah arah aliran rotasi impeller menjadi arah vertikal. Untuk
menghindari zona stagnan, kebanyakan sekat dipasang dengan celah di antara sekat
dan dinding tangki. (Dickey, 2015)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan
Dalam percobaan ini peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Bejana/Beaker Glass
Fungsi: sebagai wadah bagi fluida untuk dilakukannya pencampuran
2. Impeller
Fungsi: sebagai pengaduk untuk pencampuran fluida
3. Klem
Fungsi: untuk menjepit dan menahan motor
4. Mistar
Fungsi: untuk mengukur ketinggian vorteks
5. Motor
Fungsi: untuk menjalankan impeller
6. Neraca elektrik
Fungsi: untuk menimbang massa bahan yang akan digunakan
7. Pengunci impeller
Fungsi: untuk mengunci impeller
8. Sekat/Baffle
Fungsi: untuk mencegah terbentuknya vorteks saat pencampuran
9. Statif
Fungsi: sebagai penyangga untuk motor
10. Stopwatch
Fungsi: untuk menghitung waktu saat dilakukannya percobaan

3.2 Bahan
Dalam percobaan ini bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Beras merah
Fungsi: sebagai bahan untuk prosedur dispersi padatan
2. Pelat plastik
Fungsi: sebagai bahan untuk melihat pola aliran fluida
3. Pewarna kuning
Fungsi: sebagai bahan untuk melihat pola aliran fluida
4. Pertalite
Fungsi: sebagai bahan untuk prosedur cairan yang tidak saling melarut

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pola Aliran
Prosedur kerja percobaan ini adalah :
1. Bejana diisi dengan air hingga ketinggian tertentu.
2. Salah satu impeller dipasang pada ujung poros.
3. Ditambahkan sejumlah kecil pellet plastik.
4. Kecepatan impeller dinaikkan dengan tambahan yang kecil misalnya 25 rpm
hingga pelet plastik terlihat mulai berputar-putar dalam air.
5. Ditambahkan sedikit air zat warna untuk melihat pola aliran yang terbentuk.
Ketika kecepatan ditingkatkan, udara akan terseret dan gelembung-gelembung
menjadi terdispersi di dalam air.
6. Percobaan diulangi dengan jenis impeller lain dan pemasangan sekat di dalam
bejana.
7. Gerakkan zat warna dan pelet untuk tiap variasi diamati.

3.3.2 Dispersi Padatan


Prosedur kerja percobaan ini adalah :
1. Bejana diisi dengan air hingga ketinggian tertentu.
2. Ke dalam bejana dimasukkan 19 gr beras merah.
3. Impeller turbin dipasang pada ujung poros. Jarak pusat impeller ke dasar bejana
diatur 2/6 dari bejana.
4. Kecepatan impeller dinaikkan dengan tambahan yang kecil misalnya 25 rpm dan
kemampuan pengangkatan, kawasan mati dan gerakan partikel pasir diamati.
5. Percobaan diulangi untuk variasi jarak impeller dari dasar bejana yaitu 1/6 dan
3/6 dari bejana, jenis impeller yaitu propeller, variasi fraksi padatan yaitu 16 gr
dan 21 gr, serta pemasangan sekat.
6. Waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan seragam pada berbagai variasi
percobaan dicatat.

3.3.3 Cairan yang Tidak Saling Melarut


Prosedur kerja percobaan ini adalah:
1. Bejana diisi dengan air hingga setinggi 1700 ml dan Pertalite sebanyak 300 ml.
2. Impeller turbin dipasang pada ujung poros. Jarak pusat impeller ke dasar bejana
diatur 2/6 dari bejana.
3. Kecepatan impeller dinaikkan dengan tambahan yang kecil misalnya 25 rpm dan
laju pencampuran dari kedua cairan diamati.
4. Percobaan diulangi untuk jenis impeller yang lain yaitu propeller dan
pemasangan sekat di dalam bejana.
5. Waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan seragam pada berbagai variasi
percobaan dicatat.
Berikut adalah rangkaian peralatan untuk percobaan peralatan pencampuran
fluida.

Gambar 3.1 Susunan Peralatan Percobaan Pencampuran Fluida


(RW20 digital laboratory stirrer)
Keterangan:
1. Motor
2. Klem
3. Pengunci impeller
4. Impeller
5. Bejana/Beaker gelas
6. Statif
3.4 Flowchart Percobaan
3.4.1 Pola Aliran
Berikut flowchart percobaan pencampuran fluida untuk pola aliran:

Mulai

Diisi air pada bejana hingga ketinggian tertentu

Dipasang impeller pada ujung poros

Ditambah sejumlah kecil pellet plastik

Dinaikkan kecepatan impeller dengan tambahan yang kecil

Ditambahkan sedikit zat warna

Apakah pola aliran Tidak


terlihat ?

Ya

Dicatat jenis pola aliran yang terbentuk

Apakah ada variasi Ya


jenis impeller dan
pemasangan sekat?

Tidak

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Prosedur Percobaan Pola Aliran


3.4.2 Dispersi Padatan
Berikut flowchart percobaan pencampuran fluida untuk dispersi padatan:

Mulai

Diisi air pada bejana hingga ketinggian tertentu

Dimasukkan 19 gr beras merah

Dipasang impeller pada ujung poros

Dinaikkan kecepatan impeller dengan tambahan yang kecil

Apakah keadaan
Tidak
campuran telah
seragam ?

Ya
Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk seragam

Apakah ada variasi


jenis impeller, variasi
jarak impeller dari Ya
dasar bejana dan
pemasangan sekat?

Tidak

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart Prosedur Percobaan Dispersi Padatan


3.4.3 Cairan yang Tidak Saling Melarut
Berikut flowchart percobaan untuk cairan yang tidak saling melarut:

Mulai

Diisi air sebanyak 1700 ml dan Pertalite sebanyak 300 ml

Dipasang impeller pada ujung poros

Dinaikkan kecepatan impeller dengan tambahan yang kecil

Apakah keadaan Tidak


campuran telah
seragam?

Ya
Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk seragam

Apakah ada variasi


Ya
jenis impeller dan
pemasangan sekat?

Tidak
Selesai

Gambar 3.4 Flowchart Prosedur Percobaan Cairan yang Tidak Saling Melarut
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Percobaan untuk Pola Aliran dengan dan Tanpa Sekat


Pada percobaan berikut terdapat empat variasi percobaan pengamatan pola aliran.
Variasi percobaan berikut menggunakan dua jenis impeller yaitu Propeller dan
Turbine dengan dan tanpa pemakaian sekat. Gambar pada tabel 4.1 berikut dibawah
ini akan menunjukkan pengaruh pemasangan sekat dan jenis impeller terhadap pola
aliran.
Tabel 4.1 Pola Aliran Tanpa dan Dengan Sekat
Gambar Pola Aliran
Jenis Impeller Kecepatan (rpm)
Tanpa Sekat Dengan Sekat

Propeller 200 2,5 cm


Radial

Aksial

Turbin 200 3,9 cm


Radial

Aksial

Pada tabel 4.1 terdapat gambar pola aliran yang terbentuk untuk variasi jenis
impeller dan pemasangan sekat dengan kecepatan 200 rpm dan posisi pengaduk 3/4.
Untuk propeller tangki dengan sekat terlihat bahwa pola aliran yang dihasilkan ialah
aksial karena pelet-pelet plastik dalam tangki bergerak secara vertikal yaitu gerakan
naik lalu turun, berbeda pada impeller propeller tanpa sekat yang bergerak secara
radial.
Berdasarkan teori, propeller menghasilkan aliran aksial yang memiliki efek
pemompaan yang baik dan menghasilkan waktu pencampuran yang relatif lebih cepat
(Muhammad dan Abie, 2017).
Bedasarkan hasil percobaan, pola aliran impeller propeller dengan bejana tanpa
sekat masih belum sesuai dengan teori. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan hal
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pelet plastik yang digunakan terlalu banyak, sehingga menyebabkan kesulitan
dalam menentukan pola aliran.
2. Kecepatan yang rendah serta posisi impeller yang terlalu jauh dari dasar
menyebabkan pellet plastik tidak mengikuti pola aliran.
Pada jenis impeller turbine pada tangki tanpa sekat dapat dilihat bahwa aliran yang
dihasilkan adalah aliran radial dikarenakan pelet plastik bergerak melingkar horizontal
seperti terlihat pada gambar di atas. Sedangkan impeller turbine dengan sekat
menghasilkan pola aliran aksial.
Berdasarkan teori, Pengaduk turbin menimbulkan aliran arah radial dan
tangensial. Di sekitar turbin terjadi daerah turbulensi yang kuat, arus dan geseran yang
kuat antar fluida (Muhammad dan Abie, 2017).
Bedasarkan hasil percobaan, untuk impeller turbine dengan bejana sekat masih
belum sesuai dengan teori. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Adanya sekat yang membuat pola aliran mengalami turbulensi yang
mengakibatkan perubahan pola aliran menjadi aksial.
2. Pelet plastik yang digunakan terlalu banyak, sehingga menyebabkan kesulitan
dalam menentukan pola aliran.
Pada tabel 4.1 terlihat bahwa pada bejana bersekat tidak terjadi vorteks, sedangkan
tanpa sekat terdapat vorteks untuk kedua jenis impeller. Baffle atau penyekat yang ada
pada tangki pengaduk berfungsi sebagai pemecah vortex atau pusaran air oleh
pengadukan (Purwanto, 2008). Pada percobaan ini bejana bersekat tidak memiliki
vortex yang berarti bahwa percobaan telah sesuai dengan teori.

4.2 Percobaan untuk Dispersi Padatan


4.2.1 Pengaruh Kecepatan Impeller untuk Tangki Tanpa Sekat Terhadap
Waktu Pencampuran
Pada percobaan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu pencampuran
beras merah dan air untuk tangki tanpa sekat. Adapun impeller yang digunakan adalah
propeller dan turbine dengan diameter masing-masing berukuran 8 cm dan 8,6 cm.
Bejana yang digunakan bervolume 2000 ml berdiameter sebesar 12,7 cm dengan tinggi
cairan dalam bejana 15,9 cm.
Fraksi padatan pada percobaan ini adalah 0,0095, dengan jarak pengaduk 1/3
dari dasar tangki dan jarak pengaduk dengan diameter bejana sebesar 0,62,
perbandingan antara tinggi cairan dengan diameter bejana adalah 1,25 serta variasi
kecepatan yaitu 250, 280, dan 320 rpm pada tiap masing-masing impeller.
Pada saat pencampuran sampel beras merah ke dalam bejana didapati bahwa
sampel padatan hanya berputar pada dasar tangki dan tidak terjadi sirkulasi. Sehingga
tidak mencapai kesetimbangan dikarenakan padatan hanya mengendap dibawah tangki
hingga detik ke-20.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan padatan untuk
terdistribusi secara merata:
1. Kecepatan motor yang tidak cukup, sehingga partikel tidak dapat
terdistribusi secara merata
2. Posisi pengaduk yang terlalu jauh dari dasar tangki.

4.2.2 Pengaruh Kecepatan Impeller untuk Tangki dengan Sekat Terhadap


Waktu Pencampuran
Pada percobaan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu pencampuran
beras merah dan air untuk tangki dengan sekat. Adapun impeller yang digunakan
adalah propeller dan turbine dengan diameter masing-masing berukuran 8 cm dan 8,6
cm. Bejana yang digunakan bervolume 2000 ml berdiameter sebesar 12,7 cm dengan
tinggi cairan dalam bejana 15,9 cm.
Percobaan ini dilakukan dengan menambahkan sekat sebanyak 4 buah yang
memiliki diameter 1,2 cm. Fraksi padatan pada percobaan ini adalah 0,0095, dengan
jarak pengaduk 1/3 dari dasar tangki serta variasi kecepatan yaitu 250, 280 dan 320
rpm pada tiap masing-masing impeller.
Perbandingan antara tinggi pengaduk dengan diameter bejana sebesar 0,42.
Perbandingan diameter sekat terhadap diameter bejana sebesar 0,094. Perbandingan
antara tinggi cairan dengan diameter bejana adalah 1,25.
Pada saat pencampuran sampel beras merah ke dalam bejana didapati bahwa
sampel padatan hanya berputar pada dasar tangki dan tidak terjadi sirkulasi. Sehingga
tidak mencapai kesetimbangan dikarenakan padatan hanya mengendap dibawah tangki
hingga detik ke-20.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan padatan untuk
terdistribusi secara merata:
1. Kecepatan motor yang tidak cukup, sehingga partikel tidak dapat
terdistribusi secara merata
2. Posisi pengaduk yang terlalu jauh dari dasar tangki.

4.2.3 Pengaruh Fraksi Padatan untuk Tangki Tanpa Sekat terhadap waktu
pencampuran
Pada percobaan pengaruh fraksi padatan terhadap waktu pencampuran beras
merah dan air untuk tangki tanpa sekat. Adapun impeller yang digunakan adalah
propeller dan turbine dengan diameter masing-masing berukuran 8 cm dan 8,6 cm.
Bejana yang digunakan bervolume 2000 ml berdiameter sebesar 12,7 cm dengan tinggi
cairan dalam bejana 15,9 cm.
Pada percobaan pengaruh fraksi padatan terhadap waktu pencampuran beras
merah dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang digunakan adalah propeller dan
turbine dengan dengan kecepatan 200 rpm dengan posisi pengaduk 1/3 dari dasar
tangki dan jarak pengaduk dengan diameter bejana sebesar 0,62 dan perbandingan
antara tinggi cairan dengan diameter bejana adalah 1,25. serta variasi fraksi padatan
0,0080; 0,0095; dan 0,0105 tiap impeller.
Pada saat pencampuran sampel beras merah ke dalam bejana didapati bahwa
sampel padatan hanya berputar pada dasar tangki dan tidak terjadi sirkulasi. Sehingga
tidak mencapai kesetimbangan dikarenakan padatan hanya mengendap dibawah tangki
hingga detik ke-20.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan padatan untuk
terdistribusi secara merata:
1. Kecepatan motor yang tidak cukup, sehingga partikel tidak dapat
terdistribusi secara merata
2. Diameter partikel yang terlalu lebar sehingga mengakibatkan padatan tidak
terdistribusi secara merata
3. Posisi pengaduk yang terlalu jauh dari dasar tangki.
4.2.4 Pengaruh Fraksi Padatan untuk Tangki dengan Sekat terhadap Waktu
Pencampuran
Pada percobaan pengaruh fraksi padatan untuk tangki dengan sekat terhadap
waktu pencampuran beras merah dan air untuk tangki dengan sekat. Adapun impeller
yang digunakan adalah propeller dan turbine dengan diameter masing-masing
berukuran 8 cm dan 8,6 cm. Bejana yang digunakan bervolume 2000 ml berdiameter
sebesar 12,7 cm dengan tinggi cairan dalam bejana 15,9 cm.
Percobaan ini dilakukan dengan menambahkan sekat sebanyak 4 buah yang
memiliki diameter 1,2 cm. Kecepatan impeller yang digunakan pada percobaan ini
adalah 200 rpm pada setiap impeller, dengan posisi pengaduk ½ dari dasar tangki serta
variasi fraksi padatan yaitu 0,0080; 0,0095; dan 0,0105.
Perbandingan antara tinggi pengaduk dengan diameter bejana sebesar 0,42,
perbandingan diameter sekat terhadap diameter bejana sebesar 0,094. Sedangkan
perbandingan antara tinggi cairan dengan diameter bejana adalah 1,25.
Pada saat penuangan sampel beras merah ke dalam bejana didapati bahwa
sampel padatan hanya berputar pada dasar tangki dan tidak terjadi sirkulasi. Sehingga
tidak mencapai kesetimbangan dikarenakan padatan hanya mengendap dibawah tangki
hingga detik ke-20.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan padatan untuk
terdistribusi secara merata:
1. Kecepatan motor yang tidak cukup, sehingga partikel tidak dapat
terdistribusi secara merata
2. Diameter partikel yang terlalu lebar sehingga mengakibatkan padatan tidak
terdistribusi secara merata
3. Posisi pengaduk yang terlalu jauh dari dasar tangki.

4.2.5 Pengaruh posisi pengaduk untuk tangki tanpa sekat terhadap waktu
pencampuran
Pada percobaan pengaruh posisi pengaduk untuk tangki tanpa sekat terhadap
waktu pencampuran. Adapun impeller yang digunakan adalah propeller dan turbine
dengan diameter masing-masing berukuran 8 cm dan 8,6 cm. Bejana yang digunakan
bervolume 2000 ml berdiameter sebesar 12,7 cm dengan tinggi cairan dalam bejana
15,9 cm.
Fraksi padatan pada percobaan ini adalah 0,0095, dengan kecepatan 200 rpm,
jarak pengaduk dengan diameter bejana sebesar 0,42 dan perbandingan antara tinggi
cairan dengan diameter bejana adalah 1,25 serta variasi posisi pengaduk 1/6 ; 2/6; dan
3/6 tiap masing-masing impeller.
Perbandingan jarak pengaduk dengan diameter bejana pada posisi pengaduk
1/6 adalah 0.13. Pada posisi pengaduk 2/6 adalah 0,26. Sedangkan, pada posisi 3/6
adalah 0,39
Pada saat penuangan sampel beras merah ke dalam bejana didapati bahwa
sampel padatan hanya berputar pada dasar tangki dan tidak terjadi sirkulasi. Sehingga
tidak mencapai kesetimbangan dikarenakan padatan hanya mengendap dibawah tangki
hingga detik ke-20.
Pada percobaan pengaruh posisi pengaduk terhadap waktu pencampuran
kacang merah dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang digunakan adalah
propeller dan turbine dengan fraksi padatan 0,0095 dan kecepatan 200 rpm dengan
variasi posisi pengaduk 1/6; 2/6; dan 3/6 tiap masing-masing impeller. Didapati bahwa
sampel padatan hanya berputar pada dasar tangki.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan padatan untuk
terdistribusi secara merata:
1. Kecepatan motor yang tidak cukup, sehingga partikel tidak dapat
terdistribusi secara merata
2. Diameter partikel yang terlalu lebar sehingga mengakibatkan padatan tidak
terdistribusi secara merata

4.2.6 Pengaruh posisi pengaduk untuk tangki dengan sekat terhadap waktu
pencampuran
Pada percobaan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu pencampuran
beras merah dan air untuk tangki dengan sekat. Adapun impeller yang digunakan
adalah propeller dan turbine dengan diameter masing-masing berukuran 8 cm dan 8,6
cm. Bejana yang digunakan bervolume 2000 ml berdiameter sebesar 12,7 cm dengan
tinggi cairan dalam bejana 15,9 cm.
Percobaan ini dilakukan dengan menambahkan sekat sebanyak 4 buah yang
memiliki diameter 1,2 cm. Fraksi padatan pada percobaan ini adalah 0,0095, dengan
kecepatan 200 rpm dan variasi posisi pengaduk 1/6 ; 2/6 dan 3/6 tiap masing-masing
impeller. Perbandingan diameter sekat terhadap diameter bejana sebesar 0,094.
Perbandingan antara tinggi cairan dengan diameter bejana adalah 1,25.
Perbandingan jarak pengaduk dengan diameter bejana pada posisi pengaduk
1/6 adalah 0.13. Pada posisi pengaduk 2/6 adalah 0,26. Sedangkan, pada posisi 3/6
adalah 0,39.
Pada saat penuangan sampel beras merah ke dalam bejana didapati bahwa
sampel padatan hanya berputar pada dasar tangki dan tidak terjadi sirkulasi. Sehingga
tidak mencapai kesetimbangan dikarenakan padatan hanya mengendap dibawah tangki
hingga detik ke-20
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan padatan untuk
terdistribusi secara merata:
1. Kecepatan motor yang tidak cukup, sehingga partikel tidak dapat
terdistribusi secara merata
2. Diameter partikel yang terlalu lebar sehingga mengakibatkan padatan tidak
terdistribusi secara merata

4.3 Pencampuran cairan yang tidak saling melarut.


4.3.1 Pengaruh kecepatan impeller untuk tangki tanpa sekat terhadap waktu
pencampuran
Pada percobaan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu pencampuran
bahan bakar minyak pertalite dan air pada tangki tanpa sekat. Adapun impeller yang
digunakan adalah propeller dan turbine dengan diameter masing-masing berukuran 8
cm dan 8,6 cm. Bejana yang digunakan bervolume 2000 ml berdiameter sebesar 12,7
cm dengan tinggi aquadest dalam bejana 10 cm.
Tinggi pertalite yang digunakan dalam percobaan ini adalah 2 cm, dengan jarak
pengaduk 1/3 dari dasar tangki dan jarak pengaduk dengan diameter bejana sebesar
0,62, perbandingan antara tinggi cairan dengan diameter bejana adalah 1,25 serta
variasi kecepatan yaitu 250, 280 dan 320 rpm pada tiap masing-masing impeller.
Pada saat penuangan bahan bakar minyak pertalite ke dalam bejana didapati
bahwa sampel pertalite tidak Didapati bahwa pertalite tidak mencapai kesetimbangan
dikarenakan pertalite hanya terdispersi sebagian dan tidak terjadi sirkulasi hingga
detik ke-20.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan padatan untuk
terdistribusi secara merata:
1. Kecepatan motor yang tidak cukup, sehingga partikel tidak dapat
terdistribusi secara merata.
2. Posisi pengaduk yang terlalu jauh dari dasar tangki.

4.3.2 Pengaruh kecepatan impeller untuk tangki dengan sekat terhadap waktu
pencampuran
Adapun pengaruh kecepatan impeller untuk tangki dengan sekat terhadap
waktu pencampuran ditunjukkan sebagai berikut.

18
Waktu Pencampuran (s)

16
14 Data Propeller

12 Data Turbine
10 Korelasi Propeller
8 Korelasi Turbine
6
4
2
0
250 264 278 292 306 320
Kecepatan (rpm)

Gambar 4.1 Pengaruh Kecepatan Impeller untuk Tangki Dengan Sekat


Terhadap Waktu Pencampuran.
Gambar 4.1 menunjukkan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu
pencampuran bahan bakar minyak pertalite dan air pada tangki dengan sekat. Adapun
impeller yang digunakan adalah propeller dan turbine dengan diameter masing-
masing berukuran 8 cm dan 8,6 cm. Bejana yang digunakan bervolume 2000 ml
berdiameter sebesar 12,7 cm dengan tinggi aquadest dalam bejana 10 cm.
Tinggi pertalite yang digunakan dalam percobaan ini adalah 2cm, dengan jarak
pengaduk 1/3 dari dasar tangki dan jarak pengaduk dengan diameter bejana sebesar
0,62, perbandingan antara tinggi cairan dengan diameter bejana adalah 1,25 serta
variasi kecepatan yaitu 250, 280 dan 320 rpm pada tiap masing-masing impeller.
Percobaan ini dilakukan dengan menambahkan sekat sebanyak 4 buah yang
memiliki diameter 1,2 cm. Perbandingan antara tinggi pengaduk dengan diameter
bejana sebesar 0,42. Perbandingan diameter sekat terhadap diameter bejana sebesar
0,094. Perbandingan antara tinggi cairan dengan diameter bejana adalah 0,787.
Untuk propeller pada kecepatan 250, 280 dan 320 rpm waktu pencampuran
yang diperlukan 13; 6; dan 4 detik. Untuk turbine dengan kecepatan yang sama waktu
pencampuran yang diperlukan adalah 10; 5; dan 3 detik.
Hubungan kecepatan impeller dengan waktu pencampuran pada larutan tak
saling melarut ditunjukan dengan persamaan korelasi sebagai berikut:
a. Impeller jenis propeler
tm = 0.0026NIMP2 - 1.6214NIMP + 254.67
y = 0.0026x2 - 1.6214x + 254.67
b. Impeller jenis turbin
tm = 0.0017NIMP2 - 1.05NIMP + 168.33
y = 0.0017x2 - 1.05x + 168.33
Dimana: tm = waktu pencampuran (s)
Nimp = kecepatan pengaduk (rpm)
Nilai R2 yang didapat dari persamaan korelasi keduanya adalah R2 = 1. Garis
pada grafik menunjukkan garis korelasi sedangkan titik-titik menunjukkan data yang
diperoleh percobaan. Dapat dilihat dari grafik bahwa data yang didapat berimpitan
dengan garis korelasi untuk kedua impeller.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada pencampuran fungsi kecepatan impeller, tidak didapat persamaan korelasi
untuk propeller dan turbine baik dengan sekat maupun tanpa sekat. Hal ini
dikarenakan partikel padatan tidak terdistribusi ke seluruh tangki.
2. Pada pencampuran fungsi fraksi padatan, tidak didapat persamaan korelasi
untuk propeller dan turbine baik dengan sekat maupun tanpa sekat. Hal ini
dikarenakan partikel padatan tidak terdistribusi ke seluruh tangki.
3. Pada pencampuran fungsi posisi pengaduk, tidak didapat persamaan korelasi
untuk propeller dan turbine baik dengan sekat maupun tanpa sekat. Hal ini
dikarenakan partikel padatan tidak terdistribusi ke seluruh tangki.
4. Pada pencampuran fungsi kecepatan impeller untuk cairan yang tidak saling
melarut, tidak didapat persamaan korelasi untuk propeller dan turbine tanpa
sekat. Hal ini dikarenakan pertalie tidak terdistribusi ke seluruh tangki.
Sedangkan untuk propeller dan turbine dengan menggunakan sekat diperoleh
persamaan korelasi. Pada propeller dengan sekat persamaan korelasinya adalah
tm = -0,0048NIMP 2 + 2,957NIMP - 450,78 sedangkan untuk turbine dengan sekat
persamaan korelasinya adalah tm = -0,0006 NIMP2 + 0,2946 NIMP - 33,79
5. Nilai R2 untuk percobaan fungsi waktu kecepatan impeller untuk cairan yang
tidak saling melarut dengan sekat adalah 1.

5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan adalah seharusnya korelasi waktu pencampuran
sebagai fungsi kecepatan impeller, fraksi padatan, posisi pengaduk, lebar sekat dalam
satu model (persamaan)
tT = f (Nimp, f, c, j)
Pada persamaan ini korelasi masih fungsi masing-masing variabel yang
terlibat.
DAFTAR PUSTAKA

Azalia, Ahda. 2016. Rancang Bangun Alat Reaktor Pulp (Pengaruh Temperatur
Pemasakan Terhadap Kualitas Pulp). Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya.

Dickey, David. 2015. Tackling Difficult Mixing Problems. Fluids and Solids
Handling. American Institute Of Chemical Engineering (AIChe).

Geankoplis, Christie J. 1993. Transport Processes and Unit Operations 3rd edition.
Prentice Hall : New Jersey.

Muhammad, Eizel Mauldy dan Nicholas Abie. (2017). Studi Pengaruh Kecepatan
Impeler Terhadap Aliran Fluida Dalam Fermentor Bioethanol Secara
Visualisasi. Skripsi. Surabaya: Departemen Teknik Kimia Fakultas
Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Purwanto, Didik. 2008. “Pengaruh Desain Impeller, Baffle VE, dan Kecepatan Pada
Proses Isolasi Minyak Kelapa Murni dengan Metode Pengadukan.” Seminar
Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi.

Putra, Adi Pratama Herawan. 2017. Rancang Bangun Pengaduk Santan Menghasilkan
Minyak VCO (Pengujian). Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.

Ramadhany, Putri. 2017. Komputasi Dinamika Fluida pada T–Micro Mixer. Jurnal
Rekayasa Proses, Vol. 11, No. 2, Hal. 43 - 53.

Sari, Denni Kartika dan Retno Sulistyo Dhamar Lestari. 2015. Pengaruh Waktu dan
Kecepatan Pengadukan Terhadap Emulsi Minyak Biji Matahari (Helianthus
annuus L.) dan Air. Jurnal Integrasi Proses, Vol. 5, No. 3, Hal. 155 – 159.

Sari, Sri Purnama., Armansyah H. Tambunan, dan Lilik P Eko Nugroho. 2016.
“Penggunaan Pengaduk Statik Untuk Pengurangan Kebutuhan Katalis Dalam
Produksi Biodiesel.” Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Vol. 26(3): 236-
245. ISSN: 0216-3160.
Suprana, Yayang Ade dan Abdul Latif. 2015. Pengaruh Pengadukan Pada
Pembentukan Sol-Silika Dari Sodium Silikat. Skripsi. Surabaya: Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh
Nopember..

Suryadhiyanto, Untung dan Ikhwanul Qiram. 2018. “Pengaruh Jumlah dan


Kemiringan Sudut Mixer poros vertikal (Vertical Stirred Mixer) Terhadap
Unjuk Keja Pencampuran.” Jurnal Rotor. Vol. 11(1): 25-29.

Yoshida, M.; H. Ebina; H. Shirosaki; K. Ishioka dan K. Oiso. 2015. Liquid Flow in
Impeller Swept Regions of Baffled and Unbaffled Vessels with a Turbine-
Type Agitator. Brazilian Journal of Chemical Engineering, Vol. 32, No. 04,
Hal. 865 – 873, ISSN: 0104 – 6632.
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN

A.1 Pola Aliran


Tabel A.1 Pola Aliran Tanpa dan Dengan Sekat
Gambar Pola Aliran
Jenis Impeller Kecepatan (rpm)
Tanpa Sekat Dengan Sekat

Propeller 200 2,5 cm

Radial

Aksial
Turbin 200 3,9 cm
Radial

Aksial
Keterangan:
Posisi pengaduk = 3/4
Kecepatan = 200 rpm
A.2 Dispersi Padatan dengan Variasi Kecepatan
Tabel A.2 Variasi Kecepatan untuk Dispersi Beras Merah ke dalam Air (H2O)
Waktu Keterangan
Jenis
Kecepatan Sekat Pencampuran Vorteks Kawasan
impeller Terdispersi
(detik) (cm) Mati

250 - 4,4 Ada -

Tanpa
280 - 5,2 Ada -
Sekat

320 - 6,6 Ada -


Propeller
250 - - Ada -

Dengan
280 - - Ada -
Sekat

320 - - Ada -

250 - 5,4 Tidak ada -

Tanpa
280 - 6,2 Tidak ada -
Sekat

320 - 7,9 Tidak ada -


Turbine
250 - - Tidak ada -

Dengan
280 - - Tidak ada -
Sekat

320 - - Tidak ada -

Keterangan :
Posisi Pengaduk = 2/6
Fraksi massa = 19 gram
A.3 Dispersi Padatan dengan Variasi Fraksi Padatan
Tabel A.3 Variasi Fraksi Padatan untuk Dispersi Beras merah ke dalam Air (H2O)
Fraksi Waktu Keterangan
Jenis
Padatan Sekat Pencampuran Vorteks Kawasan
impeller Terdispersi
(gr) (detik) (cm) Mati

16 - 5,1 Ada -

Tanpa
19 - 5,2 Ada -
Sekat

21 - 5,6 Ada -
Propeller
16 - - Ada -

Dengan
19 - - Ada -
Sekat

21 - - Ada -

16 - 6,2 Tidak ada -

Tanpa
19 - 6,2 Tidak ada -
Sekat

21 - 6,2 Ada -
Turbine
Tidak
16 - - -
Ada
Dengan
19 - - Ada -
Sekat

21 - - Ada -

Keterangan :
Posisi Pengaduk = 2/6
Kecepatan = 200 rpm
A.4 Dispersi Padatan dengan Variasi Posisi Pengaduk
Tabel A.4 Variasi Posisi Pengaduk untuk Dispersi Beras merah ke dalam Air (H2O)

Posisi Waktu Keterangan


Jenis
Pengaduk Sekat Pencampuran Vorteks Kawasan
impeller Terdispersi
(C/H) (detik) (cm) Mati

1/6 - 2,6 Ada -

Tanpa
2/6 - 2,7 Ada -
Sekat

3/6 - 2,6 Ada -


Propeller
1/6 - - Ada -

Dengan
2/6 - - Ada -
Sekat

3/6 - - Ada -

1/6 - 3,2 Ada -

Tanpa
2/6 - 3,2 Ada -
Sekat

3/6 - 3,2 Ada -


Turbine
1/6 - - Tidak ada -

Dengan
2/6 - - Tidak ada -
Sekat

3/6 - - Tidak ada -

Keterangan :
Fraksi Massa = 19 gram
Kecepatan = 200 rpm
A.5 Pencampuran Cairan yang Tidak Saling Melarut
Tabel A.5 Variasi Kecepatan untuk Dispersi Cairan minyak Pertalite yang Tidak
Saling Melarut
Waktu Keterangan
Jenis
Kecepatan Sekat Pencampuran Vorteks
impeller Kehomogenan
(detik) (cm)
Tidak
250 - 5
Homogen
Tanpa Tidak
280 - 6,2
Sekat Homogen
Tidak
320 - 6,4
Homogen
Propeller
250 13 - Homogen

Dengan
280 6 - Homogen
Sekat

320 4 - Homogen

Tidak
250 - 8,6
Homogen
Tanpa Tidak
280 - 9,5
Sekat Homogen
Tidak
320 - 10,4
Homogen
Turbine
250 10 - Homogen

Dengan
280 5 - Homogen
Sekat

320 3 - Homogen

Keterangan :
Posisi Pengaduk = 2/6
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

B.1. Perhitungan Bilangan Reynold (NRe)


Diameter Impeller Propeller (Da) : 0,08 m
Kecepatan Pengaduk (N) : 4.1667 rps
Densitas Air pada 30oC : 995,68 kg/m3 (Geankoplis, 1993)
Viskositas Air pada 30oC : 0,0008007 cP
8,007 x 10-4 kg/m2.s (Geankoplis, 1993)
Da2 ×N×P
NRe=
µ
0,082 ×4.1667×995,68
NRe=
8,007 x 10-4
NRe= 33160.3181
Nilai NRe yang diperoleh adalah 33160.3181 yang berarti aliran terjadi pada proses
pengadukan adalah aliran berubah.

B.2. Perhitungan Daya

Gambar B.1. Grafik Korelasi antara NRe dengan NP (Geankoplis,1993)


Keterangan :
1. Flat Six-blode turbine with dish
2. Flat six-blode open turbine
3. Six-blode open turbine bat blodes at 45oC
4. Propeller, Pitch = 2 Do
5. Propeller, pitch = Da
Dari grafik korelasi antara NRe dan NP untuk propeller, diperoleh nilai NP = 0,38 pada
NRe = 33160.3181 dan N = 4,1667 rps
P
Np =
ρ×N ×Da5
3

P=NP ×ρ×N3 ×Da5


P= 0,38 × 995,68 × 4,16673 ×0,085
P= 0,0897 J/s
LAMPIRAN E
APLIKASI DALAM INDUSTRI

“Penggunaan Pengaduk Statik Untuk Pengurangan Kebutuhan Katalis Dalam


Produksi Biodiesel”

Biodiesel berasal dari minyak nabati atau lemak hewani yang diproses dengan
cara transesterifikasi antara trigliserida dengan alkohol rantai pendek berupa metanol.
Reaksi transesterifikasi umumnya dapat dilakukan dengan menggunakan metode
katalitik atau non-katalitik. Proses produksi biodiesel secara katalitik membutuhkan
bantuan katalis untuk mempercepat terjadinya reaksi antara trigliserida dan metanol,
dengan cara menurunkan energi aktivasi tanpa mengubah energi reaksi (∆E) tersebut
sehingga molekul yang jumlah energinya tidak tinggi dapat bereaksi membentuk zat
yang diinginkan. Sedangkan metode non katalitik tidak membutuhkan katalis, namun
untuk mendapatkan energi aktivasi yang dibutuhkan harus mencapai kondisi
supercritical methanol, dengan menggunakan suhu dan tekanan yang tinggi (453–
573K, 6-18 MPa). Penggunaan suhu dan tekanan yang tinggi pada kondisi supercritical
methanol dapat beresiko memicu terjadinya ledakan, sehingga dibutuhkan alternatif
perubahan kondisi dari supercritical metanol menjadi superheated methanol vapor
menggunakan temperatur tinggi (523–563K) pada tekanan atmosfer. Sistem
superheated methanol vapor masih memiliki kelemahan yaitu laju reaksi proses masih
rendah, dibutuhkan jumlah metanol lebih banyak, dan waktu reaksi yang relatif lebih
lama. Hasil simulasi dengan menggunakan persamaan model logaritmik menunjukkan
bahwa 0,1% (b/b) katalis dapat digantikan oleh penggunaan 0,9 modul berpengaduk
statik (static mixer) atau dengan panjang elemen static mixer sebesar 58,1 cm, untuk
mempermudah perhitungan 0,9 modul dapat dibulatkan menjadi 1 modul. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan bahwa untuk semua perlakuan penggunaan 5 modul
berpengaduk static dengan variasi konsentrasi katalis (0,3% dan 0,5%) telah
memenuhi persyaratan karakteristik biodiesel SNI (densitas, viskositas, angka asam).
Sedangkan untuk kadar metil ester masih belum mencapai standar SNI, kadar metil
ester tertinggi yang diperoleh menggunakan 5 modul adalah 92,5% (b/b) dan 88,9%
(b/b), untuk penggunaan katalis sebanyak 0,3% (b/b) dan 0,5% (b/b), secara berturut-
turut (Sari, 2016).
Gambar E.1 Diagram Pembuatan Biodiesel
(Sari, 2016)
LAMPIRAN F
FOTO PERCOBAAN

E. 1 Foto Percobaan Pola Aliran


E.1.1 Pola Aliran Pada Propeller

(a) (b)
Gambar E.1 Pola Aliran Pada Propeller (a) Tanpa dan (b) Dengan Sekat

E.1.2 Pola Aliran Pada Turbine

(a) (b)
Gambar E.2 Pola Aliran Pada Turbine (a) Tanpa dan (b) Dengan Sekat
E.2 Dispersi Padatan
E.2.1 Dispersi Padatan Dengan Menggunakan Propeller

(a) (b)
Gambar E.3 Dispersi Padatan Dengan Menggunakan Propeller (a) Tanpa dan (b)
Dengan Sekat

E.2.2 Dispersi Padatan Dengan Menggunakan Turbine

(a) (b)
Gambar E.4 Dispersi Padatan Dengan Menggunakan Turbine (a) Tanpa dan (b)
Dengan Sekat
E.3 Campuran tidak saling Melarut
E.3.1 Campuran tidak saling Melarut Dengan Menggunakan Propeller

(a) (b)
Gambar E.5 Campuran tidak saling Melarut Dengan Menggunakan Propeller (a)
Tanpa dan (b) Dengan Sekat

E.3.2 Campuran tidak saling Melarut Dengan Menggunakan Turbine

(a) (b)
Gambar E.6 Campuran tidak saling Melarut Dengan Menggunakan Turbine (a)
Tanpa dan (b) Dengan Sekat

Anda mungkin juga menyukai