NAMA NIM
MUHAMMAD RIZKY PULUNGAN 190405027
Medan, 2020
Dosen Pembimbing
Medan, 2020
Asisten
1. Benzena 4 ml
2. Aseton 3 ml
LAPORAN PRAKTIKUM
ρ−ρ1 T−T1
=T (Geankoplis, 1993)
ρ 2 − ρ1 2 − T1
ρ − 997068 5,5
=
−1,4 5
𝜌 - 997,08 = -1,57
𝜌 = -1,57 + 997,08
𝜌 = 995,51 kg/m3
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
𝑚 air 124,86 g
Maka volume Erlenmeyer = = = 0,125 L
𝜌 air 995,51 g/𝑙
Massa Air
Densitas Air Volume Kalibrasi
Sampel Run (g)
(g/L) (L)
Benzena
I 995,51 124,86 0,125
(C6H6)
Aseton
I 995,96 100,96 0,100
(CH3H6O)
Tabel 1.1 Penentuan Volume Erlenmeyer
0,199
ρ = 0,125 = 1,587 g/L
Massa
Massa Volume Densitas
Densitas Air Cairan
Sampel Run Air Kalibrasi gas
Volatil
(g/L) (g) (g/L)
(L) (g)
Benzena
I 995,51 124,86 0,125 0,199 1,587
(C6H6)
Aseton
I 995,96 100,04 0,100 0,140 1,394
(CH3H6O)
Tabel 1.2 Penentuan Densitas Cairan Volatil
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
T (K) = 365,7 K
P = 1 atm
R = 0,08206 atm L mol-1 K-1
T = suhu (K)
𝜌 = massa jenis cairan
ρ
BM R T
P
1,587
BM = x 0,08206 x 365,7 = 47,614 g/mol
1
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
%Ralat = 38,96 %
II. Pembahasan
2.1 Hubungan Densitas Dengan Berat Molekul Senyawa Volatil Berdasarkan Hukum
Gas Ideal
Gas ideal didefinisikan sebagai sistem banyak partikel yang partikelnya tidak saling
bereaksi. Dalam realitanya tidak ada sistem semacam ini, tetapi sistem gas real yang
kerapatannya sangat rendah akan sangat mendekati sifat-sifat dari gas ideal. Hal ini karena
kerapatanpartikelsangat rendah menyebabkan kemungkinan terjadinya interaksi antar
partikelnya sangat kecil, sehingga praktis partikelnya tidak saling berinteraksi. Perumusan
persamaan keadaan gas ideal diperoleh dari generalisasi hasil eksperimen terhadap gas real
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan :
P = tekanan
V= volume
n = jumlah mole
T = suhu absolut
PV = n R T
𝑀
PV = 𝑀𝑟 𝑅𝑇
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
𝜌
𝑀𝑟 = 𝑝 RT
𝑀𝑟𝑃
𝜌= (Holmes, 2017)
𝑅𝑇
Berdasarkan persamaan, jika suhu semakin besar maka nilai densitas semakin kecil,
begitu juga sebaliknya. Jika suhu semakin kecil maka densitas semakin besar. Maka dapat
disimpulkan bahwa densitas dengan temperatur memiliki hubungan berbanding terbalik.
Pada percobaan diperoleh besar densitas yang tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa densitas berbanding terbalik dengan suhu.
PV = nRT
𝑚
PV = 𝑀.𝑅𝑇
𝑃𝑀 𝑚
= =𝜌
𝑅𝑇 𝑉
𝑃
ρ= 𝑇 (Holmes, 2017
(𝑅 )
𝑀
Dari persamaan di atas dapat diperoleh hubungan tekanan terhadap suhu yakni jika suhu
semakin besar maka tekanan juga semakin besar, begitu pula sebaliknya. Jika suhu semakin
kecil maka tekanan juga semakin kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa hubungan tekanan
terhadap suhu yakni berbanding lurus. Pada percobaan tidak menggunakan variasi tekanan,
melainkan menggunakan tekanan 1 atm atau tekanan dalam keadaan standar, sehingga tidak
berpengaruh pada perubahan suhu.
Hasil berat molekul pada sampel Benzena (C6H6) dapat diliat pada table berikut:
Berat Molekul
Sampel
Teori Praktek
Benzena
(C6H6) 78 47,614
Tabel 2.4.1 Perbandingan Berat Molekul Teori dan Praktek Sampel Benzena
Dari tabel di atas, kita memperoleh hasil berat molekul praktik Benzena sebesar 47,614
g/mol dengan berat molekul teori sebesar 78 g/ mol, memiliki hasil yang tidak sama dan
menimbulkan galat sebesar 38,96%.Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, yaitu :
1. Kurang teliti pada saat menimbang dan mengukur sampel.
2. Lubang aluminium yang terlalu besar membuat uap air ikut masuk kedalam
Erlenmeyer.
3. Ketidaktelitian dalam proses pemanasan.
2.4.2 Aseton
Aseton memiliki ciri-ciri: tidak berwarna dan memiliki berat jenis 0,812gram/mol serta
memiliki bau yang sengit. Aseton dapat bercampur dalam air dan dalam semua perbandingan
adalah suatu zat pelarut yang baik bagi banyak zat-zat organik, aseton dipakai dalam
pembuatan senyawa penting antaranya Kloroform dan Iodoform.
Aseton merupakan senyawa berisifat polar dan larut dalam air. Aseton mudah terbakar
dan mudah menguap. Uap tersebut dapat menyebabkan percikan api dan berbahaya apabila
tertelan atau terhirup juga dapat mempengaruhi kerja sistem syaraf. Aseton memiliki titik didih
56˚C dan berat jenisnya adalah 0,787 g/mL. Berat molekul aseton adalah 58 g/mol (Utami,
2019).
Hasil berat molekul pada sampel Aseton (CH3H6O) dapat dilihat pada tabel berikut:
Berat Molekul
Sampel
Teori Praktek
Aseton
58 41,712
(CH3H6O)
Tabel 2.4.2 Perbandingan Berat Molekul Teori dan Praktek Sampel Aseton
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada tabel 2.4.2 dapat disimpulkan bahwa jarak antar berat molekul teori dan praktek
cukup jauh berbeda. Dimana berat molekul praktik sebesar 41,712 g/mol dan berat molekul
teori sebesar 58 g/mol. Hal ini dapat di sebabkan karena beberapa faktor berikut ini:
1. Lubang pada alumunium pada saat dilakukan percobaan prosedur pemanasan pada
water bath maka akan membuat banyaknya gas senyawa volatil yang terbuang terlalu
banyak.
2. Suhu pada water bath terlalu tinggi.
3. Karena kurang teliti, sehingga sampel terkontaminasi dengan zat lain yang tidak
diperlukan dalam percobaan.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Kesimpulan :
2. Saran :
Adapun saran pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk penggunaan water bath sebaiknya praktikan tidak lansgung menaikkan suhu water
bath secara lansung 100°C tetapi secara perlahan tidak lansgung 100°C.
2. Praktikan menggunakan tabung penjepit untuk memegang sample pada Erlenmeyer pada
saat dilakukan proses penguapan, tidak menggunakan tangan.
3. Praktikan hendaknya memakai masker gas pada saat memanaskan sample di water bath
agar tidak terhirup uap dari pada senyawa volatile yang bersifat racun, serta menggunakan
sarung tangan yang standar
4. Pada saat setelah keluar dari water bath dan setelah di lap dengan menggunakan kain
hendaknya tidak dimasukkan kedalam desikator namun sebaiknya ditunggu hingga
Erlenmeyer dingin baru dimasukkan kedalam desikator
5. Disarankan jangan menggunakan karet gelang sebagai pengikat tutup erlenmeyer.
Dikhawatirkan akan putus bila suhu panas.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
PROGRAM KOMPUTER
A.1 Data Percobaan
Sampel Benzena (C6H6) A.5 Penentuan ρ Gas
Run Sampel
Massa labu Erlenmeyer kosong (gram) D7 Run I Run II Run III
Massa labu Erlenmeyer + aluminium foil + karet gelang (gram) D8 =D12/A68 =E12/B68 =F12/C68
Massa Labu Erlenmeyer + aluminium foil + karet gelang + cairan volatil (gram) D9
Massa Labu Erlenmeyer + air (gram) D10 Metanol(CH3OH)
Massa air (gram) D11 Run I Run II Run III
Massa cairan volatil (gram) D12 =D26/A72 =E26/B72 =F26/C72
Temperatur penangas air pada saat cairan volatil menguap ( oC) D13
o
Temperatur air dalam labu erlenmeyer ( C) D14
Berat Molekul Volatil (g/mol) = Benzena (C6H6) A.6 Temperatur Cairan
P 1 atm 1 Benzena (C6H6)
R B17 atm L/mol K D17 Run I Run II Run III
=273.15+D13 =273.15+E13 =273.15+F13
Sampel Aseton (C3H6O)
Run Run I Aseton (C3H6O)
Massa labu Erlenmeyer kosong (gram) D21 Run I Run II Run III
Massa labu Erlenmeyer + aluminium foil + karet gelang (gram) D22 =273.15+D27 =273.15+E27 =273+F27
Massa Labu Erlenmeyer + aluminium foil + karet gelang + cairan volatil (gram) D23
Massa Labu Erlenmeyer + air (gram) D24
Massa air (gram) D25 A.7 Penentuan Berat Molekul Praktek
Massa cairan volatil (gram) D26 Benzena (C6H6)
o
Temperatur penangas air pada saat cairan volatil menguap ( C) D27 Run I Run II Run III
o
Temperatur air dalam labu erlenmeyer ( C) D28 =(A81/1)*B17*A94 =(B81/1)*B17*B94 =(C81/1)*B17*C94
Berat Molekul Volatil (g/mol) = Aseton (C3H6O)
P 1 atm 1 Aseton (C3H6O)
R B31 atm L/mol K D31 Run I Run II Run III
=(A85/1)*B31*A98 =(B85/1)*B31*B98 =(C85/1)*B31*C98
Aseton (C3H6O)
Run I Run II Run III
B50 B50 B50
Aseton (C3H6O)
Run I Run II Run III
=D25/A59 =E25/B59 =F25/C59
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN B
HASIL PROGRAM KOMPUTER
B.1 Data Percobaan
Sampel Benzena (C6H6)
Run Run I
Massa labu Erlenmeyer kosong (gram) 51.42
Massa labu Erlenmeyer + aluminium foil + karet gelang (gram) 52.12
Massa labu Erlenmeyer + aluminium foil + karet gelang + cairan volatil (gram) 52.31
Massa labu Erlenmeyer + air (gram) 176.46
Massa air (gram) 124,86
Massa cairan volatil (gram) 0.199
Temperatur penangas air pada saat cairan volatil menguap ( oC) 92.7
Temperatur air dalam labu erlenmeyer ( oC) 30.5
Berat Molekul Volatil (g/mol) = 78
P 1 atm 1
R 0.08206 atm L/mol K 0.08206
LAMPIRAN D
APLIKASI INDUSTRI
Pengaruh Penyaringan Nira Terhadap Senyawa Volatil Gula Aren
Nira aren merupakan bahan baku utama pengolahan gula aren. Pemanfaatan gula aren
sangat beraneka ragam, terutama pada jenis-jenis makanan yang menghendaki rasa dan aroma khas
dari gula aren, seperti pada pengolahan kecap. Di samping itu, gula aren memiliki beberapa
keunggulan dibanding dengan gula tebu atau pemanis lain. Beberapa keunggulannya sebagai
berikut: (a) rasanya manis dan memiliki aroma khas (aroma nira), (b) mengandung mineral, (c)
kandungan gula (sukrosa) lebih kecil, (d) mengandung protein, vitamin B1, vitamin C, riboflavin
dan asam nicotinat, (e) untuk terapi asma, kurang darah/anemia, lepra/kusta, mempercepat tumbuh
kembang anak, (f) meringankan batuk yang disertai demam, dan (g) berkhasiat seperti madu.
Nira yang sudah disiapkan disaring menggunakan 3 cara penyaringan, sebagai berikut: (a)
kain saring, (b) kertas saring ditambah batu zeolit, dan (c) kertas saring ditambah batu zeolit dan
hasil penyaringan ditambahkan kapur makan 0,25%. Nira yang sudah disaring, diproses menjadi
gula aren dengan metode open pan, kemudian dikemas menggunakan aluminium foil berlapis
plastik untuk dianalisa.
Pengamatan terdiri atas komponen makronutrien gula aren dan senyawa volatil. Komponen
makronutrien gula aren yang diamati meliputi kadar air, abu, lemak, protein, gula reduksi, sakarosa,
dan kalsium.Komponen senyawa volatil yang di peroleh pada umumnya yaitu senyawa alkohol,
keton, asam, furan, aldehid, fenol dan nitrogen (Barlina, 2015).
Gambar D.1 Flowsheet Proses Penyaringan Nira Terhadap Senyawa Volatil Gula Aren
(Barlina, 2015).