KIMIA FISIKA
SEMESTER : II (DUA)
NAMA NIM
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2021
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kode : F/Dik-3/SPMI-PSTK-
FAKULTAS TEKNIK USU
Medan, 2021
Dosen Pembimbing
Medan, 2021
Asisten,
( Valencia )
Medan, 2021
Asisten
( Valencia )
(Valencia)
LAPORAN PRAKTIKUM
ASISTEN : VALENCIA
Adsorpsi adalah proses dimana molekul fluida [cair, gas] melekat pada
permukaan padatan. Dewasa ini sedang dikembangkan penggunaan adsorben
alternatif yaitu adsorben yang berasal dari alam. Salah satunya adalah
pemanfaatan produk samping pertanian sebagai adsorben (Masrofah, 2017).
Pada percobaan isotherm adsorpsi ini, kami menggunakan asam asetat sebagai
adsorbat. Pada proses adsorpsi asam asetat akan diserap oleh adsorben yang telah diaktivasi.
Adsorben yang digunakan adalah karbon aktif. Pada saat asam asetat diadsorpsi, maka akan
muncul filtrate sebagai hasil adsorpsi dan konsentrasi asam asetat akan berkurang. Salah satu
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
factor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah pH (derjat keasaman). Alat yang digunakan
untuk mengukur pH larutan adalah pH meter. Pada percobaan ini, larutan asam asetat
dicampurkan dengan 2 gram karbon aktif lalu diaduk setiap 10 menit pada kurun waktu 1 jam,
kemudian disaring menggunakan kertas saring, dimana filtrate yang tertampung di dalam
Erlenmeyer akan kita titrasi untuk membandingkan konsentrasi dalam pH larutan asam asetat
sebelum dan sesudah proses adsorpsi.
Konsentrasi larutan asam asetat yang digunakan memiliki 5 variasi, yaitu 0,35 M ;
0,25 M ; 0,15 M ; 0,1 M ; dan 0,01 M dan pH tiap konsentrasi yaitu 2,522 ; 2,5125 ; 2,352 ;
2,339 ; dan 2,274. Setelah melakukan proses adsorpsi, pH pada larutan asam asetat meningkat
dengan pH disetiap asam asetat adalah 11,004 ; 10,059 ; 11,854 ; 11,789 ; dan 11,818.
Dengan ini disimpulkan bahwa pH adsorbat meningkat setelah dilakukan proses adsorpsi.
Daya adsorpsi adalah besarnya persentase kinerja yang dihasilkan oleh adsorben
mengadopsi adsorbat.
Volume
pH pH Konsentrasi Volume
Cawal Asam Cakhir
Sebelum Sesudah NaOH NaOH
(M) Asetat (M)
Titrasi Titrasi (M) (ml)
(ml)
Proses penyerapan atau adsorpsi oleh suatu adsorben dipengaruhi banyak factor dan
juga memiliki pola isotherm adsorpsi tertentu yang spesifik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam proses adsorpsi antara lain yaitu jenis adsorben, jenis at yang diserap,
luas permukaan adsorben, konsentrasi zat yang diadsorpsi dan suhu. Oleh karena faktor-faktor
tersebut maka setiap adsorben yang menyerap suatu zat satu dengan zat lain tidak akan
mempunyai pola isotherm adsorpsi yang sama. ( Wijayanti, et al., 2018 )
Besarnya persentase adsorpsi pada setiap asam asetat dengan konsentrasi tertentu
dapat dilihat pada table berikut.
Dari data daya adsorpsi ini kita dapat melihat terjadinya kenaikan daya adsorpsi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa daya adsorpsi dapat dipengaruhi oleh beberapa factor,
yaitu proses pengadukan, karakteristik adsorbat, dan kelarutan adsorbat.
Grafik persamaan isotherm adsorpsi menurut Freundlich yang didapat dari percobaan
dapat dilihat pada gambar berikut.
LOG X/M
0
0 0.5 1 1.5 2
-0.2
-0.4
-0.6
LOG X/M
-1.2
-1.4
-1.6
LOG C
Grafik ini sudah hamper sesuai dengan teori isotherm adsorpsi freundlich yaitu grafik
berupa garis linear. Pada grafik perbandingan nilai k dengan size dapat diketahui bahwa
semakin besar luas permukaan adsorben maka akan didapatkan nilai n yang semakin besar.
Jika konsentrasi (C) makin besar, maka jumlah solute yang teradsorpsi semakin besar.
Hal ini sesuai dengan persamaan Frendlich :
𝑥
= k. x. 𝐶 𝑛
𝑀
Dimana :
X = berat teradsorpsi
M = berat adsorben
Kesimpulan :
1. C awal yang diperoleh dari hasil titrasi pada masing masing konsentrasi asam asetat (
0,35 M ; 0,25 M ; 0,15 M ; 0,1 M ; dan 0,01 M ) secara berturut-turut adalah ( 0,4522
M ; 0,2999 M ; 0,1856 M ; 0,1142 M ; 0,0571 M )
2. C akhir yang diperoleh dari hasil titrasi pada masing masing konsentrasi asam asetat (
0,35 M ; 0,25 M ; 0,15 M ; 0,1 M ; dan 0,01 M ) secara berturut-turut adalah ( 0,3618
M ; 0,2332 M ; 0,1476 M ; 0,0904 M ; 0,0428 M )
3. Persen adsorpsi masing-masing run secara berturut-turut adalah 20,00% ; 22,22% ;
20,51% ; 20,83% ; 25,00%
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam prosesn adsorpsi antara lain yaitu jenis
adsorben, jenis zat yang diserap, luas permukaan adsorben, konsentrasi zat yang
diadsorbsi dan suhu
5. Asam asetat digunakan sebagai adsorbat
Saran :
Adapun saran yang dapat disampaikan dari percobaan ini sebagai berikut.
1. Disarankan praktikan agar lebih teliti dalam menghitung konsentrasi larutan sampel
agar persentase adsorpsi lebih akurat
2. Disarankan untuk memvariasikan adsorbat agar mengetahui perbandingan proses
adsorbs yang dialami oleh masing-masing zat
3. Disarankan untuk memvariasikan pH untuk melihat perbandingan pH terhadap daya
adsorpsi
4. Disarankan untuk memvariasikan massa karbon aktif untuk melihat pengaruh massa
adsorban terhadap daya adsorpsi
5. Disarankan agar teliti dalam melakukan percobaan
DAFTAR PUSTAKA
Masrofah. (2017). Kajian Pemanfaatan Silika dari Sekam Padi dalam Pengolahan
Wijayanti, A., Susatyo, E. B., Sukarjo, S., & Kurniawan, C, (2018). Adsorpsi
Widayanto, T., Yuliawati, T., Susilo, A. A. (2017). Adsorpsi Logam Berat (Pb)
Buhani, F Luziana, Dkk (2020). Kajian pola isoterm adsorpsi zat pewarna kristal
violet pada adsorben dari karbon cangkang kelapa sawit dengan pelapisan
Massa = 2 gram
Sebanyak 2 gram kristal NaOH di larutkan dengan aquadest hingga
volumenya 500ml.
B.1.1.2 Larutan NaOH 0,01 N 250 ml
NNaOH = 0,01 N
NNaOH = valensi x MNaOH
0,01 N = 1 x MNaOH
MNaOH = 0,01 M
massa 1000
MNaOH = x
Mr V
massa 1000
0,01 M = x
40 250
Massa = 0,1gram
Sebanyak 0,1 gram kristal NaOH di larutkan dengan aquadest hingga
volumenya 500ml.
B.1.2 Penyiapan Larutan Asam Oksalat (C2H2O4)
B.1.2.1 Larutan Asam Oksalat (C2H2O4) 0,2 N 100 ml
NC2H2O4 = 0,2 N
NC2H2O4 = valensi x MC2H2O4
0,2 N = 2 x MC2H2O4
MC2H2O4 = 0,1 M
massa 1000
M C2H2O4 = x
Mr V
massa 1000
0,1 M = 126,07 x 100
= 17,48 M → M1
M1 . V1 = M2 .V2
17,48 . V1 = 0,75 . 150
V1 = 5,148 ml
Sebanyak 5,148 ml CH3COOH 100% diencerkan dengan aquadest hingga
volumenya 150 ml.
Perhitungan variasi kosentrasi yang lain analog dengan data di atas
Tabel B.1 Perhitungan Pembuatan Larutan Asam Asetat (CH3COOH)
CH3COOH Konsentrasi
Volume (V1) Volume (V2)
(M2) (M1)
0,65 17,48 5,57 150
0,55 17,48 4,71 150
0,45 17,48 3,86 150
0,4 17,48 3,43 150
Konsentrasi NaOH = D4 M
Konsentrasi Asam Oksalat = D5 N
Konsentrasi Asam Asetat = D6 M
Massa Relatif Asam Asetat = D7 gr/ml
Volume Larutan Asam Asetat = D8 ml
Massa Karbon Aktif = D9 gram
LAMPIRAN D
Kajian pola isoterm adsorpsi zat pewarna kristal violet pada adsorben dari karbon
cangkang kelapa sawit dengan pelapisan partikel Fe3O4
Krystal violet (CV) adalah pewarna tri-fenilmetan dengan rumus molekul C25N3H30Cl banyak
digunakan sebagai agen dermatologis dalam berbagai proses tekstil komersial. Pewarna kristal violet
ditemukan sebagai salah satu agen yang menimbulkan keracunan dalam ekosistem air yang
menimbulkan masalah bagi makhluk hidup. Oleh karena itu, untuk mereduksi bahaya yang dapat
ditimbulkan dari sisa penggunaan zat pewarna CV, maka pengurangan zat warna ini pada limbah
industri perlu dilakukan, terutam pada pengolahan limbah sebelum terjadi penyebaran ke
lingkungan.
Berbagai metode telah banyak digunakan untuk mengurangi zat warna pada limbah seperti
oksidasi , koagulasi dan flokulasi, adsorpsi dan pertukaran ion. Dari berbagai metode yang telah
disebutkan diatas, metode adsoprsi merupakan metode yang paling banyak digunakan karena
memiliki efisiensi yang tinggi. Selain itu, adsorpsi juga memiliki keunggulan lainnya seperti biaya yang
realtif murah, metode yang lebih sederhana, bersifat ramah lingkungan serta tidak adanya efek
samping yang beracun.
Salah satu material yang banyak digunakan sebagai adsorbent zat perwarna organik yang
bersifat toksik adalah karbon aktif. Karbon aktif (AC) sering disebut "material masa depan", karena
memiliki kemampuan yang sangat baik dalam sejumlah aplikasinya bagi berbagai industri, baik home
industry maupun manufacturing industries.
Berkaitan dengan banyaknya penggunaan karbon aktif tersebut, maka permintaan pasar
akan AC semakin meningkat. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk memproduksi AC dari
limbah agroindustri, seperti limbah yang berasal dari cangkang kelapa sawit. Salah satu pemanfaatan
AC yang paling umum digunakan adalah sebagai adsorben dalam pengolahan limbah kimia. Akan
tetapi seiring dengan peningkatan jumlah dan jenis limbah yang terdapat dilingkungan, maka
diperlukan juga peningkatan kualitas AC sehingga memiliki karakter yang lebih spesifik agar dapat
lebih efektif sebagai adsorben.
Oleh karena itu dilakukan peningkatan kualitas AC, antara lain dengan memberikan sifat
magnet pada AC melalui teknik pelapisan partikel superparamagnetitk (Fe3O4). Adanya sifat magnet
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pada karbon aktif dapat memisahkan adsorbat dengan cepat dan proses adsorpsi terjadi pada
temperatur ruang. Teknik pelapisan material dengan partikel magnetit merupakan teknik yang ramah
lingkungan, karena tidak membentuk produk yang mengandung kontaminasi seperti padatan
tersuspensi, selain itu mempercepat proses pemisahan logam dari larutan karena adsorben bersifat
magnet. Selain itu, pelapisan AC dengan Fe3O4 akan menghasilkan AC yang stabil dalam kondisi
asam. Hasil penelitian Buhani et al (2017) menunjukkan bahwa modifikasi adsorben dengan dengan
pelapisan magnetit meningkatkan laju dan kapasitas adsorpsi terhadap adsorbat. ( Burhani, 2020 )