Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI TEKNIK

SEMESTER : II (DUA)
TAHUN AJARAN : 2019/2020
HARI/TGL. PERCOBAAN : SABTU/02 MEI 2020
JUDUL PERCOBAAN : PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM
KELOMPOK : B-10 (B-SEPULUH)

NAMA NIM
ARI FERNANDO PANJAITAN 190405073
NAVIRI MARIA E. SITORUS 190405089

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TEKNIK


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kode : F/Dik-3/SPMI-PSTK-
FAKULTAS TEKNIK USU

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Tanggal : 8 Agustus 2019


Revisi : 01
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN Halaman : 1/1

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TEKNIK


MODUL PRAKTIKUM : PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM
KELOMPOK : B-10 (B-SEPULUH)
NAMA/NIM : 1. ARI FERNANDO PANJAITAN/190405073
2.NAVIRI MARIA E. SITORUS/190405089
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SABTU/ 02 MEI 2020

Medan, 2020
Dosen Pembimbing

(Nisaul Fadilah Dalimunthe, ST., M.Eng.)


Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara
Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kode : F/Dik-3/SPMI-PSTK-
FAKULTAS TEKNIK USU

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Tanggal : 8 Agustus 2019


Revisi : 01
LEMBAR PENGESAHAN ASISTEN Halaman : 1/1

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TEKNIK


MODUL PRAKTIKUM : PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM
KELOMPOK : B-10 (B-SEPULUH)
NAMA/NIM : 1. ARI FERNANDO PANJAITAN/190405073
2. NAVIRI MARIA E. SITORUS/190405089
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SABTU/02 MEI 2020

Medan, 2020
Asisten

(Alri Julfifty Tamba)


Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara
Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kode : F/Dik-3/SPMI-PSTK-
FAKULTAS TEKNIK USU

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Tanggal : 8 Agustus 2019


Revisi : 01
LEMBAR PENUGASAN Halaman : 1/1

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TEKNIK


MODUL PRAKTIKUM : PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM
KELOMPOK : B-10 (B-SEPULUH)
NAMA/NIM : 1. ARI FERNANDO PANJAITAN/190405073
2. NAVIRI MARIA E. SITORUS/190405089
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SABTU/2 MEI 2020

Sampel : Serbuk kacang kedelai , Sukrosa


Media : MSA , Air kolam udang uji
Metode : Pour Plate , Pour Plate
Variabel : Lama inkubasi 24 jam dengan Suhu 37oC , Lama inkubasi 24 jam dengan suhu 25OC

Medan, 2020
Asisten

(Alri Julfifty Tamba)


Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara
Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kode : F/Dik-3/SPMI-PSTK-
FAKULTAS TEKNIK USU

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Tanggal : 8 Agustus 2019


Revisi : 01
LEMBAR DATA Halaman : 1/3

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TEKNIK


MODUL PRAKTIKUM : PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM
KELOMPOK : B-10 (B-SEPULUH)
NAMA/NIM : 1. ARI FERNANDO PANJAITAN/190405073
2. NAVIRI MARIA E. SITORUS/190405089
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SABTU/2 MEI 2020

Jurnal Pemanfaatan Serbuk Kacang Kedelai untuk Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus
dan Staphylococcus Epidermidis
Hasil pertumbuhan bakteri Staphylococcus Aureus pada media MSA serbuk kacang kedelai

Sampel Metode/Media Gambar Keterangan

Kurang subur
Morfologi koloni : Bulat,
smooth, diameter 1-2 mm
Pour Plate / Bersifat manitol fermenter
Manitol Salt lemah
Agar (MSA)
Warna koloni kuning

Serbuk Kurang subur


Kacang bersifat manitol fermenter
lemah
Kedelai Pour Plate / Warna koloni kuning
Manitol Salt Morfologi koloni : Bulat,
Agar (MSA) smooth, diameter 1-2 mm

Subur
Pour Plate / Morfologi koloni : Bulat,
smooth, diameter 2-4 mm
Warna koloni kuning

Bersifat manitol fermenter

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kode : F/Dik-3/SPMI-PSTK-
FAKULTAS TEKNIK USU

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Tanggal : 8 Agustus 2019


Revisi : 01
LEMBAR DATA Halaman : 2/3

Pour Plate / Subur


Manitol Salt Agar Morfologi koloni : Bulat,
(MSA) smooth, diameter 2-4 mm
Warna koloni kuning
Bersifat manitol fermenter
Pour Plate / Subur
Manitol Salt Agar Morfologi koloni : Bulat,
(MSA) smooth, diameter 2-4 mm,
Warna koloni kuning
Bersifat manitol fermenter

Hasil pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis pada media MSA serbuk kacang kedelai

Sampel Metode/Media Gambar Keterangan


Pour Plate / Manitol Kurang subur
Salt Agar (MSA) Morfologi koloni : Bulat,
smooth, diameter 1-2 mm,
Warna koloni putih
Warna media merah
Serbuk Bersifat non manitol fermenter
Kacang
Kedelai Pour Plate / Manitol Subur
Salt Agar (MSA) Morfologi koloni : Bulat,
smooth, diameter 2-4 mm,
Warna koloni putih
Warna media merah,
Bersifat non manitol fermenter
Pour Plate / Manitol Subur
Salt Agar (MSA) Morfologi koloni : Bulat,
smooth, diameter 2-4 mm,
Warna koloni putih
Warna media merah
Bersifat non manitol fermenter
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kode : F/Dik-3/SPMI-PSTK-
FAKULTAS TEKNIK USU

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Tanggal : 8 Agustus 2019


Revisi : 01
LEMBAR DATA Halaman : 3/3

Pour Plate / Subur


Manitol Salt Agar Morfologi koloni : Bulat, smooth,
(MSA) diameter 2-4 mm, Warna koloni
putih
Warna media merah,
Bersifat non manitol fermenter
Pour Plate / Subur
Manitol Salt Agar Morfologi koloni : Bulat, smooth,
(MSA) diameter 2-4 mm, Warna koloni
putih
Warna media merah
Bersifat non manitol fermenter
Jurnal pengaruh pemberian sukrosa sebagai sumber karbon dan probiotik terhadap dinamika populasi
bakteri
Sampel Metode/Media Gambar Keterangan
Pour Plate/ Air kolam
Udang Uji

Pour Plate/ Air Kolam


Sukrosa Udang Uji

Medan, 2020
Asisten

(Alri Julfifty Tamba)


Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara
Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
Laporan Keterampilan
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM : MIKROBIOLOGI TEKNIK

PRAKTIKUM MATA KULIAH : PENGANTAR BIOPROSES

MODUL : PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM


1. ARI FERNANDO PANJAITAN / 190405073
NAMA PRAKTIKAN / NIM :
2. NAVIRI MARIA E. SITORUS / 190405089
KELOMPOK : B-10 (B-SEPULUH)

TANGGAL / SESI PRAKTIKUM : 02 MEI 2020 / SETELAH UTS

ASISTEN : ALRI JULFIFTY TAMBA

DOSEN PEMBIMBING MODUL : NISAUL FADILAH DALIMUNTHE, ST., M.Eng.

1. Metodologi Percobaan :
1.1 Alat dan Bahan Percobaan
Berikut alat dan bahan percobaan yang digunakan pada kedua jurnal tersebut.
Alat :
- Autoclave - Kertas Payung
- Batang Pengaduk - Magnetic Stirer
- Beaker Glass - Mikroskop
- Cawan Petri - Objek Glass
- Erlenmeyer - Ose
- Hot Plate - Oven
- Inkubator Goyang - Spiritus
- Kain Kasa Steril - Timbangan digital
- Kapas
Bahan :
- Aquades
- Bacto agar
- Bacto phenol red
- Bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Vibrio
- Gula Tebu (sukrosa)
- Kacang kedelai
- Manitol
- Media MSA, Media SWC cair, dan Media Air
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

- NaCl
- Probiotik
- Sampel I : Serbuk kacang kedelai
- Sampel II : Gula tebu (sukrosa)
- Sumber Nutrisi bagi mikroba

1.2 Prosedur Percobaan


Berikut prosedur percobaan berdasarkan kedua jurnal yang kami peroleh.
Pada kedua Jurnal adapun Proses Sterilisasi terjadi sama, sebagai berikut.

Mulai
A

Hidupkan Autoclave
dan isi dengan air Biarkan selama 2 jam

Matikan oven
Cuci, keringkan dan
bungkus alat alat dengan tisu

Apakah
Cawan petri Tidak perlatan
dimasukkan ke sudah
dalam oven bersih ?

Ya
Operasikan oven
hingga suhu 180oC
Selesai

A
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1.2.1 PEMANFAATAN SERBUK KACANG KEDELAI (Glycine max)


SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN MEDIA MANITOL SALT AGAR
(MSA) UNTUK PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS

Mulai
B

Preparasi pembuatan Timbang serbuk kacang


serbuk kacang kedelai kedelai dan masukkan 2 gram, 3 gram,
ke dalam masing 4 gram, 5 gram,
6 gram
masing erlenmeyer

Pilih kedelai yang baik


Tambahkan 7,5 gram
NaCl, 1 gram manitol,
0,0025 gram bacto phenol
red, 1,5 gram bacto agar
Keringkan menggunakan oven dan 100 mL aquades
pada suhu 25 oC selama 24 jam

Panaskan di atas hot plate pH netral adalah


sambil diaduk sampai larut ± 7,4
Giling dan blender halus
sehingga diperoleh tepung
kedelai, kemudian disaring

Ukur pH media

Pembuatan media
MSA berbahan baku
serbuk kacang kedelai
Apakah pH Tidak
Tambahkan HCl
media sudah
atau NaOH
netral ?

Ya

A
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

A C D

Tutup erlenmeyer dengan Tutup erlenmeyer dengan Ambil 1-2 ose biakkan
kertas, dibungkus dengan kertas, dibungkus dengan strain murni lalu tanam ke
kertas payung, disterilkan kertas payung, disterilkan media MSA degan digores
dengan autoclave pada suhu dengan autoclave pada suhu di permukaan media
121 oC selama 15 menit 121 oC selama 15 menit

Inkubasi pada suhu


Masukkan ke Masukkan ke 37 oC selama 24 jam
dalam cawan dalam cawan
petri ± 15 mL petri ± 15 mL

Amati morfologi koloni yang


tumbuh pada media MSA
Pembuatan Media Persiapan Strain
Rehidrat MSA (Oxoid) Staphylococcus

Lakukan pewarnaan gram dari


Siapkan alat dan bahan koloni tersangka dari media MSA
Timbang Media MSA
sebanyak 5,55 gram yang digunakan

Ambil biakan ± 1-2 Inokulas Staphylococcus


Masukkan ke dalam pada Media MSA
gelas kimia 100 mL, ose, ratakan pada
objek glass dan fiksasi Serbuk Kacang Kedelai
tambahkan 50 mL
aquades

Lakukan pewarnaan gram Siapkan alat dan


Panaskan di atas bahan yang digunakan
hot plate sambil
diaduk sampai larut

D B

C
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

B D

Ambil biakan strain


Ambil biakan strain murni murni E. coli ± 1-2 ose, 2 gram, 3 gram, 4
S. aureus ± 1-2 ose, 2 gram, 3 gram, 4 tanamkan pada media gram, 5 gram, 6 gram
tanamkan pada media MSA gram, 5 gram, 6 gram MSA serbuk kacang
serbuk kacang kedelai pada kedelai pada cawan
cawan yang diberi label yang diberi label

Inkubasi pada suhu Inkubasi pada suhu


37 oC selama 24 jam 37 oC selama 24 jam

Amati morfologi koloni Amati perumbuhan


yang tumbuh pada media bakteri pada media MSA
MSA serbuk kacang serbuk kacang kedelai
kedelai pada variasi tertentu pada variasi tertentu

Penanaman bakteri
kontrol gram negatif
pada media MSA
Tidak Apakah hasil
serbuk kacang kedelai
pengamatan
sudah sesuai ?

Siapkan alat dan


bahan yang digunakan Ya

Selesai

Lakukan praktikum kembali


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1.2.2 PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON


DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAMIKA POPULASI BAKTERI
DAN KUALITAS AIR MEDIA BUDIDAYA UDANG VANAME,
Litopenaeus vannamei Culture

Mulai E

Sebanyak 5 ppm probiotik


diencerkan menggunakan Lakukan pengenceran berseri
air media pemeliharaan

10-1, 10-2, 10-3, 10-4.


Inokulasikan bakteri
Tambahkan Sukrosa ke Untuk Inokulas Vibrio
secara duplo
: 10-1 & 10-2
dalam media pemeliharaan

Hasil inokulasi
Sebanyak 2 ose bakteri digunakan sebagai
probiotik dibiakkan ke acuan pengenceran
dalam media SWC cair pada pengambilan
sampel selanjutnya

Lakukan Praktikum kembali


Inkubasi pada suhu 25 oC selama
24 jam pada inkubator goyang
Apakah hasil Tidak
inokulas
sudah sesuai ?
Inokulasi dan
perhitungan bakteri

Ya

Ambil sampel air dengan sedikit Selesai


pengadukan secara perlahan
menggunakan botol film

E
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2. Hasil dan Pembahasan


2.1 Hasil
Berdasarakan dua jurnal penelitian yang kami ambil, adapun perbandingan hasil
percobaan jurnal tersebut sebagai berikut :
2.1.1 PEMANFAATAN SERBUK KACANG KEDELAI (Glycine max)
SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN MEDIA MANITOL SALT AGAR
(MSA) UNTUK PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS
Dari jurnal tersebut, didapat hasil penelitian. Berikut kami sajikan tabel
sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus pada media MSA serbuk
kacang kedelai
No Variasi Pertumbuhan S. aureus Pertumbuhan S. epidermidis
Kurang subur, Morfologi koloni :
Kurang subur, Morfologi koloni :
Bulat, smooth, diameter 1-2 mm,
Bulat, smooth, diameter 1-2 mm,
1. 2 gram Warna koloni putih, warna media
Warna koloni kuning, bersifat
merah, bersifat non manitol
manitol fermenter lemah
fermenter
Kurang subur, Morfologi koloni : Subur, Morfologi koloni : Bulat,
Bulat, smooth, diameter 1-2 mm, smooth, diameter 2-4 mm, Warna
2. 3 gram
Warna koloni kuning, bersifat koloni putih, warna media merah,
manitol fermenter lemah bersifat non manitol fermenter
Subur, Morfologi koloni : Bulat, Subur, Morfologi koloni : Bulat,
smooth, diameter 2-4 mm, Warna smooth, diameter 2-4 mm, Warna
3. 4 gram
koloni kuning, bersifat manitol koloni putih, warna media merah,
fermenter bersifat non manitol fermenter
Subur, Morfologi koloni : Bulat, Subur, Morfologi koloni : Bulat,
smooth, diameter 2-4 mm, Warna smooth, diameter 2-4 mm, Warna
4. 5 gram
koloni kuning, bersifat manitol koloni putih, warna media merah,
fermenter bersifat non manitol fermenter
Subur, Morfologi koloni : Bulat, Subur, Morfologi koloni : Bulat,
smooth, diameter 2-4 mm, Warna smooth, diameter 2-4 mm, Warna
5. 6 gram
koloni kuning, bersifat manitol koloni putih, warna media merah,
fermenter bersifat non manitol fermenter

2.1.2 PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON


DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAMIKA POPULASI BAKTERI
DAN KUALITAS AIR MEDIA BUDIDAYA UDANG VANAME,
Litopenaeus vannamei Culture
Dari jurnal tersebut, didapat hasil penelitian. Berikut kami sajikan
gambar sebagai berikut.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 1. Dinamika populasi bakteri total pada beberapa perlakuan selama penelitian

Gambar 2. Persentase rata-rata kemunculan bakteri golongan Vibrio selama penelitian

2.2 Pembahasan
Berdasarakan dua jurnal penelitian yang kami ambil, adapun perbandingan hasil
percobaan jurnal tersebut sebagai berikut.
2.2.1 PEMANFAATAN SERBUK KACANG KEDELAI (Glycine max)
SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN MEDIA MANITOL SALT AGAR
(MSA) UNTUK PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS
Berdasarkan jurnal tersebut, hasil pertumbuhan bakteri S.aureus mulai
tumbuh membentuk koloni pertumbuhan bakteri S.aureus kurang subur pada
variasi 2 gram dan 3 gram, dan kurang memfermentasikan manitol sehingga
media MSA serbuk kacang kedelai tetap berwarna merah agak kekuningan,
perbedaan pertumbuhan bakteri ini dikarnakan sumber nutrisi atau protein
serbuk kacang kedelai tidak mencukupi nutrisi protein yang dibuhuhkan,
sehingga pertumbuhan bakteri S.aureus kurang baik atau proses metabolisme
bakteri berlangsung kurang optimal dan pertumbuhannya tidak seoptimal
media MSA standar.
Sedangkan pertumbuhan bakteri S.epidermidis yang subur mulai dari
variasi 3 gram sampai 6 gram dengan tidak memfermentasikan manitol maka
koloni yang tumbuh dan pada media MSA terjadi perubahan warna merah
setelah ditanami bakteri S.epidermidis. disebabkan karena S.epidermidis tidak
memfermentasikan manitol menjadi asam dan gas, menyebabkan pH media
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

menjadi basa, indikoator phenol red yang terdapat dalam media berubah
menjadi merah.
Pada media MSA serbuk kacang kedelai ini, menunjukkan hasil
optimal dan sebanding dengan media MSA standar (Oxoid) dapat dilihat
dalam hal ukuran, bentuk koloni, warna, elevasi, permukaan, pinggiran dan
sifat manitol fermenter. Koloni yang terbentuk terlihat besar dan nyata serta
mudah diamati. Hal tersebut dikarenakan nutrisi atau sumber protein yang
terkandung dalam serbuk kacang kedelai yang tinggi, dan kandungan nutrisi
yang lain yang melimpah seperti karbohidrat, vitamin dan mineral (Andrianto,
2004). Dan variasi serbuk kacang kedelai yang digunakan semakin banyak,
sehingga proses metabolisme bakteri akan berlangsung cepat dan optimal,
sehingga proses pembelahan sel berjalan baik yang dapat menyebabkan
ukuran koloni semakin besar dan cepat dalam proses memfermentasikan
manitol.
Dalam kondisi nutrisi yang baik waktu yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan bakteri relatif cepat, sebaliknya jika nutrisi yang dibutuhkan
tidak melimpah, sel-sel harus menyesuaikan dengan lingkungan dan
pembentukan enzim - enzim untuk mengurai substrat membutuhkan waktu
yang lebih lama.

2.2.2 PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON


DAN PROBIOTIK TERHADAP DINAMIKA POPULASI BAKTERI
DAN KUALITAS AIR MEDIA BUDIDAYA UDANG VANAME,
Litopenaeus vannamei Culture
Berdasarkan jurnal tersebut, proses pengambilan sampel dilakukan
dengan mengaduk media terlebih dahulu untuk mensuspensikan endapan yang
terdapat di dasar akuarium. Hal ini perlu diperhatikan karena jumlah bakteri
pada sedimen biasanya lebih tinggi daripada badan air. Hal ini diakibatkan
oleh kandungan nutrien yang lebih tinggi di dasar wadah budidaya akibat
akumulasi bahan organik sisa pakan dan metabolisme ikan. Kandungan
bakteri heterotropik pada badan air tambak sistem intensif dengan produksi
4,9 – 5,8 ton/hektar berkisar antara 1,8×104 cfu/ml sampai 6,3×104 cfu/ml.
Sedangkan kandungan bakteri heterotrofik pada sedimen mencapai 1,2×10 6
cfu/ml.
Secara umum, peningkatan jumlah biomassa bakteri dalam sistem
budidaya dapat dilakukan dengan pemberian bahan berkarbon. Walapun
begitu, pemberian probiotik saja dalam sistem budidaya juga berpotensi
meningkatkan biomassa bakteri di perairan (P>0.05). Peningkatan tersebut
diperoleh selain dari penambahan massa bakteri probion juga diduga akibat
reaksi yang timbul antara bakteri probion dengan bakteri asli perairan di
media budidaya. Interaksi yang muncul memungkinkan timbulnya proliferasi
bakteri asli tertentu sebagai akibat respon dari interaksi tersebut.
Tanpa pemberian probion, peningkatan jumlah bakteri juga dapat
diperoleh dengan penambahan sumber karbon tertentu saja, dalam hal ini
sukrosa. Laju penambahan biomassa secara signifikan lebih besar daripada
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

hanya menambahkan bakteri probiotik saja (P>0.05). Hal tersebut terjadi


diduga akibat adanya pengkayaan nutrien (karbon) yang mampu mendukung
pertumbuhan bakteri heterotrof secara umun untuk berproliferasi. Organisme
akuatik biasanya mengeluarkan limbah metabolitnya dalam bentuk amonia.
Penambahan bahan berkarbon pada badan perairan dapat mendukung
biosintesis protein mikroba. Proses tersebut biasanya terjadi setelah
terkonversinya amonia menjadi amonium sebelum akhirnya diasimilasi
bersama dengan karbon oleh bakteri dalam proses pembentukan sel barunya.
Secara umum, penambahan karbon dan probiotik ataupun kombinasi
keduanya dapat memicu tumbuhnya bakteri golongan Vibrio. Hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa penambahan karbon dapat meningkatkan
pertumbuhan bakteri golongan Vibrio, meskipun dikombinasikan dengan
bakteri probiotik Bacillus sp. Namun dengan penambahan probiotik dihasilkan
peng-hambatan spesifik terhadap bakteri jenis Vibrio hijau. Pada penelitian ini
hanya ditemukan bakteri Vibrio kuning dan hijau yang tidak berpendar,
namun tidak ditemukan bakteri golongan Vibrio yang berpendar. Bakteri
Vibrio hijau hanya ditemukan pada pengambilan sampel ke-4 dan 5 pada
semua perlakuan termasuk kontrol.
Pertumbuhan suatu jenis bakteri dalam lingkungan budidaya
dipengaruhi oleh komposisi nutrien dan bakteri yang terdapat dalam perairan.
Beberapa jenis bakteri ada yang memerlukan kondisi lingkungan tertentu
untuk tumbuh dan berkembang. Beberapa jenis bakteri lain bahkan berperan
sebagai kompetitor bagi jenis bakteri yang lain. Rendahnya persentase
kemunculan bakteri golongan Vibrio pada perlakuan penambahan probiotik
sangat mungkin dipengaruhi oleh kinerja bakteri probiotik. Keberadaan
bakteri Vibrio dalam media budidaya dapat tereduksi oleh enzim atau senyawa
kimia yang dikeluarkan oleh bakteri probiotik atau kalah dalam kompetisi
pemanfaatan nutrien.
Secara umum, penambahan nutrien seperti sukrosa dapat mendukung
pertumbuhan semua jenis bakteri termasuk Vibrio. Namun karena kemampuan
asimilasi dan proliferasi yang berbeda antar bakteri, maka akan terbentuk
kompetisi dan stratifikasi populasi bakteri. Hal tersebut dapat dilihat pada
perlakuan penambahan sukrosa yang mampu meningkatkan persentase
kemunculan bakteri Vibrio. Akan tetapi persentase tersebut cenderung
menurun setelah penambahan probiotik (perlakuan penambahan probiotik).
Pada kontrol, persentase bakteri Vibrio ditemukan paling tinggi karena
terbatasnya nutrien (terutama karbon) sehingga menyebabkan ter-hambatnya
pertumbuhan beberapa jenis bakteri heterotrof. Kondisi ini mengakibatkan
tingginya persentase bakteri Vibrio dalam komposisi bakteri total.

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bakteri


Adapun kami mendapatkan pembanding faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan bakteri berdasarkan kedua jurnal penelitaian
yang kami ambil sebagai berikut.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bakteri pada


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

media MSA kacang kedelai :


- Kandungan nutrisi protein dari kacang kedelai.
- Kandungan nutrisi lain seperti karbohidrat, vitamin, dan mineral.
- pH.
- Lingkungan.
- Suhu.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bakteri pada


media SWC cair :
- Kandungan nutrisi.
- Penambahan probiotik.
- Penambahan sukrosa.
- Kompetitor.
- Kondisi lingkungan.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran

Bakteri
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
Media

MSA Serbuk
Kacang
Kedelai (2
gram)

MSA Serbuk
Kacang
Kedelai (3
gram)

MSA Serbuk
Kacang
Kedelai (4
gram)

MSA Serbuk
Kacang
Kedelai (5
gram)

MSA Serbuk Kacang


Kedelai (6 gram)
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3. Kesimpulan dan Saran


3.1 Kesimpulan
Berikut Kesimpulan yang kami peroleh berdasarkan kedua jurnal tersebut.
1. Penambahan nutrisi seperti protein pada kacang kedelai dan sukrosa ke
dalam media pertumbuhan dapat mempercepat laju pertumbuhan bakteri,
sehingga bakteri tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
2. Agar bakteri dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, pH juga harus
dijaga dengan suasan netral. Jika pHnya belum netral, dapat ditambahkan
HCl atau NaOH ke dalam media pertumbuhannya.
3. Di dalam suatu media pertumbuhan, hanya ada satu jenis bakteri yang
ditambahkan ke dalam media. Seperti penambahan probiotik ke dalam
media yang sudah ada golongan Vibrio, akan terjadinya penghambatan
pertumbuhan golongan Vibrio, sehingga bakteri yang dihasilkan sedikit.
4. Kacang kedelai dapat digunakan sebagai bahan alternatif sumber protein
pengganti bacto beef ekstrak daging sapi dan bacto pepton untuk
menumbuhkan bakteri Staphylococcus.
5. Pemberian karbon dan probiotik maupun kombinasinya dapat
meningkatkan jumlah populasi bakteri total yang mencapai 10 7 cfu/ml.
Sedangkan bakteri golongan Vibrio hanya mencapai 103 – 104 cfu/ml.

3.2 Saran
Berikut berbagai saran yang kami peroleh berdasarkan kedua jurnal tersebut.
1. Sebaiknya diperiksa apakah alat alat laboratorium yang akan digunakan
pada percobaan ini sudah steril atau belum.
2. Sebaiknya kedua penelitian ini dapat diterapkan dan diaplikasikan dalam
kehidupan sehari hari seperti menghasilkan suatu produk untuk
kepentingan bersama.
3. Sebaiknya dilihat kadar nutrisi protein serbuk kacang kedelai apakah
sudah mencukupi atau belum, sehingga hasil yang diperoleh dapat
maksimal.
4. Sebaiknya digunakan media pembanding yang lainnya agar bisa
mendapatkan pembanding yang lebih bervariasi lagi.
5. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai media
pertumbuhan dari MSA serbuk kacang kedelai dan SWC cair serta
penambahan sukrosa serta probiotik yang memiliki jenis serta kandungan
yang bervariasi dari bakteri uji yang berbeda sehingga hasil yang akan
diperoleh lebih banyak variasinya.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Daftar Pustaka
Sukenda, dkk. 2006. Pengaruh Pembarian Sukrosa sebagai Sumber Karbon & Probiotik
terhadap Dinamika Populasi Bakteri dan Kualitas Air Media Udang Vaname,
Litopenaeus vannamei. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Surhatati, R, dkk. 2018. Pemanfaatan Serbuk Kacang Kedelai (Glycine max) sebagai
Bahan Pembuatan Media Manitol Salt Agar (MSA) untuk Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus. Tasikmalaya : STIKes BTH Tasikmalaya
LITERATUR
Pengaruh
Jurnal pemberian
Akuakultur sukrosa 5(2):
Indonesia, sebagai sumber(2006)
179-190 karbon Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 179
http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id

PENGARUH PEMBERIAN SUKROSA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN


PROBIOTIK TERHADAP DINAMIKA POPULASI BAKTERI DAN KUALITAS AIR
MEDIA BUDIDAYA UDANG VANAME, Litopenaeus vannamei

Effect of Sucrose as Carbon Source and Probiotic Administrations on Bacterial Population


Dinamic and Water Quality in White Shrimp, Litopenaeus vannamei Culture

Sukenda, P. Hadi dan E. Harris


Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680

ABSTRACT

Disinfection and nutrient enrichment prior stocking of post larvae in the pond will be affected on the
growth and composition of microbe. Attention should be taken to some factors related to deterministic and
stochastic factors of aquaculture environment in order to develop microbe community. This study was
performed to determine effect of sucrose and probiotic supplementation to shrimp culture pond on water
quality profile and population dynamic on shrimp culture media. The treatments were supplementation of
sucrose as carbon source, probiotic, and sucrose + probiotic into 25 L culture medium containing white
shrimp, Litopenaeus vannamei. Shrimp were fed commercial diet containing 30% protein by 5% body weight
every day. The result of study showed that bacterial population was increased by increasing time of shrimp
rearing. Increased of bacterial population was contrary to DO value. Bacteria grew was heterotrop and vibrio
that its intensity varied during experiment. Supplementation of sucrose supported proliferation of bacteria
including heterotrop, probiotik and vibrio groups. Specifically, interaction between probiotic bacteria and
vibrio was also found. The presence of probiotic bacteria showed a negative impact on vibrio population.
Further, development of bacteria in general was also implicated to fluctuation of ammonia concentration in
pond.

Keywords: carbon, sucrose, probiotic, white shrimp, Litopenaeus vannamei

ABSTRAK

Kegiatan disinfeksi dan pengkayaan nutrien sebelum penebaran PL akan mempengaruhi pola
pertumbuhan dan komposisi mikroba di tambak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
komunitas mikroba adalah faktor-faktor deterministic dan sthocastic masing-masing lingkungan budidaya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian bahan berkarbon (sukrosa) dan probiotik di
tambak terhadap profil kualitas air serta dinamika populasi pada perairan budidaya. Pada penelitian ini
dilakukan penambahan sumber karbon (sukrosa), penambahan probiotik dan penambahan sukrosa + probiotik
pada masing-masing wadah yang berisi 25 liter air dan udang Vanamei, Litopenaeus vannamei. Pakan yang
diberikan berupa pellet komersial dengan kadar protein 30% setiap hari sebanyak 5% dari biomassa awal. Dari
hasil penelitian ini diketahui bahwa populasi bakteri pada media budidaya meningkat seiring dengan
bertambahnya waktu pemeliharaan. Peningkatan jumlah populasi bakteri ini diikuti oleh semakin menurunnya
nilai DO secara umum. Selain bakteri heterohof, tumbuh juga bakteri golongan Vibrio dengan persentase
kemunculan yang berbeda pada setiap perlakuan. Penambahan sukrosa dalam media budidaya mendukung
proliferasi bakteri secara umum, heterotrof, probiotik dan golongan Vibrio. Secara spesifik, timbul juga
interaksi antara bakteri probiotik dengan bakteri Vibrio. Tumbuhnya bakteri probiotik berimplikasi negatif
terhadap populasi Vibrio. Selain itu pertumbuhan bakteri secara umum juga berimplikasi terhadap fluktuasi
kadar amonia perairan.

Kata kunci : karbon, sukrosa, probiotik, udang vaname, Litopenaeus vannamei


180 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris

PENDAHULUAN yang diintroduksikan dalam perairan.


Umuurnya bakteri probion ini dimanfaatkan
Dalam budidaya ikan, kegiatan dis- untuk mereduksi atau menghambat
infeksi sebelum penebaran serta pengkayan pertumbuhan beberapa bakteri patogen
nutrien perairan budidaya dan pemberian tertentu setelah sebelumnya diuji secara in
pakan akan mempengaruhi pola pertumbuhan vitro terlebih dahulu. Probion juga
dan komposisi mikroba didalamnya. Hal ini bermanfaat dalam bioremediasi lingkungan
mengakibatkan pengendalian kondisi perairan budidaya.
optimum komunitas mikroba pada sistem Efektivitas dari penggunaan probiotik
budidaya intensif menjadi sulit. Hal-hal yang akan meningkat seiring dengan kemampuan
perlu diperhatikan dalam pengembangan hidup dan proliferasi probion tersebut pada
komunitas mikroba adalah faktor-faktor lingkungan. Hal tersebut memungkinkan
deterministic dan sthocastic masing-masing adanya ketidaksesuaian kondisi lingkungan
lingkungan budidaya yang berbeda yang cocok untuk bakteri hidup dengan
(Verschuere et al., 2000). lingkungan barunya. Munculnya beragam
Faktor-faktor deterministic akan produk probiotik yang diproduksi secara
mempengaruhi perkembangan mikroba massal memerlukan studi mengenai
dalam sistem akuakultur seperti salinitas, efektivitasnya berkaitan dengan faktor-faktor
suhu, oksigen dan jumlah serta kualitas deterministic dan sthocastic. Tujuan
pakan yang diberikan. Kombinasi dari faktor- penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor lingkungan tersebut akan membentuk pengaruh pemberian bahan berkarbon
suatu habitat terbatas yang akan menyeleksi (sukrosa) dan probiotik dalam suatu
relung mikroba yang mampu untuk hidup lingkungan budidaya terhadap profil kualitas
dan berproliferasi. Perkembangan komunitas air serta dinamika populasi bakteri total dan
mikroba dalam sistem akuakultur juga Vibrio yang terdapat dalam perairan
terpengaruh oleh faktor-faktor sthocastic, budidaya.
yaitu kesempatan yang dimiliki oleh suatu
organisme untuk berada dalam waktu dan
saat yang tepat untuk masuk dan BAHAN DAN METODE
berproliferasi pada lingkungan yang
mendukung (Moriarty, 1999). Pemeliharaan udang uji
Sudah banyak pihak yang mulai merasa
Pemeliharaan udang uji dilakukan pada
perlu mengembangkan kontrol biologis
akuarium berukuran 50×35×40 cm3 yang
berkaitan dengan munculnya degradasi
diisi air laut sebanyak 25 liter dengan
kualitas perairan dan penyakit yang menjadi
kepadatan 9 ekor/akuarium. Pakan sebanyak
hambatan utama dalam produksi akuakultur.
1,25 gram diberikan setiap hari yang dibagi
Munculnya strain-strain bakteri resisten
dalam 5 kali pemberian (pukul 07.00, 11.00,
antibiotik dan peraturan yang membatasi
15.00, 19.00, dan 22.00). Pakan yang
penggunaan antibiotik serta beberapa bahan
diberikan berupa pelet komersil yang
kimia. Oleh karena itu diperlukan alternatif
mengandung protein 30%. Pakan diberikan
untuk mengatasi masalah tersebut.
dalam jumlah yang sama selama 25 hari
Penambahan karbon untuk mendukung
masa pemeliharaan.
pertumbuhan bakteri indigenous perairan
Perlakuan yang digunakan pada
telah banyak dilakukan untuk mengurangi
penelitian ini adalah:
jumlah amonia dalam perairan dan berpotensi
1. Kontrol, tanpa pemberian sukrosa maupun
sebagai sumber protein alternatif. Namun
probiotik
masalah akan timbul saat konsumsi oksigen
2. Penambahan karbon, penambahan sukrosa
perairan akan meningkat dan bakteri patogen
sebanyak 0,45 gram setiap hari pada
tumbuh sehingga dapat rnenginfeksi
media pemeliharaan.
organisme budidaya. Untuk mengatasi
3. Penambahan probiotik, penambahan
masalah patogen tersebut telah
probiotik sebanyak 5 ppm dilakukan
dikembangkan beberapa bakteri probion
setiap 4 hari kedalam media pemeliharaan.
Pengaruh pemberian sukrosa sebagai sumber karbon 181

Probiotik yang diberikan adalah Bacillus Jumlah nitrogen yang diperlukan untuk
sp. yang telah dikultur dalam media SWC pembentukan sel baru tergantung pada C/N
cair sehari sebelumnya. rasio bakteri (bakteri heterotrof 4 .3).
4. Penambahan probiotik dan karbon,
penambahan sukrosa sebesar 0,'45 grarn ΔN = ΔCmik / [C/N]mik
dilakukan setiap hari, sedangkan = (ΔCH × %C × E) / [C/N]mik
penambahan probiotik Bacillus sp. ΔCH = ΔN / %C × (E / [C/N]mik
dilakukan setiap 4 hari dengan dosis 5 = ΔN / 0,5 × (0,5 / 4,3)
ppm = ΔN / 0,05814
Penambahan karbon Keterangan:
ΔN : jumlah nitrogen yang diperlukan untuk
Proses intesifikasi mikroba dilakukan pembentukan sel baru
dengan penambahan sukrosa (gula tebu) pada ΔCH : jumlah sumber karbon yang harus
ditambahkan
media pemeliharaan udang sesuai
perhitungan yang dilakukan oleh Avnimelech
Secara umum, N yang masuk ke
(1999). Kontrol akumulasi nitrogen inorganik
perairan dari sisa pakan, degradasi bakteri
pada tambak didasarkan pada proses
maupun ekskresi ikan adalah 50% dari
immobilisasi nitrogen oleg mikroba. Bakteri
nitrogen pakan.
dan mikroorganisme lain menggunakan
karbohidrat (gula, pati dan selulosa) s ebagai ΔCH = pakan × %N pakan × %N ekskresi
makanan untuk menghasilkan energy dan = pakan × 0,0465 × 0,5/0,05814
tumbuh melalui pembentukan protein dan = pakan × 0,3999
sel-sel baru (Avnimelech, 1999).
Asumsi:
C organik → CO2 + energi + C yang 1. Kadar protein Pakan 30%
terasimilasi dalam sel mikroba 2. Efisiensi konversi mikroba 50%
3. jumlah karbon dalam sumber karbon
Persentase karbon yang terasimilasi 50%
berkaitan dengan metabolisme karbon pakan 4. C/N rasio bakteri heterotrof (target)
sering diidefinisikan sebagai Efisiensi 4,3
konversi mikroba (E) yang berkisar antara 40 Dengan demikian sukrosa yang
– 60% (Paul dan van Veen, 1978; Gaudy dan diberikan adalah 0,399 kali jumlah pakan.
Gaudy, 1980 dalam Avnimelech et al., l994). Sebelum diberikan, sukrosa dilarutkan dalam
Selain karbon, bakteri juga memerlukan air laut terlebih dahulu untuk rneratakan
nitrogen sebagai penyusun utama protein. distribusinya.
Bersama karbon, nitrogen inorganik akan
diimobilisasi menjadi sel-sel mikroba. Proses Pembuatan dan pemberian probiotik
ini merupakan peristiwa mendasar yang
terjadi hampir pada semua jenis bakteri. Bakteri probiotik diperoleh dari isolat
Dari persamaan di atas, penambahan murni bakteri Bacillus sp. yang biasa
karbon yang diperlukan untuk menggeser digunakan pada tambak udang vannamei
nitrogen inorganik sehingga menjadi mikroba intensif. Sebanyak 2 ose bakteri probiotik
dapat dihitung dengan rumus berikut : dibiakkan dalam 25 ml SWC cair dan
diinkubasi selama 24 jam pada inkubator
ΔCmik = ΔCH × %C × E goyang (25 °C). Sebelurn dimasukkan ke
media pemeliharaan, probiotik sebanyak 5
Keterangan ; ppm diencerkan terlebih dahulu
ΔCmik : jumlah karbon yang terasimilasi menggunakan air media pemeliharaan agar
oleh mikroba distribusinya lebih merata. Dosis yang
%C : kandungan karbon dari bahan diberikan dari awal sampai akhir penelitian
sumber karbon yang ditambahkan
(biasanya 50%)
adalah sama.
E : efisiensi konversi mikroba.
182 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris

Inokulasi dan penghitungan bakteri pada selang kepercayaan 95%, laju


pertumbuhan semua perlakuan berbeda nyata
Pengambilan sampel air untuk inokulasi
dengan kontrol. Populasi bakteri masing-
bakteri total dan golongan Vibrio dilakukan
masing perlakuan pada awal pemeliharaan
setiap 4 hari sesaat sebelum pemberian
hampir sama yaitu berkisar pada level 2 ×104
probiotik. Air sampel diambil dari badan air
cfu/ml dan terus mengalami pertumbuhan
dengan sedikit pengadukan secara perlahan
hingga mencapai kisaran 4 × 107 cfu/ml.
menggunakan botol film. Setelah itu
Dari uji BNJ diketahui bahwa
dilakukan pengenceran berseri dan bakteri
pertumbuhan bakteri pada kontrol dan
diinokulasi secara duplo pada pengenceran
perlakuan penarnbahan probiotik tidak
l0-1, 10-2, 10-3 dan 10-4. Sedangkan inokulasi
berbeda secara nyata (P>0.05). Pertumbuhan
bakteri golongan Vibrio dilakukan pada
bakteri pada perlakuan penambahan karbon
pengenccran 10-l dan 10-2. Hasil inokulasi
dan kombinasi penambahan karbon dan
dari pengenceran sampel pertama digunakan
probiotik relative lebih cepat yang ditandai
sebagai acuan pengenceran pada
dengan kelimpahannya yangg lebih besar
pengambilan sampel selanjutnya.
daripada kontrol dan perlakuan penambahan
Pengamatan udang uji dan kualitas air probiotik (P>0.05). Tidak dijumpai
perbedaan yang signifikan antara perlakuan
Selama masa pemeliharaan dilakukan penambahan karbon dan kombinasi
pengumpulan data berkaitan dengan profil penambahan karbon dan probiotik.
bakteri (bakteri total dan golongan Vibrio), Proses pengambilan sampel dilakukan
kualitas air (TAN dan amonia nitrogen (NH3- dengan mengaduk media terlebih dahulu
N), DO, pH, suhu dan salinitas) serta untuk mensuspensikan endapan yang
beberapa parameter penunjang lain seperti terdapat di dasar akuarium. Hal ini perlu
tingkat kelangsungan hidup dan Food diperhatikan karena jumlah bakteri pada
Conversion Ratio (FCR). Pengambilan sedimen biasanya lebih tinggi daripada badan
sampel air dilakukan bersamaan dengan air (Widiyanto, 2005). Hal ini diakibatkan
pengambilan sampel air untuk pemeriksaan oleh kandungan nutrien yang lebih tinggi di
bakteri yaitu setiap 4 hari. dasar wadah budidaya akibat akumulasi
bahan organik sisa pakan dan metabolisme
ikan. Kandungan bakteri heterotropik pada
HASIL DAN PEMBAHASAN badan air tambak sistem intensif dengan
produksi 4,9 – 5,8 ton/hektar berkisar antara
Dinamika populasi bakteri total
1,8×104 cfu/ml sampai 6,3×104 cfu/ml.
Jumlah total bakteri heterotropik yang Sedangkan kandungan bakteri heterotrofik
hidup pada kolom air cenderung meningkat pada sedimen mencapai 1,2×106 cfu/ml
dengan semakin bertambahnya waktu (Devaraja dalam Widiyanto, 2005).
pemeliharaan. Berdasarkan analisa ragam

Gambar 1. Dinamika populasi bakteri total pada beberapa perlakuan selama penelitian
Pengaruh pemberian sukrosa sebagai sumber karbon 183

Secara umum, peningkatan jumlah dengan karbon oleh bakteri dalam proses
biomassa bakteri dalam sistem budidaya pembentukan sel barunya.
dapat dilakukan dengan pemberian bahan Dengan penambahan probiotik dan
berkarbon. Walapun begitu, pemberian karbon, kedua keuntungan di atas secara
probiotik saja dalam sistem budidaya juga bersama-sama dapat didapatkan dalam suatu
berpotensi meningkatkan biomassa bakteri di pemeliharaan organisme akuatik.
perairan (P>0.05). Peningkatan tersebut Penambahan karbon tidak mengganggu
diperoleh selain dari penambahan massa pertumbuhan dari bakteri probiotik, bahkan
bakteri probion juga diduga akibat reaksi cenderung mendukung terbukti dengan
yang timbul antara bakteri probion dengan peningkatan biomassa bakteri yang
bakteri asli perairan di media budidaya. signifikan. Dengan demikian dapat diketahui
Interaksi yang muncul memungkinkan bahwa penambahan probiotik dan karbon
timbulnya proliferasi bakteri asli tertentu pada suatu media budidaya dapat
sebagai akibat respon dari interaksi tersebut. mempercepat tumbuhnya bakteri total secara
Tanpa pemberian probion, peningkatan umum. Jika tidak dimanfaatkan oleh udang,
jumlah bakteri juga dapat diperoleh dengan biomassa mikroba ini dapat rneningkatkan
penambahan sumber karbon tertentu saja, kandungan bahan organik dan mempercepat
dalam hal ini sukrosa. Laju penambahan proses sedimentasi pada dasar kolam.
biomassa secara signifikan lebih besar Nilai TAN (NH3 + NH4+) cenderung
daripada hanya menambahkan bakteri stabil dengan fluktuasi kecil terbentuk karena
probiotik saja (P>0.05). Hal tersebut terjadi adanya asimilasi nitrogen anorganik tersebut
diduga akibat adanya pengkayaan nutrien oleh bakteri. Amonia merupakan limbah
(karbon) yang mampu mendukung nitrogenik utama yang diekskresikan oleh
pertumbuhan bakteri heterotrof secara umun udang dan kebanyakan organisme akuatik
untuk berproliferasi. Organisme akuatik lainnya. Sebagian besar nitrogen dari protein
biasanya mengeluarkan limbah metabolitnya pakan akan diubah menjadi amonia.
dalam bentuk amonia. Penambahan bahan Di dalam perairan, karena pengaruh
berkarbon pada badan perairan dapat suhu dan pH, amonia akan terionisasi
mendukung biosintesis protein mikroba. menjadi NH4+, salah satu bentuk nitrogen
Proses tersebut biasanya terjadi setelah anorganik yang paling banyak dimanfaatkan
terkonversinya amonia menjadi amonium oleh bakteri heterotrof dan nitrifikasi.
sebelum akhirnya diasimilasi bersama

NH3 + H2O ↔ NH4+ + OH- → ionisasi ammonia

Bakteri heterotrof (1)


BOD5 + NH4+ → C5H7NO2

Bakteri autotrof (2)


22 NH4+ + 37 O2 + 4 CO2 + HCO3-
↓ Proses-proses mikroba yang
C5H7NO2 + 21 NO2- + 2 H2O + 42 H+ umum berlangsung dalam
media budidaya
Bakteri nitrifikasi (3)
106 CO2 + 16 NH4+ + 52 H2O + PO-3

C106H152O53N16P + 106 O2 + 16 H+
184 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris

Proses-proses mikrobial yang ber- mengalami laju pertumbuhan yang paling


langsung akan menggeser persamaan besar.
kesetimbangan NH3 dan NH4+ ke kanan yang Secara umum, penambahan karbon dan
berdampak pada pengurangan jumlah probiotik ataupun kombinasi keduanya dapat
amonia. Terjadinya proses pengurangan ini memicu tumbuhnya bakteri golongan Vibrio.
akan mengimbangi proses penambahan Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa
amonia setiap harinya akibat pemberian penambahan karbon dapat meningkatkan
pakan dan metabolisme udang. Proses ini pertumbuhan bakteri golongan Vibrio,
akan menjaga amonia sehingga stabil pada meskipun dikombinasikan dengan bakteri
level rendah dan akan mendorong terjadinya probiotik Bacillus sp. Namun dengan
pengkayaan mikroba dalam lingkungan penambahan probiotik dihasilkan peng-
budidaya. hambatan spesifik terhadap bakteri jenis
Vibrio hijau. Pada penelitian ini hanya
Dinamika populasi bakteri Vibrio ditemukan bakteri Vibrio kuning dan hijau
yang tidak berpendar, namun tidak
Populasi bakteri golongan Vibrio
ditemukan bakteri golongan Vibrio yang
mengalami pertumbuhan yang signifikan
berpendar. Bakteri Vibrio hijau hanya
pada semua perlakuan. Bakteri tersebut ikut
ditemukan pada pengambilan sampel ke-4
berkembang seiring dengan bertambahnya
dan 5 pada semua perlakuan termasuk
waktu. Pada selang kepercayaan 95%, bakteri
kontrol.
golongan Vibrio pada perlakuan karbon

Gambar 2. Dinamika populasi bakteri golongan Vibrio dalam beberapa perlakuan selama
Penelitian

Gambar 3. Profil penghambatan spesifik bakteri golongan Vibrio hijau pada perlakuan selama
Penelitian
Pengaruh pemberian sukrosa sebagai sumber karbon 185

Penghambatan secara spesifik ini jenis bakteri awal perairan dan jenis bakteri
rnerupakan hasil kompetisi mikroba dalam probion yang digunakan. Pengkayaan bahan
proses-proses ekologi yang umum dijumpai. organik sumber karbon dalam perairan juga
Sifat ini seringkali digunakan sebagai dasar dapat meningkatkan potensi tumbuhnya
pengembangan bakteri probiotik. Bakteri bakteri-bakteri patogen. Bahkan pemberian
tersebut berkompetisi dengan bakteri lain probion juga dapat memicu tumbuhnya
dengan berbagai cara seperti produksi bakteri patogen jika terdapat kedekatan
senyawa inhibitor, pengelnbangan hubungan taksonomi antara bakteri probion
kemamprum mengikat Fe atau senyawa dengan bakteri patogen yang terdapat pada
kimia tertentu untuk memperoleh energi lingkungan budidaya. Dalam prakteknya,
(Veschuere et a1., 2000). Beberapa strain sterilisasi awal akan sangat membantu
Bacillus mampu menghasilkan senyawa menekan peluang munculnya bakteri patogen
antibiotik yang menghambat pertumbuhan dalam lingkungan budidaya. Setelah itu
bakteri Vibrio. Dengan meningkatnya laju pengkayaan bakteri probion yang bermanfaat
mortalitas Vibrio, populasi bakteri lain dapat dapat dilakukan untuk menciptakan dominasi
meningkat sehingga mampu menggeser populasi bakteri yang diinginkan. Hal
dominasi Vibrio (Moriarty, 1999). tersebut dapat meminimalkan tumbuhnya
Tumbuhnya Vibrio pada kegiatan bakteri patogen saat dilakukan pengkayaan
intensifikasi mikroba seperti ini harus tetap bahan sumber karbon (sukrosa molase)
diperhatikan walaupun yang bukan termasuk dalam praktek selanjutnya. Metode ini
golongan Vibrio berpendar. Hal tersebut diduga efektif pada sistem budidaya tanpa
berkaitan dengan dekatnya hubungan antara pergantian air (zero water exchange).
probiotik yang digunakan dengan bakteri
patogen yang pada lingkungan budidaya. Persentase kemuncnlan bakteri golongan
Pada lingkungan budidaya yang kompleks, Vibrio selama penelitian
memungkinkan terjadinya transfer gen bukan Persentase kemunculan Vibrio memiliki
hanya gen resistensi tapi juga kemampuan
selama penelitian cenderung menurun seiring
patogenitas lewat R plasmid dan transposons. dengan pertambahan waktu. Dengan
Karena memungkinkannya R plasmid ini demikian, laju perumbuhan populasi bakteri
dalam metransfer gen antar bakteri yang lainnya memiliki kecepatan yang lebih tinggi
berbeda dalam grup Gram negatif, akan dibandingkan dengan laju pertumbuhan
berbahaya bagi para pelaku budidaya untuk
bakteri Vibrio. Rata-rata kemunculan paling
menggunakan bakteri seperti Vibrio atau paling tinggi ditemukan pada kontrol yang
Pseudomonas sebagai Probiotik. mencapai l,82% (Gambar 5).
Hal yang perlu diperhatikan dalam
teknik intensifikasi mikroba adalah dominasi

Gambar 4. Bakteri golongan Vibrio kuning (A) dan hijau (B) yang tumbuh pada saat penelitian
186 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris

Gambar 5. Persentase rata-rata kemunculan bakteri golongan Vibrio selama penelitian

Pertumbuhan suatu jenis bakteri dalam Kualitas air pemeliharaan


lingkungan budidaya dipengaruhi oleh Dari data pengambilan sampel TAN
komposisi nutrien dan bakteri yang terdapat terbentuk profil yang tidak berbeda nyata
dalam perairan. Beberapa jenis bakteri ada antar perlakuan pada selang kepercayaan
yang memerlukan kondisi lingkungan 95%. Perlakuan kontrol dan penambahan
tertentu untuk tumbuh dan berkembang. karbon cenderung lebih tinggi dari pada
Beberapa jenis bakteri lain bahkan berperan perlakuan penambahan karbon atau karbon
sebagai kompetitor bagi jenis bakteri yang probiotik. Kisaran TAN pada perlakuan
lain. Rendahnya persentase kemunculan karbon adalah 0,5 – 1,5 ppm, sedangkan pada
bakteri golongan Vibrio pada perlakuan perlakuan karbon + probiotik mencapai 0,8 –
penambahan probiotik sangat mungkin 1,55 ppm dan perlakuan penambahan
dipengaruhi oleh kinerja bakteri probiotik. probiotik berkisar antara 0,98 – 2,32 ppm
Keberadaan bakteri Vibrio dalam media serta kontrol antara 1,38 – 2,7 ppm (Gambar
budidaya dapat tereduksi oleh enzim atau 6).
senyawa kimia yang dikeluarkan oleh bakteri Perlakuan penambahan karbon dan
probiotik atau kalah dalam kompetisi perlakuan penambahan karbon + probiotik
pemanfaatan nutrien. cenderung menghasilkan konsentrasi TAN
Secara umum, penambahan nutrien yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
seperti sukrosa dapat mendukung perlakuan lain. Hal tersebut sejalan dengan
pertumbuhan semua jenis bakteri termasuk lebih besarnya populasi bakteri yang tumbuh
Vibrio. Namun karena kemampuan asimilasi pada perlakuan tersebut. Dari grafik 6 terlihat
dan proliferasi yang berbeda antar bakteri, bahwa pengendalian nitrogen inorganik dapat
maka akan terbentuk kompetisi dan dilakukan dengan memanipulasi C/N rasio
stratifikasi populasi bakteri. Hal tersebut perairan melalui penambahan bahan organik
dapat dilihat pada perlakuan penambahan sumber karbon. Perhitungan yang lebih
sukrosa yang mampu meningkatkan
cermat perlu dilakukan untuk penentuan
persentase kemunculan bakteri Vibrio. Akan banyaknya bahan organik yang harus
tetapi persentase tersebut cenderung menurun ditambahkan. T'idak signifikannya laju
setelah penambahan probiotik (perlakuan penurunan amonia antar perlakuan
penambahan probiotik). Pada kontrol, mengindikasikan bahwa dosis bahan organik
persentase bakteri Vibrio ditemukan paling yang ditambahkan (0,399 kali jumlah pakan
tinggi karena terbatasnya nutrien (terutama yang diberikan) masih kurang. Kurangnya
karbon) sehingga menyebabkan ter-
sumber karbon dalam perairan dapat
hambatnya pertumbuhan beberapa jenis menghambat laju pertumbuhan bakteri secara
bakteri heterotrof. Kondisi ini mengakibatkan umum.
tingginya persentase bakteri Vibrio dalam
komposisi bakteri total.
Pengaruh pemberian sukrosa sebagai sumber karbon 187

Sedangkan dari data pemeriksaan NH3 organik dan anorganik. Sumber bahan
diketahui bahwa kisaran NH3 pada perlakuan organik yang biasanya diperoleh oleh bakteri
penambahan karbon dan perlakuan dalam sistem budidaya adalah sisa pakan dan
penambahan karbon + probiotik relatif lebih hasil metabolit udang. Protein yang terdapat
rendah dibandingkan dengan perlakuan lain. dalam sisa pakan akan didekomposisi oleh
Pada perlakuan penambahan karbon, NH3 bakteri menggunakan enzim protease
dicapai pada kisaran 0,0096 – 0.029 ppm, menjadi asam amino-asam amino yang
sedangkan pada perlakuan penambahan akhirnya diasimilasi ke dalam sel balkteri.
karbon + probiotik sebesar 0,00922 – 0.02 Penambahan karbon ternyata dapat
ppm. Pada perlakuan penambahan probiotik, meningkatkan asimilasi N oleh bakteri yang
NH3 berada pada kisaran 0,0068 – 0,04, berimplikasi pada pengurangan jumlah TAN.
sedangkan kontrol pada kisaran 0,018 – 0,03 Nilai total amonia nitrogen (TAN)
ppm (Gambar 7). menggambarkan jumlah total nitrogen yang
Nitrogen merupakan bahan yang berada dalam bentuk NH3 (tidak terionisasi)
dibutuhkan oleh bakteri terutama untuk dan NH4+ (terionisasi). Secara umum, nilai
proses sintesis asam amino dan nukleotida. TAN ini akan berkurang jika terdapat
Sumber nitrogen dapat berasal dari sumber asimilasi NH3 atau NH4+ oleh bakteri.

Gambar 6. Profil TAN pada beberapa perlakuan selama penelitian

Gambar 7. Profil amonia pada beberapa perlakuan selama penelitian


188 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris

Kebanyakan bakteri cenderung memanfaakan Secara statistik, tidak ada perbedaan


ammonia dalam bentuk NH4+ daripada NH3. yang signifikan antara perlakuan dan kontrol
Hal tersebut berkaitan dengan fisiologis berkaitan dengan profil rataan penurunan DO
metabolik bakteri. Sukrosa yang dilarutkan yang terjadi secara linier ini. Namun DO
dalam perairan akan meningkatkan C/N rasio pada perlakuan penambahan probiotik +
perairan dan mendorong terjadinya karbon dan penambahan probiotik cenderung
+
immobilisasi NH4 menjadi biomassa bakteri. lebih rendah perlakuan penambahan karbon
Terjadinya asimilasi NH4+ perairan ini dan kontrol. Kisaran DO pada kontrol adalah
akan mendorong kesetimbangan reaksi 2,59 – 5,06 ppm, sedangkan pada perlakuan
amonia-amonium ke arah kanan sehingga penambahan probiotik berkisar antara 2,9 –
mendukung proses detoksifikasi amonia dan 6,10 ppm dan antara 3,14 – 4,87 ppm pada
percepatan mineralisasi bahan organik pada perlakuan penambahan karbon. Kandungan
media pemeliharaan. DO pada perlakuan penambahan karbon +
probiotik berkisar antara 2,17 – 4,9 ppm.
Bahan organik → NH3 ↔ NH4+ Profil Do yang terbentuk selama penelitian
ini tersaji pada gambar 9.
Kecenderungan terjadinya pengurangan Kandungan DO pada semua perlakuan
TAN yang berimplikasi juga pada cenderung menurun dari kisaran 4 – 6 ppm
pengurangan amonia disertai dengan pada awal pemeliharaan menjadi 2 – 3 ppm
peningkatan jumlah biomass bakteri pada akhir penelitian. Turunnya nilai DO ini
memberikan peluang terjadinya bioremediasi diduga berkaitan dengan semakin
lingkungan dan penyediaan sumber nutrien meningkatnya proses-proses mikroba yang
alternatif untuk udang. terjadi pada akhir pemeliharaan. Populasi
bakteri yang semakin melimpah
menyebabkan terjadinya ekstensifikasi
pemanfaatan oksigen terlarut dalam perairan.
Nilai pH perairan pada semua
perlakuan mengalami penurunan seiring
dengan bertambahnya waktu pemeliharaan.
Secara statistik, rataan pH pada semua
perlakuan tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata pada selang kepercayaan 95 %.
Gambar 8. Immobilisasi N menjadi sel Penurunan ini diduga akibat kerja bakteri.
bakteri dan potensinya sebagai Proses respirasi dan dekomposisi bahan
sumber nutrien alternatif untuk organik oleh mikroba menghasilkan banyak
udang CO2 yang akan mengkibatkan perairan
menjadi lebih asam.

Gambar 9. Profil DO pada beberapa perlakuan selama penelitian


Pengaruh pemberian sukrosa sebagai sumber karbon 189

Pertumbuhan mutlak, FCR dan SR tersebut terjadi diduga akibat pengkayaan


nutrien terlarut dalam bentuk single cell
Tingkat pertumbuhan mutlak terbaik
protein (bakteri) dan perbaikan kualitas air
pada penelitian ini diperoleh pada perlakuan
akibat adanya immobilisasi nitrogen
penambahan karbon + probiotik yang
inorganik oleh komunitas mikroba.
mencapai 0,97 gram./hari (Tabel 1).
Nilai FCR udang biasanya dipengaruhi
Keragaman tingkat pertumbuhan antar
oleh kualitas air dan makanannya. Perbedaan
perlakuan mengindikasikan adanya variasi
nilai FCR yang tercatat selama penelitian
asupan nutrien yang diterima oleh udang.
kemungkinan juga disebabkan oleh kedua
Tingginya tingkat pertumbuhan pada
faktor tersebut. Penambahan karbon dan
perlakuan karbon + probiotik diduga akibat
probiotik secara umum telah berdampak
pemanfaatan populasi bakteri yang melimpah
positif terhadap kualitas air dan tersedianya
sebagai sumber nutrien alternatif oleh udang.
sumber nutrien alternatif. Sedangkan
Perlakuan penambahan karon dan probiotik
Survival rate (SR) udang selama penelitian
atau kombinasi keduanya dapat
pada semua perlakuan masih tinggi dengan
meningkatkan tingkat pertumbuhan lebih
kisaran rata-tata 96,30 – 100%.
tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal

Gambar 10. Nilai pH pada beberapa perlakuan selama penelitian

Tabel 1. Pertumbuhan mutlak rata-rata udang vaname, Litopenaeus vannamei selama penelitian

Perlakuan Pertumbuhan mutlak rata-rata (g/hari)


Kontrol 0,75 ± 0,12
Penambahan karbon 0,87 ± 0,16
Penambahan probiotik 0,86 ± 0,06
Penambahan karbon + probiotik 0,97 ± 0,06

Tabel 2. Nilai rata-rata FCR udang vaname, Litopenaeus vannamei selama penelitian

Perlakuan FCR
Kontrol 1,70 ± 0,26
Penambahan karbon 1,46 ± 0,27
Penambahan probiotik 1,45 ± 0,10
Penambahan karbon+ probiotik 1,30 ± 0,08
190 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris

KESIMPULAN carbon to nitrogen ratio. Bamidgeh,


46: 119 – 131.
Pemberian karbon dan probiotik
maupun kombinasinya dapat meningkatkan Avnimelech, Y. 1999. Carbon / Nitrogen
jumlah populasi bakteri total yang mencapai ratio as a control element in
107 cfu/ml. Sedangkan bakteri golongan aquaculture systems. Aquaculture,
Vibrio hanya mencapai 103 – 104 cfu/ml. 176: 227 – 235
Peningkatan jumlah populasi bakteri total ini
juga diikuti oleh semakin rendahnya nilai Moriarty D. J. W. 1999. Microbial
Food Conversion Ratio (FCR) dan semakin biosystem; New Frontiers' in: Bell C.
tinginya tingkat pertumbuhan mutlak udang R. Rrylinsky M., Johnson GP
vannamei, Vannamei litopenaeus. Hal ini (Editor). Proceeding of the 8th
mengindikasikan adanya pemanfaatan International Symposium on
populasi bakteri yang tumbuh sebagai Microbial Ecology. Canada.
sumber nutrien tambahan. Total amonia
nitrogen (TAN), NH3, DO dan pH juga Verschuere L., Rombaut G., Sorgeloos P.,
semakin rendah seiring dengan penambahan Verstraete W. 2000. Probiotic
jumlah bakteri. bacteria as biological control agents
in aquaculture. Microbiology and
Molecular Biology Reviews, 655 –
DAFTAR PUSTAKA 67l.

Avnimelech, Y., Kochva. M., M., Mokady, Widiyanto, T. 2005. Seleksi bakteri
S., 1994. Development of controlled nitrifikasi dan denitrifikasi untuk
intensive aquaculture systems with a bioremediasi di tambak udang.
limited water exchange and adjusted Disertasi Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor.
Prosiding Seminar Nasional dan Diseminasi Penelitian Kesehatan
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, 21 April 2018
ISBN:978-602-72636-3-5

PEMANFAATAN SERBUK KACANG KEDELAI (Glycine max)


SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN MEDIA MANITOL SALT AGAR
(MSA) UNTUK PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS
R. SUHARTATI 1*, SULISTIANI2, AI NURAINI3
Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medis STIKes BTH Tasikmalaya
Email 1: rsuhartati @stikes-bth.ac.id

Abstrak : Kacang kedelai memiliki kandungan protein sekitar 40% mengandung asam amino esensial dan non esensial, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral. Kacang kedelai banyak digunakan sebagai bahan baku dalam membuat makanan. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui apakah serbuk kacang kedelai dapat dimanfaatkan sebagai alternatif sumber protein dalam media MSA (Manitol Salt
Agar) untuk pertumbuhan bakteri patogen yaitu Staphylococcus. Penelitian bersifat eksperimen, menggunakan serbuk kacang kedelai
dengan variasi berat yang digunakan mulai dari 2 gram sampai 6 gram sebagai sumber protein dalam pembuatan media MSA. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa serbuk kacang kedelai dapat menumbuhkan bakteri Staphylococcus mulai dari 3 gram/ 100 mL sampai 6
gram/ 100 mL, hasil penelitian menunjukan bahwa serbuk kacang kedelai dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber protein untuk
pertumbuhan bakteri Staphylococcus.

Kata kunci : Manitol Salt Agar, Kacang Kedelai, Bakteri Staphylococcus.

1. LATAR BELAKANG

Mikroorganisme membutuhkan suatu media sebagai tempat pertumbuhannya, media tersebut harus
mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Nutrisi dapat berupa molekul besar seperti Karbohidrat,
Lemak dan Protein, asam nukleat, vitamin dan beberapa mineral seperti unsur makronutrien C, H, O, N, P dan S serta
unsur mikronutien seperto K, Ca, Mg, Fe, Cl, Mn, Cu (Dwijoseputro, 2010).
Ketersediaan nutrisi untuk diagnosis bakteri Staphylococcus membutuhkan media yang dapat menumbuhkan
bakteri kelompok Staphylococcus dan menghambat pertumbuhkan bakteri lain selain Staphylococcus. Media Manitol
Salt Agar (MSA) saat ini merupakan media yang banyak digunakan untuk menumbuhkan bakteri kelompok
Staphylococcus. Media MSA bersifat selektif mampu menghambat pertumbuhan bakteri selain Staphylococcus dengan
zat penghambat garam NaCl 7,5% sehingga bakteri lain dari kelompok Gram negatif dan Gram positif seperti
Streptococcus dihambat.
Media MSA mengandung bacto ekstrak daging, bacto pepton, NaCl, bacto phenol red, manitol dan bacto agar.
Media MSA mengandung nutrisi atau protein bahan dasar bacto ekstrak daging dan bacto pepton (Safitri, 2010).
Ekstrak daging sapi dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, yang
sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme.
Bahan untuk membuat media MSA berbentuk redihrat (sudah jadi) memiliki harga yang relatif mahal dan
media tersebut banyak diproduksi oleh perusahaan asing. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah,
beberapa diantaranya terdapat protein nabati yang dapat menggantikan bahan bacto ekstrak daging dan bacto pepton
pembuatan media MSA. Sumber protein alternatif tersebut dapat diperoleh dari kacang kedelai, bahan ini merupakan
bahan yang mudah didapat dan tidak memerlukan biaya yang mahal.
Kacang kedelai merupakan protein lengkap, murah, dan merupakan salah satu bahan makanan yang
mengandung jenis asam amino esensial dan non esensial karbohidrat, lemak, vitamin,dan mineral (Nurhayati; Desinar,
2013).
Peneliti sebelumnya berhasil menumbuhkan bakteri Sallmonela typhi dan S.aureus dari sumber protein nabati
kacang - kacangan yaitu kacang tanah sebagai alternatif sumber nutrisi atau protein yaitu bacto ekstrak daging dan
bacto pepton dengan serbuk kacang tanah dalam media AN (Agar Nutrien). Variasi serbuk kacang tanah yang
digunakan adalah 2 gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram dan 6 gram. Berat minimal serbuk kacang tanah yang dapat
menumbuhkan bakteri S.typhi adalah 6 gram/ 100 mL, dan berat minimal kacang tanah yang dapat menumbuhkan
bakteri S.aureus adalah 5 gram/ 100 mL (Anisa, 2010).

2. METODE PENELITIAN

Cara kerja
a. Sterilisasi Alat
Alat - alat gelas seperti cawan petri, erlenmeyer yang akan digunakan dicuci, kemudian dikeringkan dan cawan
petri disterilkan pada oven dengan 180°C selama 2 jam, dan untuk sterilisasi ose caranya dengan membakar diatas
api lampu spirtus (Soemarno, 1987).
163
Prosiding Seminar Nasional dan Diseminasi Penelitian Kesehatan
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, 21 April 2018
ISBN:978-602-72636-3-5

b. Preparasi pembuatan serbuk kacang kedelai


Pembuatan serbuk kacang kedelai
1) Kacang kedelai disortasi dipilih untuk memilih kedelai yang baik (utuh bulat, tidak pecah), membuang benda
asing dan kedelai yang rusak atau pecah.
2) Kacang kedelai direndam selama 8 - 10 jam. Setelah itu, kedelai ditiriskan dan dipisahkan kulitnya.
3) Kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 50 oC selama 24 jam.
4) Kemudian digiling atau diblender halus sehingga diperoleh tepung kedelai, kemudian disaring (Koswara, 1993).
c. Pembuatan Media MSA berbahan baku serbuk kacang kedelai
1) Timbang serbuk kacang kedelai dengan variasi penimbangan sebanyak 2 gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram, dan 6
gram dan masukan kedalam erlenmeyer 250 yang telah diberi label variasi 2 gram, 3 gram , 4 gram , 5 gram ,
dan 6 gram.
2) Tambahkan masing - masing 7,5 gram NaCl, 1 gram manitol, 0,0025 gram bacto phenol red, 1,5 gram bacto
agar dan 100 mL aquades pada erlenmenyer yang telah diberi label variasi 2 gram, 3 gram , 4 gram , 5 gram ,
dan 6 gram.
3) Kemudian panaskan diatas hot plate sambil diaduk sampai larut.
4) Ukur pH pada media dan disesuaikan menjadi ± 7,4, jika tidak netral maka dapat ditambahkan HCl / NaOH.
5) Tutup lubang erlenmeyer dengan sumbat kapas yang dibungkus dengan kain kasa, dan labu erlenmeyer
dibungkus dengan kertas payung dan diseterilkan dengan autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit.
6) Larutan yang sudah steril dimasukan kedalam cawan petri yang steril ± 15 mL, dan biarkan sampai dengan
dingin dan siap untuk digunakan.

Tabel 2.1
Komposisi media MSA serbuk kacang kedelai per 100 mL

No Variasi Komposisi media MSA serbuk


kacang kedelai
1. 2 gram 2 gram serbuk kacang kedelai + 7,5 gram NaCl + 1 gram manitol + 0,0025 gram
phenol red + 1,5 gram bacto agar + 100 mL aquades.
2. 3 gram 3 gram serbuk kacang kedelai + 7,5 gram NaCl + 1 gram manitol + 0,0025 gram
phenol red + 1,5 gram bacto agar + 100 mL aquades.
3. 4 gram 4 gram serbuk kacang kedelai + 7,5 gram NaCl + 1 gram manitol + 0,0025 gram
phenol red + 1,5 gram bacto agar + 100 mL aquades.
4. 5 gram 5 gram serbuk kacang kedelai + 7,5 gram NaCl + 1 gram manitol + 0,0025 gram
phenol red + 1,5 gram bacto agar + 100 mL aquades.
5. 6 gram 6 gram serbuk kacang kedelai + 7,5 gram Nacl + 1 gram manitol + 0,0025 gram
phenol red + 1,5 gram bacto agar + 100 mL aquades.

d. Pembuatan Media Rehidrat MSA (Oxoid)


1) Timbang sebanyak 5,55 gram media MSA.
2) Masukan kedalam gelas kimia 100 mL, tambahkan aqudest sebanyak 50 mL.
3) Kemudian panaskan diatas hot plate sambil diaduk sampai larut.
4) Tutup lubang erlenmeyer dengan sumbat kapas yang dibungkus dengan kain kasa, dan erlenmeyer dibungkus
dengan kertas payung dan diseterilkan dengan autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit.
5) Larutan yang sudah steril dimasukan kedalam cawan petri yang steril ± 15 mL, dan biarkan sampai dengan
dingin dan siap untuk digunakan (Novel, 2010).
e. Persiapan Strain Staphylococcus
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Ambil biakan dari strain murni S.aureus ± 1 - 2 ose, kemudian ratakan pada objek glass (diabuat sediaan)
keringkan dan fiksasi.
3) Lakukan pewarnaan Gram
a) Sediaan yang telah difiksasi dibubuhi dengan larutan kristal violet selama 1 menit, cuci dengan air kran.
b) Tetesi lugol dan diamkan selama 1 menit, cuci dengan air kran.
c) Tetesi dengan alkohol 70% selama 20 - 30 detik, cuci dengan air kran.
d) Kemudian tetesi dengan safranin selama 30 detik, cuci dengan air kran dan keringkan.
e) Lihat hasil morfologi bakteri Staphylococcus aureus dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x.
f) Hasil S.aureus akan terlihat bentuk coccus bergerombol seperti buah anggur dan berwarna ungu.
4) Diambil 1 - 2 ose dari biakan starin murni S.aureus lalu tanam pada media MSA, dengan cara digores di
permukaan media.
5) Inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
6) Amati morfologi koloni yang tumbuh pada media MSA.
7) Lakukan pewarnaan Gram dari koloni tersangka dari media MSA (Hadioetomo, 1990).
164
Prosiding Seminar Nasional dan Diseminasi Penelitian Kesehatan
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, 21 April 2018
ISBN:978-602-72636-3-5

f. Inokulasi Staphylococcus Pada Media MSA Serbuk Kacang Kedelai


1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Ambil 1 - 2 ose dari biakan starin murni S.aureus lalu tanam pada media MSA serbuk kacang kedelai pada
cawan yang diberi label variasi 2 gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram, dan 6 gram .
3) Inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
4) Amati morfologi ciri - ciri koloni yang tumbuh pada masing masing media MSA serbuk kacang kedelai pada
variasi 2 gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram, dan 6 gram (Hadioetomo, 1990).
g. Penanaman Bakteri Kontrol Gram Negatif pada media MSA Serbuk kacang kedelai
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Ambil 1 - 2 ose dari masing masing biakan starin murni Eschericia coli lalu tanam pada masing masing
media MSA serbuk kacang kedelai pada cawan yang diberi label variasi 2 gram,3 gram, 4 gram, 5 gram, dan 6
gram .
3) Inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
4) Amati pertumbuhan bakteri pada media MSA serbuk kacang kedelai pada variasi 2 gram,3 gram, 4 gram, 5
gram, dan 6 gram (Hadioetomo, 1990).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Berdasarkan hasil penelitian serbuk kacang kedelai (Glycine max) dapat digunakan sebagai alternatif sumber
protein dalam pembuatan media MSA, Hal tersebut dapat dibuktikan dengan tumbuhnya koloni bakteri
Staphylococcus yaitu Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis pada media MSA yang ditambahkan
serbuk kacang kedelai. Dengan variasi serbuk kacang kedelai yang digunakan 2 gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram dan 6
gram.
Berdasarkan analisa pengamatan serbuk kacang kedelai dapat digunakan sebagai sumber alternatif protein
(bacto ekstrak daging dan bacto pepton) pada media MSA mulai dari variasi 2 gram, hal tersebut dapat dilihat hasil
pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Hasil Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus pada media MSA Serbuk kacang kedelai

No Variasi Pertumbuhan S. aureus Pertumbuhan S. epidermidis


Kurang subur, Morfologi koloni : Bulat,
Kurang subur, Morfologi koloni : Bulat,
smooth, diameter 1-2 mm, Warna
1. 2 gram smooth, diameter 1-2 mm, Warna koloni
koloni putih, warna media merah,
kuning, bersifat manitol fermenter lemah
bersifat non manitol fermenter
Subur, Morfologi koloni : Bulat,
Kurang subur, Morfologi koloni : Bulat,
smooth, diameter 2-4 mm, Warna
2. 3 gram smooth, diameter 1-2 mm, Warna koloni
koloni putih, warna media merah,
kuning, bersifat manitol fermenter lemah
bersifat non manitol fermenter
Subur, Morfologi koloni : Bulat,
Subur, Morfologi koloni : Bulat, smooth,
smooth, diameter 2-4 mm, Warna
3. 4 gram diameter 2-4 mm, Warna koloni kuning,
koloni putih, warna media merah,
bersifat manitol fermenter
bersifat non manitol fermenter
Subur, Morfologi koloni : Bulat,
Subur, Morfologi koloni : Bulat, smooth,
smooth, diameter 2-4 mm, Warna
4. 5 gram diameter 2-4 mm, Warna koloni kuning,
koloni putih, warna media merah,
bersifat manitol fermenter
bersifat non manitol fermenter
Subur, Morfologi koloni : Bulat,
Subur, Morfologi koloni : Bulat, smooth,
smooth, diameter 2-4 mm, Warna
5. 6 gram diameter 2-4 mm, Warna koloni kuning,
koloni putih, warna media merah,
bersifat manitol fermenter
bersifat non manitol fermenter

Pembahasan

Hasil pertumbuhan bakteri S.aureus mulaitumbuh membentuk koloni pertumbuhan bakteri S.aureus kurang
subur pada variasi 2 gram dan 3 gram, dan kurang memfermentasikan manitol sehingga media MSA serbuk kacang
kedelai tetap berwarna merah agak kekuningan, perbedaan pertumbuhan bakteri ini dikarnakan sumber nutrisi atau
protein serbuk kacang kedelai tidak mencukupi nutrisi protein yang dibuhuhkan, sehingga pertumbuhana bakteri
S.aureus kurang baik atau proses metabolisme bakteri berlangsung kurang optimal dan pertumbuhannya tidak
seoptimal media MSA standar.

165
Prosiding Seminar Nasional dan Diseminasi Penelitian Kesehatan
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, 21 April 2018
ISBN:978-602-72636-3-5

Sedangkan pertumbuhan bakteri S.epidermidis yang subur mulai dari variasi 3 gram sampai 6 gram dengan
tidak memfermentasikan manitol maka koloni yang tumbuh dan pada media MSA terjadi perubahan warna merah
setelah ditanami bakteri S.epidermidis. disebabkan karena S.epidermidis tidakmemfermentasikan manitol menjadi asam
dan gas, menyebabkan pH media menjadi basa, indikoator phenol red yang terdapat dalam media berubah menjadi
merah (Safitri, 2010 ).
Pada media MSA serbuk kacang kedelai ini, menunjukkan hasil optimal dan sebanding dengan media MSA
standar (Oxoid) dapat dilihat dalam hal ukuran, bentuk koloni, warna, elevasi, permukaan, pinggiran dan sifat manitol
fermenter. Koloni yang terbentuk terlihat besar dan nyata serta mudah diamati. Hal tersebut dikarenakan nutrisi atau
sumber protein yang terkandung dalam serbuk kacang kedelai yang tinggi, dan kandungan nutrisi yang lain yang
melimpah seperti karbohidrat, vitamin dan mineral (Andrianto, 2004). Dan variasi serbuk kacang kedelai yang
digunakan semakin banyak, sehingga proses metabolisme bakteri akan berlangsung cepat dan optimal, sehingga proses
pembelahan sel berjalan baik yang dapat menyebabkan ukuran koloni semakin besar dan cepat dalam proses
memfermentasikan manitol.
Dalam kondisi nutrisi yang baik waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri relatif cepat, sebaliknya
jika nutrisi yang dibutuhkan tidak melimpah, sel-sel harus menyesuaikan dengan lingkungan dan pembentukan enzim -
enzim untuk mengurai substrat membutuhkan waktu yang lebih lama (Anisah; Rahayu, 2005). Hasil pertumbuhan
bakteri Staphylococcus pada media MSA dapat terlihat pada Gambar1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Pertumbuhan Bakteri S.aureus pada Media MSA dengan bahan baku Kacang kedelai

Gambar 2. Pertumbuhan Bakteri S. epidermidis pada Media MSA dengan bahn baku Kacang kedelai

Pada penelitian ini media MSA serbuk kacang kedelai bakteri kontrol negatif bakteri Esherichia coli. Untuk
menguji media MSA serbuk kacang kedelai, apakah fungsi media tersebut dalam menghambat bakteri Gram negatif
baik atau tidak. Pertumbuhan bakteri pada kontrol negatif yaitu Esherichia coli pada media MSA serbuk kacang

166
Prosiding Seminar Nasional dan Diseminasi Penelitian Kesehatan
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, 21 April 2018
ISBN:978-602-72636-3-5

kedelai tidak terjadinya pertumbuhan koloni, dan media tetap berwarna orange sama seperti media MSA serbuk
kacang kedelai setelah diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam yang tidak ditanam bakteri, hal tersebut disebabkan
karena media MSA merupakan media selektif yang memiliki konsentrasi garam NaCl sangat tinggi (7,5%) sebagai
penghambat pertumbuhan bakteri lainnya. Kebanyakan bakteri tidak dapat bertahan hidup dilingkungan dengan kadar
garam sangat tinggi (hipertonik), kecuali genus Staphylococcus mampu adaptasi dengan lingkungan tinggi kadar garam
dan tumbuh baik dimedia MSA ini (Saftri, 2010). Sedangkan E.coli termasuk bakteri Gram negatif, dan tidak tahan
terhadap kadar garam yang sangat tinggi. Sehingga E. coli tidak dapat tumbuh dan fungsi media MSA sebagai media
selektif dengan sumber protein diganti serbuk kacang kedelai berfungsi dengan baik.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kacang kedelai dapat digunakan sebagai bahan
alternatif sumber protein pengganti bacto beef ekstrak daging sapi dan bacto pepton untuk menumbuhkan bakteri
Staphylococcus.

5. UCAPAN TERIMAKASIH
Kami ucapkan terimakasih kepada :
1. Ketua STIKes BTH Tasikmalaya,
2. Ketua Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medik
3. Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIKes BTH Tasikmalaya
Atas bantuan dan kerjasama dalam program penelitian dosen STIKes BTH Tasikmalaya tahun 2017.

6. DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, T. T., dan N. Indarto,. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang, Absolut;
Yogyakarta, 2004.
Anisa Ayu. Pemanfaat Serbuk Kacang Kedelai sebagai Media Alternatif Pertubuhan Sallmonela typhy, Jurnal Politeknik
Kesehatan; Bandung, 2010.
Anisah dan Rahayu, Media Alternatif untuk Pertumbuhan Bakteri Menggunakan Sumber Karbohidrat yang Berbeda. Universitas
MuhammadiyahSurakarta, Surakarta, 2015. Diakses pada 01 Juni 2016
https://eprints.ums.ac.id./38852/21/NASKAH/%20PUBLIKASI.pdf.
Dwidjoseputro, Dasar Dasar Mikrobiologi, Djambatan; Jakarta, 2010.
Hadioetomo Sari Ratna, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium, PT. Gramedia; Jakarta,
1990.
Koswara, Sutrisno, Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu ,Penebar Swadaya; Jakarta 1992.
Novel Sinta Sasika, Praktikum mikrobiologi dasar, Trans Info Medika; Jakarta, 2010.
Nurhayati, Desinar, Pembuatan Pepton secara enzimatis menggunakan bahan baku jeroan ikan tongkol, JPPHI Vol. 16.No. 1,
2013
Safitri Ratu dan Sinta Sasika, Medium Analisis Mikroorganisme, CVTrans Info Medika; Jakarta, 2010.
Soemarno, Penuntun Praktikum Bakteriologi, CV.Karyono; Yogyakarta, 1987.

167

Anda mungkin juga menyukai