MIKROBIOLOGI TEKNIK
SEMESTER : II (DUA)
TAHUN AJARAN : 2019/2020
HARI/TGL. PERCOBAAN : SABTU/02 MEI 2020
JUDUL PERCOBAAN : PREPARASI MEDIA DAN INOKULUM
KELOMPOK : B-10 (B-SEPULUH)
NAMA NIM
ARI FERNANDO PANJAITAN 190405073
NAVIRI MARIA E. SITORUS 190405089
Medan, 2020
Dosen Pembimbing
Medan, 2020
Asisten
Medan, 2020
Asisten
Jurnal Pemanfaatan Serbuk Kacang Kedelai untuk Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus
dan Staphylococcus Epidermidis
Hasil pertumbuhan bakteri Staphylococcus Aureus pada media MSA serbuk kacang kedelai
Kurang subur
Morfologi koloni : Bulat,
smooth, diameter 1-2 mm
Pour Plate / Bersifat manitol fermenter
Manitol Salt lemah
Agar (MSA)
Warna koloni kuning
Subur
Pour Plate / Morfologi koloni : Bulat,
smooth, diameter 2-4 mm
Warna koloni kuning
Hasil pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis pada media MSA serbuk kacang kedelai
Medan, 2020
Asisten
LAPORAN PRAKTIKUM
1. Metodologi Percobaan :
1.1 Alat dan Bahan Percobaan
Berikut alat dan bahan percobaan yang digunakan pada kedua jurnal tersebut.
Alat :
- Autoclave - Kertas Payung
- Batang Pengaduk - Magnetic Stirer
- Beaker Glass - Mikroskop
- Cawan Petri - Objek Glass
- Erlenmeyer - Ose
- Hot Plate - Oven
- Inkubator Goyang - Spiritus
- Kain Kasa Steril - Timbangan digital
- Kapas
Bahan :
- Aquades
- Bacto agar
- Bacto phenol red
- Bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Vibrio
- Gula Tebu (sukrosa)
- Kacang kedelai
- Manitol
- Media MSA, Media SWC cair, dan Media Air
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
- NaCl
- Probiotik
- Sampel I : Serbuk kacang kedelai
- Sampel II : Gula tebu (sukrosa)
- Sumber Nutrisi bagi mikroba
Mulai
A
Hidupkan Autoclave
dan isi dengan air Biarkan selama 2 jam
Matikan oven
Cuci, keringkan dan
bungkus alat alat dengan tisu
Apakah
Cawan petri Tidak perlatan
dimasukkan ke sudah
dalam oven bersih ?
Ya
Operasikan oven
hingga suhu 180oC
Selesai
A
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Mulai
B
Ukur pH media
Pembuatan media
MSA berbahan baku
serbuk kacang kedelai
Apakah pH Tidak
Tambahkan HCl
media sudah
atau NaOH
netral ?
Ya
A
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
A C D
Tutup erlenmeyer dengan Tutup erlenmeyer dengan Ambil 1-2 ose biakkan
kertas, dibungkus dengan kertas, dibungkus dengan strain murni lalu tanam ke
kertas payung, disterilkan kertas payung, disterilkan media MSA degan digores
dengan autoclave pada suhu dengan autoclave pada suhu di permukaan media
121 oC selama 15 menit 121 oC selama 15 menit
D B
C
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
B D
Penanaman bakteri
kontrol gram negatif
pada media MSA
Tidak Apakah hasil
serbuk kacang kedelai
pengamatan
sudah sesuai ?
Selesai
Mulai E
Hasil inokulasi
Sebanyak 2 ose bakteri digunakan sebagai
probiotik dibiakkan ke acuan pengenceran
dalam media SWC cair pada pengambilan
sampel selanjutnya
Ya
E
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 1. Dinamika populasi bakteri total pada beberapa perlakuan selama penelitian
2.2 Pembahasan
Berdasarakan dua jurnal penelitian yang kami ambil, adapun perbandingan hasil
percobaan jurnal tersebut sebagai berikut.
2.2.1 PEMANFAATAN SERBUK KACANG KEDELAI (Glycine max)
SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN MEDIA MANITOL SALT AGAR
(MSA) UNTUK PERTUMBUHAN BAKTERI STAPHYLOCOCCUS
Berdasarkan jurnal tersebut, hasil pertumbuhan bakteri S.aureus mulai
tumbuh membentuk koloni pertumbuhan bakteri S.aureus kurang subur pada
variasi 2 gram dan 3 gram, dan kurang memfermentasikan manitol sehingga
media MSA serbuk kacang kedelai tetap berwarna merah agak kekuningan,
perbedaan pertumbuhan bakteri ini dikarnakan sumber nutrisi atau protein
serbuk kacang kedelai tidak mencukupi nutrisi protein yang dibuhuhkan,
sehingga pertumbuhan bakteri S.aureus kurang baik atau proses metabolisme
bakteri berlangsung kurang optimal dan pertumbuhannya tidak seoptimal
media MSA standar.
Sedangkan pertumbuhan bakteri S.epidermidis yang subur mulai dari
variasi 3 gram sampai 6 gram dengan tidak memfermentasikan manitol maka
koloni yang tumbuh dan pada media MSA terjadi perubahan warna merah
setelah ditanami bakteri S.epidermidis. disebabkan karena S.epidermidis tidak
memfermentasikan manitol menjadi asam dan gas, menyebabkan pH media
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menjadi basa, indikoator phenol red yang terdapat dalam media berubah
menjadi merah.
Pada media MSA serbuk kacang kedelai ini, menunjukkan hasil
optimal dan sebanding dengan media MSA standar (Oxoid) dapat dilihat
dalam hal ukuran, bentuk koloni, warna, elevasi, permukaan, pinggiran dan
sifat manitol fermenter. Koloni yang terbentuk terlihat besar dan nyata serta
mudah diamati. Hal tersebut dikarenakan nutrisi atau sumber protein yang
terkandung dalam serbuk kacang kedelai yang tinggi, dan kandungan nutrisi
yang lain yang melimpah seperti karbohidrat, vitamin dan mineral (Andrianto,
2004). Dan variasi serbuk kacang kedelai yang digunakan semakin banyak,
sehingga proses metabolisme bakteri akan berlangsung cepat dan optimal,
sehingga proses pembelahan sel berjalan baik yang dapat menyebabkan
ukuran koloni semakin besar dan cepat dalam proses memfermentasikan
manitol.
Dalam kondisi nutrisi yang baik waktu yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan bakteri relatif cepat, sebaliknya jika nutrisi yang dibutuhkan
tidak melimpah, sel-sel harus menyesuaikan dengan lingkungan dan
pembentukan enzim - enzim untuk mengurai substrat membutuhkan waktu
yang lebih lama.
Lampiran
Bakteri
Staphylococcus aureus Staphylococcus epidermidis
Media
MSA Serbuk
Kacang
Kedelai (2
gram)
MSA Serbuk
Kacang
Kedelai (3
gram)
MSA Serbuk
Kacang
Kedelai (4
gram)
MSA Serbuk
Kacang
Kedelai (5
gram)
3.2 Saran
Berikut berbagai saran yang kami peroleh berdasarkan kedua jurnal tersebut.
1. Sebaiknya diperiksa apakah alat alat laboratorium yang akan digunakan
pada percobaan ini sudah steril atau belum.
2. Sebaiknya kedua penelitian ini dapat diterapkan dan diaplikasikan dalam
kehidupan sehari hari seperti menghasilkan suatu produk untuk
kepentingan bersama.
3. Sebaiknya dilihat kadar nutrisi protein serbuk kacang kedelai apakah
sudah mencukupi atau belum, sehingga hasil yang diperoleh dapat
maksimal.
4. Sebaiknya digunakan media pembanding yang lainnya agar bisa
mendapatkan pembanding yang lebih bervariasi lagi.
5. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai media
pertumbuhan dari MSA serbuk kacang kedelai dan SWC cair serta
penambahan sukrosa serta probiotik yang memiliki jenis serta kandungan
yang bervariasi dari bakteri uji yang berbeda sehingga hasil yang akan
diperoleh lebih banyak variasinya.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Pustaka
Sukenda, dkk. 2006. Pengaruh Pembarian Sukrosa sebagai Sumber Karbon & Probiotik
terhadap Dinamika Populasi Bakteri dan Kualitas Air Media Udang Vaname,
Litopenaeus vannamei. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Surhatati, R, dkk. 2018. Pemanfaatan Serbuk Kacang Kedelai (Glycine max) sebagai
Bahan Pembuatan Media Manitol Salt Agar (MSA) untuk Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus. Tasikmalaya : STIKes BTH Tasikmalaya
LITERATUR
Pengaruh
Jurnal pemberian
Akuakultur sukrosa 5(2):
Indonesia, sebagai sumber(2006)
179-190 karbon Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 179
http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id
ABSTRACT
Disinfection and nutrient enrichment prior stocking of post larvae in the pond will be affected on the
growth and composition of microbe. Attention should be taken to some factors related to deterministic and
stochastic factors of aquaculture environment in order to develop microbe community. This study was
performed to determine effect of sucrose and probiotic supplementation to shrimp culture pond on water
quality profile and population dynamic on shrimp culture media. The treatments were supplementation of
sucrose as carbon source, probiotic, and sucrose + probiotic into 25 L culture medium containing white
shrimp, Litopenaeus vannamei. Shrimp were fed commercial diet containing 30% protein by 5% body weight
every day. The result of study showed that bacterial population was increased by increasing time of shrimp
rearing. Increased of bacterial population was contrary to DO value. Bacteria grew was heterotrop and vibrio
that its intensity varied during experiment. Supplementation of sucrose supported proliferation of bacteria
including heterotrop, probiotik and vibrio groups. Specifically, interaction between probiotic bacteria and
vibrio was also found. The presence of probiotic bacteria showed a negative impact on vibrio population.
Further, development of bacteria in general was also implicated to fluctuation of ammonia concentration in
pond.
ABSTRAK
Kegiatan disinfeksi dan pengkayaan nutrien sebelum penebaran PL akan mempengaruhi pola
pertumbuhan dan komposisi mikroba di tambak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
komunitas mikroba adalah faktor-faktor deterministic dan sthocastic masing-masing lingkungan budidaya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian bahan berkarbon (sukrosa) dan probiotik di
tambak terhadap profil kualitas air serta dinamika populasi pada perairan budidaya. Pada penelitian ini
dilakukan penambahan sumber karbon (sukrosa), penambahan probiotik dan penambahan sukrosa + probiotik
pada masing-masing wadah yang berisi 25 liter air dan udang Vanamei, Litopenaeus vannamei. Pakan yang
diberikan berupa pellet komersial dengan kadar protein 30% setiap hari sebanyak 5% dari biomassa awal. Dari
hasil penelitian ini diketahui bahwa populasi bakteri pada media budidaya meningkat seiring dengan
bertambahnya waktu pemeliharaan. Peningkatan jumlah populasi bakteri ini diikuti oleh semakin menurunnya
nilai DO secara umum. Selain bakteri heterohof, tumbuh juga bakteri golongan Vibrio dengan persentase
kemunculan yang berbeda pada setiap perlakuan. Penambahan sukrosa dalam media budidaya mendukung
proliferasi bakteri secara umum, heterotrof, probiotik dan golongan Vibrio. Secara spesifik, timbul juga
interaksi antara bakteri probiotik dengan bakteri Vibrio. Tumbuhnya bakteri probiotik berimplikasi negatif
terhadap populasi Vibrio. Selain itu pertumbuhan bakteri secara umum juga berimplikasi terhadap fluktuasi
kadar amonia perairan.
Probiotik yang diberikan adalah Bacillus Jumlah nitrogen yang diperlukan untuk
sp. yang telah dikultur dalam media SWC pembentukan sel baru tergantung pada C/N
cair sehari sebelumnya. rasio bakteri (bakteri heterotrof 4 .3).
4. Penambahan probiotik dan karbon,
penambahan sukrosa sebesar 0,'45 grarn ΔN = ΔCmik / [C/N]mik
dilakukan setiap hari, sedangkan = (ΔCH × %C × E) / [C/N]mik
penambahan probiotik Bacillus sp. ΔCH = ΔN / %C × (E / [C/N]mik
dilakukan setiap 4 hari dengan dosis 5 = ΔN / 0,5 × (0,5 / 4,3)
ppm = ΔN / 0,05814
Penambahan karbon Keterangan:
ΔN : jumlah nitrogen yang diperlukan untuk
Proses intesifikasi mikroba dilakukan pembentukan sel baru
dengan penambahan sukrosa (gula tebu) pada ΔCH : jumlah sumber karbon yang harus
ditambahkan
media pemeliharaan udang sesuai
perhitungan yang dilakukan oleh Avnimelech
Secara umum, N yang masuk ke
(1999). Kontrol akumulasi nitrogen inorganik
perairan dari sisa pakan, degradasi bakteri
pada tambak didasarkan pada proses
maupun ekskresi ikan adalah 50% dari
immobilisasi nitrogen oleg mikroba. Bakteri
nitrogen pakan.
dan mikroorganisme lain menggunakan
karbohidrat (gula, pati dan selulosa) s ebagai ΔCH = pakan × %N pakan × %N ekskresi
makanan untuk menghasilkan energy dan = pakan × 0,0465 × 0,5/0,05814
tumbuh melalui pembentukan protein dan = pakan × 0,3999
sel-sel baru (Avnimelech, 1999).
Asumsi:
C organik → CO2 + energi + C yang 1. Kadar protein Pakan 30%
terasimilasi dalam sel mikroba 2. Efisiensi konversi mikroba 50%
3. jumlah karbon dalam sumber karbon
Persentase karbon yang terasimilasi 50%
berkaitan dengan metabolisme karbon pakan 4. C/N rasio bakteri heterotrof (target)
sering diidefinisikan sebagai Efisiensi 4,3
konversi mikroba (E) yang berkisar antara 40 Dengan demikian sukrosa yang
– 60% (Paul dan van Veen, 1978; Gaudy dan diberikan adalah 0,399 kali jumlah pakan.
Gaudy, 1980 dalam Avnimelech et al., l994). Sebelum diberikan, sukrosa dilarutkan dalam
Selain karbon, bakteri juga memerlukan air laut terlebih dahulu untuk rneratakan
nitrogen sebagai penyusun utama protein. distribusinya.
Bersama karbon, nitrogen inorganik akan
diimobilisasi menjadi sel-sel mikroba. Proses Pembuatan dan pemberian probiotik
ini merupakan peristiwa mendasar yang
terjadi hampir pada semua jenis bakteri. Bakteri probiotik diperoleh dari isolat
Dari persamaan di atas, penambahan murni bakteri Bacillus sp. yang biasa
karbon yang diperlukan untuk menggeser digunakan pada tambak udang vannamei
nitrogen inorganik sehingga menjadi mikroba intensif. Sebanyak 2 ose bakteri probiotik
dapat dihitung dengan rumus berikut : dibiakkan dalam 25 ml SWC cair dan
diinkubasi selama 24 jam pada inkubator
ΔCmik = ΔCH × %C × E goyang (25 °C). Sebelurn dimasukkan ke
media pemeliharaan, probiotik sebanyak 5
Keterangan ; ppm diencerkan terlebih dahulu
ΔCmik : jumlah karbon yang terasimilasi menggunakan air media pemeliharaan agar
oleh mikroba distribusinya lebih merata. Dosis yang
%C : kandungan karbon dari bahan diberikan dari awal sampai akhir penelitian
sumber karbon yang ditambahkan
(biasanya 50%)
adalah sama.
E : efisiensi konversi mikroba.
182 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris
Gambar 1. Dinamika populasi bakteri total pada beberapa perlakuan selama penelitian
Pengaruh pemberian sukrosa sebagai sumber karbon 183
Secara umum, peningkatan jumlah dengan karbon oleh bakteri dalam proses
biomassa bakteri dalam sistem budidaya pembentukan sel barunya.
dapat dilakukan dengan pemberian bahan Dengan penambahan probiotik dan
berkarbon. Walapun begitu, pemberian karbon, kedua keuntungan di atas secara
probiotik saja dalam sistem budidaya juga bersama-sama dapat didapatkan dalam suatu
berpotensi meningkatkan biomassa bakteri di pemeliharaan organisme akuatik.
perairan (P>0.05). Peningkatan tersebut Penambahan karbon tidak mengganggu
diperoleh selain dari penambahan massa pertumbuhan dari bakteri probiotik, bahkan
bakteri probion juga diduga akibat reaksi cenderung mendukung terbukti dengan
yang timbul antara bakteri probion dengan peningkatan biomassa bakteri yang
bakteri asli perairan di media budidaya. signifikan. Dengan demikian dapat diketahui
Interaksi yang muncul memungkinkan bahwa penambahan probiotik dan karbon
timbulnya proliferasi bakteri asli tertentu pada suatu media budidaya dapat
sebagai akibat respon dari interaksi tersebut. mempercepat tumbuhnya bakteri total secara
Tanpa pemberian probion, peningkatan umum. Jika tidak dimanfaatkan oleh udang,
jumlah bakteri juga dapat diperoleh dengan biomassa mikroba ini dapat rneningkatkan
penambahan sumber karbon tertentu saja, kandungan bahan organik dan mempercepat
dalam hal ini sukrosa. Laju penambahan proses sedimentasi pada dasar kolam.
biomassa secara signifikan lebih besar Nilai TAN (NH3 + NH4+) cenderung
daripada hanya menambahkan bakteri stabil dengan fluktuasi kecil terbentuk karena
probiotik saja (P>0.05). Hal tersebut terjadi adanya asimilasi nitrogen anorganik tersebut
diduga akibat adanya pengkayaan nutrien oleh bakteri. Amonia merupakan limbah
(karbon) yang mampu mendukung nitrogenik utama yang diekskresikan oleh
pertumbuhan bakteri heterotrof secara umun udang dan kebanyakan organisme akuatik
untuk berproliferasi. Organisme akuatik lainnya. Sebagian besar nitrogen dari protein
biasanya mengeluarkan limbah metabolitnya pakan akan diubah menjadi amonia.
dalam bentuk amonia. Penambahan bahan Di dalam perairan, karena pengaruh
berkarbon pada badan perairan dapat suhu dan pH, amonia akan terionisasi
mendukung biosintesis protein mikroba. menjadi NH4+, salah satu bentuk nitrogen
Proses tersebut biasanya terjadi setelah anorganik yang paling banyak dimanfaatkan
terkonversinya amonia menjadi amonium oleh bakteri heterotrof dan nitrifikasi.
sebelum akhirnya diasimilasi bersama
Gambar 2. Dinamika populasi bakteri golongan Vibrio dalam beberapa perlakuan selama
Penelitian
Gambar 3. Profil penghambatan spesifik bakteri golongan Vibrio hijau pada perlakuan selama
Penelitian
Pengaruh pemberian sukrosa sebagai sumber karbon 185
Penghambatan secara spesifik ini jenis bakteri awal perairan dan jenis bakteri
rnerupakan hasil kompetisi mikroba dalam probion yang digunakan. Pengkayaan bahan
proses-proses ekologi yang umum dijumpai. organik sumber karbon dalam perairan juga
Sifat ini seringkali digunakan sebagai dasar dapat meningkatkan potensi tumbuhnya
pengembangan bakteri probiotik. Bakteri bakteri-bakteri patogen. Bahkan pemberian
tersebut berkompetisi dengan bakteri lain probion juga dapat memicu tumbuhnya
dengan berbagai cara seperti produksi bakteri patogen jika terdapat kedekatan
senyawa inhibitor, pengelnbangan hubungan taksonomi antara bakteri probion
kemamprum mengikat Fe atau senyawa dengan bakteri patogen yang terdapat pada
kimia tertentu untuk memperoleh energi lingkungan budidaya. Dalam prakteknya,
(Veschuere et a1., 2000). Beberapa strain sterilisasi awal akan sangat membantu
Bacillus mampu menghasilkan senyawa menekan peluang munculnya bakteri patogen
antibiotik yang menghambat pertumbuhan dalam lingkungan budidaya. Setelah itu
bakteri Vibrio. Dengan meningkatnya laju pengkayaan bakteri probion yang bermanfaat
mortalitas Vibrio, populasi bakteri lain dapat dapat dilakukan untuk menciptakan dominasi
meningkat sehingga mampu menggeser populasi bakteri yang diinginkan. Hal
dominasi Vibrio (Moriarty, 1999). tersebut dapat meminimalkan tumbuhnya
Tumbuhnya Vibrio pada kegiatan bakteri patogen saat dilakukan pengkayaan
intensifikasi mikroba seperti ini harus tetap bahan sumber karbon (sukrosa molase)
diperhatikan walaupun yang bukan termasuk dalam praktek selanjutnya. Metode ini
golongan Vibrio berpendar. Hal tersebut diduga efektif pada sistem budidaya tanpa
berkaitan dengan dekatnya hubungan antara pergantian air (zero water exchange).
probiotik yang digunakan dengan bakteri
patogen yang pada lingkungan budidaya. Persentase kemuncnlan bakteri golongan
Pada lingkungan budidaya yang kompleks, Vibrio selama penelitian
memungkinkan terjadinya transfer gen bukan Persentase kemunculan Vibrio memiliki
hanya gen resistensi tapi juga kemampuan
selama penelitian cenderung menurun seiring
patogenitas lewat R plasmid dan transposons. dengan pertambahan waktu. Dengan
Karena memungkinkannya R plasmid ini demikian, laju perumbuhan populasi bakteri
dalam metransfer gen antar bakteri yang lainnya memiliki kecepatan yang lebih tinggi
berbeda dalam grup Gram negatif, akan dibandingkan dengan laju pertumbuhan
berbahaya bagi para pelaku budidaya untuk
bakteri Vibrio. Rata-rata kemunculan paling
menggunakan bakteri seperti Vibrio atau paling tinggi ditemukan pada kontrol yang
Pseudomonas sebagai Probiotik. mencapai l,82% (Gambar 5).
Hal yang perlu diperhatikan dalam
teknik intensifikasi mikroba adalah dominasi
Gambar 4. Bakteri golongan Vibrio kuning (A) dan hijau (B) yang tumbuh pada saat penelitian
186 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris
Sedangkan dari data pemeriksaan NH3 organik dan anorganik. Sumber bahan
diketahui bahwa kisaran NH3 pada perlakuan organik yang biasanya diperoleh oleh bakteri
penambahan karbon dan perlakuan dalam sistem budidaya adalah sisa pakan dan
penambahan karbon + probiotik relatif lebih hasil metabolit udang. Protein yang terdapat
rendah dibandingkan dengan perlakuan lain. dalam sisa pakan akan didekomposisi oleh
Pada perlakuan penambahan karbon, NH3 bakteri menggunakan enzim protease
dicapai pada kisaran 0,0096 – 0.029 ppm, menjadi asam amino-asam amino yang
sedangkan pada perlakuan penambahan akhirnya diasimilasi ke dalam sel balkteri.
karbon + probiotik sebesar 0,00922 – 0.02 Penambahan karbon ternyata dapat
ppm. Pada perlakuan penambahan probiotik, meningkatkan asimilasi N oleh bakteri yang
NH3 berada pada kisaran 0,0068 – 0,04, berimplikasi pada pengurangan jumlah TAN.
sedangkan kontrol pada kisaran 0,018 – 0,03 Nilai total amonia nitrogen (TAN)
ppm (Gambar 7). menggambarkan jumlah total nitrogen yang
Nitrogen merupakan bahan yang berada dalam bentuk NH3 (tidak terionisasi)
dibutuhkan oleh bakteri terutama untuk dan NH4+ (terionisasi). Secara umum, nilai
proses sintesis asam amino dan nukleotida. TAN ini akan berkurang jika terdapat
Sumber nitrogen dapat berasal dari sumber asimilasi NH3 atau NH4+ oleh bakteri.
Tabel 1. Pertumbuhan mutlak rata-rata udang vaname, Litopenaeus vannamei selama penelitian
Tabel 2. Nilai rata-rata FCR udang vaname, Litopenaeus vannamei selama penelitian
Perlakuan FCR
Kontrol 1,70 ± 0,26
Penambahan karbon 1,46 ± 0,27
Penambahan probiotik 1,45 ± 0,10
Penambahan karbon+ probiotik 1,30 ± 0,08
190 Sukenda, P. Hadi dan E. Harris
Avnimelech, Y., Kochva. M., M., Mokady, Widiyanto, T. 2005. Seleksi bakteri
S., 1994. Development of controlled nitrifikasi dan denitrifikasi untuk
intensive aquaculture systems with a bioremediasi di tambak udang.
limited water exchange and adjusted Disertasi Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor.
Prosiding Seminar Nasional dan Diseminasi Penelitian Kesehatan
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, 21 April 2018
ISBN:978-602-72636-3-5
Abstrak : Kacang kedelai memiliki kandungan protein sekitar 40% mengandung asam amino esensial dan non esensial, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral. Kacang kedelai banyak digunakan sebagai bahan baku dalam membuat makanan. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui apakah serbuk kacang kedelai dapat dimanfaatkan sebagai alternatif sumber protein dalam media MSA (Manitol Salt
Agar) untuk pertumbuhan bakteri patogen yaitu Staphylococcus. Penelitian bersifat eksperimen, menggunakan serbuk kacang kedelai
dengan variasi berat yang digunakan mulai dari 2 gram sampai 6 gram sebagai sumber protein dalam pembuatan media MSA. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa serbuk kacang kedelai dapat menumbuhkan bakteri Staphylococcus mulai dari 3 gram/ 100 mL sampai 6
gram/ 100 mL, hasil penelitian menunjukan bahwa serbuk kacang kedelai dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber protein untuk
pertumbuhan bakteri Staphylococcus.
1. LATAR BELAKANG
Mikroorganisme membutuhkan suatu media sebagai tempat pertumbuhannya, media tersebut harus
mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Nutrisi dapat berupa molekul besar seperti Karbohidrat,
Lemak dan Protein, asam nukleat, vitamin dan beberapa mineral seperti unsur makronutrien C, H, O, N, P dan S serta
unsur mikronutien seperto K, Ca, Mg, Fe, Cl, Mn, Cu (Dwijoseputro, 2010).
Ketersediaan nutrisi untuk diagnosis bakteri Staphylococcus membutuhkan media yang dapat menumbuhkan
bakteri kelompok Staphylococcus dan menghambat pertumbuhkan bakteri lain selain Staphylococcus. Media Manitol
Salt Agar (MSA) saat ini merupakan media yang banyak digunakan untuk menumbuhkan bakteri kelompok
Staphylococcus. Media MSA bersifat selektif mampu menghambat pertumbuhan bakteri selain Staphylococcus dengan
zat penghambat garam NaCl 7,5% sehingga bakteri lain dari kelompok Gram negatif dan Gram positif seperti
Streptococcus dihambat.
Media MSA mengandung bacto ekstrak daging, bacto pepton, NaCl, bacto phenol red, manitol dan bacto agar.
Media MSA mengandung nutrisi atau protein bahan dasar bacto ekstrak daging dan bacto pepton (Safitri, 2010).
Ekstrak daging sapi dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, yang
sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme.
Bahan untuk membuat media MSA berbentuk redihrat (sudah jadi) memiliki harga yang relatif mahal dan
media tersebut banyak diproduksi oleh perusahaan asing. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah,
beberapa diantaranya terdapat protein nabati yang dapat menggantikan bahan bacto ekstrak daging dan bacto pepton
pembuatan media MSA. Sumber protein alternatif tersebut dapat diperoleh dari kacang kedelai, bahan ini merupakan
bahan yang mudah didapat dan tidak memerlukan biaya yang mahal.
Kacang kedelai merupakan protein lengkap, murah, dan merupakan salah satu bahan makanan yang
mengandung jenis asam amino esensial dan non esensial karbohidrat, lemak, vitamin,dan mineral (Nurhayati; Desinar,
2013).
Peneliti sebelumnya berhasil menumbuhkan bakteri Sallmonela typhi dan S.aureus dari sumber protein nabati
kacang - kacangan yaitu kacang tanah sebagai alternatif sumber nutrisi atau protein yaitu bacto ekstrak daging dan
bacto pepton dengan serbuk kacang tanah dalam media AN (Agar Nutrien). Variasi serbuk kacang tanah yang
digunakan adalah 2 gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram dan 6 gram. Berat minimal serbuk kacang tanah yang dapat
menumbuhkan bakteri S.typhi adalah 6 gram/ 100 mL, dan berat minimal kacang tanah yang dapat menumbuhkan
bakteri S.aureus adalah 5 gram/ 100 mL (Anisa, 2010).
2. METODE PENELITIAN
Cara kerja
a. Sterilisasi Alat
Alat - alat gelas seperti cawan petri, erlenmeyer yang akan digunakan dicuci, kemudian dikeringkan dan cawan
petri disterilkan pada oven dengan 180°C selama 2 jam, dan untuk sterilisasi ose caranya dengan membakar diatas
api lampu spirtus (Soemarno, 1987).
163
Prosiding Seminar Nasional dan Diseminasi Penelitian Kesehatan
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, 21 April 2018
ISBN:978-602-72636-3-5
Tabel 2.1
Komposisi media MSA serbuk kacang kedelai per 100 mL
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian serbuk kacang kedelai (Glycine max) dapat digunakan sebagai alternatif sumber
protein dalam pembuatan media MSA, Hal tersebut dapat dibuktikan dengan tumbuhnya koloni bakteri
Staphylococcus yaitu Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis pada media MSA yang ditambahkan
serbuk kacang kedelai. Dengan variasi serbuk kacang kedelai yang digunakan 2 gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram dan 6
gram.
Berdasarkan analisa pengamatan serbuk kacang kedelai dapat digunakan sebagai sumber alternatif protein
(bacto ekstrak daging dan bacto pepton) pada media MSA mulai dari variasi 2 gram, hal tersebut dapat dilihat hasil
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Hasil Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus pada media MSA Serbuk kacang kedelai
Pembahasan
Hasil pertumbuhan bakteri S.aureus mulaitumbuh membentuk koloni pertumbuhan bakteri S.aureus kurang
subur pada variasi 2 gram dan 3 gram, dan kurang memfermentasikan manitol sehingga media MSA serbuk kacang
kedelai tetap berwarna merah agak kekuningan, perbedaan pertumbuhan bakteri ini dikarnakan sumber nutrisi atau
protein serbuk kacang kedelai tidak mencukupi nutrisi protein yang dibuhuhkan, sehingga pertumbuhana bakteri
S.aureus kurang baik atau proses metabolisme bakteri berlangsung kurang optimal dan pertumbuhannya tidak
seoptimal media MSA standar.
165
Prosiding Seminar Nasional dan Diseminasi Penelitian Kesehatan
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, 21 April 2018
ISBN:978-602-72636-3-5
Sedangkan pertumbuhan bakteri S.epidermidis yang subur mulai dari variasi 3 gram sampai 6 gram dengan
tidak memfermentasikan manitol maka koloni yang tumbuh dan pada media MSA terjadi perubahan warna merah
setelah ditanami bakteri S.epidermidis. disebabkan karena S.epidermidis tidakmemfermentasikan manitol menjadi asam
dan gas, menyebabkan pH media menjadi basa, indikoator phenol red yang terdapat dalam media berubah menjadi
merah (Safitri, 2010 ).
Pada media MSA serbuk kacang kedelai ini, menunjukkan hasil optimal dan sebanding dengan media MSA
standar (Oxoid) dapat dilihat dalam hal ukuran, bentuk koloni, warna, elevasi, permukaan, pinggiran dan sifat manitol
fermenter. Koloni yang terbentuk terlihat besar dan nyata serta mudah diamati. Hal tersebut dikarenakan nutrisi atau
sumber protein yang terkandung dalam serbuk kacang kedelai yang tinggi, dan kandungan nutrisi yang lain yang
melimpah seperti karbohidrat, vitamin dan mineral (Andrianto, 2004). Dan variasi serbuk kacang kedelai yang
digunakan semakin banyak, sehingga proses metabolisme bakteri akan berlangsung cepat dan optimal, sehingga proses
pembelahan sel berjalan baik yang dapat menyebabkan ukuran koloni semakin besar dan cepat dalam proses
memfermentasikan manitol.
Dalam kondisi nutrisi yang baik waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri relatif cepat, sebaliknya
jika nutrisi yang dibutuhkan tidak melimpah, sel-sel harus menyesuaikan dengan lingkungan dan pembentukan enzim -
enzim untuk mengurai substrat membutuhkan waktu yang lebih lama (Anisah; Rahayu, 2005). Hasil pertumbuhan
bakteri Staphylococcus pada media MSA dapat terlihat pada Gambar1 dan Gambar 2.
Gambar 1. Pertumbuhan Bakteri S.aureus pada Media MSA dengan bahan baku Kacang kedelai
Gambar 2. Pertumbuhan Bakteri S. epidermidis pada Media MSA dengan bahn baku Kacang kedelai
Pada penelitian ini media MSA serbuk kacang kedelai bakteri kontrol negatif bakteri Esherichia coli. Untuk
menguji media MSA serbuk kacang kedelai, apakah fungsi media tersebut dalam menghambat bakteri Gram negatif
baik atau tidak. Pertumbuhan bakteri pada kontrol negatif yaitu Esherichia coli pada media MSA serbuk kacang
166
Prosiding Seminar Nasional dan Diseminasi Penelitian Kesehatan
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya, 21 April 2018
ISBN:978-602-72636-3-5
kedelai tidak terjadinya pertumbuhan koloni, dan media tetap berwarna orange sama seperti media MSA serbuk
kacang kedelai setelah diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam yang tidak ditanam bakteri, hal tersebut disebabkan
karena media MSA merupakan media selektif yang memiliki konsentrasi garam NaCl sangat tinggi (7,5%) sebagai
penghambat pertumbuhan bakteri lainnya. Kebanyakan bakteri tidak dapat bertahan hidup dilingkungan dengan kadar
garam sangat tinggi (hipertonik), kecuali genus Staphylococcus mampu adaptasi dengan lingkungan tinggi kadar garam
dan tumbuh baik dimedia MSA ini (Saftri, 2010). Sedangkan E.coli termasuk bakteri Gram negatif, dan tidak tahan
terhadap kadar garam yang sangat tinggi. Sehingga E. coli tidak dapat tumbuh dan fungsi media MSA sebagai media
selektif dengan sumber protein diganti serbuk kacang kedelai berfungsi dengan baik.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kacang kedelai dapat digunakan sebagai bahan
alternatif sumber protein pengganti bacto beef ekstrak daging sapi dan bacto pepton untuk menumbuhkan bakteri
Staphylococcus.
5. UCAPAN TERIMAKASIH
Kami ucapkan terimakasih kepada :
1. Ketua STIKes BTH Tasikmalaya,
2. Ketua Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medik
3. Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIKes BTH Tasikmalaya
Atas bantuan dan kerjasama dalam program penelitian dosen STIKes BTH Tasikmalaya tahun 2017.
6. DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, T. T., dan N. Indarto,. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang, Absolut;
Yogyakarta, 2004.
Anisa Ayu. Pemanfaat Serbuk Kacang Kedelai sebagai Media Alternatif Pertubuhan Sallmonela typhy, Jurnal Politeknik
Kesehatan; Bandung, 2010.
Anisah dan Rahayu, Media Alternatif untuk Pertumbuhan Bakteri Menggunakan Sumber Karbohidrat yang Berbeda. Universitas
MuhammadiyahSurakarta, Surakarta, 2015. Diakses pada 01 Juni 2016
https://eprints.ums.ac.id./38852/21/NASKAH/%20PUBLIKASI.pdf.
Dwidjoseputro, Dasar Dasar Mikrobiologi, Djambatan; Jakarta, 2010.
Hadioetomo Sari Ratna, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium, PT. Gramedia; Jakarta,
1990.
Koswara, Sutrisno, Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu ,Penebar Swadaya; Jakarta 1992.
Novel Sinta Sasika, Praktikum mikrobiologi dasar, Trans Info Medika; Jakarta, 2010.
Nurhayati, Desinar, Pembuatan Pepton secara enzimatis menggunakan bahan baku jeroan ikan tongkol, JPPHI Vol. 16.No. 1,
2013
Safitri Ratu dan Sinta Sasika, Medium Analisis Mikroorganisme, CVTrans Info Medika; Jakarta, 2010.
Soemarno, Penuntun Praktikum Bakteriologi, CV.Karyono; Yogyakarta, 1987.
167