I Wayan Redana
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Program Profesi Insinyur, Universitas Udayana,
Ketua PII Wilayah Bali
E-mail: iwayanredana@yahoo.com
Intisari
Etika dalam praktek keinsinyuran berkaitan dengan moral, ahklak dan budi pekerti dan tidak
dapat dipisahkan dari profesionalisme. PII merumuskan prinsip-prinsip etika dan tuntunan sikap
dan perilaku ke dalam catur karsa dan sapta dharma. Program PSPPI memberikan mata kuliah
etika profesi, sehingga cukup mendasar bahwa etika ini dapat dikembangkan bukan saja lebih
luas tetapi juga lebih detail. Tujuan kajian ini adalah mengemukakan suatu sumbang saran pada
etika profesi, sebagai suatu ethics study guide yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran di
Universtias maupun dalam pekerjaan profesi keinsinyuran se hari-hari. Etika profesi insinyur,
tidak hanya akan menjadi milik insinyur, akan tetapi akan mengikat kepada dunia usaha,
organisasi, perusahan secara luas. Etika profesi seharusnya menjadi tuntunan bagi pemegang
saham dan pemilik perusahan, direktur dan manajemen, pemasok dan rekanan, pesaing, pekerja,
dan masyarakat luas. Harus disadari, pelanggaran tata nilai, dan penyelewengan tata nilai,
terjadi pada setiap level pekerjaan setiap hari. Untuk itu, untuk membangun kejujuran dan
kepercayaan, etika profesi ini harus dibangun melalui budaya dengan memberi contoh yang baik
dan sangat penting dikembangkan.
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Etika profesi termuat dalam catur karsa dan sapta dharma dari PII dan merupakan mata
kuliah di Program PSPPI, karenanya sangat perlu dikembangkan. Etika menyangkut kepada
tatanilai dan moral, berkaitan dengan dilemma moral: dilemma konstruktif dan dilemma
destruktif. Etika profesi tidak bisa dipisahkan dengan professionalisme. Profesional mempunyai
makna berprofesi atau bersifat profesi atau bekerja menurut standar profesi.
Seorang professional mengemban tanggung jawab, karena masyarakat akan mempunyai
pengharapan lebih dan secara hukum juga mempunyai pengharapan lebih dari orang
kebanyakan. Karena itu, bahan ajar etika profesi pada program profesi insinyur dan pada
praktek keinsinyuran sehari-hari sangat perlu dikembangkan
melakukan sesuatu di luar etika profesi akan mengakibatkan kerugian secara finansial dan
mempunyai konsekwensi hukum legal.
Insinyur tidak akan bisa bekerja sendirian, tetapi akan melibatkan pemegang saham dan
pemilik perusahan, direktur dan manajemen, pemasok dan rekanan, kompetitor, pekerja, dan
masyarakat. Etika profesi diperlukan pada setiap level pekerjaan.
1.3. Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah mengemukakan suatu sumbang saran untuk membuat lebih
detail etika profesi, sebagai suatu ethics study guide yang dapat dikembangkan melalui
pembelajaran di Universtias maupun dalam pekerjaan profesi keinsinyuran dan dapat diterapkan
sehari-hari.
2. Metodologi
2.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisa etika profesi keinsinyuran dan mengembangkan menjadi
lebih detail. Mengembangkan “code of ethics dan code of conduct” dalam usaha memperkaya
contoh tindakan yang sesuai maupun yang melawan kode etik keinsinyuran.
3. Kajian Pustaka
3.1. Ukuran Nilai: moral, norma, dan etika
Etika secara umum tidak bisa dilepaskan dari tata nilai Moral.
Moral
Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai akhlak, dan budi
pekerti; moral adalah kondisi mental yang mempengaruhi seseorang menjadi tetap bersemangat,
berani, disiplin dan sebagainya. Sementara akhlak merupakan kelakuan tabiat, tingkah laku.
Realisme moral diterapkan pada pengambilan sikap keputusan pada etika dan pada nilai,
hak, kewajiban dan sebagainya (Redana & Suparsa, 2014). Realisme moral menginspirasi dalam
pengambilan sikap keputusan etika dalam mempertahankan objektifitas. Lawan dari moral
realisme adalah relatifisme dan subjektifitas.
Penerapan kebenaran moral sering menghadapi dilema, pada setiap keputusan yang
diambil akan menyalahi aturan moral lainnya. Keputusan apa pun yang akan diambil, akan
melakukan sesuatu yang secara etika moral salah, atau semestinya tindakan tersebut tidak boleh
dilakukan. Sebaliknya, dilema dapat dipandang bahwa keputusan yang diambil adalah
keputusan yang paling baik dari alternatif keputusan yang ada. Dilema Konstruktif jauh lebih
baik dari dilemma Destruktif. Secara logika matematika, argumen deduksi silogisme untuk
menguji validitas dilema bisa dipakai yang pada akhirnya akan merepresentasikan matematika
atau hukum alam.
Dilema sederhana, sesuai logika matematika dapat dinyatakan dalam bentuk argumen:
Jika p, maka q
Jika tidak p, maka q
Sehingga semuanya adalah q
SEMINAR DAN RAPAT KERJA NASIONAL 2018
Yogyakarta, 26-27 Juli 2018
Dua premis kondisional dari suatu argumen dilema disebut “horns”. Melewati atau melupakan
suatu horns adalah sama dengan menolak premis disjungsi p atau q. Mengambil horns berarti
melupakan satu premis kondisional.
Norma
Norma adalah suatu aturan perilaku atau pola perilaku difinitif, berawal dari penyerahan
seseorang kepada sesuatu yang disangkakan dan dikenal adanya norma gramatikal, norma moral,
norma etiquette dan sebagainya dan hampir semua perilaku manusia berdasarkan norma. Secara
alami sumber dari norma, bentuk norma, merupakan ketentuan dasar etika dan filsafat.
Etika
Etika dalam bahasa Inggris disebut ethics yang berasal dari kata Yunani ethos yang
berarti karakter. Etika merupakan konsep yang meliputi alasan praktis seperti: baik, benar, tugas,
kewajiban, virtue (kebaikan), kebebasan, rasionalitas, pilihan. Juga meliputi second-order study,
yaitu objektivitas, subjektivitas, relativisme, skeptisisme. Etika juga berkenaan dengan moral
dan dibedakan setidaknya dua macam (Blackburn, 1996) yaitu:
a. Etika deontologis mengarahkan perhatian kepada persoalan kewajaran, keadilan dan
kewajiban.
b. Etika teleologis, sebaliknya mengarahkan perhatian kepada kebahagiaan, kesenangan,
seperti hedonisme, utilitarian, dan egoisme.
Hedonisme etis menghasilkan suatu norma untuk menilai kebenaran dan kesalahan
moral dari suatu tindakan. Hedonisme etis misalnya utilitarianisme aturan meyakini bahwa
tindakan adalah benar jika memenuhi aturan moral tertentu, misalnya “janji harus ditepati”.
Egoisme dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Egoisme etis memandang bahwa kepentingan diri yang rasional merupakan norma untuk
menilai kebenaran atau kesalahan moral suatu tindakan yang akhirnya berlawanan dengan
hedonisme.
b. Egoisme psikologis di lain pihak memandang bahwa manusia dari kodratnya selalu
mementingkan diri dan tidak pernah mampu menempatkan kepentingan orang lain di atas
kepentingannya sendiri, yang berlawanan dengan altruisme yang meyakini bahwa paling
tidak dalam suatu waktu menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri
sendiri.
Etis adalah cita-cita manusia yang diarahkan kepada tingkah laku dan kesusilaan.
Kesusilaan berdasarkan kemerdekaan pada pilihan baik dan buruk. Bertindak baik tidak akan
berguna, apabila tidak ada ketidakmatian jiwa dan ketidakmatian akan jiwa ini akan menuntut
adanya Tuhan. Kembali lagi bahwa Tuhan yang dapat memberikan upah kepada manusia yang
benar-benar berbuat baik.
lain: Pendahuluan, Pemahaman dan pengertian, Etika dan keinsinyuran, Catur karsa-Sapta
dharma, Studi kasus, Tools & Techniques, Penutup
Kuliah etika profesi memberi ruang kepada pengembangan etika profesi insinyur. Catur
karsa dan Sapta dharma perlu dikembangkan secara detail oleh akademisi bersama praktisi
professional.
Daftar Pustaka
Blackburn, Simon (1996). The Oxford Dictionary of Philosophy. Oxford University Press. NY.
Engineers Australia,https://www.engineersaustralia.org.au/
Engineeers Canada (2018), https://engineerscanada.ca/
NSPE-National Society of Professional Engineers, USA (2018), https://www.nspe.org/
PII (2018). Persatuan Insinyur Indonesia, https://pii.or.id/
Redana, I Wayan, I Gusti Putu Suparsa (2014), Pengantar Teknologi Berwawasan Budaya.
Udayana University Press, Denpasar.
Etika dalam Praktek Keinsinyuran
I Wayan Redana
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Program Profesi Insinyur, Universitas Udayana,
Ketua PII Wilayah Bali
E-mail: iwayanredana@yahoo.com
DILEMA MORAL
DILEMA
MORAL
KONSTRUKTIF DESTRUKTIF
2
Silogisme
Dilema sederhana, sesuai logika matematika dapat dinyatakan
dalam bentuk argumen:
Jika p, maka q
Jika tidak p, maka q
Sehingga semuanya adalah q
Dilema Moral-Konstruktif vs Destruktif
Dilema konstruktif mempunyai Dilema destruktif mempunyai
bentuk argumen sbb: bentuk argumen sbb:
Jika p, maka r Jika p, maka q
Jika q, maka r Jika p, maka r
Tetapi bisa p atau q Tetapi tidak bisa q atau
Sehingga semuanya r tidak bisa r
Sehingga tidak juga bisa p
Dua premis kondisional dari suatu argumen dilema disebut “horns”. Melewati atau melupakan
suatu horns adalah sama dengan menolak premis disjungsi p atau q. Mengambil horns berarti
melupakan satu premis kondisional.
ETIKA
ETIKA
DEONTOLOGIS TELEOLOGIS
KEWAJARAN HEDONISME
KEADILAN UTILITARIAN
KEWAJIBAN EGOISME
5
ETIKA RELATIF hormati etika relatif
kultural
ETIKA ETIKA ETIKA
NORMATIF ABSOLUT RELATIF
NORMA MORAL
ATURAN EMAS RELATIF ETIS
DASAR
6
ETIKA/KARAKTER
Olah Olah
Pikir Hati
Karakter
Olah Olah
Raga Rasa/
Karsa
1. Olah Pikir meliputi: Cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu,
berpikir, terbuka, produktif, berorientasi IPTEKS, dan reflektif.
2. Olah Hati meliputi: Jujur, beriman dan bertakwa, amanah, adil,
bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang
menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik.
3. Olah Raga meliputi: Tangguh, bersih dan sehat, disiplin, sportif,
andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif,
kompetitif, ceria, dan gigih.
4. Olah Rasa/Karsa meliputi: Peduli, ramah, santun, rapi, nyaman,
saling menghargai, toleran, suka menolong, gotong royong,
nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga
menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras,
dan beretos kerja.
Kode Etik Insinyur Indonesia
“ Catur Karsa Sapta Dharma Insinyur Indonesia “
9
Kode Etik Insinyur Indonesia
“ Catur Karsa Sapta Dharma Insinyur Indonesia “
10
ethics study guide
code of ethics code of conduct
Untuk membiasakan diri dan memahami etika profesi, PII
seharusnya mengembangkan “ethics study guide” meliputi uji
kemampuan etika, dan melakukan kajian tentang kasus-kasus yang
berkaitan dengan dilemma etika dan moral.
Sebagai misal kasus-kasus yang sering terjadi adalah: etika
integritas akademik seperti kasus mencontek,
konflik kepentingan/conflict of interest,
meminjamkan sertifikat kompetensi,
memberikan pernyataan atau analisa tertulis yang sangat subjektif
dan mengaburkan kebenaran ilmu pengetahuan,
mengaburkan kebenaran ilmu pengetauhan untuk kepentingan
politik tertentu dan sebagainya.
Kuliah Etika dalam PSPPI
memahami pengertian profesi, keprofesionalan, kode etik dan
kode tata laku insinyur.
memahami kompetensi dan “body of knowledge” keinsinyuran.
mengenali tanggung jawab etika insinyur, kepekaan dan kepedulian
akan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya, serta akuntabel.
memahami kode etik insinyur Indonesia.
mampu mendiskusi dilemma pengambilan keputusan terkait etika.
mampu meningkatkan kepekaan nurani dalam mengatasi ethical
issues in engineering.
mampu menyusun rancangan (merumuskan, mempersiapkan data
pendukung, pilihan solusi dan rekomendasi) pengambilan
keputusan masalah kasus etika keinsinyuran
Pemahaman Etika melalui Tanya jawab
Pemahaman etika dapat dilakukan melalui tanya jawab dan studi kasus.
Tanya jawab dapat dilakukan dengan pertanyaan true-false atau pilihan
ganda. Sebagai pre-tes, NSPE (National Society of Professional
Engineers, USA) menyiapkan 25 pertanyaan true-false yang menyangkut
uji etika profesi dengan penilaian benar 23-25 mendapat rating superior,
benar 20-22 mendapat rating baik dan 17-19 benar mendapat rating
cukup dan benar 15 atau kurang mendapat rating jelek. Salah satu contoh
pertanyaan adalah:
Seorang insinyur bisa melakukan kegiatan diluar kompetensinya,
sepanjang memberi tahu kepada pemberi tugas. Jawaban dari pertanyaan
ini adalah Salah, bertentangan dengan sapta dharma ke 2.
Seorang insinyur harus bekerja memberikan laporan kepada pemberi
kerja atau klien dengan jujur dan bertanggung jawab. Jawaban dari
pertanyaan ini adalah benar, sesuai dengan sapta dharma ke 3.
Diskusi Contoh Kasus
Contoh kasus juga dapat menjelaskan etika, tindakan apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan. Sebagai contoh: Sekolah
International, atau hotel kelas International, disuatu daerah
tidak mempunyai tempat parker yang cukup, sehingga
membuat jalan macet. Seorang akhli transortasi bisa saja
menegur pihak sekolah untuk segera mengatasi kemacetan.
Respon pihak sekolah bisa beragam, marah, malu dan
sebagainya. Seharusnya, pihak sekolah memikirkan cara
menyelesaikan kemacetan dengan memakaiteknik-teknik
yang ada di transportasi, misal dengan transit bus, dan
seharusnya pihak sekolah mengucapkan terima kasih kepada
akhli transportasi yang menegurnya.
1. Engineers, in the fulfillment of their professional duties, must carefully consider the safety, health, and welfare of the public.
2. Engineers may perform services outside of their areas of competence as long as they inform their employers or clients.
3. Engineers may issue subjective and partial statements if such statements are in writing and consistent with the best interests of their
employers, clients, or the public.
4. Engineers shall act for each employer or client as faithful agents or trustees.
5. Engineers shall not be required to engage in truthful acts when required to protect the public health, safety, and welfare.
6. Engineers may not be required to follow the provisions of state or federal law when such actions could endanger or compromise
their employer or their clients' interests.
7. If engineers' judgment is overruled under circumstances that endanger life or property, they shall notify their employers or clients
and such other authority as may be appropriate.
8. Engineers may review but shall not approve those engineering documents that are in conformity with applicable standards.
9. Engineers shall not reveal facts, data...information without the prior consent of the client or employer except as authorized or
required by law or this Code.
10. Engineers shall not permit the use of their names or associates in business ventures with any person or firm that they believe is
engaged in fraudulent or dishonest enterprise, unless such enterprise or activity is deemed consistent with applicable state or federal
law.
11. Engineers having knowledge of any alleged violation of this Code, following a period of 30 days during which the violation is not
corrected, shall report thereon to appropriate professional bodies and, when relevant, also to public authorities, and cooperate with
the proper authorities in furnishing such information or assistance as may be required.
12. Engineers shall undertake assignments only when qualified by education or experience in the specific technical fields involved.
13. Engineers shall not affix their signatures to plans or documents dealing with subject matter in which they lack competence, but may affix their signatures to
plans or documents not prepared under their direction and control where they have a good faith belief that such plans or documents were competently prepared by
another designated party.
14. Engineers may accept assignments and assume responsibility for coordination of an entire project and shall sign and seal the engineering documents for the
entire project, including each technical segment of the plans and documents.
15. Engineers shall strive to be objective and truthful in professional reports, statements or testimony, with primary consideration for the best interests of the
engineers' clients or employers. The engineers' reports shall include all relevant and pertinent information in such reports, statements, or testimony, which shall
bear the date on which the engineers were retained by the clients to prepare the reports.
16. Engineers may express publicly technical opinions that are founded upon knowledge of the facts and competence in the subject matter.
17. Engineers shall not issue statements, criticisms, or arguments on technical matters that are inspired or paid for by interested parties, unless they have prefaced
their comments by explicitly identifying the interested parties on whose behalf they are speaking and revealing the existence of any interest the engineers may have
in the matters.
18. Engineers may not participate in any matter involving a conflict of interest if it could influence or appear to influence their judgment or the quality of their
services.
19. Engineers shall not accept compensation, financial or otherwise, from more than one party for services on the same project, or for services pertaining to the
same project, unless the circumstances are fully disclosed and agreed to by all interested parties.
20. Engineers shall not solicit but may accept financial or other valuable consideration, directly or indirectly, from outside agents in connection with the work for
which they are responsible, if such compensation is fully disclosed.
21. Engineers in public service as members, advisors, or employees of a governmental or quasi-governmental body or department may participate in decisions
with respect to services solicited or provided by them or their organizations in private or public engineering practice as long as such decisions do not involve
technical engineering matters for which they do not posses professional competence.
22. Engineers shall not solicit nor accept a contract from a governmental body on which a principal or officer of their organization serves as a member.
23. Engineers shall not intentionally falsify their qualifications nor actively permit written misrepresentation of their or their associate's qualifications. Engineers
may accept credit for previous work performed where the work was performed during the period the engineers were employed by the previous employer.
Brochures or other presentations incident to the solicitation of employment shall specifically indicate the work performed and the dates the engineers were
employed by the firms.
24. Engineers shall not offer, give, solicit, nor receive, either directly or indirectly, any contribution to influence the award of a contract by a public authority, or
which may be reasonably construed by the public as having the effect or intent of influencing the award of a contract unless such contribution is made in
accordance with applicable federal or state election campaign finance laws and regulations.
25. Engineers shall acknowledge their errors after consulting with their employers or clients.
Exam Answers
1. False - see NSPE Code of Ethics I.1.
2. False - see NSPE Code of Ethics I.2.
3. False - see NSPE Code of Ethics I.3.
4. True - see NSPE Code of Ethics 1.4.
5. False - see NSPE Code of Ethics I.5.
19