Disusun oleh:
NABILAH AULIA HASANUDDIN
1113103000027
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Disusun oleh:
NABILAH AULIA HASANUDDIN
1113103000027
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran (S. Ked)
Oleh
Nabilah Aulia Hasanuddin
NIM: 1113103000027
iii
KATA PENGANTAR
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dr. Achmad Zaki, S.Ked, M. Epid, Sp.OT selaku Ketua
Program Studi Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen Program Studi Kedokteran
dan Profesi Dokter yang senantiasa memberikan ilmu dan pengalamannya
kepada saya selama menempuh masa pendidikan di Program Studi Kedokteran
dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Endah Wulandari, S.Si, M. Biomed dan Ibu RR Ayu Fitri Hapsari, S.Si, M.
Biomed selaku dosen pembimbing penelitian saya yang selalu memberi
bimbingan, ilmu, dan arahan kepada saya selama penelitian dan penyusunan
laporan penelitian ini.
3. Selaku dewan penguji penelitian saya dr. Nurul Hiedayati, Ph.D dan dr. Siti
Nur Aisyah Jauharroh, Ph.D untuk waktu dan ilmunya dalam memperbaiki
laporan penelitian ini.
4. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggungjawab modul riset PSPD 2013,
drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku STP laboratorium Riset, Dr. Endah
v
Wulandari, S.Si, M. Biomed selaku PJ laboratorium Biokimia, dan Ibu RR
Ayu Fitri Hapsari, S.Si, M. Biomed selaku PJ laboratorium Histologi yang
telah memberi izin untuk penggunaan laboratorium selama penelitian.
5. Laboran Laboratorium FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mba Dien,
Mba Ai, dan Mba Lilis yang membantu saya dalam persiapan penelitian.
6. Kedua orang tua tercinta, Hasanuddin dan Farida Hanum yang senantiasa
mendoakan, membimbing, memberi semangat, kasih sayang, dan dukungan
sepanjang hidup saya.
7. Kakak saya Nailla Amalia dan adik saya Muhammad Usamah Hasanuddin
yang selalu mendoakan, menyayangi, dan memotivasi saya.
8. Untuk Kak Fio Noviany dari Program Studi Farmasai FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang sudah memperbolehkan saya menggunakan tikus
penelitiannya.
9. Untuk Tiara Bayyina, teman sepenelitian yang selalu menemani, memberi
semangat, dan masukan selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian.
10. Teman-teman seperjuuangan mahasiswa PSPD 2013 yang saya sayangi.
11. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyusunan laporan
penelitian yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu.
Saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan. Semoga laporan
penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
vi
ABSTRAK
Nabilah Aulia Hasanuddin. Program Studi Pendidikan Dokter. Efek
Pemberian Ekstrak Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Terhadap Kadar
Protein VEGF dan Gambaran Histologi Vena Sentralis Jaringan Hepar.
2016.
Latar belakang: Jarak pagar adalah tumbuhan semak dari daerah tropis yang
mengandung bahan-bahan aktif yang diketahui memiliki berbagai macam manfaat
medis. Bahan aktif jarak pagar juga bersifat toksik. Paparan terhadap zat toksin
dapat mengaktifkan mekanisme adaptasi sel dengan meningkatkan VEGF.
Paparan berulang terhadap zat toksin juga dapat menimbulkan tanda toksisitas
kronik pada hepar berupa aktivasi sel stelata dan jaringan ikat vena sentralis.
Metode: Tikus diberi dosis ekstrak biji jarak pagar (0, 5, 25, 50 dan 250
mg/KgBB) selama 28 hari. Kadar VEGF Hepar diukur dengan teknik ELISA dan
pengamatan histologi vena sentralis hepar dengan pewarnaan hematoksilin-Eosin.
Hasil: Kadar VEGF pada jarak pagar dosis 25 dan 250 mg/KgBB meningkat(407
dan 377 pg/mL); jarak pagar dosis 5 dan 50 mg/KgBB menurun (270 dan 260
pg/mL). Secara regresi linier kencenderungan pemberian ekstrak biji jarak pagar
terjadi peningkatan kadar VEGF (Kruskal-Wallis, p≤0,05). Histologi vena
sentralis yang abnormal diperlihatkan pada pemberian dosis ekstrak biji jarak
pagar 250 mg/KgBB. Kesimpulan:Ekstrak biji jarak pagar dosis 25 mg/KgBB
dan 250 mg/KgBB tanpa risin meningkatkan kadar VEGF. Ekstrak biji jarak
pagar dosis 5 mg/KgBB dan 50 mg/KgBB menurunkan kadar VEGF. Ekstrak biji
jarak pagar dosis tinggi (250mg/KgBB) menyebabkan kerusakan pada vena
sentralis jaringan hepar
Kata kunci: Jatropha, vegf, vena sentralis, hepar
vii
decrease VEGF protein level. Jatropha seed extract high dose (250 mg / KgBW)
causes damage in the central vein.
Key words: Jatropha, VEGF, central vein, liver
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ix
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................... 22
3.4 Cara Kerja ................................................................................... 22
3.4.1 Alat dan Bahan ................................................................... 22
3.4.1.1 Alat ......................................................................... 22
3.4.1.2 Bahan ...................................................................... 23
3.4.2 Pembuatan Ekstrak dan Perhitungan Dosis .......................... 23
3.4.3 Proses Terminasi dan Eksisi Tikus ...................................... 24
3.4.4 Persiapan Jaringan Hepar .................................................... 24
3.4.5 Pengukuran Kadar VEGF dengan Teknik ELISA ................ 24
3.4.5.1 Pembuatan Homogenat Jaringan .............................. 24
3.4.5.2 Pengukuran Kadar VEGF Jaringan .......................... 25
3.4.5.3 Analisis Data ........................................................... 25
3.4.6 Pembuatan Preparat Histologis dan Pewarnaan
dengan Hematoksilin-Eosin................................................. 26
3.4.6.1 Dehidrasi ................................................................. 26
3.4.6.2 Clearing .................................................................. 26
3.4.6.3 Embedding .............................................................. 26
3.4.6.4 Pencetakkan ............................................................ 27
3.4.6.5 Pemotongan Jaringan ............................................... 27
3.4.6.6 Pewarnaan Dengan Hematoksilin-Eosin .................. 27
3.4.6.7 Foto Jaringan ........................................................... 28
3.5 Alur Penelitian ............................................................................. 29
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 30
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 36
5.1 Simpulan ..................................................................................... 36
5.2 Saran ........................................................................................... 36
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Tanaman Jarak Pagar ......................................................................... 6
2.2 Histologi Hepar Tikus ....................................................................... 10
2.3 Jalur Detoksifikasi Hepar .................................................................. 11
2.4 Skema Transduksi Sinyal dan Fosforilasi VEGFR-2 .......................... 15
2.5 Regenerasi Hepar Setelah Toxic Liver Injury ..................................... 16
xi
6.18 Hotplate Stirrer ............................................................................... 45
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Data Hasil Pengamatan Vena Sentralis .............................................. 31
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Hasil Uji Etik Penggunaan Hewan Percobaan ....................... 41
Lampiran 2 Hasil Determinasi/Identifikasi Bahan Uji.............................. 42
Lampiran 3 Gambar Alat, Bahan, dan Proses Penelitian .......................... 43
Lampiran 4 Hasil Perhitungan Konsentrasi Protein VEGF....................... 47
Lampiran 5a Uji Normalitas Terhadap Konsentrasi Protein VEGF .......... 48
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
yang diinduksi oleh toksik Fumonisin B-1.4 Pada penelitian yang dilakukan
oleh Volpi (2011) didapatkan pula bahwa terjadi peningkatan VEGF pada sel
otot polos saluran napas manusia, dan fibroblas normal paru-paru manusia
yang dipaparkan zat sub-toksik aqueous cigarette smoke extract.5 VEGF juga
dihipotesiskan bekerja melalui sel endotel untuk meningkatkan regenerasi
hepar dan pemulihan terhadap toxic liver injury. Senyawa toksik pada biji
jarak pagar diduga dapat meningkatkan kadar protein VEGF jaringan hepar.
Biji jarak pagar juga dikabarkan memiliki aktifitas pro-wound healing, dimana
pada proses wound healing dibutuhkan peningkatan ekspresi VEGF. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Nwala (2013) didapatkan bahwa bahan aktif
ekstrak daun Jatropha curcas yaitu alkaloid, terpenoid, tannin, dan flavonoid
memiliki aktivitas pro-wound healing. Berdasarkan hal ini, diduga jarak pagar
dapat meningkatkan proses wound healing melalui peningkatan ekspresi
VEGF.6
Penelitian ini menggunakan hepar sebagai model jaringan dikarenakan
hepar memiliki kapiler dengan permeabilitas tinggi. Selain itu, hepar berperan
penting dalam metabolisme serta dalam transport oksigen dan nutrisi melalui
jalur vaskular.7
Berdasarkan permasalahan di atas penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui efek pemberian ekstrak biji jarak pagar (Jatropha curcas L)
terhadap kadar protein VEGF dan gambaran histologi vena sentralis jaringan
hepar.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian adalah apa efek pemberian ekstrak biji
jarak pagar (Jatropha curcas L) terhadap kadar protein VEGF dan gambaran
histologi vena sentralis jaringan hepar?
1.4. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah pemberian ekstrak biji jarak pagar
(Jatropha curcas L) dapat meningkatkan kadar protein VEGF dan merusak
struktur vena sentralis jaringan hepar.
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
menuju lapisan tanah yang lebih dalam. Tanaman ini termasuk monoecious,
dimana bunga jantan dan betina berasal dari pohon yang sama. 11
Daun tanaman jarak pagar berupa daun tunggal berbentuk menjari
sebanyak 5-7 lekukan, dengan panjang dan lebar 6-15 cm yang tersusun
selang-seling. Daun berwarna hijau dengan permukaan bawah berwarna lebih
pucat daripada bagian atasnya. Panjang tangkai daun sekitar 4-15 cm. Bunga
tanaman jarak pagar berupa bunga majemuk dengan bentuk malai dan
berwarna kuning kehijauan. Jumlah bunga betina 4-5 kali lebih banyak
daripada bunga jantan. Bunga tersusun dalam rangkaian berbentuk rak
preparat yang tumbuh di ujung batang atau ketiak daun. Proses penyerbukan
diperantarai oleh serangga.11
Buah tanaman pagar berbentuk oval, berupa buah kotak dengan
diameter 2-4 cm. Buah berwarna hijau saat muda dan menjadi kuning ketika
sudah matang. Satu buah jarak pagar terbagi menjadi tiga ruang yang masing-
masing ruang berisi 3-4 biji. Biji berbentuk seperti kacang hitam, bulat
lonjong dan berwarna coklat kehitaman dengan panjang 2 cm, tebal 1 cm, dan
berat 0,4-0,6 gram/biji, biji terdiri dari lapisan keras di bagian luar dan inti
berwarna putih di bagian dalam. Biji mengandung 32%-40% minyak dan
berbagai macam zat toksik, sehingga buahnya tidak dapat dimakan. 11 Gambar
bagian dari tanaman jarak pagar dapat dilihat pada gambar 2.1.
B C D
Gambar 2.1. Tanaman Jarak Pagar. (A) Buah Jarak Pagar. (B) Daun Jarak
Pagar (C) Biji Jarak Pagar. (D) Bunga Jarak Pagar
Sumber: Laxane, 201314
Pada penelitian yang dilakukan oleh Lin Juan (2003), senyawa curcin
yang terdapat dalam biji jarak pagar memiliki aktifitas anti tumor melalui
mekanisme pengikatan N-glikosidase yang berperan menginaktivasi ribosom
sehingga tidak dapat mensintesis protein. 15 Selain itu, Balaji R. (2009)
menunjukan bahwa senyawa metanolik dari Jatropha curcas memiliki
aktifitas antimetastatik dan antiproliferatif pada kasus melanoma pada paru
mencit.16 Efek antikanker jarak pagar yang lainnya ada pada curcusone-B.
Muangman (2005) menyebutkan curcusone-B memberi efek anti-metastatik
terhadap sel kanker, yaitu sebagai reduktor kuat pada proses invasi secara in
vitro.17 Kandungan senyawa flavonoid myricetin pada Jatropha curcas juga
memiliki efek anti tumor yaitu menghambat mutagenesis yang diinduksi oleh
zat karsinogen seperti benzene, dan melalui mekanisme apoptosis sel.18 Selain
sebagai anti tumor, jarak pagar juga dikabarkan memiliki efek anti-oksidan,
anti-diabetes, anti-mikroba, dan analgesik.19
yang paling sering ditemui adalah gejala iritasi saluran pencernaan seperti
nyeri perut akut, mual muntah, diare dengan feses berdarah, dan sensasi
terbakar pada dada. Selain itu, dapat pula ditemukan depresi sistem saraf pusat
dan kardiovaskular. Pada hewan percobaan, ditemukan perubahan patologis
pada usus halus, hepar, jantung, ginjal, dan paru. Perubahan yang terjadi
bergantung pada kadar jarak pagar yang dikonsumsi. Perubahan patologi yang
paling terlihat adalah enteritis, erosi mukosa usus halus, kongesti dan
perdarahan pada usus halus, jantung, paru, serta perlemakan hepar dan ginjal.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Cahyanti (2014), disebutkan bahwa
pemberian bungkil biji jarak pagar terfermentasi pada ayam broiler
menunjukkan organ hepar ayam mengalami kerusakan dan perdarahan yang
disebabkan gangguan permeabilitas dinding kapiler karena kerusakan
membran sel.20
Biji jarak pagar mengandung kadar protein yang tinggi sehingga
dianggap potensial untuk dijadikan bahan makanan untuk hewan. Selain itu
biji jarak pagar juga memiliki berbagai manfaat medis. Namun, toksik yang
terkandung dalam biji jarak pagar menjadi kendala karena tidak dapat
dikonsumsi. Hingga saat ini, penelitian mengenai teknik detoksifikasi yang
tepat untuk biji jarak pagar terus dikembangkan.
2.2. Hepar
Hepar adalah kelenjar terbesar dengan berat sekitar 1,4 kg, berwarna
merah kecokelatan yang terletak di inferior diafragma, memenuhi hampir
seluruh regio hipokondria dan epigastrium. Hepar dilapisi oleh kapsul fibrosa
dan lapisan peritoneum visceral, terdiri dari empat lobus yang dipisahkan oleh
ligamen yaitu lobus kanan, kiri, quadratus, dan caudatum.21
Lobulus hepar adalah bagian dari lobus hepar yang dipisahkan oleh
jaringan ikat sehingga membentuk sekiranya 100.000 lobulus. Lobulus hepar
merupakan unit-unit berbentuk heksagonal yang berisi hepatosit. Hepatosit
adalah sel fungsional utama pada hepar, yang melakukan fungsi metabolik,
sekretorik, dan fungsi endokrin. Hepatosit merupakan sel epitelial
terspesialisasi yang berkumpul membentuk kelompok lempengan hati yang
saling berhubungan dan disebut juga lamina hepatica. Pada jarak diantara
9
lamina hepatica terdapat sinusoid hepar yang merupakan kapiler darah yang
dilapisi dengan sel endotel berfenestrata, dan tidak memiliki membran basal
sehingga kapiler tersebut memiliki permeabilitas yang sangat tinggi. Hal ini
memudahkan proses pertukaran zat antara darah dan hepatosit. Sinusoid hepar
juga mengandung makrofag bernama sel kupffer, yang berfungsi
menghancurkan bakteri serta zat asing lainnya dari darah vena yang berasal
dari sistem pencernaan.7,22, 23
Jaringan ikat yang mengelilingi lobulus hepar di bagian perifer
membentuk suatu kanalis porta di bagian sudut lobulus, yang tersusun oleh
cabang-cabang arteri hepatica, vena porta hepatis, dan duktus biliaris. Darah
dari arteri hepatica dan vena porta akan mengalir menuju sinusoid hepar,
untuk kemudian diproses di hepatosit. Dibagian sentral dari lobulus hepar
terdapat vena sentralis yang dikelilingi secara radial oleh lamina hepatica dan
sinusoid hepar. Vena sentralis menerima darah yang mengalir dari sinusoid-
sinusoid hepar, kemudian menyalurkan darah ke vena hepatica yang
selanjutnya akan menyalurkan darah menuju vena cava inferior.7
Hepatosit juga memproduksi empedu yang akan disalurkan ke duktus
biliaris di daerah porta, melalui kanalikuli biliaris yang ada di antara hepatosit.
Dari kanalikuli biliaris, empedu disalurkan menuju duktus hepatikus dan
dibawa keluar dari hati. Empedu yang mengalir melalui kanalikuli biliaris, dan
darah yang mengalir melalui sinusoid hati menyebabkan darah dan empedu
tidak bercampur.23 Terdapat beberapa pembagian unit struktural dan
fungsional hepar. Salah satunya disebut juga hepatic asinus yang terbagi
menjadi tiga zona. Zona I adalah bagian yang paling dekat dengan
percabangan portal triad di tepi lobulus. Zona III adalah bagian yang dekat
dengan vena sentralis. Sedangkan zona II adalah bagian diantara zona I dan III.
Hepar manusia dan tikus memiliki beberapa perbedaan struktur
anatomi dan histologi. Pada tikus, hepar memenuhi seluruh regio
subdiafragma dengan berat sekitar 2 gram atau 6% dari berat badan tikus.
Hepar tikus terdiri dari empat lobus yang tidak dipisahkan oleh ligamen yaitu
lobus kanan, kiri, medial, dan kaudatum. Lobus kiri tikus merupakan lobus
yang terbesar diantara lobus lain, sehingga sering digunakan sebagai sampel
11
2.3. Vaskularisasi
2.3.1. Peran Vaskularisasi Secara Fisiologis dan Patologis
Vaskularisasi adalah susunan pembuluh darah atau saluran yang
mengangkut darah untuk menyuplai oksigen dan nutrien ke seluruh tubuh.
Vaskularisasi juga dibutuhkan untuk eliminasi metabolit melalui detoksifikasi
di hepar dan ekskresi di ginjal. Selain itu, vaskularisasi juga penting dalam
transport sel imun menuju area inflamasi ataupun infeksi, dan sebagai media
dalam pengantaran hormon dari kelenjar endokrin menuju organ target. 26
Sistem vaskular terbentuk dari jaringan pembuluh darah yang tersusun
dari 3 lapisan yaitu sel endotel dibagian lumen, sel otot polos, dan membran
basal yang menutup bagian luar pembuluh. Pembuluh darah terbagi menjadi 5
jenis diantaranya arteri, arteriol, kapiler, venula, dan vena. Arteri membawa
darah dari jantung ke seluruh tubuh. Saat memasuki jaringan perifer, arteri
membentuk cabang-cabang yang terus mengecil diameternya sehingga
terbentuk cabang arteri terkecil yang disebut arteriol, lalu darah memasuki
kapiler dan mengalami difusi dengan cairan interstitial, untuk menyalurkan
oksigen dan nutrient ke dalam sel. Setelah mengalami difusi, darah yang kaya
akan zat sisa metabolisme sel akan memasuki venula. Venula bersatu
membentuk vena dengan ukuran yang lebih besar, kemudian darah akan
dikembalikan menuju jantung.22
Peran vaskularisasi sebagai penyalur nutrien dan oksigen sangat
penting untuk kelangsungan fungsi sel. Oleh sebab itu, tubuh mempunya
mekanisme untuk mejaga homeostasis. Pada tingkat kapiler, terdapat siklus
kontraksi-relaksasi otot polos yang dikontrol oleh konsentrasi zat kimia dan
oksigen terlarut dalam cairan interstitial. Apabila konsentrasi oksigen menurun,
terjadi relaksasi sfingter kapiler sehingga aliran darah menuju sel meningkat
dan kebutuhan oksigen tercukupi. Terdapat juga mekanisme lainnya yaitu
mekanisme neural dan endokrin.7,22
Pada proses fisiologis seperti pertumbuhan tulang, penyembuhan luka,
regenerasi organ, dan fungsi reproduksi wanita, terjadi peningkatan
kebutuhan sel sehingga sel mengalami hipoksia (kekurangan oksigen).
Keadaan hipoksia merangsang sel melakukan mekanisme adaptasi dengan
13
VEGFR-1 dan VEGFR-2. Selain itu, ekspresi gen VEGF juga diinduksi oleh
growth factor, sitokin, dan hormon estrogen.28,29
Pengikatan VEGF dengan bagian ekstraseluler dari VEGFR-2
mengakibatkan dimerisasi reseptor, yang diikuti transfosforilasi dari tirosin
pada bagian intraselular reseptor. Fosforilasi menyebabkan aktivasi kinase dan
inisiasi kaskade yang menghasilkan respon biologis spesifik seperti
peningkatan permeabilitas vaskular, migrasi sel endotel, proliferasi sel endotel,
dan pertahanan sel endotel.33
Setelah terjadi toxic liver injury, terjadi peningkatan pada kadar VEGF
hepar. VEGF meregulasi proliferasi sel progenitor sumsum tulang dan
mobilitasnya menuju vaskular hingga meningkat lebih dari dua kali lipat.
Selain itu VEGF juga menstimulasi engraftment sel progenitor sumsum tulang
menuju hepar serta diferensiasi sel progenitor menjadi LSECs berfenestrata
yang melapisi dinding sinusoid. Dengan demikian, VEGF hepar adalah
regulator utama dari sel progenitor sumsum tulang, dan penting dalam
regenerasi hepar. Sel progenitor intrahepatik juga diketahui mengekspresikan
VEGFR-1 dan VEGFR-2. VEGF juga menstimulasi peningkatan ekspresi
HGF oleh LSECs dan sel progenitornya. 34
Biji jarak
pagar
(Jatropha
Bersifat toksik
Metabolisme
di hepar
Paparan
berulang zat
toksik
Menyebabkan
toxic liver
injury
Meningkatkan
pemulihan terhadap
toxic liver injury
20
Tikus strain
Sprague Dawley
Observasi pada
Jaringan hepar tikus
Vena Sentralis
Kadar protein
VEGF hepar
Struktur Vena
Sentralis
Normal Abnormal
21
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain eksperimental.
3.4.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah formalin 10% dalam
PBS, alkohol 30%, alkohol 50%, alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 90%,
alkohol 95%, alkohol absolut, toluol- alkohol 1:1, toluol murni, toluol-
paraffin 1:1, paraffin cair, es batu, albumin dan gliserin, aquadest, xylol,
asam alkohol (alkohol 70% + HCl), Hematoksilin-Eosin (HE), canada balsam,
dan seperangkat KIT ELISA Mouse VEGF (Cusabio).
3.4.6.2. Clearing
Proses clearing dilakukan untuk menghilangkan alkohol dari dalam
jaringan. Bahan yang digunakan adalah campuran toluol-alkohol dengan
perbandingan 1:1, dan toluol murni. Toluol-alkohol 1:1 dan toluol murni
masing-masing dituangkan kedalam wadah kaca bertutup sebanyak yang
diperlukan untuk merendam jaringan. Jaringan yang sudah melalui proses
dehidrasi dimasukkan kedalam toluol-alkohol 1:1 selama 25 menit, lalu
dimasukkan kedalam toluol murni selama 1 jam.
3.4.6.3. Embedding
Proses Embedding bertujuan untuk menghilangkan cairan dalam
jaringan saat proses clearing untuk kemudian digantikan dengan paraffin.
Bahan yang digunakan adalah campuran toluol-paraffin 1:1 dan paraffin cair.
Toluol-paraffin 1:1 yang sudah disiapkan dalam 5 wadah kaca di cairkan
terlebih dahulu, lalu jaringan dimasukkan kedalam toluol-paraffin 1:1 dan
didiamkan semalaman. Keesokan harinya, wadah dipanaskan kembali untuk
mencairkan toluol-paraffin 1:1 yang berisi jaringan. Paraffin cair dituang
kedalam 4 wadah kaca yang diberi label I,II,III, dan IV untuk menandakan
27
3.4.6.4. Pencetakkan
Proses pencetakkan dilakukan untuk membuat blok paraffin. Alat dan
bahan yang diperlukan adalah cetakan blok, embedding cassette, dan paraffin
cair. Paraffin cair dituangkan secukupnya kedalam cetakan. Jaringan direndam
kedalam paraffin cair di cetakan, lalu embedding cassette diletakkan diatasnya.
Paraffin cair dituang kembali untuk merekatkan, lalu dibiarkan pada suhu
ruang hingga blok membeku.
Pengelompokkan sampel
Dosis 250
mg/KgBB
Terminasi dan eksisi tikus Makan, minum ad
libitum
Pengambilan jaringan hepar
Pemberian ekstrak
biji jarak pagar
Persiapan jaringan hepar 250mg/KgBB tanpa
risin (28 hari)
Identifikasi di mikroskop
BAB 4
600
331
VEGF (pg/ml)
300
200
100
0
0 5 25 50 250
Konsentrasi Jarak Pagar (mg/KgBB)
30
31
dilakukan uji parametrik one way ANOVA, sehingga dilakukan uji non
parametrik Kruskal-Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa
pemberian ekstrak biji jarak pagar mempengaruhi konsentrasi protein VEGF
secara bermakna dengan nilai p=0.039 (p≤0,05). Setelah dilakukan regresi
linear data konsentrasi VEGF, didapatkan bahwa konsentrasi VEGF pada
kelompok perlakuan cenderung meningkat apabila dibandingkan dengan
kelompok kontrol.
Pengamatan mikroskopik terhadap hepar dilakukan secara kualitatif
dengan mengamati gambaran vena sentralis. Data hasil pengamatan pada
setiap kelompok uji terlihat pada gambar tabel 4.1
a a
A B
a a
C D
b
E
Gambar 4.2 Vena Sentralis Pada Perbesaran 20x (A) Kontrol (B) Ekstrak biji
jarak pagar dosis 5 mg/KgBB (C) Ekstrak biji jarak pagar dosis 25 mg/KgBB.
(D) Ekstrak biji jarak pagar dosis 50 mg/KgBB. (E) Ekstrak biji jarak pagar
dosis 250 mg/KgBB. Tanda panah (a) Vena sentralis normal (b) Vena sentralis
abnormal.
hepar.3 Perubahan struktur vena sentralis akibat zat toksik tumbuhan juga
ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Algandaby (2015) yang
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak metanolik buah Retama raetam dosis
750 mg/KgBB pada tikus menyebabkan kongesti vena sentralis dan
degenerasi vaskular pada gambaran histologi jaringan hepar tikus. 46
Pemberian ekstrak biji jarak pagar dosis 5 mg/KgBB, 25 mg/KgBB,
dan 50 mg/KgBB tidak mempengaruhi struktur vena sentralis sehingga
kerusakan vena sentralis pada kelompok perlakuan 250 mg/KgBB tanpa risin
menunjukkan perlu dilakukannya penelitian mengenai keberadaan senyawa
lain yang bersifat toksik terhadap pembuluh darah. Pada penelitian ini, tidak
terlihat adanya korelasi antara kadar protein VEGF dengan gambaran histologi
vena sentralis jaringan hepar. Kemungkinan hal ini dikarenakan target aksi
VEGF yang meningkatkan ekspresi sel endotel sinusoid liver dan proliferasi
hepatosit sehingga tidak mempengaruhi struktur vena sentralis. Keterbatasan
dari penelitian ini adalah kualitas hasil preparat yang kurang baik sehingga
menjadi kendala dalam pengamatan. Kendala yang lain adalah didapatkannya
kadar protein VEGF yang tinggi pada kelompok kontrol. Hal ini diduga terjadi
akibat pengaruh dari Na-CMC konsentrasi 1% yang kemungkinan juga
memberi efek toksik pada hepar. Diperlukan telaah lebih lanjut untuk
menentukan konsentrasi yang tepat ataupun zat kontrol negatif yang paling
sesuai untuk penelitian ini.
BAB 5
36
37
DAFTAR PUSTAKA
14. Laxane SN, Swarnkar S, Zanwar SB, et al. Jatropha curcas: A systemic
review on pharmacological, phytochemical, toxicological profiles and
commercial applications. RJPBCS. 2013; 4(1): 989.
15. Lin J, Fan Y, Tang L, et al. Antitumor effects of curcin from seeds of
Jatropha curcas. Acta Pharmacol Sin. 2003; 24(3): 241-246.
16. Balaji R, Rekha N, Deecaraman M, et al. Antimetastatic and
antiproliferative activity of methanolic fraction of Jatropha curcas against
B16F10 melanoma induced lung metastasis in C57BL/6 mice. Afr J Pharm
Pharmacol. 2009; 3(11): 547-555.
17. Muangman S, Thippornwong M, Tohtong R. Anti-metastatic effects of
curcusone b, a diterpene from Jatropha curcas. Departement of
Biochemistry Faculty of Science Mahidol University. 2005;(19): 265-
268.
18. Gaascht F, Dicato M, Diederich M. Venus flytrap (Dionaea muscipula
solander ex ellis) contains powerful compounds that prevent and cure
cancer. Front oncol. 2013; 3: 202.
19. Abdelgadir HA, Staden JV. Ethnobotany, ethnopharmacology and toxicity
of Jatropha curcas L. (Euphorbiaceae): A review . SAJB. 2013; 88; 204–
218
20. Istichomah N. Pengaruh pemberian bungkil biji jarak pagar (Jatropha
curcas L) terfermentasi dalam ransum terhadap berat karkas, organ dalam,
serta histopatologi hati dan ginjal ayam broiler. Laporan Penelitian
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 2007
21. Saladin. Anatomy an physiology: The unity of form and function. 3rd ed.
USA: The McGraw Hills Company, 2003
22. Martini FH, Nath JL, Bartholomew EF. Fundamentals of anatomy and
physiology. 9th ed. USA: Pearson, 2012
23. Eroschenko VP. Atlas histologi difiore. 11th ed. Jakarta: EGC, 2010.
24. Sherwood L. Human physyiology: From cells to system. 7th ed. USA:
Brooks/Cole Cengange Learning, 2010.
25. Liska DA. The detoxification enzyme system. Altern Med Rev. 1998; 3(3):
187-198.
39
41. Ziemer LS, Koch CJ, Maity A, Magarelli DP, Horan AM, and Evans SM,
2001. Hypoxia and VEGF mRNA expression in human tumors. Neoplasia.
3(6):500-8
42. Ohno H, Shirato K, Sakurai T, Ogasawara J, and Sumitani Y. 2012. Effect
of exercise on HIF-1 and VEGF signaling. JPFSM. 1(1):5-16.
43. Nishida N, Yano H, Nishida T, Kamura T, and Kojiro M. 2006.
Angiogenesis in Cancer .Vasc Health Risk Manaq. 2(3):213-19
44. Augustin HG. Methods in endothelial cell biology. USA: Springer, 2004.
45. Haschek WM, Rousseaux CG. Fundamentals of toxicologic pathology.
USA: Academic Press, 1998.
46. Algandaby MM. Assessment of acute and subacute toxic effect of the
Saudi folk herb Retama raetam in rats. J Chin Med Assoc. 2015;78(12):
691-701
43
Lampiran 3.
Gambar Alat, Bahan, dan Proses Penelitian
(Lanjutan)
(Lanjutan)
(Lanjutan)
Lampiran 4.
Hasil Perhitungan Konsentrasi Protein VEGF
y = 0.0083x + 0.2025
2.000 R² = 0.9937
1.500
1.000
0.500
0.000
0.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0
Konsentrasi Protein VEGF pg/ml
y= 0.0083x + 0.2025
48
Lampiran 5a.
Uji Normalitas Terhadap Konsentrasi Protein VEGF
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
vegf .133 25 .200* .903 25 .022
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Lampiran 5b
Uji Homogenitas Levene
Vegf
.185 4 20 .944
49
Lampiran 5c
Uji Kruskal-Wallis terhadap konsentrasi protein VEGF
Ranks
perlakuan N Mean Rank
vegf kontrol 5 12.40 Test Statisticsa,b
dosis5 5 8.60
vegf
dosis25 5 20.40
Chi-Square 10.095
dosis50 5 7.80
df 4
dosis250 5 15.80
Asymp. Sig. .039
Total 25
Lampiran 6.
Data Hasil Pengamatan Vena Sentralis
Lampiran 7
Riwayat Penulis
Identitas
Agama : Islam
e-Mail : nblhaulia7@gmail.com
Riwayat Pendidikan