Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA DAN PARTIKEL

NAMA PERCOBAAN : ALAT PENCAMPURAN FLUIDA


HARI / TGL PERCOBAAN : SABTU/ 16 NOVEMBER 2019
KELOMPOK : A-7 (A-TUJUH)
NAMA/NIM : 1. M. FIKRI DIMAS PRATAMA/180405008
2. MICHAEL L. SAMOSIR/180405066

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No. Dokumen : FM-GKM-FT-TK- 024-01


Edisi : 01
LEMBAR PENGESAHAN Revisi : 01
Berlaku Efektif : 12 Desember 2007
Halaman : 1/1

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA

MODUL PRAKTIKUM : ALAT PENCAMPURAN FLUIDA


KELOMPOK : A–7 (A-TUJUH)
NAMA/NIM : 1. M. FIKRI DIMAS PRATAMA/180405008
2. MICHAEL L. SAMOSIR/180405066
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SABTU/16 NOVEMBER 2019

Medan, 2019
Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Taslim, M.Si.)

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasididalamnya untukkeperluankomersialatau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No. Dokumen : FM-GKM-FT-TK- 024-02


Edisi : 01
LEMBAR PENGESAHAN Revisi : 01
Berlaku Efektif : 12 Desember 2007
Halaman : 1/1

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA

MODUL PRAKTIKUM : ALAT PENCAMPURAN FLUIDA


KELOMPOK : A-7 (A-TUJUH)
NAMA/NIM : 1. M. FIKRI DIMAS PRATAMA/180405008
2. MICHAEL L. SAMOSIR/180405066
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SABTU/16 NOVEMBER 2019

Medan, 2019
Asisten

(Sobri Wardana)

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No. Dokumen : FM-GKM-FT-TK- 024-03


Edisi : 01
LEMBAR PENUGASAN Revisi : 01
Berlaku Efektif : 12 Desember 2007
Halaman : 1/1

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA

MODUL PRAKTIKUM : ALAT PENCAMPURAN FLUIDA


KELOMPOK : A-7 (A-TUJUH)
NAMA/NIM : 1. M. FIKRI DIMAS PRATAMA/180405008
2. MICHAEL L. SAMOSIR/180405066
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SABTU/16 NOVEMBER 2019

1. Bahan :
Rimbang (500 gram)
Minyak Makan (1 Liter)
Pewarna Ungu

2. Jenis Impeller :
Paddle
Propeller

3. Variasi Percobaan
Pola Aliran
Kecepatan = 280 rpm
Posisi Pengaduk = 2/5
Dispersi Padatan
Variasi Kecepatan = (295; 310; 325) rpm (posisi pengaduk 2/5, massa padatan
28 gram).
- Variasi Fraksi Padatan = (14; 28; 32) gram (kecepatan 280 rpm, posisi
pengaduk 2/5).
- Variasi Posisi Pengaduk = (1/5; 2/5; 3/5) (kecepatan 280 rpm, massa
padatan 28 gram).
Cairan Saling Tidak Larut
Posisi Pengaduk = 2/5
Variasi Kecepatan = (295; 310; 325) rpm

Medan, 14 November 2019


Asisten

(Sobri Wardana)

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No. Dokumen : FM-GKM-FT-TK- 024-04


Edisi : 01
LEMBAR DATA Revisi : 01
Berlaku Efektif : 12 Desember 2007
Halaman : 1/5

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA

MODUL PRAKTIKUM : ALAT PENCAMPURAN FLUIDA


KELOMPOK : A-7 (A-TUJUH)
NAMA/NIM : 1. M. FKRI DIMAS PRATAMA/180405008
2. MICHAEL L. SAMOSIR/180405066
HARI/TGL. PRAKTIKUM : SABTU/16 NOVEMBER 2019

1. Pola Aliran

Gambar Pola Aliran


Jenis Kecepatan
Impeller (rpm) Tanpa Sekat Dengan Sekat

Paddle 280 4,7 cm

Radial Aksial

Turbin 280 6,0 cm

Radial Aksial

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No. Dokumen : FM-GKM-FT-TK- 024-04


Edisi : 01
LEMBAR DATA Revisi : 01
Berlaku Efektif : 12 Desember 2007
Halaman : 2/5

2. Dispersi Padatan
2.1 Dispersi Kecepatan dengan Variasi Kecepatan
Jenis Waktu Keterangan
Kecepatan Impeller Sekat Pencampuran Vorteks Kawasan
Terdispersi
(detik) (cm) Mati
9,85 7,5 Tidak ada Tidak
295
Tanpa 10,14 8,3 Tidak ada Sebagian
310
Sekat
325 17,1 7,9 Tidak ada Sebagian
Paddle
9,48 - Tidak ada Sebagian
295 Sebagian
Dengan 9,78 - Ada Sebagian
310 Sebagian
Sekat
325 9,17 - Ada Sebagian
Sebagian

21,5 6 Ada Terdispersi


Sebagian
295
Tanpa 11,6 6,6 Ada Terdispersi
Sebagian
310
Sekat
325 17,03 6,9 Ada Sebagian
Terdispersi
Propeller
8,8 - Tidak ada Terdispersi
Sebagian
295
Dengan 11,5 - Tidak ada Terdispersi
Tidak
310
Sekat
325 19,3 - Tidak ada Sebagian
Terdispersi

Keterangan :
Posisi Pengaduk = 4/8
Fraksi Massa = 28 gram

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No. Dokumen : FM-GKM-FT-TK- 024-04


Edisi : 01
LEMBAR DATA Revisi : 01
Berlaku Efektif : 12 Desember 2007
Halaman : 3/5

2.2 Dispersi Padatan Variasi Posisi Pengaduk


Posisi Jenis Waktu Keterangan
Pengaduk Sekat Pencampuran Vorteks Kawasan
Impeller Terdispersi
(C/H) (detik) (cm) Mati
2,5 5,8 Ada Sebagian
3/8
Tanpa 3,0 6,6 Ada Sebagian
4/8
Sekat
5/8 3,3 6,4 Ada Sebagian
Paddle
Sebagia
2,5 - Ada Sebagian
3/8
Terdispersi
Dengan 2,7 - Ada Sebagian
4/8 Sebagian
Sekat
Terdispersi
5/8 2,8 - Ada Sebagian
Sebagian

2,4 6,5 Ada Sebagian


3/8
Tanpa 2,6 6,4 Ada Sebagian
4/8
Sekat
5/8 2,8 7,0 Tidak ada Tidak
Turbine
2,6 - Ada Sebagian
3/8
Dengan 2,8 - Ada Sebagian
4/8
Sekat
5/8 3,2 - Ada Tidak

Keterangan :
Fraksi Massa = 20 gram
Kecepatan = 280 rpm

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
\

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No. Dokumen : FM-GKM-FT-TK- 024-04


Edisi : 01
LEMBAR DATA Revisi : 01
Berlaku Efektif : 12 Desember 2007
Halaman : 4/5

2.3 Dispersi Padatan Variasi Fraksi Padatan


Fraksi Waktu Keterangan
Jenis
Padatan Sekat Pencampuran Vorteks Kawasan
Impeller Terdispersi
(g) (detik) (cm) Mati
1,9 6,5 Ada Tidak
14
Tanpa 2,2 6,3 Ada Tidak
28
Sekat
32 2,4 6 Ada Sebagian
Paddle
2,3 - Ada Sebagian
14
Dengan 2,7 - Ada
28 Tidak
Sekat
32 3,3 - Ada
Tidak

2,4 7,0 Ada Tidak


14
Tanpa 2,7 6,8 Ada Tidak
28
Sekat
32 2,8 7,1 Ada Sebagian
Turbine
2,9 - Ada Tidak
14
Dengan 3,0 - Ada Tidak
28
Sekat
32 3,9 - Ada Tidak

Keterangan :
Posisi Pengaduk = 4/8
Kecepatan = 280 rpm

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

No. Dokumen : FM-GKM-FT-TK- 024-04


Edisi : 01
LEMBAR DATA Revisi : 01
Berlaku Efektif : 12 Desember 2007
Halaman : 5/5

3. Pencampuran Cairan yang Tidak Saling Melarut


Waktu Keterangan
Jenis
Jenis
Kecepatan Sekat Pencampuran Vorteks
impeller
Impeller Kehomogenan
(detik) (cm)
295 6,3 6,4 Heterogen
Tanpa
310 5,9 7 Heterogen
sekat
300 5,8 7,8 Homogen
Paddle
260 5,2 Homogen
Dengan
280 4,7 Homogen
Sekat
300 4,2 Homogen
260 6,2 7,2 Homogen
Tanpa
280 5,9 7,3 Homogen
Homogen
sekat
300 5,5 7,4 Homogen
Homogen
260 4,3 Homogen
Dengan
280 4,1
Sekat
300 3,7
Keterangan :
Posisi Pengaduk = 2/5

Medan, 16 November 2019


Asisten

(Sobri Wardana)

Dokumen ini milik Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara


Dilarang memperbanyak atau menggunakan informasi di dalamnya untuk keperluan komersial atau yang lainnya tanpa persetujuan
pemilik dokumen ini.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencampuran adalah kombinasi dari dua atau lebih zat berbeda yang
menghasilkan produk fisik dan kimia homogen yang ideal. Waktu pencampuran
adalah penentu signifikan untuk campuran fasa serta parameter dalam interpretasi
fenomena. Metode pengukuran waktu pencampuran dibagi dalam dua kelompok: fisik
dan kimia. Perbandingan waktu pencampuran sangat tergantung pada definisi, metode
pengukuran, non-homogen, jenis probe dan alat-alat yang dipasang. (Ahangari, dkk.,
2016).
Agitator adalah salah satu bagian penting dalam proses pencampuran.
Pencampuran yang tepat dan seragam memberikan kualitas produk yang lebih baik.
Desain agitator mempengaruhi proses pencampuran karena desain yang tepat dapat
meningkatkan pencampuran dan distribusi seragam semua aditif, bahan kimia, bahan
baku yang ada dalam pulp. (Shastri dan Borkar, 2015).
Pencampuran adalah kunci dan proses umum untuk meningkatkan
homogenitas dan keseragaman sistem. Pencampuran sering dilakukan dalam dua
kondisi fasa, yaitu fasa cair-padat dan fasa cair-cair. Karena pentingnya pemahaman
tentang proses pencampuran dengan mengingat aplikasi yang begitu luas dalam bidang
industry maka perlu dilakukan suatu percobaan dengan tujuan untuk mengamati
berbagai pola aliran yang dapat diperoleh melalui penggunaan impeller yang berbeda-
beda dan dilengkapi dengan sekat atau tanpa sekat dan dapat mengamati pengaruh
jenis impeller dan sekat terhadap kecepatan disperse padatan, serta keefektifan
pencampuran cairan yang tidak saling melarut.

1.2 Perumusan Masalah


Permasalahan yang dirumuskan dalam percobaan ini adalah bagaimana cara
mengamati berbagai pola aliran yang dapat diperoleh melalui penggunaan impeller
yang berbeda-beda dan dilengkapi dengan sekat atau tanpa sekat, mengamati pengaruh
jenis impeller dan sekat terhadap kecepatan disperse padatan di dalam cairan,
mengamati pengaruh jenis impeller dan sekat terhadap keefektifan pencampuran
cairan yang tidak saling melarut.

1.3 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengamati berbagai pola aliran yang
dapat diperoleh melalui penggunaan impeller yang berbeda-beda dan dilengkapi
dengan sekat atau tanpa sekat, mengamati pengaruh jenis impeller dan sekat terhadap
kecepatan disperse padatan di dalam cairan, mengamati pengaruh jenis impeller dan
sekat terhadap keefektifan pencampuran cairan yang tidak saling melarut.

1.4 Manfaat Percobaan


Adapun manfaat dari percobaan ini adalah praktikan dapat mengamati berbagai
pola aliran yang dapat diperoleh melalui penggunaan impeller yang berbeda-beda dan
dilengkapi dengan sekat atau tanpa sekat, mengamati pengaruh jenis impeller dan sekat
terhadap kecepatan disperse padatan di dalam cairan, mengamati pengaruh jenis
impeller dan sekat terhadap keefektifan pencampuran cairan yang tidak saling melarut.

1.5 Ruang Lingkup Percobaan


Praktikum Mixing ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia,
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara .
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air dan pewarna kuning,
jagung, dan minyak dexlite. Sedangkan alat yang digunakan diantaranya 2 jenis
impeller yaitu paddle dan turbin disk, beaker glass bersekat dan beaker glass tidak
bersekat, motor, statif dan klem. Pada prosedur A (pola aliran) dilakukan percobaan
dengan kecepatan 250 rpm dan posisi pengaduk 2/4. Pada prosedur B (dispersi
padatan) dilakukan percobaan pada variasi kecepatan (290; 310; 330) rpm dengan
posisi pengaduk 2/5 dan massa padatan 18 gram. Pada varisi fraksi padatan (12; 18;
24) gram dengan kecepatan 310 rpm dan posisi pengaduk 2/5. Pada variasi posisi
pengaduk (1/5; 2/5; 3/5) dengan kecepatan 310 rpm dan fraksi padatan 18 gram. Pada
prosedur C (cairan yang tidak saling melarut) dilakukan percobaan dengan variasi
kecepatan (290; 310; 330) rpm dengan posisi pengaduk 2/5.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencampuran (Mixing)
Mixing berfungsi mencampur secara homogen semua bahan untuk mendapatkan hidrasi yang
sempurna, dimana proses mixing tergantung pada alat yang digunakan dan kecepatan pencampuran
(Gulo, 2008). Proses pencampuran bergantung kepada berbagai parameter seperti waktu, temperatur,
urutan pemasukan bahan, komosisi bahan dan laju geser (Iriany, 2006).
Secara ideal, proses pencampuran dimulai dengan mengelompokkan masing masing komponen
pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu sama lain dalam bentuk
komponen-komponen murni. Jadi apabila contoh diambil dari tiap-tiap wadah, setelah dianalisa, maka
akan terlihat keseragaman jenis komponen-komponen tersebut. Ketika proses pencampuran dilakukan,
contoh akan meningkatkan proporsi salah satu komponen daripada proporsi yang diperkirakan dari
seluruh proporsi dalam wadah. Pencampuran yang sempurna kemudian dapat didefenisikan bahwa
besar proporsi masing-masing komponen dalam campuran sama. Kenyataannya, keadaan ini hanya
dapat dicapai oleh beberapa pengelompokan yang teratur dan merupakan hasil yang paling
memungkinkan dari setiap proses pencampuran (Bangun, 2009).

2.2 Pengadukan (Agitasi)


Pengadukan zat cair dilakukan untuk berbagai maksud bergantung dari tujuan langkah
pengolahan itu sendiri. Pengadukan zat cair dilakukan untuk berbagai tujuan, antara lain :
a) Membuat suspensi partikel zat padat
b) Untuk meramu zat cair yang mampu campur (miscible), sebagai contoh metil alkohol dengan air
c) Untuk mendispersikan (menyebarkan) gas dalam zat cair dalam bentuk gelembung-gelembung
kecil.
d) Untuk menyebarkan zat cair yang tidak dapat campur sehingga membentuk emulsi atau suspensi
partikel halus pada kedua zat cair inmiscible tersebut.
e) Untuk mempercepat perpindahan kalor antara zat cair baik sesama bahan dengan menyuplai
panas yang ada dalam tangki pencampuran tersebut
f) Kadang kala pengaduk (agitator) digunakan untuk berbagai tujuan sekaligus, misalnya dalam
hidrogenisasi katalitik pada zat cair.
(Mc. Cabe W.L, 1999)

2.3 Jenis–Jenis Impeller


Impeller akan membangkitkan pola aliran di dalam sistem yang mengakibatkan larutan
bersirkulasi. Ada dua jenis impeller bila ditinjau dari segi aliran yang dibasilkan:
a) Impeller aliran aksial (axial flow impeller): impeller jenis ini akan membangkitkan arus sejajar
dengan sumbu poros impeller.
b) Impeller aliran radial (radial flow impeller): impeller aliran radial akan membangkitkan arus
pada arah tangensial atau radial.
(Effendi dan Nuri, 1996)
Dari segi bentuknya ada tiga jenis impeller, yaitu propeller (baling-baling), dayung (paddle), dan
turbin.
1. Propeller / Baling-baling
Propeller merupakan impeller aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair berviskositas
rendah. Propeller kecil biasanya berputar pada kecepatan motor penuh, yaitu 1150-1750
putaran/menit, sedang propeller besar berputar pada 400-800 putaran/menit. Arus yang
meninggalkan propeller mengalir melalui zat cair menurut arah tertentu sampai dibelokkan oleh
lantai atau dinding bejana. Jenis yang paling banyak dipakai adalah propeller kapal berdaun tiga,
sedang propeller berdaun empat, bergigi, atau dengan rancang lain digunakan untuk tujuan-
tujuan khusus. Selain itu, kadang dua atau lebih propeller dipasang pada satu poros, biasanya
dengan arah putaran yang sama. Namun bisa juga dipasang dengan arah yang berlawanan, atau
secara tolak/tarik sehingga menciptakan zona fluida yang sangat turbulen di antara kedua
propeller tersebut.
2. Dayung
Untuk tugas-tugas sederhana, impeller yang terdiri dari beberapa dayung datar yang berputar
pada poros vertikal merupakan pengaduk yang cukup efektif. Desain daun-daunnya bisa dibuat
miring, atau vertikal. Dayung ini berputar di tengah bejana dengan kecepatan rendah sampai
sedang, dan mendorong zat cair secara radial dan tangensial, hampir tanpa adanya gerakan
vertikal pada impeller kecuali bila daunnya agak miring. Arus yang terjadi bergerak keluar
kearah dinding lalu membelok ke atas atau ke bawah. Pada tangki-tangki yang dalam, kadang-
kadang dipasang beberapa dayung pada satu poros. Dalam beberapa rancangan, daunnya
disesuaikan dengan bentuk dasar bejana, yang mungkin bulat atau cekung, sehingga diharapkan
dapat mengikis atau menyapu seluruh permukaan. Pada kecepatan yang rendah, dayung
memberikan efek pengadukan sedang (medium) pada bejana tanpa sekat, namun untuk
kecepatan yang lebih tinggi diperlukan pemakaian sekat, sebab jika tidak zat cair akan berputar-
putar saja mengelilingi bejana tanpa adanya pencampuran.
3. Turbin
Pada dasarnya, turbin menyerupai dayung berdaun banyak dengan daun-daunnya yang agak
pendek dan berputar pada kecepatan tinggi pada suatu poros yang di pasang di pusat bejana.
Daun-daunnya bisa lurus atau lengkung, bisa bersudut atau vertikal. Diameter impellernya biasa
lebih kecil dari diameter dayung, yaitu berkisar antara 30 % - 50 % dari diameter bejana. Turbin
biasanya efektif untuk menjangkau viskositas yang cukup luas. Di dekat impeller akan terdapat
zona arus deras yang sangat turbulen dengan geseran yang kuat. Arus utamanya bersifat radial
dan tangensial. Komponen tangensialnya menimbulkan vortex (cekungan) dan arus putar, yang
harus dihentikan dengan menggunakan sekat atau diffuser agar impeler itu menjadi sangat efektif
(Purwanto, 2008).

Gambar 2.1 Jenis Impeller (a) Baling (b) Paddle/Dayung (c) Disk Turbin
(Purwanto, 2008)

2.4 Pola Aliran


Jenis aliran di dalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis impeler, karakteristik
fluida, ukuran dimensi (proporsi) tangki, sekat dan kecepatan putar (Purwanto, 2008).
Kecepatan fluida pada setiap titik dalam tangki mempunyai tiga komponen arah dan pola alir
keseluruhan di dalam tangki itu bergantung pada variasi dari ketiga komponen arah kecepatan
tersebut dari satu lokasi ke lokasi lain.
1. Komponen kecepatan yang pertama adalah komponen radial yang bekerja pada arah tegak lurus
terhadap poros impeller.
2. Komponen kedua ialah komponen longitudinal yang bekerja pada arah pararel dengan poros.
3. Komponen ketiga adalah komponen tangensial atau rotasional yang bekerja pada arah singgung
terhadap lintasan lingkar di sekeliling poros.
Dalam keadaan biasa, dimana poros impeller terpasang vertikal, komponen radial dan tangensial
berada dalam satu bidang horizontal dan komponen longitudinalnya vertikal. Kompanen radial
dan longitudinal sangat aktif dalam memberikan ajaran yang diperlukan untuk melakukan
pelarutan. Bila poros vertikal dan terletak tepat di pusat tangki, komponen tangensial biasanya
kurang menguntungkan. Arus tangensial mengikuti suatu lintasan berbentuk lingkaran di
sekeliling poros dan menimbulkan vortex pada permukaan larutan (Effendi dan Nuri, 2006).
(a) (b)
Gambar 2.2 Jenis Aliran (a) Aksial (b) Radial
(Cheremisinoff, 2000)

2.5 Vortex
Vortex adalah massa fluida yang partikel-partikelnya bergerak berputar dengan garis arus
(streamline) membentuk lingkaran konsentris. Gerakan vortex berputar disebabkan oleh adanya
perbedaan kecepatan antar lapisan fluida yang berdekatan. Dapat diartikan juga sebagai gerak
alamiah fluida yang diakibatkan oleh parameter kecepatan dan tekanan. Vortex sebagai pusaran
yang merupakan efek dari putaran rotasional dimana viskositas berpengaruh didalamnya. Sebuah
vortex mewakili sebuah aliran yang garis-garis arusnya adalah lingkaran-lingkaran sepusat
(konsentris). Aliran vortex awalnya dianggap sebagai kerugian dalam suatu aliran fluida.
Belakangan ini prinsip aliran vortex digunakan untuk pengembangan teknologi penegeboran
minyak, pemisahan partikel ataupun material padatan dengan cairan, industri kimia dan lain
sebagainya. Pergerakan aliran fluida dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Translasi murni atau translasi irrotasional
2. Rotasi murni atau translasi rotasional
3. Distorsi atau deformasi murni, baik angular ataupun linier
Aliran irrotasional terjadi apabila elemen fluida di setiap titik tidak mempunyai kecepatan sudut
netto terhadap titik tersebut. Sebaliknya aliran rotasional terjadi apabila elemen fluida
mempunyai kecepatan sudut netto. Gerak vortex dapat dikategorikan sebagai dalam aliran
rotasional. Vortex digambarkan sebagai aliran yang bergerak dan berputar terhadap sumbu
vertikal sehingga terjadi perbedaan tekanan antara bagian sumbu dan sekelilingnya.
Tetapi pada beberapa kondisi vortex juga dapat dikategorikan sebagai aliran irrotasional.
Kelihatannya agak mengherankan bahwa gerakan vortex irrotasional. Namun demikian harus
diingat kembali bahwa rotasi mengacu pada orientasi pada elemen fluida bukan lintasan yang
diikuti oleh elemen tersebut (Sinaga, 2010).
Gambar 2.4 Pola Garis Arus Untuk Sebuah Vortex
(Sinaga, 2010)
2.6 Konsumsi Daya
Suatu pertimbangan yang sangat penting dalam merancang bejana aduk adalah kebutuhan daya
untuk mendorong impeller. Bila aliran di dalam tangki adalah turbulen, kebutuhan daya dapat
ditaksir dari hasil kai aliran q yang didapatkan dari impeller dan energi kinetik Ek per satuan
volume fluida. Besaran-besaran itu adalah:
D 2 N
N Re = a
(Mc. Cabe W.L, 1999)

P
N P=
N 3 Da 5 (Mc. Cabe W.L, 1999)

Bilangan Reynold (NRe) menggambarkan jenis aliran dalam fluida yang disebabkan oleh putaran
batang pengaduk dan Bilangan Power (Np) digunakan untuk menggambarkan hubungan dan
kaitannya dalam pengerjaan operasi dan juga untuk menghitung power atau tenaga yang
dibutuhkan (Mc. Cabe W.L, 1999).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan
Dalam percobaan ini peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Bejana/Beaker Glass
Fungsi: sebagai wadah bagi fluida untuk dilakukannya pencampuran
2. Impeller
Fungsi: sebagai pengaduk untuk pencampuran fluida
3. Klem
Fungsi: untuk menjepit dan menahan motor
4. Mistar
Fungsi: untuk mengukur ketinggian vorteks
5. Motor
Fungsi: untuk menjalankan impeller
6. Neraca elektrik
Fungsi: untuk menimbang massa bahan yang akan digunakan
7. Pengunci impeller
Fungsi: untuk mengunci impeller
8. Sekat/Baffle
Fungsi: untuk mencegah terbentuknya vorteks saat pencampuran
9. Statif
Fungsi: sebagai penyangga untuk motor
10. Stopwatch
Fungsi: untuk menghitung waktu saat dilakukannya percobaan

3.2 Bahan
Dalam percobaan ini bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Dexlite
Fungsi: sebagai bahan untuk prosedur cairan yang tak saling melarut
2. Jagung
Fungsi: sebagai bahan untuk disperse padatan
3. Pelat Plastik
Fungsi: sebagai bahan untuk melihat pola aliran fluida
4. Pewarna kuning
Fungsi: sebagai bahan untuk melihat pola aliran fluida

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pola Aliran
Prosedur kerja percobaan ini adalah :
1. Bejana diisi dengan air hingga ketinggian tertentu.
2. Salah satu impeller dipasang pada ujung poros.
3. Ditambahkan sejumlah kecil pellet plastik.
4. Kecepatan impeller dinaikkan dengan tambahan yang kecil misalnya 25 rpm
hingga pelet plastik terlihat mulai berputar-putar dalam air.
5. Ditambahkan sedikit air zat warna untuk melihat pola aliran yang terbentuk.
Ketika kecepatan ditingkatkan, udara akan terseret dan gelembung-gelembung
menjadi terdispersi di dalam air.
6. Percobaan diulangi dengan jenis impeller lain dan pemasangan sekat di dalam
bejana.
7. Gerakkan zat warna dan pelet untuk tiap variasi diamati.

3.3.2 Dispersi Padatan


Prosedur kerja percobaan ini adalah :
1. Bejana diisi dengan air hingga ketinggian tertentu.
2. Ke dalam bejana dimasukkan 18 gr Beras Merah.
3. Impeller turbin dipasang pada ujung poros. Jarak pusat impeller ke dasar bejana
diatur 2/5 dari bejana.
4. Kecepatan impeller dinaikkan dengan tambahan yang kecil misalnya 310 rpm
dan kemampuan pengangkatan, kawasan mati dan gerakan partikel pasir diamati.
5. Percobaan diulangi untuk variasi jarak impeller dari dasar bejana yaitu 1/5 dan
3/5 dari bejana, jenis impeller yaitu propeller, variasi fraksi padatan yaitu 12 gr
dan 24 gr, serta pemasangan sekat.
6. Waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan seragam pada berbagai variasi
percobaan dicatat.

3.3.3 Cairan yang Tidak Saling Melarut


Prosedur kerja percobaan ini adalah:
1. Bejana diisi dengan air hingga sebanyak 1700 ml dan Pertalite sebanyak 300 ml.
2. Impeller turbin dipasang pada ujung poros. Jarak pusat impeller ke dasar bejana
diatur 2/5 dari bejana.
3. Kecepatan impeller dinaikkan dengan tambahan yang kecil misalnya 25 rpm dan
laju pencampuran dari kedua cairan diamati.
4. Percobaan diulangi untuk jenis impeller yang lain yaitu propeller dan
pemasangan sekat di dalam bejana.
5. Waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan seragam pada berbagai variasi
percobaan dicatat.

Berikut adalah rangkaian peralatan untuk percobaan peralatan pencampuran


fluida.

Gambar 3.1 Susunan Peralatan Percobaan Pencampuran Fluida


(RW20 digital laboratory stirrer)
Keterangan:
1. Motor
2. Klem
3. Pengunci impeller
4. Impeller
5. Bejana/Beaker gelas
6. Statif
3.4 Flowchart Percobaan
3.4.1 PolaAliran
Berikut flowchart percobaan pencampuran fluida untuk pola aliran:

Mulai

Diisi air pada bejana hingga ketinggian tertentu

Dipasang impeller pada ujung poros

Ditambah sejumlah kecil pellet plastik

Dinaikkan kecepatan impeller dengan tambahan yang kecil

Ditambahkan sedikit zat warna

Apakah pola aliran Tidak


terlihat ?

Ya

Dicatat jenis pola aliran yang terbentuk

Apakah ada variasi Ya


jenis impeller dan
pemasangan sekat?

Tidak

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Prosedur Percobaan Pola Aliran


3.4.2 Dispersi Padatan
Berikut flowchart percobaan pencampuran fluida untuk dispersi padatan:

Mulai

Diisi air pada bejana hingga ketinggian tertentu

Dimasukkan 18 gr Beras Merah

Dipasang impeller pada ujung poros

Dinaikkan kecepatan impeller dengan tambahan yang kecil

Apakah keadaan Tidak


campuran telah
seragam ?

Ya

Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk seragam

Apakah ada variasi


jenis impeller, variasi Ya
jarak impeller dari
dasar bejana dan
pemasangan sekat?

Tidak

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart Prosedur Percobaan Dispersi Padatan


3.4.3 Cairan yang Tidak Saling Melarut
Berikut flowchart percobaan untuk cairan yang tidak saling melarut:

Mulai

Diisi air sebanyak 1700 ml dan Pertalite sebanyak 300 ml

Dipasang impeller pada ujung poros

Dinaikkan kecepatan impeller dengan tambahan yang kecil

Tidak
Apakah keadaan
campuran telah
seragam ?

Ya

Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk seragam

Apakah ada variasi Ya


jenis impeller dan
pemasangan sekat?

Tidak

Selesai

Gambar 3.4 Flowchart Prosedur Percobaan Cairan yang Tidak Saling Melarutz
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Percobaan untuk Pola Aliran dengan dan Tanpa Sekat


Pada percobaan berikut terdapat empat variasi percobaan pengamatan pola aliran.
Variasi percobaan berikut menggunakan dua jenis impeller yaitu Propeller dan
Paddle dengan dan tanpa pemakaian sekat. Gambar pada tabel 4.1 berikut dibawah
ini akan menunjukkan pengaruh pemasangan sekat dan jenis impeller terhadap pola
aliran.

Tabel 4.1 Pola Aliran Tanpa dan Dengan Sekat


Gambar Pola Aliran
Jenis Kecepatan
Impeller (rpm) Tanpa Sekat Dengan Sekat

Paddle 280 6,0 cm

Aksial
Radial

Propeller 280 4,7 cm


Radial

Aksial

Tabel 4.1 memperlihatkan gambar pola aliran yang terbentuk untuk variasi jenis
impeller dan pemasangan sekat dengan kecepatan impeller 280 rpm dengan posisi
pengaduk 2/5. Untuk jenis propeller dan paddle pada tangki dengan sekat terlihat
bahwa pola aliran yang dihasilkan adalah aliran aksial karena pelet-pelet plastik
bergerak secara vertikal dalam tangki. Sedangkan untuk propeller dan paddle tanpa
sekat terbentuk aliran radial karena pelet-pelet plastik bergerak horizontal dalam
tangki.
Untuk jenis Paddle dengan sekat terlihat bahwa pola aliran yang dihasilkan adalah
aliran Aksial karena pelet-pelet plastik dalam tangki bergerak secara vertikal menuju
ke pusat paddle lalu turun ke bawah setelah mencapai dinding lalu ke atas dan ke
bawah. Sedangkan untuk tanpa sekat terbentuk aliran Radial karena pelet-pelet plastik
bergerak secara horizontal.
Berdasarkan teori, pola aliran yang terbentuk untuk impeller jenis paddle, pada
tangki tanpa sekat adalah aliran aksial (Nienow, dkk, 1997), dan untuk tangki dengan
sekat adalah aliran radial seperti yang ditunjukkan pada gambar :

Gambar 4.1 Aliran Radial pada Impeller Jenis Paddle


(Albright, 2009)
Berdasarkan teori, hasil percobaan untuk pola aliran yang terbentuk pada impeller
jenis Propeller tanpa sekat belum sesuai teori karna pola aliran yang terbentuk adalah
aliran Radial. Hal ini disebabkan karena :
1. Kecepatan pengadukan yang tinggi sehingga pola aliran tidak terlihat jelas

2 Kecepatan pengaduk tidak konstan


Untuk impeller Propeller tanpa sekat tampak bahwa pola aliran yang dihasilkan
adalah aliran Radial karena pelet-pelet plastik bergerak horizontal dalam tangki.
Sedangkan untuk jenis Propeller pada tangki dengan sekat terlihat bahwa pola aliran
yang dihasilkan adalah aliran Aksial karena pelet-pelet plastik bergerak secara vertikal
dalam tangki.
Berdasarkan teori, menurut Lerbs memperluas teorinya menerapkan Propeller
yang sedang dioperasikan pada aliran yang tidak seragam dengan variasi kecepatan
sumbu rata-rata menimbulkan pola aliran aksial (Moreu, et al., 2017).
Berdasarkan teori, hasil percobaan untuk pola aliran yang terbentuk pada impeller
jenis Propeller tanpa sekat belum sesuai teori karna pola aliran yang terbentuk adalah
aliran Radial. Hal ini disebabkan karena :
1. Kecepatan pengadukan yang tinggi sehingga pola aliran tidak terlihat jelas
2. Kecepatan pengaduk tidak konstan

Pada percobaan yang tidak menggunakan sekat, terdapat vorteks saat impeller
bergerak. Pada Propeller, vorteks yang terbentuk setinggi 4,7 cm dan pada Paddle,
vorteks terbentuk setinggi 6,0 cm. Sekat tidak memengaruhi karakteristik daya di
dalam daerah aliran laminar. Di dalam tangki yang tidak dipasangi sekat maka cairan
akan berotasi dan membentuk vorteks (Zlokarnik, 2001).

Berdasarkan teori di atas, percobaan telah sesuai teori karena vorteks tidak
terbentuk pada semua percobaan dengan tangki yang dipasangi sekat. Sedangkan pada
tangki tanpa sekat terbentuk vorteks pada saat pencampuran.
4.2 Percobaan untuk Dispersi Padatan
4.2.1 Pengaruh Kecepatan Impeller Untuk Tangki Tanpa Sekat Terhadap
Waktu Pencampuran
Adapun grafik pengaruh kecepatan Impeller untuk tangki tanpa sekat terhadap
waktu pencampuran dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut
22
20
18
16
14
12 Paddle
10
8 Propeller
6
4
2
0
295 310 325

Gambar 4.1 Pengaruh Kecepatan Impeller Terhadap Waktu Pencampuran untuk


Tangki Tanpa Sekat

Gambar 4.1 menunjukkan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu


pencampuran rimbang dan air untuk tangki tanpa sekat. Adapun impeller yang
digunakan adalah paddle dan propeller dengan variasi kecepatan yaitu 295, 310 dan
325 rpm tiap masing-masing impeller. Dengan fraksi padatan 28 gram dan posisi
pengaduk 2/5. Dapat dilihat dari gambar diatas bahwa ada data yang belum sesuai
dengan teori karena waktu pencampuran mengalami fluktuasi terhadap kecepatan
impeller.
Hal ini dapat dibuktikan dimana propeller pada kecepatan 295, 310 dan 325
rpm, waktu yang diperlukan adalah 21,5; 11,6; dan 17,03 detik dan terbentuk vorteks
masing-masing setinggi 6,0 cm, 6,4 cm dan 6,9 cm Untuk paddle pada kecepatan 295,
310 dan 325 rpm waktu yang diperlukan adalah 9,85; 10,14 dan 17,1 detik dan
terbentuk vorteks masing-masing setinggi 7,5 cm, 8,3 cm dan 7,9 cm.
Berdasarkan teori, waktu pencampuran meningkat seiring banyaknya partikel
yang tersuspensi ke dalam cairan serta semakin besar kecepatan impeller maka waktu
pencampuran dari padatan ke cairan semakin kecil (Zlokarnik, 2001).
Hubungan kecepatan impeller dengan waktu pencampuran ditunjukkan
dengan persamaan sebagai berikut :
1 2 𝑃
𝑡𝑚
= (Kazemzadeh, et al., 2016)
𝜋 𝜂𝑉

P = 2π NT
Sehingga, jika disubstitusi didapat hubungan :
1 𝜋 2𝜋 𝑁𝑇
2 = (Arreortua dan Alberto, 2015)
𝑡𝑚 𝜂𝑉

dimana : tm = waktu pencampuran (s)


N = kecepatan rotasi (rpm)
η = ukuran viskositas fluida non-newtonian
V = volume fluida (cm3)
P = konsumsi daya (W)
T = torsi pencampuran (Nm)
Berdasarkan persamaan di atas, diperoleh hubungan bahwa waktu
pencampuran berbanding terbalik dengan kecepatan pengadukan. Dimana semakin
tinggi kecepatan pengadukan maka semakin kecil waktu pencampuran.
Dari grafik, hasil percobaan yang diperoleh pada impeller jenis paddle tidak
sesuai dengan teori karena grafiknya sebanding antara dua sumbu. Dan untuk jenis
propeller memiliki hasil tidak sesuai teori karena grafiknya mengalami fluktuasi.
4.2.2 Pengaruh Kecepatan Impeller Untuk Tangki Dengan Sekat Terhadap
Waktu Pencampuran
Adapun grafik pengaruh kecepatan impeller untuk tangki dengan sekat
terhadap waktu pencampuran dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut.

22
20
18
16
14
12
Propeller
10
Paddle
8
6
4
2
0
295 310 325

Gambar 4.2 Pengaruh Kecepatan Impeller Paddle Terhadap Waktu Pencampuran


untuk Tangki Dengan Sekat

Gambar 4.2 menunjukkan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu


pencampuran rimbang dan air untuk tangki dengan sekat. Impeller yang digunakan
adalah paddle dan propeller dengan kecepatan 295, 310 dan 325 rpm tiap masing-
masing impeller. Dengan fraksi padatan 28 gram dan posisi pengaduk 2/5.
Hal ini dibuktikan dimana paddle dengan kecepatan 295, 310 dan 325 rpm
diperlukan waktu pencampuran 9,48; 9,78 dan 9,17 detik. Untuk propeller pada
kecepatan 295, 310 dan 325 rpm waktu pencampuran yang diperlukan adalah 8,8;
11,5 dan 19,3 detik.
Berdasarkan teori, Kecepatan putaran yang tinggi secara langsung
bertanggung jawab untuk waktu pencampuran yang singkat dalam semua kasus
(Ahangari, et. Al, 2016)
Perbedaan kecepatan pada tangki dengan sekat lebih besar daripada tanpa
sekat (Yoshida, et. Al., 2015)
Berdasarkan teori, waktu pencampuran meningkat seiring banyaknya partikel
yang tersuspensi ke dalam cairan serta semakin besar kecepatan impeller maka waktu
pencampuran dari padatan ke cairan semakin kecil (Zlokarnik, 2001).
Hubungan kecepatan impeller dengan waktu pencampuran ditunjukkan
dengan persamaan sebagai berikut :
1 2 𝑃
𝑡𝑚
= (Kazemzadeh, et al., 2016)
𝜋 𝜂𝑉

P = 2π NT
Sehingga, jika disubstitusi didapat hubungan :
1 𝜋 2𝜋 𝑁𝑇
2 = (Arreortua dan Alberto, 2015)
𝑡𝑚 𝜂𝑉

dimana : tm = waktu pencampuran (s)


N = kecepatan rotasi (rpm)
η = ukuran viskositas fluida non-newtonian
V = volume fluida (cm3)
P = konsumsi daya (W)
T = torsi pencampuran (Nm)
Berdasarkan persamaan di atas, diperoleh hubungan bahwa waktu
pencampuran berbanding terbalik dengan kecepatan pengadukan. Dimana semakin
tinggi kecepatan pengadukan maka semakin kecil waktu pencampuran.
Dari grafik, hasil percobaan yang diperoleh pada impeller jenis paddle tidak
sesuai dengan teori karena grafik mengalami fluktuasi. Dan untuk jenis propeller
memiliki hasil tidak sesuai teori karena grafiknya sebanding antara dua sumbu.
4.2.3 Pengaruh Fraksi Padatan Untuk Tangki Tanpa Sekat Terhadap Waktu
Pencampuran
Adapun grafik pengaruh fraksi padatan untuk tangki tanpa sekat terhadap
waktu pencampuran dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut.
10.8
10.6
10.4
10.2
10
9.8 Paddle
9.6 Propeller
9.4
9.2
9
8.8
14 28 32

Gambar 4.3 Pengaruh Fraksi Padatan Terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki
Tanpa Sekat

Gambar 4.3 menunjukkan pengaruh fraksi padatan terhadap waktu


pencampuran rimbang dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang digunakan
adalah paddle dan propeller dengan fraksi padatan 14, 28 dan 32 gram tiap impeller.
Dengan kecepatan 310 rpm dan posisi pengaduk 2/5.
Hal ini dibuktikan dimana paddle dengan fraksi padatan 14, 28 dan 32 gram
waktu yang diperlukan adalah 9,45; 9,99; dan 9,50 detik dan terbentuk vorteks
masing- masing setinggi 7,2 cm, 7,8 cm dan 8,3 cm. Untuk propeller dengan variasi
fraksi padatan, kecepatan, dan posisi pengaduk sama waktu pencampuran yang
diperlukan adalah 10,07; 10,62 dan 10,33 detik, dan terbentuk vorteks masing-
masing setinggi 7,1 cm, 6,1 cm dan 6,9 cm.
Hubungan antara fraksi padatan dengan waktu pencampuran dapat dilihat
melalui persamaan berikut :
𝜕𝐶𝑇,𝑠 𝜕𝐶𝑇,𝑠 𝜕 𝜕𝐶
+ 𝑢𝑖 = 𝜕𝑥 𝐷𝑇,𝑠 ( 𝑑𝑥𝑇,𝑠 ) (Bale, et al., 2017)
𝜕𝑡 𝜕𝑥𝑖 𝑖 𝑖

dimana : t = waktu pencampuran (s)


CT,s = fraksi padatan atau konsentrasi padatan
DT,s= difusivitas
µi= kecepatan (rpm)
xi= koordinat i
Berdasarkan persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa fraksi massa
padatan berbanding lurus dengan waktu pencampuran. Dimana semakin banyak
fraksi padatan maka waktu yang diperlukan juga semakin besar.
Dari grafik, diperoleh hasil pada impeller jenis paddle dan propeller tidak
sesuai dengan teori karena grafik menunjukan terjadinya fluktuasi. Penyimpangan ini
terjadi karena :
1. Adanya perbedaan faktor geometri pada padatan.
2. Berubahnya warna cairan yang mengeruh akibat padatan yang telah bercampur
sehingga sulit menentukan waktu pencampuran.
4.2.4 Pengaruh Fraksi Padatan Untuk Tangki Dengan Sekat Terhadap Waktu
Pencampuran
Adapun grafik pengaruh fraksi padatan untuk tangki dengan sekat terhadap
waktu pencampuran dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut.
11
10.8
10.6
10.4
10.2
10 Paddle
9.8
9.6 Propeller
9.4
9.2
9
8.8
14 28 32

Gambar 4.4 Pengaruh Fraksi Padatan Terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki
Dengan Sekat

Gambar 4.4 menunjukkan pengaruh fraksi padatan terhadap waktu


pencampuran rimbang dan air untuk tangki dengan sekat. Impeller yang digunakan
adalah paddle dan propeller dengan fraksi padatan 14, 28 dan 32 gram tiap impeller.
Dengan kecepatan 310 rpm dan posisi pengaduk 2/5.
Hal ini dibuktikan dimana paddle dengan fraksi padatan 14, 28 dan 32 gram
waktu yang diperlukan adalah 9,76 ; 10,31 dan 9,84 detik Untuk propeller dengan
variasi fraksi padatan, kecepatan, dan posisi pengaduk sama, waktu pencampuran
yang diperlukan adalah 9,57 ; 9,88 dan 10,79 detik.
Hubungan antara fraksi padatan dengan waktu pencampuran dapat dilihat
melalui persamaan berikut :
𝜕𝐶𝑇,𝑠 𝜕𝐶𝑇,𝑠 𝜕 𝜕𝐶
+ 𝑢𝑖 = 𝜕𝑥 𝐷𝑇,𝑠 ( 𝑑𝑥𝑇,𝑠 ) (Bale, et al., 2017)
𝜕𝑡 𝜕𝑥𝑖 𝑖 𝑖

dimana : t = waktu pencampuran (s)


CT,s = fraksi padatan atau konsentrasi padatan
DT,s= difusivitas
µi= kecepatan (rpm)
xi= koordinat i
Berdasarkan persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa fraksi massa
padatan berbanding lurus dengan waktu pencampuran. Dimana semakin banyak
fraksi padatan maka waktu yang diperlukan juga semakin besar.
Dari grafik, diperoleh hasil pada impelle jenis paddle tidak sesuai dengan
teori karena grafik yang menunjukkan terjadinya fluktuasi. Dan untuk jenis propeller
telah sesuai dengan teori karena grafik sebanding di antara kedua sumbu.
Penyimpangan ini terjadi karena :
1. Adanya perbedaan faktor geometri pada padatan.
2. Berubahnya warna cairan yang mengeruh akibat padatan yang telah bercampur
sehingga sulit menentukan waktu pencampuran.
4.2.5 Pengaruh Posisi Pengaduk Untuk Tangki Tanpa Sekat Terhadap Waktu
Pencampuran
Adapun grafik pengaruh posisi pengaduk untuk tangki tanpa sekat terhadap
waktu pencampuran dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut.
14

12

10

8
Paddle
6
Propeller
4

0
1/5 2/5 3/5

Gambar 4.5 Pengaruh Posisi Pengaduk Terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki
Tanpa Sekat.

Grafik 4.5 menunjukkan pengaruh posisi pengaduk terhadap waktu


pencampuran rimbang dan air untuk tangki tanpa sekat. Impeller yang digunakan
adalah paddle dan propeller dengan posisi pengaduk 1/5; 2/5 dan 3/5 tiap masing-
masing impeller. Dengan kecepatan 310 rpm dan fraksi padatan 28 gram.
Hal ini dibuktikan dimana paddle dengan posisi pengaduk 1/5; 2/5 dan 3/5
waktu yang diperlukan adalah 9,79; 9,17 dan 8,64 detik dan terbentuk vorteks masing-
masing setinggi 7,1 cm, 7,4 cm dan 6,7 cm. Untuk propeller dengan posisi pengaduk
1/5; 2/5 dan 3/5 waktu yang diperlukan adalah 9,08; 8,44 dan 12,09 detik dan
terbentuk vorteks masing-masing setinggi 6,3 cm, 6,8 cm dan 6,7 cm.
Berdasarkan teori, jarak impeller yang lebih besar, pembentukan waktu
pencampuran yang lebih rendah dibandingkan jarak impeller yang lebih kecil. Dalam
beberapa hal ada ketetapan untuk mengubah posisi impeller untuk suspensi padat
(Walas, 1990).
Hubungan antara posisi pengaduk dan waktu pengadukan dinyatakan :
𝐶
Np = 𝑅𝑒 (Perez, et al., 2006)
𝑃
Np = 𝜌 𝑁3𝐷𝑖 5
1 2 𝑃
𝑡𝑚
= (Kazemzadeh, et al., 2016)
𝜋 𝜂𝑉

sehingga, jika disubstitusikan menjadi persamaan :


𝑡 2 𝜋 𝑅𝑒
𝑐 = 𝜌 𝑁𝑚3𝐷𝑖 5 𝜂 𝑉

Dimana : c= ketinggian antara impeller dengan dasar tangki (m)


tm = waktu pencampuran (s)
Berdasarkan persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa waktu
pencampuran berbanding lurus dengan ketinggian agitator. Jadi semakin tinggi
agitator maka semakin lama waktu pencampuran.
Dari grafik, hasil percobaan yang diperoleh pada impeller jenis propeller dan
paddle tidak sesuai teori karena grafik mengalami fluktuasi. Penyimpangan ini
terjadi karena :
1. Berubahnya warna cairan yang mengeruh akibat padatan yang telah bercampur
sehingga sulit menentukan waktu pencampuran.
2. Kecepatan pengadukan tidak konstan.
4.2.6 Pengaruh Posisi Pengaduk Untuk Tangki Dengan Sekat Terhadap Waktu
Pencampuran
Adapun grafik pengaruh posisi pengaduk untuk tangki dengan sekat terhadap
waktu pencampuran dapat dilihat pada gambar berikut.
12

10

6 Paddle
Propeller
4

0
1/5 2/5 3/5

Gambar 4.6 Pengaruh Posisi Pengaduk untuk Tangki Dengan Sekat Terhadap Waktu
Pencampuran.
Grafik 4.6 menunjukkan pengaruh posisi pengaduk terhadap waktu pencampuran
rimbang dan air untuk tangki dengan sekat. Impeller yang digunakan adalah paddle
dan propeller dengan posisi pengaduk 1/5; 2/5 dan 3/5 tiap masing-masing impeller.
Dengan kecepatan 310 rpm dan fraksi padatan 28 gram.
Hal ini dibuktikan dimana paddle dengan posisi pengaduk 1/5; 2/5 dan 3/5
waktu yang diperlukan adalah 9,66; 9,23 dan 7,27 detik. Untuk propeller dengan
posisi pengaduk 1/5; 2/5 dan 3/5 waktu yang diperlukan adalah 7,72; 9,43 dan 10,84
detik.
Hubungan antara posisi pengaduk dan waktu pengadukan dinyatakan :
𝐶
Np = 𝑅𝑒 (Perez, et al., 2006)
𝑃
Np = 𝜌 𝑁3𝐷𝑖 5
1 2 𝑃
𝑡𝑚
= (Kazemzadeh, et al., 2016)
𝜋 𝜂𝑉

sehingga, jika disubstitusikan menjadi persamaan :


𝑡 2 𝜋 𝑅𝑒
𝑐 = 𝜌 𝑁𝑚3𝐷𝑖 5 𝜂 𝑉

Dimana : c = ketinggian antara impeller dengan dasar tangki (m)


tm = waktu pencampuran (s)
Berdasarkan persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa waktu
pencampuran berbanding lurus dengan ketinggian agitator. Jadi semakin tinggi
agitator maka semakin lama waktu pencampuran.
Dari grafik, hasil percobaan yang diperoleh pada impeller jenis paddle tidak
sesuai teori karena grafik mengalami berbanding terbalik. Dan untuk jenis propeller
menunjukkan hasil telah sesuai dengan teori karena grafiknya sebanding antara dua
sumbu. Penyimpangan ini terjadi karena :
1. Berubahnya warna cairan yang mengeruh akibat padatan yang telah bercampur
sehingga sulit menentukan waktu pencampuran.
2. Kecepatan pengadukan tidak konstan.
4.3 Pencampuran Cairan yang Tidak Saling Melarut.
4.3.1 Pengaruh Kecepatan Impeller untuk Tangki Tanpa Sekat terhadap
Waktu Pencampuran
Adapun pengaruh kecepatan impeller untuk tangki tanpa sekat terhadap waktu
pencampuran ditunjukkan sebagai berikut.
100
90
80
70
60
50 Paddle
40 Propeller
30
20
10
0
295 310 325

Gambar 4.7 Pengaruh Kecepatan Impeller untuk Tangki Tanpa Sekat


Terhadap Waktu Pencampuran.

Gambar 4.7 menunjukkan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu


pencampuran minyak makan dan air pada tangki tanpa sekat. Impeller yang
digunakan adalah paddle dan propeller dengan kecepatan 295, 310 dan 325 rpm tiap
masing-masing impeller dengan ketinggian agitator 2/5.
Hal ini dibuktikan dengan paddle pada kecepatan 295, 310 dan 325 rpm
waktu pencampuran yang diperlukan 36,25; 35,19 dan 90,17 detik dengan masing-
masing vorteks setinggi 7,8 cm, 8,0 cm dan 9,4 cm. Untuk propeller dengan
kecepatan yang sama waktu pencampuran yang diperlukan adalah 17,42; 20,19 dan
26,12 detik dengan masing-masing vorteks setinggi 5,9 cm, 6,5 cm dan 6,0 cm.
Berdasarkan teori, waktu pencampuran meningkat seiring banyaknya partikel
yang tersuspensi ke dalam cairan serta semakin besar kecepatan impeller maka waktu
pencampuran dari padatan ke cairan semakin kecil (Zlokarnik, 2001). Pemakaian
sekat akan meningkatkan laju pencampuran (Albright, 2009).
Hubungan antara kecepatan pencampuran terhadap waktu pencampuran ditun
jukkan oleh persamaan berikut:
t𝑚 N = 27.66N𝑃-0.945 N𝐹𝑟
-0.628
(h/D)0.299 (Issa, dkk., 2012)
Dimana:
tm = waktu pencampuran
N = kecepatan rotasi
Np = daya
Nfr =bilangan froude
D = diameter tangki
h= ketinggian tangki
Berdasarkan persamaan di atas, diperoleh hubungan bahwa waktu
pencampuran berbanding terbalik dengan kecepatan pengadukan. Dimana semakin
tinggi kecepatan pengadukan maka semakin kecil waktu pencampuran.
Dari grafik, hasil percobaan yang diperoleh pada impeller jenis turbin,
anchor, paddle dan propeller telah sesuai teori karena grafiknya berbanding terbalik.
Berdasarkan persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa waktu
pencampuran berbanding lurus dengan ketinggian agitator. Jadi semakin tinggi
agitator maka semakin lama waktu pencampuran.
Dari grafik, hasil percobaan yang diperoleh pada impeller jenis paddle tidak
sesuai teori karena grafik mengalami fluktuasi. Dan untuk jenis propeller
menunjukkan hasil tidak sesuai dengan teori karena grafiknya sebanding antara dua
sumbu. Penyimpangan ini terjadi karena :
1. Berubahnya warna cairan yang mengeruh akibat cairan lain yang telah
bercampur sehingga sulit menentukan waktu pencampuran.
2. Kecepatan pengadukan tidak konstan.
4.3.2 Pengaruh kecepatan impeller untuk tangki dengan sekat terhadap waktu
pencampuran
Adapun pengaruh kecepatan impeller untuk tangki dengan sekat terhadap
waktu pencampuran ditunjukkan sebagai berikut.
35

30

25

20
Paddle
15
Propeller
10

0
295 310 325

Gambar 4.8 Pengaruh Kecepatan Impeller untuk Tangki Dengan Sekat


Terhadap Waktu Pencampuran.
Gambar 4.8 menunjukkan pengaruh kecepatan impeller terhadap waktu
pencampuran minyak makan dan air pada tangki dengan sekat. Impeller yang
digunakan adalah paddle dan propeller dengan kecepatan 295, 310 dan 325 rpm tiap
masing-masing impeller dengan ketinggian agitator 2/5. Dapat dilihat dari grafik
diatas bahwa waktu pencampuran mengalami penurunan.
Hal ini dibuktikan dengan paddle pada kecepatan 295, 310 dan 325 rpm
waktu pencampuran yang diperlukan 31,14; 16,52 dan 21,56 detik. Untuk propeller
dengan kecepatan yang sama waktu pencampuran yang diperlukan adalah 21,92;
17,04 dan 21,49 detik.
Berdasarkan teori, waktu pencampuran meningkat seiring banyaknya partikel
yang tersuspensi ke dalam cairan serta semakin besar kecepatan impeller maka waktu
pencampuran dari padatan ke cairan semakin kecil (Zlokarnik, 2001). Pemakaian
sekat akan meningkatkan laju pencampuran (Albright, 2009).
Hubungan antara kecepatan pencampuran terhadap waktu pencampuran ditun
jukkan oleh persamaan berikut:
t𝑚 N = 27.66N𝑃-0.945 N𝐹𝑟
-0.628
(h/D)0.299 (Issa, dkk., 2012)
Dimana:
tm = waktu pencampuran
N = kecepatan rotasi
Np = daya
Nfr =bilangan froude
D = diameter tangki
h= ketinggian tangki
Berdasarkan persamaan di atas, diperoleh hubungan bahwa waktu
pencampuran berbanding terbalik dengan kecepatan pengadukan. Dimana semakin
tinggi kecepatan pengadukan maka semakin kecil waktu pencampuran.
Dari grafik, hasil percobaan yang diperoleh pada impeller jenis turbin,
anchor, paddle dan propeller telah sesuai teori karena grafiknya berbanding terbalik.
Berdasarkan persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa waktu
pencampuran berbanding lurus dengan ketinggian agitator. Jadi semakin tinggi
agitator maka semakin lama waktu pencampuran.
Dari grafik, hasil percobaan yang diperoleh pada impeller jenis paddle dan
propeller tidak sesuai teori karena grafik mengalami fluktuasi. Penyimpangan ini
terjadi karena :
1. Berubahnya warna cairan yang mengeruh akibat cairan lain yang telah
bercampur sehingga sulit menentukan waktu pencampuran.
2. Kecepatan pengadukan tidak konstan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan adalah:
1. Pola aliran yang dihasilkan dari percobaan dengan variasi impeller adalah
sebagai berikut:
a. Propeller pada tangki dengan sekat menghasilkan pola aliran aksial dan tanpa
sekat menghasilkan pola aliran radial.
b. Paddle pada tangki dengan sekat menghasilkan aliran radial dan tanpa sekat
menghasilkan pola aliran aksial.
2. Berdasarkan teori, semakin besar kecepatan impeller maka semakin cepat waktu
pencampuran. Hasil percobaan yang diperoleh untuk dispersi padatan adalah :
a. Propeller pada tangki dengan sekat tidak sesuai dengan teori karena grafik
mengalami kenaikan dan tanpa sekat telah sesuai dengan teori karena grafik
mengalami penurunan.
b. Paddle pada tangki dengan sekat dan tanpa sekat tidak sesuai dengan teori
karena grafik mengalami fluktuasi dan mengalami kenaikan.
3. Berdasarkan teori, fraksi padatan terhadap waktu pencampuran adalah
berbanding lurus. Hasil percobaan yang dieproleh untuk dispersi padatan adalah:
a. Propeller pada tangki dengan sekat telah sesuai dengan teori karena grafik
mengalami kenaikan dan tanpa sekat tidak sesuai dengan teori karena grafik
mengalami fluktuasi.
b. Paddle pada tangki dengan sekat dan tanpa sekat tidak sesuai dengan teori
karena grafik mengalami fluktuasi.
4. Berdasarkan teori posisi pengadukan, waktu pencampuran mengalami
peningkatan seiring meningkatnya jarak antara impeller dari dasar tangki. Hasil
percobaan yang didapat untuk dispersi padatan adalah :
a. Propeller pada tangki dengan sekat telah sesuai dengan teori karena grafik
mengalami kenaikan dan tanpa sekat tidak sesuai dengan teori karena grafik
mengalami fluktuasi.
b. Paddle pada tangki dengan sekat dan tanpa sekat tidak sesuai dengan teori
karena grafik mengalami fluktuasi dan penurunan.
5. Berdasarkan teori kecepatan impeller terhadap waktu pencampuran cairan yang
tidak saling melarutkan, semakin cepat impeller maka semakin cepat waktu
pencampuran. Hasil percobaan yang diperoleh adalah :
a. Propeller pada tangki dengan sekat dan tanpa sekat tidak sesuai dengan teori
karena grafik mengalami fluktuasi dan kenaikan.
b. Paddle pada tangki dengan sekat dan tanpa sekat tidak sesuai dengan teori
karena grafik mengalami fluktuasi.
5.2 Saran
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan adalah:
1. Dilakukan variasi pada sampel, misalnya untuk dispersi padatan menggunakan bahan
berupa pasta (padatan basah). Contoh : nasi
2. Disarankan memvariasikan padatan yang memiliki massa jenis lebih tinggi dari air
seperti biji buah-buahan.
3. Disarankan memvariasikan suhu fluida untuk pencampuran cairan yang tidak saling
larut.
4. Sebaiknya percobaan dilakukan dengan variasi sampel berupa bahan dengan viskositas
yang lebih besar seperti susu atau sirup untuk melihat pengaruhnya terhadap
pengadukan.
5. Sebaiknya menggunakan wadah pengadukan yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

Amru, Khorirul, Chairul da Maria Parenta S. 2015. Pengaruh Jenis Pengaduk Dan
Waktu Fermentasi Terhadap Fermentasi Nira Nipah Menjadi Bioetanol
Menggunakan Yeast Saccharomyces Cereviceae. Jom FTEKNIK Vol 2 no. 1
Arreotua, Ixchel Gijon dan Alberto Tecante. 2015a. Mixing Peformance of a Curved
Ribbon Impeller during Blending of Food Powders. Chemical Engineering
Technology, Vol. 38, No. 4, Hal. 734 - 740.
Arreotua, Ixchel Gijon dan Alberto Tecante. 2015b. Mixing Time and Power
Consumption during Blending of Cohesive Food Powders with a Horizontal
Helical Double-Ribbon Impeller. Food Engineering.
Bale, Shivkumar; Kristopher Clavin; Mayur Sathe; Abdallah S. Berrouk; F. Carl
Knopf dan Krishnaswamy Nandakumar. 2017. Mixing in Oscillating Columns:
Experimental and Numerical Studies. Chemical Enginerring Science.
Dickey, David. 2015. Tackling Difficult Mixing Problems. Fluids and Solids
Handling. American Institute Of Chemical Engineering (AIChe).
Holand, F.A dan R. Bragg. 1995. Fluid Flow for Chemical Engineers. London:
Hodder Headline Group
Harnby, N, M. F. Edwards dan A. W. Nienov. 2001. Mixing in the process industries
second edition. Oxford: Butterworth-Heinemann
Kazemzadeh, Argang; Farhad Ein-Mozaffari; Ali Lohidan dan Leila Pakzad. 2016. A
New Perspective in the Evaluation of the Mixingof Biopolymer Solutions
with Different Coaxial Mixers Comprising of Two Dispersing Impellers And
A Wall Scraping Anchor. Chemical Engineering Research and Design, II4,
Hal. 202 - 219.
Moreu, Jaime; Brenden P. Epps; Jesus Valle; Miguel Toboada dan Pedro Bueno.
2017. Variational Optimization of Hydrokinetic Turbines and Propellers
Operating in a Non-Uniform Flow Field. Ocean Engineering, No. 135, Hal.
207 - 220.
Perez, J. A. Sanchez; E. M. Rodriguez Porcel; J. L. Casas Lopez; J. M. Fernandez
Sevilla dan Y. Chisti. 2016. Shear Rate in Stirred Tank and Bubble Column
Bioreactors. Chemical Engineering Journal, No. 124, Hal. 1 - 5.
Putra, Adi Pratama Herawan. 2017. Rancang Bangun Pengaduk Santan
Menghasilkan Minyak VCO (Pengujian). Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Ramadhany, Putri. 2017. Komputasi Dinamika Fluida pada T–Micro Mixer. Jurnal
Rekayasa Proses, Vol. 11, No. 2, Hal. 43 - 53.
Sari, Denni Kartika dan Retno Sulistyo Dhamar Lestari. 2015. Pengaruh Waktu dan
Kecepatan Pengadukan Terhadap Emulsi Minyak Biji Matahari (Helianthus
annuus L.) dan Air. Jurnal Integrasi Proses, Vol. 5, No. 3, Hal. 155 – 159.
Yoshida, M.; H. Ebina; H. Shirosaki; K. Ishioka dan K. Oiso. 2015. Liquid Flow in
Impeller Swept Regions of Baffled and Unbaffled Vessels with a
TurbineType Agitator. Brazilian Journal of Chemical Engineering, Vol. 32,
No. 04, Hal. 865 – 873, ISSN: 0104 – 6632
Zlokarnik, Marko. 2001. Stirring Theory and Practice. Germany: Wiley-VCH Verlag
GmbH
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN

A.1 Pola Aliran

Tabel A.1 Pola Aliran Tanpa dan Dengan Sekat


Gambar Pola Aliran
Jenis Kecepatan
Impeller (rpm) Tanpa Sekat Dengan Sekat

Paddle 280 6 cm

Radial Aksial

Propeller 280 4,7 cm

Radial Aksial
A.2 Dispersi Padatan dengan Variasi Kecepatan
Tabel A.2 Variasi Kecepatan untuk Dispersi Rimbang ke dalam Air (H2O)
Waktu Keterangan
Jenis
Kecepatan Sekat Pencampuran Vorteks Kawasan
impeller Terdispersi
(detik) (cm) Mati
Seluruhnya
295 9,85 7,5 Tidak Ada
Seluruhnya
Tanpa 10,14 8,3 Tidak Ada
310
Sekat
Seluruhnya
325 17,1 7,9 Tidak Ada
Paddle
9,48 - Tidak Ada Seluruhnya
295
Dengan 9,78 - Tidak Ada Seluruhnya
310
Sekat
325 9,17 - Tidak Ada Seluruhnya

21,5 6 Tidak Ada Seluruhnya


295
Tanpa 11,6 6,6 Tidak Ada Seluruhnya
310
Sekat
325 17,03 6,9 Tidak Ada Seluruhnya
Propeller
8,8 - Tidak Ada Seluruhnya
295
Dengan 11,5 - Tidak Ada Seluruhnya
310
Sekat
325 19,3 - Tidak Ada Seluruhnya

Ket :
Posisi Pengaduk = 2/5
Fraksi massa = 28 gram
A.3 Dispersi Padatan dengan Variasi Fraksi Padatan
Tabel A.3 Variasi Fraksi Padatan untuk Dispersi Rimbang ke dalam Air (H2O)
Fraksi Waktu Keterangan
Jenis
Padatan
impeller
Sekat Pencampuran Vorteks Kawasan
Terdispersi
(gr) (detik) (cm) Mati
9,45 7,2 Tidak Ada Seluruhnya
14
Seluruhnya
Tanpa 9,99 7,8 Tidak Ada
28
Sekat
Seluruhnya
32 9,50 8,3 Tidak Ada
Paddle
9,76 - Tidak Ada Seluruhnya
14
Dengan 10,31 - Tidak Ada Seluruhnya
28
Sekat
32 9,84 - Tidak Ada Seluruhnya

10,07 7,1 Tidak Ada Seluruhnya


14
Tanpa 10,62 6,1 Tidak Ada Seluruhnya
28
Sekat
32 10,33 6,9 Tidak Ada Seluruhnya
Propeller
9,57 - Tidak Ada Seluruhnya
14
Dengan 9,88 - Tidak Ada Seluruhnya
28
Sekat
32 10,79 - Tidak Ada Seluruhnya

Ket :
Posisi Pengaduk = 2/5
Kecepatan = 310 rpm
A.4 Dispersi Padatan dengan Variasi Posisi Pengaduk
Tabel A.4 Variasi Posisi Pengaduk untuk Dispersi Rimbang ke dalam Air (H2O)
Posisi Waktu Keterangan
Jenis
Pengaduk impeller Sekat Pencampuran Vorteks Kawasan
(C/H) (detik) Terdispersi
(cm) Mati
Tidak Ada Seluruhnya
1/5 9,79 7,1

2/5 Tanpa
Seluruhnya
Sekat 9,17 7,4 Tidak Ada
3/5 Tidak Ada Seluruhnya
8,64 6,7
Paddle
1/5 9,66 - Tidak Ada Seluruhnya
Dengan
2/5
Sekat 9,23 - Tidak Ada Seluruhnya
3/5
7,27 - Tidak Ada Seluruhnya

1/5 9,08 6,3 Tidak Ada Seluruhnya


Tanpa
2/5
Sekat 8,44 6,8 Tidak Ada Seluruhnya
3/5 12,09 6,7 Tidak ada Seluruhnya
Propeller
1/5 7,72 - Tidak Ada Seluruhnya
Dengan
2/5
Sekat 9,43 - Tidak Ada Seluruhnya
3/5
10,84 - Tidak Ada Seluruhnya

Ket :

Fraksi Massa = 28 gram


Kecepatan = 310 rpm
A.5 Pencampuran Cairan yang Tidak Saling Melarut
Tabel A.5 Variasi Kecepatan untuk Dispersi Cairan minyak Pertalite yang Tidak
Saling Melarut
Waktu Keterangan
Jenis
Kecepatan Sekat Pencampuran Vorteks
impeller Kehomogenan
(detik) (cm)

295 36,25 7,8 Homogen


Tanpa
310 35,19 8,0 Homogen
Sekat
325 90,17 9,4 Homogen
Paddle
295 31,14 - Homogen
Dengan
310 16,52 - Homogen
Sekat
325 21,56 - Homogen

295 17,42 5,9 Homogen


Tanpa
310 20,19 6,5 Homogen
Sekat
325 26,12 6 Homogen
Propeller
295 21,92 - Homogen
Dengan
310 17,04 - Homogen
Sekat
325 21,49 - Homogen

Ket :

Posisi Pengaduk = 2/5


LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

B.1. Perhitungan Bilangan Reynold (NRe)


Diameter Impeller Propeller (Da) : 0,081 m
Kecepatan Pengaduk (N) : 4,3337 rps
Densitas Air pada 30oC : 995,68 kg/m3 (Geankoplis, 1993)
Viskositas Air pada 30oC : 0,0008007 cP
8,007 x 10-4 (Geankoplis, 1993)

𝐷𝑎2 × 𝑁 × 𝑃
𝑁𝑅𝑒 =
µ
0,0812 × 4,3337 × 995,68
𝑁𝑅𝑒 =
8,007 𝑥 10−4
𝑁𝑅𝑒 = 34489,6489
Nilai NRe yang diperoleh adalah 34489,6489 yang berarti aliran terjadi pada
proses pengadukan adalah aliran turbulen.
B.2. Perhitungan Daya

Gambar B.1. Grafik Korelasi antara NRe dengan NP


Keterangan :
1. Flat Six-blode turbine with disk
2. Flat six-blode open turbine
3. Six-blode open turbine bat blodes at 45o
4. Propeller, Pitch = 2 Do
5. Propeller, pitch = Da

Dari grafik korelasi antara NRe dan NP untuk turbine disk, diperoleh nilai NP = 5,5
pada NRe = 34489,6489 dan N = 4,3337 rps
P
𝑁𝑝 =
ρ × 𝑁 × 𝐷𝑎5
3

𝑃 = 𝑁𝑃 × 𝜌 × 𝑁3 × 𝐷𝑎5
𝑃 = 5,5 × 995,68 × 4,8333 × 0,085
𝑃 = 2,0262 J/s
LAMPIRAN E
APLIKASI INDUSTRI

MONITORING DAN PENGENDALIAN CONTINUOUS FLOW


MIXING MENGGUNAKAN SIMATIC PCS 7 DENGAN METODE
MODEL PREDICTIVE CONTROL
Model Predictive Control adalah metode aljabar linear untuk memprediksi sinyal
urutan manipulasi variabel kontrol. MPC adalah sarana yang digunakan secara luas untuk
menangani masalah besar kontrol multivariabel yang disertai dengan kendala-kendala di
industri. Alat Continuous Flow Mixing adalah alternatif alat yang sering digunakan di industri
untuk mempercepat proses pengerjaan suatu plant mixing.Continuous Flow Mixing yang
dirancang pada skripsi ini adalah alat pencampuran dua cairan secara kontinyu dimana proses
dosing, mixing, dan drain terjadi secara serempak.
Meliputi diagram blok sistem, cara kerja sistem, gambar rancangan alat, konfigurasi
hardware dan software pada SIMATIC PCS 7. Perancangan sistem alat Continuous Flow
Mixingdirancang dengan spesifikasi sebagai berikut : a.Karakteristik spesifikasi motor DC,
solenoid valve, sensor level, sensor aliran, motor DC, heater, dan sensor temperatur.
b.Penerapan Distributed Control System sebagai monitoring dan pengendalian proses.
c.Spesifikasi umum kontroler Model Predictive Control. d.Karakteristik spesifikasi
pemrograman SIMATIC PCS 7. e.Spesifikasi umum mengenai Human Machine Interface
(HMI).
Penampung air terdiri dari dua penampung atas yaitu penampung 0109 yang berisi
cairan berwarna biru dan penampung 1109 yang berisi cairan berwarna kuning. Keluaran
cairan sesuai setpoint 3 yang dikontrol oleh Model Predictive Control dikenali oleh sensor
aliran. Saat mulai dosing, motor pengaduk juga bergerak dan heater menyala. Kemudian cairan
dikeluarkan sesuai setpoint keluaran yang telah ditentukan. Fokus pengerjaan pada skripsi ini
adalah pengendalian aliran cairan dan temperatur oleh Model Predictive Control. Semua proses
Continuous Flow Mixing tersebut dimonito dan dikendalikan oleh DCS tipe SIMATIC PCS 7.
Pengendaliannya dilakukan dengan membuat CFC, dan SFC. Untukmemonitor semua proses
dilakukan pembuatan gambar proses menggunakan WinCC sebagai
Human Machine Interface (HMI).
Dengan menggunakan DCS tipe SIMATIC PCS 7 dapat membantu dalam
pembuatan program dengan sistem yang kompleks dengan pembuatan CFC, SFC, dan
tampilan WinCC juga membantu dalam mengoptimalkan plant sesuai dengan setpoint yang
telah dirancang. Model Predictive Control yang telah dirancang dan diimplementasikan
pada SIMATIC PCS 7, Continuous Flow Mixing dalam hal ini pengendalian dosing dan
heating, memberikan nilai yang cukup baik dari pengujian yang dilakukan.
(Risdhayanti, tanpa tahun).
Gambar 4.Plant Continuous Flow Mixing
(Risdhayanti, tanpa tahun).
LAMPIRAN F
FOTO PERCOBAAN

F. 1 Foto Percobaan Pola Aliran


F.1.1 Pola Aliran Pada Paddle

(a) (b)
Gambar F.1 Pola Aliran Pada Paddle (a) Tanpa dan (b) Dengan Sekat

F.1.2 Pola Aliran Pada Propeller

(a) (b)
Gambar F.2 Pola Aliran Pada Propeller (a) Tanpa dan (b) Dengan Sekat
F.2 Dispersi Padatan
F.2.1 Dispersi Padatan Dengan Menggunakan Paddle

(a) (b)
Gambar F.3 Dispersi Padatan Dengan Menggunakan Paddle (a) Tanpa dan (b)
Dengan Sekat

F.2.2 Dispersi Padatan Dengan Menggunakan Propeller

(a) (b)
Gambar F.4 Dispersi Padatan Dengan Menggunakan Propeller (a) Tanpa dan
(b) Dengan Sekat
F.3 Campuran tidak saling Melarut
F.3.1 Campuran tidak saling Melarut Dengan Menggunakan Paddle

(a) (b)
Gambar F.5 Campuran tidak saling Melarut Dengan Menggunakan Paddle
(a) Tanpa dan (b) Dengan Sekat

F.3.2 Campuran tidak saling Melarut Dengan Menggunakan Propeller

(a) (b)
Gambar F.6 Campuran tidak saling Melarut Dengan Menggunakan Propeller
(a) Tanpa dan (b) Dengan Sekat

Anda mungkin juga menyukai