Medan, 2019
Dosen Pembimbing
Medan, 2019
Asisten
(Sobri Wardana)
1. Bahan :
Rimbang (500 gram)
Minyak Makan (1 Liter)
Pewarna Ungu
2. Jenis Impeller :
Paddle
Propeller
3. Variasi Percobaan
Pola Aliran
Kecepatan = 280 rpm
Posisi Pengaduk = 2/5
Dispersi Padatan
Variasi Kecepatan = (295; 310; 325) rpm (posisi pengaduk 2/5, massa padatan
28 gram).
- Variasi Fraksi Padatan = (14; 28; 32) gram (kecepatan 280 rpm, posisi
pengaduk 2/5).
- Variasi Posisi Pengaduk = (1/5; 2/5; 3/5) (kecepatan 280 rpm, massa
padatan 28 gram).
Cairan Saling Tidak Larut
Posisi Pengaduk = 2/5
Variasi Kecepatan = (295; 310; 325) rpm
(Sobri Wardana)
1. Pola Aliran
Radial Aksial
Radial Aksial
2. Dispersi Padatan
2.1 Dispersi Kecepatan dengan Variasi Kecepatan
Jenis Waktu Keterangan
Kecepatan Impeller Sekat Pencampuran Vorteks Kawasan
Terdispersi
(detik) (cm) Mati
9,85 7,5 Tidak ada Tidak
295
Tanpa 10,14 8,3 Tidak ada Sebagian
310
Sekat
325 17,1 7,9 Tidak ada Sebagian
Paddle
9,48 - Tidak ada Sebagian
295 Sebagian
Dengan 9,78 - Ada Sebagian
310 Sebagian
Sekat
325 9,17 - Ada Sebagian
Sebagian
Keterangan :
Posisi Pengaduk = 4/8
Fraksi Massa = 28 gram
Keterangan :
Fraksi Massa = 20 gram
Kecepatan = 280 rpm
Keterangan :
Posisi Pengaduk = 4/8
Kecepatan = 280 rpm
(Sobri Wardana)
Gambar 2.1 Jenis Impeller (a) Baling (b) Paddle/Dayung (c) Disk Turbin
(Purwanto, 2008)
2.5 Vortex
Vortex adalah massa fluida yang partikel-partikelnya bergerak berputar dengan garis arus
(streamline) membentuk lingkaran konsentris. Gerakan vortex berputar disebabkan oleh adanya
perbedaan kecepatan antar lapisan fluida yang berdekatan. Dapat diartikan juga sebagai gerak
alamiah fluida yang diakibatkan oleh parameter kecepatan dan tekanan. Vortex sebagai pusaran
yang merupakan efek dari putaran rotasional dimana viskositas berpengaruh didalamnya. Sebuah
vortex mewakili sebuah aliran yang garis-garis arusnya adalah lingkaran-lingkaran sepusat
(konsentris). Aliran vortex awalnya dianggap sebagai kerugian dalam suatu aliran fluida.
Belakangan ini prinsip aliran vortex digunakan untuk pengembangan teknologi penegeboran
minyak, pemisahan partikel ataupun material padatan dengan cairan, industri kimia dan lain
sebagainya. Pergerakan aliran fluida dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Translasi murni atau translasi irrotasional
2. Rotasi murni atau translasi rotasional
3. Distorsi atau deformasi murni, baik angular ataupun linier
Aliran irrotasional terjadi apabila elemen fluida di setiap titik tidak mempunyai kecepatan sudut
netto terhadap titik tersebut. Sebaliknya aliran rotasional terjadi apabila elemen fluida
mempunyai kecepatan sudut netto. Gerak vortex dapat dikategorikan sebagai dalam aliran
rotasional. Vortex digambarkan sebagai aliran yang bergerak dan berputar terhadap sumbu
vertikal sehingga terjadi perbedaan tekanan antara bagian sumbu dan sekelilingnya.
Tetapi pada beberapa kondisi vortex juga dapat dikategorikan sebagai aliran irrotasional.
Kelihatannya agak mengherankan bahwa gerakan vortex irrotasional. Namun demikian harus
diingat kembali bahwa rotasi mengacu pada orientasi pada elemen fluida bukan lintasan yang
diikuti oleh elemen tersebut (Sinaga, 2010).
Gambar 2.4 Pola Garis Arus Untuk Sebuah Vortex
(Sinaga, 2010)
2.6 Konsumsi Daya
Suatu pertimbangan yang sangat penting dalam merancang bejana aduk adalah kebutuhan daya
untuk mendorong impeller. Bila aliran di dalam tangki adalah turbulen, kebutuhan daya dapat
ditaksir dari hasil kai aliran q yang didapatkan dari impeller dan energi kinetik Ek per satuan
volume fluida. Besaran-besaran itu adalah:
D 2 N
N Re = a
(Mc. Cabe W.L, 1999)
P
N P=
N 3 Da 5 (Mc. Cabe W.L, 1999)
Bilangan Reynold (NRe) menggambarkan jenis aliran dalam fluida yang disebabkan oleh putaran
batang pengaduk dan Bilangan Power (Np) digunakan untuk menggambarkan hubungan dan
kaitannya dalam pengerjaan operasi dan juga untuk menghitung power atau tenaga yang
dibutuhkan (Mc. Cabe W.L, 1999).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan
Dalam percobaan ini peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Bejana/Beaker Glass
Fungsi: sebagai wadah bagi fluida untuk dilakukannya pencampuran
2. Impeller
Fungsi: sebagai pengaduk untuk pencampuran fluida
3. Klem
Fungsi: untuk menjepit dan menahan motor
4. Mistar
Fungsi: untuk mengukur ketinggian vorteks
5. Motor
Fungsi: untuk menjalankan impeller
6. Neraca elektrik
Fungsi: untuk menimbang massa bahan yang akan digunakan
7. Pengunci impeller
Fungsi: untuk mengunci impeller
8. Sekat/Baffle
Fungsi: untuk mencegah terbentuknya vorteks saat pencampuran
9. Statif
Fungsi: sebagai penyangga untuk motor
10. Stopwatch
Fungsi: untuk menghitung waktu saat dilakukannya percobaan
3.2 Bahan
Dalam percobaan ini bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Dexlite
Fungsi: sebagai bahan untuk prosedur cairan yang tak saling melarut
2. Jagung
Fungsi: sebagai bahan untuk disperse padatan
3. Pelat Plastik
Fungsi: sebagai bahan untuk melihat pola aliran fluida
4. Pewarna kuning
Fungsi: sebagai bahan untuk melihat pola aliran fluida
Mulai
Ya
Tidak
Selesai
Mulai
Ya
Tidak
Selesai
Mulai
Tidak
Apakah keadaan
campuran telah
seragam ?
Ya
Tidak
Selesai
Gambar 3.4 Flowchart Prosedur Percobaan Cairan yang Tidak Saling Melarutz
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aksial
Radial
Aksial
Tabel 4.1 memperlihatkan gambar pola aliran yang terbentuk untuk variasi jenis
impeller dan pemasangan sekat dengan kecepatan impeller 280 rpm dengan posisi
pengaduk 2/5. Untuk jenis propeller dan paddle pada tangki dengan sekat terlihat
bahwa pola aliran yang dihasilkan adalah aliran aksial karena pelet-pelet plastik
bergerak secara vertikal dalam tangki. Sedangkan untuk propeller dan paddle tanpa
sekat terbentuk aliran radial karena pelet-pelet plastik bergerak horizontal dalam
tangki.
Untuk jenis Paddle dengan sekat terlihat bahwa pola aliran yang dihasilkan adalah
aliran Aksial karena pelet-pelet plastik dalam tangki bergerak secara vertikal menuju
ke pusat paddle lalu turun ke bawah setelah mencapai dinding lalu ke atas dan ke
bawah. Sedangkan untuk tanpa sekat terbentuk aliran Radial karena pelet-pelet plastik
bergerak secara horizontal.
Berdasarkan teori, pola aliran yang terbentuk untuk impeller jenis paddle, pada
tangki tanpa sekat adalah aliran aksial (Nienow, dkk, 1997), dan untuk tangki dengan
sekat adalah aliran radial seperti yang ditunjukkan pada gambar :
Pada percobaan yang tidak menggunakan sekat, terdapat vorteks saat impeller
bergerak. Pada Propeller, vorteks yang terbentuk setinggi 4,7 cm dan pada Paddle,
vorteks terbentuk setinggi 6,0 cm. Sekat tidak memengaruhi karakteristik daya di
dalam daerah aliran laminar. Di dalam tangki yang tidak dipasangi sekat maka cairan
akan berotasi dan membentuk vorteks (Zlokarnik, 2001).
Berdasarkan teori di atas, percobaan telah sesuai teori karena vorteks tidak
terbentuk pada semua percobaan dengan tangki yang dipasangi sekat. Sedangkan pada
tangki tanpa sekat terbentuk vorteks pada saat pencampuran.
4.2 Percobaan untuk Dispersi Padatan
4.2.1 Pengaruh Kecepatan Impeller Untuk Tangki Tanpa Sekat Terhadap
Waktu Pencampuran
Adapun grafik pengaruh kecepatan Impeller untuk tangki tanpa sekat terhadap
waktu pencampuran dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut
22
20
18
16
14
12 Paddle
10
8 Propeller
6
4
2
0
295 310 325
P = 2π NT
Sehingga, jika disubstitusi didapat hubungan :
1 𝜋 2𝜋 𝑁𝑇
2 = (Arreortua dan Alberto, 2015)
𝑡𝑚 𝜂𝑉
22
20
18
16
14
12
Propeller
10
Paddle
8
6
4
2
0
295 310 325
P = 2π NT
Sehingga, jika disubstitusi didapat hubungan :
1 𝜋 2𝜋 𝑁𝑇
2 = (Arreortua dan Alberto, 2015)
𝑡𝑚 𝜂𝑉
Gambar 4.3 Pengaruh Fraksi Padatan Terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki
Tanpa Sekat
Gambar 4.4 Pengaruh Fraksi Padatan Terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki
Dengan Sekat
12
10
8
Paddle
6
Propeller
4
0
1/5 2/5 3/5
Gambar 4.5 Pengaruh Posisi Pengaduk Terhadap Waktu Pencampuran untuk Tangki
Tanpa Sekat.
10
6 Paddle
Propeller
4
0
1/5 2/5 3/5
Gambar 4.6 Pengaruh Posisi Pengaduk untuk Tangki Dengan Sekat Terhadap Waktu
Pencampuran.
Grafik 4.6 menunjukkan pengaruh posisi pengaduk terhadap waktu pencampuran
rimbang dan air untuk tangki dengan sekat. Impeller yang digunakan adalah paddle
dan propeller dengan posisi pengaduk 1/5; 2/5 dan 3/5 tiap masing-masing impeller.
Dengan kecepatan 310 rpm dan fraksi padatan 28 gram.
Hal ini dibuktikan dimana paddle dengan posisi pengaduk 1/5; 2/5 dan 3/5
waktu yang diperlukan adalah 9,66; 9,23 dan 7,27 detik. Untuk propeller dengan
posisi pengaduk 1/5; 2/5 dan 3/5 waktu yang diperlukan adalah 7,72; 9,43 dan 10,84
detik.
Hubungan antara posisi pengaduk dan waktu pengadukan dinyatakan :
𝐶
Np = 𝑅𝑒 (Perez, et al., 2006)
𝑃
Np = 𝜌 𝑁3𝐷𝑖 5
1 2 𝑃
𝑡𝑚
= (Kazemzadeh, et al., 2016)
𝜋 𝜂𝑉
30
25
20
Paddle
15
Propeller
10
0
295 310 325
Amru, Khorirul, Chairul da Maria Parenta S. 2015. Pengaruh Jenis Pengaduk Dan
Waktu Fermentasi Terhadap Fermentasi Nira Nipah Menjadi Bioetanol
Menggunakan Yeast Saccharomyces Cereviceae. Jom FTEKNIK Vol 2 no. 1
Arreotua, Ixchel Gijon dan Alberto Tecante. 2015a. Mixing Peformance of a Curved
Ribbon Impeller during Blending of Food Powders. Chemical Engineering
Technology, Vol. 38, No. 4, Hal. 734 - 740.
Arreotua, Ixchel Gijon dan Alberto Tecante. 2015b. Mixing Time and Power
Consumption during Blending of Cohesive Food Powders with a Horizontal
Helical Double-Ribbon Impeller. Food Engineering.
Bale, Shivkumar; Kristopher Clavin; Mayur Sathe; Abdallah S. Berrouk; F. Carl
Knopf dan Krishnaswamy Nandakumar. 2017. Mixing in Oscillating Columns:
Experimental and Numerical Studies. Chemical Enginerring Science.
Dickey, David. 2015. Tackling Difficult Mixing Problems. Fluids and Solids
Handling. American Institute Of Chemical Engineering (AIChe).
Holand, F.A dan R. Bragg. 1995. Fluid Flow for Chemical Engineers. London:
Hodder Headline Group
Harnby, N, M. F. Edwards dan A. W. Nienov. 2001. Mixing in the process industries
second edition. Oxford: Butterworth-Heinemann
Kazemzadeh, Argang; Farhad Ein-Mozaffari; Ali Lohidan dan Leila Pakzad. 2016. A
New Perspective in the Evaluation of the Mixingof Biopolymer Solutions
with Different Coaxial Mixers Comprising of Two Dispersing Impellers And
A Wall Scraping Anchor. Chemical Engineering Research and Design, II4,
Hal. 202 - 219.
Moreu, Jaime; Brenden P. Epps; Jesus Valle; Miguel Toboada dan Pedro Bueno.
2017. Variational Optimization of Hydrokinetic Turbines and Propellers
Operating in a Non-Uniform Flow Field. Ocean Engineering, No. 135, Hal.
207 - 220.
Perez, J. A. Sanchez; E. M. Rodriguez Porcel; J. L. Casas Lopez; J. M. Fernandez
Sevilla dan Y. Chisti. 2016. Shear Rate in Stirred Tank and Bubble Column
Bioreactors. Chemical Engineering Journal, No. 124, Hal. 1 - 5.
Putra, Adi Pratama Herawan. 2017. Rancang Bangun Pengaduk Santan
Menghasilkan Minyak VCO (Pengujian). Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Ramadhany, Putri. 2017. Komputasi Dinamika Fluida pada T–Micro Mixer. Jurnal
Rekayasa Proses, Vol. 11, No. 2, Hal. 43 - 53.
Sari, Denni Kartika dan Retno Sulistyo Dhamar Lestari. 2015. Pengaruh Waktu dan
Kecepatan Pengadukan Terhadap Emulsi Minyak Biji Matahari (Helianthus
annuus L.) dan Air. Jurnal Integrasi Proses, Vol. 5, No. 3, Hal. 155 – 159.
Yoshida, M.; H. Ebina; H. Shirosaki; K. Ishioka dan K. Oiso. 2015. Liquid Flow in
Impeller Swept Regions of Baffled and Unbaffled Vessels with a
TurbineType Agitator. Brazilian Journal of Chemical Engineering, Vol. 32,
No. 04, Hal. 865 – 873, ISSN: 0104 – 6632
Zlokarnik, Marko. 2001. Stirring Theory and Practice. Germany: Wiley-VCH Verlag
GmbH
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN
Paddle 280 6 cm
Radial Aksial
Radial Aksial
A.2 Dispersi Padatan dengan Variasi Kecepatan
Tabel A.2 Variasi Kecepatan untuk Dispersi Rimbang ke dalam Air (H2O)
Waktu Keterangan
Jenis
Kecepatan Sekat Pencampuran Vorteks Kawasan
impeller Terdispersi
(detik) (cm) Mati
Seluruhnya
295 9,85 7,5 Tidak Ada
Seluruhnya
Tanpa 10,14 8,3 Tidak Ada
310
Sekat
Seluruhnya
325 17,1 7,9 Tidak Ada
Paddle
9,48 - Tidak Ada Seluruhnya
295
Dengan 9,78 - Tidak Ada Seluruhnya
310
Sekat
325 9,17 - Tidak Ada Seluruhnya
Ket :
Posisi Pengaduk = 2/5
Fraksi massa = 28 gram
A.3 Dispersi Padatan dengan Variasi Fraksi Padatan
Tabel A.3 Variasi Fraksi Padatan untuk Dispersi Rimbang ke dalam Air (H2O)
Fraksi Waktu Keterangan
Jenis
Padatan
impeller
Sekat Pencampuran Vorteks Kawasan
Terdispersi
(gr) (detik) (cm) Mati
9,45 7,2 Tidak Ada Seluruhnya
14
Seluruhnya
Tanpa 9,99 7,8 Tidak Ada
28
Sekat
Seluruhnya
32 9,50 8,3 Tidak Ada
Paddle
9,76 - Tidak Ada Seluruhnya
14
Dengan 10,31 - Tidak Ada Seluruhnya
28
Sekat
32 9,84 - Tidak Ada Seluruhnya
Ket :
Posisi Pengaduk = 2/5
Kecepatan = 310 rpm
A.4 Dispersi Padatan dengan Variasi Posisi Pengaduk
Tabel A.4 Variasi Posisi Pengaduk untuk Dispersi Rimbang ke dalam Air (H2O)
Posisi Waktu Keterangan
Jenis
Pengaduk impeller Sekat Pencampuran Vorteks Kawasan
(C/H) (detik) Terdispersi
(cm) Mati
Tidak Ada Seluruhnya
1/5 9,79 7,1
2/5 Tanpa
Seluruhnya
Sekat 9,17 7,4 Tidak Ada
3/5 Tidak Ada Seluruhnya
8,64 6,7
Paddle
1/5 9,66 - Tidak Ada Seluruhnya
Dengan
2/5
Sekat 9,23 - Tidak Ada Seluruhnya
3/5
7,27 - Tidak Ada Seluruhnya
Ket :
Ket :
𝐷𝑎2 × 𝑁 × 𝑃
𝑁𝑅𝑒 =
µ
0,0812 × 4,3337 × 995,68
𝑁𝑅𝑒 =
8,007 𝑥 10−4
𝑁𝑅𝑒 = 34489,6489
Nilai NRe yang diperoleh adalah 34489,6489 yang berarti aliran terjadi pada
proses pengadukan adalah aliran turbulen.
B.2. Perhitungan Daya
Dari grafik korelasi antara NRe dan NP untuk turbine disk, diperoleh nilai NP = 5,5
pada NRe = 34489,6489 dan N = 4,3337 rps
P
𝑁𝑝 =
ρ × 𝑁 × 𝐷𝑎5
3
𝑃 = 𝑁𝑃 × 𝜌 × 𝑁3 × 𝐷𝑎5
𝑃 = 5,5 × 995,68 × 4,8333 × 0,085
𝑃 = 2,0262 J/s
LAMPIRAN E
APLIKASI INDUSTRI
(a) (b)
Gambar F.1 Pola Aliran Pada Paddle (a) Tanpa dan (b) Dengan Sekat
(a) (b)
Gambar F.2 Pola Aliran Pada Propeller (a) Tanpa dan (b) Dengan Sekat
F.2 Dispersi Padatan
F.2.1 Dispersi Padatan Dengan Menggunakan Paddle
(a) (b)
Gambar F.3 Dispersi Padatan Dengan Menggunakan Paddle (a) Tanpa dan (b)
Dengan Sekat
(a) (b)
Gambar F.4 Dispersi Padatan Dengan Menggunakan Propeller (a) Tanpa dan
(b) Dengan Sekat
F.3 Campuran tidak saling Melarut
F.3.1 Campuran tidak saling Melarut Dengan Menggunakan Paddle
(a) (b)
Gambar F.5 Campuran tidak saling Melarut Dengan Menggunakan Paddle
(a) Tanpa dan (b) Dengan Sekat
(a) (b)
Gambar F.6 Campuran tidak saling Melarut Dengan Menggunakan Propeller
(a) Tanpa dan (b) Dengan Sekat