Anda di halaman 1dari 11

LAMPIRAN A

DATA PERCOBAAN

Laju alir air (F1) = 4 dan 5 L/menit


Laju alir udara (F2) = 80 dan 85 L/menit
Laju alir CO2 (F3) = 3 L/menit
Konsentrasi NaOH glove = 0,9 M
Konsentrasi NaOH titrasi = 0,2 M
Volume cairan sampel = 100 ml
Volume Analisa gas = 30 ml

A.1 Hasil Analisis Gas


Tabel A.1 Data Hasil Analisis Gas
V2in rata- V2out rata-
F1 F2 F3 V1 V2in V2out
rata rata
(L/menit) (L/menit) (L/menit) (ml) (ml) (ml)
(ml) (ml)
0,16 0.39
80 3,47 3,647 1,24 1,030
7,31 1,46
4
0,06 0,07
85 3,54 3,537 1,07 1,507
7,01 3,38
3 30
4,05 2,85
80 5,30 5,350 3,70 3,483
6,70 3,90
5
4,55 4,09
85 5,85 5,900 4,65 4,780
7,30 5,60
A.2 Hasil Analisis Cairan
Tabel A.2 Data Hasil Analisis Cairan
Volume NaOH
F1 F2 F3 Waktu V1
V2in V2out
(L/menit) (L/menit) (L/menit) (menit) (ml)
(ml) (ml)
7 1,50 1,37
80 14 1,67 1,45
21 1,78 1,40
4
7 1,51 1,37
85 14 1,72 1,60
21 1,81 1,57
3 100
7 1,57 1,45
80 14 1,70 1,55
21 1,80 1,60
5
7 1,60 1,45
85 14 1,70 1,60
21 3,60 1,65
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN

B.1 Hasil Analisa Gas


Kondisi pengambilan sampel:
Laju alir air (F1) = 4 dan 5 L/menit
Laju alir udara (F2) = 80 dan 85 L/menit
Laju alir CO2 (F3) = 3 L/menit
Waktu (t) = 7 menit; 14 menit; 21 menit

1. Perhitungan Fraksi Volume CO2 dalam Sampel Gas


A. Pada dasar kolom (inlet gas)

Y i=
( )
V2
=
(0,16+3,47+7,31) ml / 3
V 1 i 30 ml
=0, 122 (Nuclea,2017)

B. Pada puncak kolom (outlet gas)

Y o=
( )
V2
=
(0,39+1,24+1,46) ml / 3
V 1 o 30 ml
=0, 034 (Nuclea,2017)

2. Perhitungan Jumlah CO2 yang Diserap dalam Kolom dari Analisis Sampel Gas
Jika Fa adalah jumlah CO2 liter/detik yang diserap antara puncak dan dasar, maka
( Y i−Y o ) ( 0 ,122−0, 034 ) L (Nuclea,2017)
F a= ( F 2+ F 3 )= 1−0,034 ( 80+3 )=7,4969 menit
( 1−Y o )

B.2 Persen Ralat Fraksi Gas Masuk Berdasarkan Analisa Gas


Dari data laju alir udara dan CO2
F3 3
Y it = = =0, 036 (Ali dan Akhtar,
F 2+ F 3 80+3
2018)

% Ralat=
| |
Y it −Y i
Y it
x 100%

¿| 0,036−(0,122)
0, 036 |
x 100%
¿ 236 , 30 %

B.3 Hasil Analisa Cairan

Kondisi pengambilan sampel:


Laju alir air (F1) = 4 dan 5 L/menit
Laju alir udara (F2) = 80 dan 85 L/menit
Laju alir CO2 (F3) = 3 L/menit
Konsentrasi NaOH (titran) = 0,2 M

1. Perhitungan Jumlah CO2 Bebas dalam Sampel Air


V b x 0,1
mol / ml C O2 bebas= =Cd (Listiyana, 2018)
ml sampel
a. Menit ke-7
V bi x 0, 2 1,50 x 0,2
b. Cdi = = = 0,0 030 mol / ml
ml sampel 100
V bo x 0,1 1, 37 x 0, 2
c. Cdo= = =0,0027 mol / ml
ml sampel 100
b. Menit ke-14
V bi x 0, 2 1,67 x 0,2
Cdi = = = 0,003 3 mol / ml
ml sampel 100
V bi x 0, 2 1,45 x 0,2
Cdo= = = 0,0029 mol / ml
ml sampel 100
c. Menit ke-21
V bi x 0, 2 1,78 x 0,2
Cdi = = = 0,0036 mol / ml
ml sampel 100
V bi x 0, 2 1,40 x 0,2
Cdo= = = 0,0028 mol / ml
ml sampel 100

2. Perhitungan CO2 yang Diserap dalam Waktu Tertentu (21 menit)


Volume air dalam sistem = VT = 100 ml

Laju rata −rata=


[ Cd i (t=21)−Cd i (t=7)] x VT = (0,0036−0,0030)x 100
(21 - 7) 14
= 0,0040 mol/menit

3.Perhitungan Laju Absorpsi pada Waktu Tertentu


Laju absorpsi=F1 [ C di - Cd o ] (Nuclea, 2017)

a. Menit ke-7
Laju absorpsi=F1 [ C di - Cd o ] = 4 x (0,0030-0,0027) = 0,0010 mol/menit

b. Menit ke-14
Laju absorpsi=F1 [ C di - Cd o ] = 4 x (0,0033-0,0029) = 0,0018 mol/menit

c. Menit ke-21
Laju absorpsi=F1 [ C di - Cd o ] = 4 x (0,0036-0,0028) = 0,000027 mol/menit
A B C D E F G H I
39 LAMPIRAN C
40 PROGRAM KOMPUTER
41
42 C.1 Hasil Analisa Gas
43 Tabel C.1 Hasil Analisa Gas
44 F 1 (L/menit) F 2 (L/menit) F 3 (L/menit) Y it V 1 (mL) V 2 (mL)
45 V 2i V 2i rata-rata V 2o V 20 rata-rata
46 =F46 =H46
47 =B46 =C46/(B46+C46) =F47 =AVERAGE(F46:F48) =H47 =AVERAGE(H46:H48)
48 =A46 =F48 =H48
49 =F49 =H49
50 =B49 =C46/(B49+C46) =F50 =AVERAGE(F49:F51) =H50 =AVERAGE(H49:H51)
51 =C46 =E46 =F51 =H51
52 =F52 =H52
53 =B52 =C46/(B52+C46) =F53 =AVERAGE(F52:F54) =H53 =AVERAGE(H52:H54)
54 =A47 =F54 =H54
55 =F55 =H55
56 =B55 =C46/(B55+C46) =F56 =AVERAGE(F55:F57) =H56 =AVERAGE(H55:H57)
57 =F57 =H57
58
59 C.2 Hasil Analisis Cairan
60 VT =B60 mL
61 Tabel C.2 Hasil Analisis Cairan
62 F 1 (L/menit) F2 (L/menit) F3 (L/menit) t (menit) Inlet Cairan Outlet Cairan Laju absorpsi (mol/menit) Laj
63 V bi (mL) C di (mol/mL) V bo (mL) C do (mol/ml)
64 =D64 =E64 =E64*0.2/100 =G64 =G64*0.2/100 =($A$64*(F64-H64))
65 =B64 =D65 =E65 =E65*0.2/100 =G65 =G65*0.2/100 =($A$65*(F65-H65)) =
66 =A64 =D66 =E66 =E66*0.2/100 =G66 =G66*0.2/100 =($A$66*(F66-H66))
67 =D67 =E67 =E67*0.2/100 =G67 =G67*0.2/100 =($A$67*(F67-H67))
68 =B67 =D68 =E68 =E68*0.2/100 =G68 =G68*0.2/100 =($A$68*(F68-H68))
69 =C64 =D69 =E69 =E69*0.2/100 =G69 =G69*0.2/100 =($A$69*(F69-H69))
70 =D70 =E70 =E70*0.2/100 =G70 =G70*0.2/100 =($A$70*(F70-H70))
71 =B70 =D71 =E71 =E71*0.2/100 =G71 =G71*0.2/100 =($A$71*(F71-H71))
72 =A70 =D72 =E72 =E72*0.2/100 =G72 =G72*0.2/100 =($A$72*(F72-H72))
73 =D73 =E73 =E73*0.2/100 =G73 =G73*0.2/100 =($A$73*(F73-H73))
74 =B73 =D74 =E74 =E74*0.2/100 =G74 =G74*0.2/100 =($A$74*(F74-H74))
75 =D75 =E75 =E75*0.2/100 =G75 =G75*0.2/100 =($A$75*(F75-H75))
76
77 Keterangan:
78 F 1 = Laju alir air (L/menit) = =D78 =E78 Y i = Fraksi volume CO 2 dalam alur gas inlet
79 F2 = Laju alir udara (L/menit) = =D79 =E79 Y o = Fraksi volume CO 2 dalam alur gas outlet
80 F3 = Laju alir CO 2 (L/menit) = =D80 Fa = Jumlah CO 2 yang diserap antara puncak dan dasar (L/menit)
81 t = waktu (menit) = =D81 =E81 =F81 V T = Volume air dalam sistem (L)
82 Y it = Fraksi mol CO 2 = Fraksi volume CO 2 V bi = Volume larutan NaOH yang dititrasi ke dalam tangki (mL)
83 V 1 = Volume sampel CO 2 (ml) V bo = Volume larutan NaOH yang dititrasi pada keluaran cairan (mL)
84 V 2 = Volume CO 2 yang diserap dalam kolom (mL) C di = Konsentrasi CO 2 bebas di dalam tangki (mol/mL)
85 V 2i = Volume CO 2 dalam alur gas inlet (mL) C do = Konsentrasi CO 2 bebas pada keluaran cairan (mol/mL)
86 V 2o = Volume CO 2 dalam alur gas outlet (mL)
A B C D E F G H I J K L M
39 LAMPIRAN D
40 HASIL PROGRAM KOMPUTER
41
42 D.1 Hasil Analisa Gas
43 Tabel D.1 Hasil Analisa Gas
44 V2 (mL)
F1 (L/menit) F2 (L/menit) F3 (L/menit) Yit V1 (mL) Yi Yo Fa (L/menit) % Ralat
45 V2i V2i rata-rata V2o V20 rata-rata
46 0.16 0.39
47 80 0.036 3.47 3.647 1.24 1.030 0.122 0.034 7.4968 236.30
48 7.31 1.46
4
49 0.06 0.07
50 85 0.034 3.54 3.537 1.07 1.507 0.118 0.050 6.2695 245.81
51 7.01 3.38
3 30
52 4.05 2.85
53 80 0.036 5.30 5.350 3.70 3.483 0.178 0.116 5.8429 393.39
54 6.70 3.90
5
55 4.55 4.09
56 85 0.034 5.85 5.900 4.65 4.780 0.197 0.159 3.9080 476.89
57 7.30 5.60
58
59 D.2 Hasil Analisis Cairan
60 VT 100 mL
61 Tabel D.2 Hasil Analisis Cairan
62 Inlet Cairan Outlet Cairan Laju absorpsi Laju absorpsi rata-
F1 (L/menit) F2 (L/menit) F3 (L/menit) t (menit)
63 Vbi (mL) Cdi (mol/mL) Vbo (mL) Cdo (mol/ml) (mol/menit) rata (mol/menit)
64 7 1.50 0.0030 1.37 0.0027 0.0010
65 80 14 1.67 0.0033 1.45 0.0029 0.0018 0.00400
66 21 1.78 0.0036 1.40 0.0028 0.0030
4
67 7 1.51 0.0030 1.37 0.0027 0.0011
68 85 14 1.72 0.0034 1.60 0.0032 0.0010 0.00429
69 21 1.81 0.0036 1.57 0.0031 0.0019
70 3 7 1.57 0.0031 1.45 0.0029 0.0010
71 80 14 1.70 0.0034 1.55 0.0031 0.0012 0.00329
72 21 1.80 0.0036 1.60 0.0032 0.0016
73 5 7 1.60 0.0032 1.45 0.0029 0.0012
74 14 1.70 0.0034 1.60 0.0032 0.0008
85 0.02857
21 3.60 0.0072 1.65 0.0033 0.0156
75
76
77 Keterangan:
78 F1 = Laju alir air (L/menit) = 4.0 5.0 Yi = Fraksi volume CO2 dalam alur gas inlet
79 F2 = Laju alir udara (L/menit) = 80 85 Yo = Fraksi volume CO2 dalam alur gas outlet
80 F3 = Laju alir CO2 (L/menit) = 3.0 Fa = Jumlah CO2 yang diserap antara puncak dan dasar (L/menit)
81 t = waktu (menit) = 7 14 21 VT = Volume air dalam sistem (L)
82 Yit = Fraksi mol CO2 = Fraksi volume CO2 Vbi = Volume larutan NaOH yang dititrasi ke dalam tangki (mL)
83 V1 = Volume sampel CO2 (ml) Vbo = Volume larutan NaOH yang dititrasi pada keluaran cairan (mL)
84 V2 = Volume CO2 yang diserap dalam kolom (mL) Cdi = Konsentrasi CO2 bebas di dalam tangki (mol/mL)
85 V2i = Volume CO2 dalam alur gas inlet (mL) Cdo = Konsentrasi CO2 bebas pada keluaran cairan (mol/mL)
86 V2o= Volume CO2 dalam alur gas outlet (mL)
LAMPIRAN E
APLIKASI INDUSTRI

Penyerapan CO2 dari Biogas oleh Gliserol: Dilakukan di Kolom Bubble Semi-
Batch
Kandungan utama biogas adalah metana (CH 4) dan karbon dioksida (CO2).
Beberapa penelitian tentang karakteristik pembakaran telah membuktikan adanya
CO2dalam pembakaran bahan bakar dapat mengurangi laju reaksi. CO tinggi
konsentrasi dalam bahan bakar dapat menurunkan nilai kalornya dan menurunkan
kualitas biogas. Metode yang umum digunakan dalam proses pemurnian biogas adalah
dengan menggunakan absorbs senyawa berbasis amina. Namun, metode ini memiliki
beberapa kendala yaitu biaya yang mahal, korosif, dan kebutuhan energi yang tinggi
untuk regenerasi.
Berdasarkan CO2 skema pemisahan gas yang diberikan oleh Wahono dalam
jurnalnya yaitu “ Pemanfaatan Zeolit Lokal Gunung Kidul-Yogyakarta untuk Optimasi
Sistem Biogas”, metode yang paling tepat untuk proses pemurnian biogas dengan
penyerapan fisik. Penyerapan fisik adalah proses penyerapan gas terlarut (zat terlarut)
melalui interaksi fisik, difusi gas ke dalam air, atau gas terlarut ke dalam fase cair tanpa
reaksi kimia. Proses penyerapan fisik terutama digunakan ketika konsentrasi CO 2
terlarut tinggi . Masalah utama adalah tingginya potensi kehilangan pelarut .
Salah satu senyawa yang dapat digunakan sebagai absorben fisik adalah
gliserol. Gliserol memiliki tekanan uap yang rendah, stabil, tidak beracun, murah dan
tersedia dalam jumlah banyak sebagai produk sampingan dari produksi biodiesel.
Menurut Aschenbrenner dan Peter dalam Journal of Comparative Study of Solvent
Properties for Carbon Dioxide Absorption, terminal –OH memiliki afinitas yang lebih
tinggi terhadap CO2 molekul yang meningkatkan CO2 penyerapan. Pembubaran
CO2dalam gliserol yang disebabkan oleh Van der Waals dan gaya elektrostatik. Ikatan
antara penyerap dan CO2dalam penyerapan fisik lebih rendah dari ikatan yang dibentuk
oleh penyerapan kimia. Oleh karena itu, gliserol dapat digunakan sebagai penyerap.
Diagram skematik CO2 penyerapan dalam gliserol dilakukan dalam kolom
gelembung semi-batch seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Gliserol (96%) dibeli
dari PT. Brataco. Biogas simulasi (gas campuran) terdiri dari 40% CO 2 mengandung N2
dipasok oleh PT.Samator Gas. Volume cairan dalam kolom adalah 250 ml. Kolom
direndam dalam penangas air untuk mengontrol suhu cairan. Gas campuran disuplai dari
silinder dan laju aliran gas dikendalikan oleh pengukur aliran volume. Untuk injeksi dan
pemerataan fase gas, sparger gas (sintered sparger) dipasang di tengah kolom bawah.
Konsentrasi gas keluaran dari absorber dianalisis dengan kromatografi gas (GC).
Kisaran kecepatan superfisial gas dari 0,56 cm/s hingga 0,73 cm/s dan suhu dari 293
hingga 333 K telah diselidiki.

Gambar E.1 .CO2Absorption Process Schematic Experimental Setup


(Lestari, dkk.,2018)
Dengan asumsi cairan dan gas tercampur sempurna, proses penyerapan
karbon dioksida dapat dijelaskan dengan menggunakan neraca massa: neraca massa
CO2dalam fase gas:

neraca massa CO2dalam fase cair:

dimana CALadalah konsentrasi karbon dioksida dalam fase cair, CAGadalah


konsentrasi karbon dioksida dalam fase gas dan H adalah konstanta Henry.
Koefisien perpindahan massa gas-cair (KLa) yang diperoleh pada penelitian ini
menunjukkan besarnya perpindahan massa dari fase gas ke cairan pada kolom absorpsi.
Gambar E.2 menunjukkan bahwa semakin besar nilai kecepatan superfisial akan meningkatkan
nilai KLsebuah. Menurut Bouaifi, peningkatan kecepatan superfisial dapat meningkatkan luas
kontak antara gas dan cairan serta Klnilai untuk kecepatan superfisial yang tinggi, turbulensi
pada kolom absorpsi yang dinyatakan dengan bilangan Reynolds (Re) akan semakin besar.
Turbulensi yang tinggi menyebabkan kontak yang lebih tinggi yang terjadi antara gelembung
gas dan fluida .

Gambae E.2 .KLNilai Kecepatan Permukaan Gas (T= 303 K)


(Lestari, dkk.,2018)
Hubungan antara bilangan Re dan KLa dapat dijelaskan dengan pendekatan empiris
berupa bilangan tak berdimensi:

(Lestari, dkk.,2018)
LAMPIRAN F
FOTO PERCOBAAN

F.1 Foto Peralatan Absorpsi

Gambar F.1 Foto Peralatan Absorpsi

F.2 Foto Peralatan Hempl

Gambar F.2 Foto Peralatan Hempl

Anda mungkin juga menyukai