DI KEPERAWATAN INTENSIF
OLEH :
SGD 5
Putu Pande Eka Suputri (1102105016)
Ni Luh Anik Utami (1102105018)
I Made Hadiartadana (1102105022)
Ni Putu Nariska Rahayuni (1102105030)
Kadek Dewi Yuliantini (1102105031)
Ni Wayan Kuniawati (1102105032)
Anak Agung Istri Dwi Mayuni (1102105060)
I Putu Pande Eka Krisna Yoga (1102105064)
I Gede Meyantara Eka S. (1102105065)
Ida Ayu Putu Surya Adnyani (1102105067)
3. Apa sajakah peran dan fungsi perawat dalam ruang perawatan intensif?
Peran dan fungsi perawat dalam ruang perawatan intensif :
1) Peran perawat
a. Care giver/pemberi asuhan (Asmadi,2008)
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan
keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya
mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakan diagnosis keperawatan
berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya
mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan masalah,
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada, dan melakukan
evaluasi berdasarkan respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Pelayanan yang diberikan oleh perawat, dengan memperhatikan individu
sebagai makhluk yang holistic dan unik.
Pelayanan yang dapat diberikan perawat diruang intensif antara lain : pemberian
makanan lewat NGT, pasang kateter urine, transfusi darah, pengobatan nyeri karena
berbagai sebab, memonitor kondisi pasien, suction , dll.
b. Pembuat Keputusan Klinis (Keeling dan Ramos,1995)
Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk memberikan
perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir kritis melalui
proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam
pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil, perawat
menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi klien.
Perawat membuat keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan keluarga.
Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama, dan berkonsultasi dengan
pemberi perawatan kesehatan professional lainnya.
c. Client advocate ( Asmadi,2008)
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan
tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan
klien dan membantu memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun profesional. Peran
advokasi sekaligus megharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator
dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani
oleh klien.
d. Educator (Asmadi,2008)
Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui
pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic yang
diterima sehingga klien dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang
diketahui. Selain itu perawat juga bisa memberikan edukasi kepada keluarga pasien
mengenai penyakit yang diderita pasien.
e. Collaborator (Kusnanto,2004)
Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan
rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memnuhi kebutuhan
kesehatan klien.
f. Coordinator (Kusnanto,2004)
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi
maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang
terlewatkan maupun tumpang tindih. Dalam menjalankan peran sebagai coordinator
perawat dapa melakukan hal-hal berikut :
- Mengoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
- Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
- Mengembangkan system pelayanan keperawatan
- Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan
keperawatan pada sarana kesehatan.
g. Konsultan (Kusnanto,2004)
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
2) Fungsi perawat (Kusnanto,2004) :
a. Pelaksanaan fungsi keperawatan mandiri (Independen)
Tindakan keperawatan mandiri (independen) adalah aktivitas keperawatan yang
dilaksanakan atas inisiatif perawat itu sendiri dengan dasar pengetahuan dan
keterampilannya. Perawat menentukan bahwa klien membutuhkan intervensi
keperawatan yang pasti. Contoh dari keperawatan mandiri perawat di ruang intensif
adalah melakukan oral hygiene, membersihkan tubuh pasien, mencegah decubitus
pada pasien dll
b. Pelaksanaan fungsi keperawatan ketergantungan ( dependen)
Tindakan keperawatan ketergantungan (dependen) adalah aktivitas keperawatan yang
dilaksanakan atas instruksi dokter atau dibawah pengawasan dokter dalam
melaksanakn tindakan rutin yang spesifik. Contoh dari tindakan fungsi
ketergantungan dalam praktik keperawatan yaitu injeksi antibiotic, pemberian
transfuse darah, pemasangan infus dll.
c. Tindakan keperawatan kolaboratif (interdependen)
Adalah aktivitas yang dilaksanakan atas kerja sama dengan pihak lain atau tim
kesehatan lain. Tindakan kolaboratif terkadang menimbulkan adanya tumpang tindih
pertanggung jawaban diantara personal kesehatan dan hubungan langsung kolega
antar-profesi kesehatan.
4. Terkait dengan aspek bio, psiko, sosio dan kultural, keahlian apa saja yang wajib
dimiliki oleh seorang perawat intensif?
Perawat di ruang ICU dituntut untuk memiliki keahlian dan intelektual yang lebih. ICU
merupakan salah satu pelayanan sentral di rumah sakit dimana bagian pelayanan ICU
membutuhkan sumber daya perawat yang terlatih. Perawat ICU minimal memiliki
sertifikat Basic Training Life Support (BTCLS) (Hanafi, 2007). Di Indonesia, ketenagaan
perawat di ruang ICU di atur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU
di Rumah Sakit yaitu, untuk ICU level I maka perawatnya adalah diperlukan minimal
25% perawat terlatih yang bersertifikat bantuan hidup dasar dan bantuan lanjut, untuk
ICU level II diperlukan minimal 50% dari jumlah seluruh perawat di ICU merupakan
perawat terlatih dan bersertifikat ICU, dan untuk ICU level III diperlukan minimal 75%
dari jumlah seluruh perawat di ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICU.
1. Keahlian wajib yang dimiliki perawat intensif dalam aspek biologis meliputi suatu
penanganan bantuan hidup dasar atau dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia
(KDM). Beberapa keahlian yang harus dimiliki oleh seorang perawat ICU yaitu:
Tabel 1. Keahlian dalam Aspek Biologis
KESIMPULAN
Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang bertujuan untuk memberikan asuhan
bagi pasien dengan penyakit berat yang potensial reversible, memberikan asuhan bagi pasien
yang verlu obeservasi ketat dengan atau tanpa pengobatan yang tidak dapat diberikan di ruang
perawatan umum, memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan potensial atau adanya
kerusakan organ umumnya paru, mengurangi kesakitan dan kematian yang dapat dihindari pada
pasien-pasien dengan penyakit kritis. Dalam perspektif keperawatan intensif terdapat aspek bio,
psiko, sosio, dan spiritual. Dari aspek bio menyangkut terhadap kebutuhan dasar manusia seperti
oksigen, nutrisi, cairan, eliminasi, temperature dan seks. Dipandang dari aspek psiko terdapat
pemenuhan akan kebutuhan rasa aman, rasa cinta dan saling memiliki, harga diri an aktualisasi
diri pasien. Aspek sosio berkaitan dengan interaksi pasien dengan lingkungan sosialnya dan
aspek sipriual berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan keyakinan pasien. Dalam keperawatan
intensif perawat berperan sebagai care giver, advocate, pembuat keputusan klinis, educator,
collaborator, coordinator, fasilitator, dan konsultan. Sebagai perawat intensif harus memiliki
beberapa keahlian yang wajib dimiliki diantaranya kemampuan pemenuhan bantuan hidup dasar,
mempunyai jiwa yang dapat memberikan dukungan, rasa yang aman dan sentuhan kasih sayang
kepada pasien, diharapkan mempunyai jiwa yang selalu mengajak pasien dan keluarga pasien
untuk berinteraksi melalui komunikasi terapeutik, dan bertindak sesuatu yang tidak merugikan
dengan kebudayaan dan kepercayaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, S. (2011). Perspektif Keperawatan Medikal Bedah. FIK Univ. Wiraraja Sumenep
Maryuani, Anik & Yulianingsih. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan. Jakarta : Trans Info Media
Medis.
Morrison, P.(2009).Caring & Communicating : Hubungan Interpersonal dalam Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta :EGC
Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Ed 4. Jakarta. EGC
PPSDM RS PGI CIKINI. (2013). Pelatihan Perawat Intensif Care Unit (ICU). Diakses melalui:
http://ppsdmrscikini.com/?ForceFlash=true#/item/Pelatihan-Pelatihan-Perawat-Intensif-
Care-Unit-ICU-Dewasa.html tanggal 12 September 2014.diakses tanggal 12 September
2014
Ramadhani, R.DA, dkk. (2013). Pengkajian Gawat Darurat Pada Pasien Dewasa. Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya