Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang masalah

Di era modernisasi seperti sekarang ini, dimana aktifitas kehidupan manusia yang semakin
padat, baik itu seorang pelajar, mahasiswa, pekerja keras, dan berbagai aktifitas lainnya
yang dapat memporsir waktu, sehingga tak jarang di antara mereka kurang memperhatikan
kestabilan kesehatan seperti nutrisi-nutrisi yang berperan penting bagi tubuh sehingga tak
jarang dari mereka banyak yang sakit seperti busung lapar akibat kekurangan asupan nutrisi
maupun obesitas akibat nutrisi yang masuk ke dalam tubuh melewati batas kebutuhan yang
di butuhkan oleh tubuh, peran perawat untuk memberikan asupan nutrisi bagi setiap pasien
atau kliennya sangatlah diperhatikan karena pasien yang di rawat tidak selalu sama
contohnya ada beberapa pasien yang tidak dapat mengkonsumsi makanan yang kasar di
akibatkan sakit untuk menelannya makan perawat memberikan makanan seperti makanan
lunak ataupun makanan cair agar kondisi pasien terhadap nutrisi yang di butuhkan oleh
tubuh tetap stabil.

[Type text] Page 1


BAB II

Peran dan fungsi perawat di rumah sakit

Peran perawat

Merupakan tingkah laku yang di harapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
dengan kedudukan dan sistem, dimana dapat diperngaruhi oleh keadaan sosial baik dari
profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.

1. pemberi asuhan keperawatan


sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan
kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan, perawat memfokuskan asuhan
pada kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya untuk
mengembalikan kesehatan emosi, spiritual, dan sosial.

2. Membuat keputusan klinis


Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk memberikan
perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir kritis melalui
proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik dalam
pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil, perawat
menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi klien,
perawat membuat keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan keluarga.
Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama, dan berkonsultasi dengan
pemberi perawatan kesehatan professional lainnya (keeling dan ramos, 1995).

3. Pelindung klien
Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman
bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta
melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak di inginkan dari suatu tindakan
diagnostic atau pengobatan. Contoh dari peran perawat sebagai pelindung adalah
memastikan bawha klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan
imunisasi melawan penyakit di komunitas.

[Type text] Page 2


4. Manager kasus
Dalam perannya sabagi manager kasus, perawat mengkoordinasi aktifitas anggota
tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur
kelompok yang memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya model praktik
memberikan perawatn kesempatan untuk membuat pilihan jalur karir yang ingin di
tempuhnya. Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran
sebagai manajer asuhan keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang
melaksanakan keputusan manajer (Manthey, 1990). Sebagai manajer, perawat
mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi
tenaga kesehatan lainnya.

5. Rehabilitator
Rehabilitator adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal
setelah sakit, kecelakaan, atau terjadi kejadian yang menimbulkan ketidak
berdayaan lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang
mengubah kehidupan mereka. Disini, perawat berperan sebagai rehabilitator dengan
membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut.

6. Pemberi kenyamanan
Merawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus
ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka memberikan
kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan bagi klien
sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik. Dalam memberi
kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai tujuan yang
terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.

7. Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesama
perawat dan profesi kesehatan lainnya, seumber informasi dan komunitas. Dalam
memberikan perawatn yang efektif dan membuat keputusan dengan klien dan
keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi
merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga
dan komunitas.

[Type text] Page 3


8. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang
kesehata, mendemonstrasikan prosedur seperti aktifitas perawatn diri, menilai
apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam
pembelajaran.

9. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat
dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

10. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang di berikan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

11. Konsultan
Peran disini adalah tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan
yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan keperawatn yang di berikan.

12. Pembaharu.
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan sesuai dengan mengadakan
perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan
metode pemberian pelayanan keparawatan.

[Type text] Page 4


Perawat

Perawat merupakan penghubung utama antara pasien dengan anggota tim lain, karena
adanya kontak secara terus-menerus dengan pasien. Ia melakukan pemesanan
makanan atau diet ke dapur sesuai preskripsi diet yang sudah ditetapkan. Ia mengamati
pasie sewaktu malam, melaporkan tentang penerimaan pasien terhadap diet yang
diberikan, apakah habis dimakan atau tidak, kemungkinan adanya masalah dengan
defekasi atau hal-hal lain yang berkaitan dengan makanan atau diet yang diberikan. Ia
bertanggung jawab dalam pemberian makanan peroral, enteral, maupun parenteral, dan
memberi laporan secara lisan dan/atau tertulis tentang kemungkinan akibat yang kurang
baik karena pemberian makanan tersebut. Ia memberi penjelasan secara garis besar
kepada pasien dan keluarganya tentang makanan atau diet yang diberikan.

- Pemenuhan nutrisi pasien

Pemenuhan nutrisi yang dilakukan oleh perawat untuk pasiennya sangatlah penting agar
pasien tidak mengalami masalah dalam pemenuhan nutrisi, seperti jika pasien tidak
mendapatkan asupan nutrisi yang sesuai di butuhkan oleh tubuh maka pasien tersebut akan
terkena penyakit busung lapar atau sebaliknya pasien terlalu berlebihan diberikan asupan
nutrisi sehingga melebihi kebutuhan tubuh maka pasien tersebut akan terkena obesitas.
Maka, peran perawat terhadap pemenuhan nutrisi pasien di rumah sakit haruslah
diperhatikan, ada beberapa pasien yang memang bermasalah dalam proses
perncernaannya ataupun sulit menelan makanan yang kasar (seperti makanan biasa), maka
perawat harus memberikan asupan nutrisi untuk pasien melalui makanan yang cair
meskipun di dalam makanan tersebut tidak mengandung semua unsur nutrisi yang di
butuhkan tubuh.

Macam-macam makanan umum di rumah sakit, yaitu:

1. Makanan biasa
Makanan biasa sama dengan maknaan sehari-hari yang beraneka ragam, bervariasi
dengan bentuk, tekstur, dan aroma yang normal. Susunan makanan mengacu pada
pola menu seimbang dan angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang
dewasa sehat. Makanan biasa diberikan kepada pasien yang berdasarkan
penyakitnya tidak memerlukan makanan khusus (diet). Walau tidak ada pantangan
secara khusus, makanan sebaiknya diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna
dan tidak merangsang pada saluran cerna.

[Type text] Page 5


2.Makanan lunak

Makanan lunak adalah makanan yang memiliki tekstur yang mudah dikunyah,
ditelan, dan dicerna dibandingkan makanan biasa. Makanan ini mengandung cukup
zat-zat gizi, asalkan pasien mampu mengkonsumsi makanan dalam jumlah cukup.
Menurut keadaan penyakit, makanan lunak dapat diberikan langsung kepada pasien
atah sebagai perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa.

2. Makanan saring
Maknanan saring adalah makanan semipadat yang mempunyai tekstur lebih halur
daripada makanan lunak, sehingga lebih mudah ditelan dan dicerna. Menurut
keadaan penyakit, makanan saring dapat diberikan langsung kepada pasien atau
merupakan perpindahan dari makanan cari ke makanan lunak.

3. Makanan cair
Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga kental.
Makanan ini diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan mengunyah,
menelan, dan mencernakan makanan yang disebabkan oleh menurunnya
kesadaran, suhu tinggi, rasa mual, muntah, pasca pendaraah saluran cerna, serta
pra dan pasca bedah. Makanan dapat diberikan secara oral atau parenteral. Menurut
konsistensi makanan, makanan cair terdiri tiga jenis yaitu: makanan cair jernih,
makanan cair penuh, dan makanan cair kental.

[Type text] Page 6


Proses pelayanan nutrisi

Proses pelayanan nutrisi terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) asesmen atau pengkajian gizi;
(2) perencanaan pelayanan dengan menetapkan tujuan dan strategi; (3) implementasi
pelayanan gizi sesuai rencana; (4) monitoring dan evaluasi pelayanan gizi.

- Asesmen atau pengkajian gizi


Setelah pasien dirawat selama 1-3 hari, perlu dilakukan asesmen awal atau skrinning
kepada pasien untuk mengetahui apakah ia membutuhkan asuhan gizi secara khusus.
Skrinning ini dilakukan sekali dalam 1-2 minggu untuk mencegah terjadinya gizi salah.
Skrinning gizi dapat dilakukan dengan cepat dan sederhana oleh perawat atau dietisien.
Yang perlu diperhatikan adlah ada tidaknya riwayat perubahan berat badan yang
berarti. Perubahan berat badan sebanyak lebih dari 10% dalam waktu singkat
menyatakan diperlukannya asesmen lanjut.
Asesmen lanjut dilakukan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan gizi secara
khusus. Data yang dikumpulkan adalah data sosial ekonomi, antropometri,
laboratorium, riwayat kuantitatif gizi dan sara dikomunikasikan kepada anggota tim
asuhan gizi lain secara lisan dan/atau tertulis di dalam rekam medik.
- Perencanaan pelayanan gizi
Berdasarkan masalah gizi yang diidentifikasi melalui tahap asesmen makan ditetapkan
rencana pelayanan gizi yang meliputi penetapan diet (preskripsi diet), tujuan diet, dan
strategi mencapai tujuan.
Contoh: pasien diabetes melitus dengan kelebihan berat badan.
Tujuannya adalah untuk:
1. Menurunkan glukosa darah hingga mencapai batas normal dalam waktu 1 bulan.
2. Menurunkan berat badan secara bertahap hingga mencapai batas normal dalam waktu
3 bulan.
3. Mampu memilih jenis dan jumlah maknanan yang sesuai dengan kebutuhan.

Strategi yang dilakukan adalah menetapkan preskripsi diet yang tepat; menyediakan
makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi, selera makana, dan kemampuan pasien
untuk menerimanya (hanya bagi pasien rawat inap saja); memberikan penyuluhan dan
konsultasi diet termasuk cara penerapan diet di rumah kepada pasien dak keluarganya.
Rencana diet mencakup makanan yang di berikan per oral, enteral, dan parenteral.

[Type text] Page 7


- Implementasi pelayanan gizi
Implementasi pelayanan gizi hendaknya sesuai dengan rencana yang disusun dalam
hal penyediaan diet yang tepat secara oral, enteral, atau parenteral, pengukuran
biokimia darah dan urin yang diperlukan, pengukuran antropometri, serta penyuluhan
dan konsultasi gizi yang sesuai.

- Monitoring dan evaluasi


Implementasi pelayanan gizi di monitor dan dievaluasi yaitu nilai biokimia darah dan
urin, antropometri, asupan makanan, perkembangan penyakit secara keseluruhan,
sikap terhadap makanan, dan pengetahuan tentang diet yang haru dijalani.
Bila hasil evaluasi menunjukkan bawha tujuan tidak tercapai, atau timbul masalah baru,
maka dilakukan peninjauan kembali terhadap tiap tahap proses pelayanan gizi pasien.

[Type text] Page 8


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa peran perawat dalam pemenuhan nutrisi
pasien di rumah sakit sangatlah diperhatikan, dengan melihat kondisi sakit dan melalui
beberapa proses pemeriksaan status gizi pasien, maka perawat bisa melihat dari data
tersebut apa yang harus dilakukannya dengan berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya,
pasien akan dirawat dan diberi asupa nutrisi sesuai dengan kondisi. Dengan memperhatikan
kondisi asupan nutrisi pasien dan/atau melakukan diet khusus maka pasien akan lebih cepat
sembuh dan kondisi tubuh tetap stabil karena jika perawat dan tim kesehatan lainya salah
dalam pemberian nutrisi untuk pasien maka akan timbul masalah baru seperti jika
kekurangan asupan nutrisi untuk pasien maka masalah yang timbul seperti busung lapar
dan sebaliknya jika asupan nutrisi yang diberikan pasien berlebihan dari yang seharusnya
maka pasien akan mengalami masalah obesitas dengan berat badan diatas IMT yang
normal. Dengan kondisi seperti itu jelas perawat dan tim kesehatan lainnya harus lebih
berhati-hati dan sering melakukan skrinning bertujuan agar status gizi pasien tetap dalam
keadaan normal.

[Type text] Page 9


NAMA KELOMPOK:

1.DILLA EXSPEREN

2.KIKA ALIFIA

3.NUR LATIFA DEWI

4.M.YULIUS

[Type text] Page 10


DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN.

LATAR BELAKANG

BAB II

Peran dan fungsi perawat di rumah sakit

BAB III

Penutup .

Kesimpulan

[Type text] Page 11

Anda mungkin juga menyukai