STATUS PASIEN
20
21
5. Telinga
Bentuk normotia, sekret (-/-), pendengaran berkurang (-/-).
6. Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-).
7. Mulut dan tenggorokan
Bibir pucat (-), bibir cianosis (-), gusi berdarah (-), tonsil membesar (-),
pharing hiperemis (-).
8. Leher
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-).
9. Paru
I : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri
P : fremitus raba kanan sama dengan kiri
P : sonor | sonor
A : suara nafas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
10. Jantung
I : iktus kordis tak tampak
P : iktus kordis tak kuat angkat
P : Batas kiri atas: SIC II linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas: SIC II linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah: SIC V medial Linea midclavicula sinistra
Batas kanan bawah: SIC V linea para sternalis dekstra
A : bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-).
11. Abdomen
I : perut datar, tidak tampak adanya massa
P : Supel (+),Nyeri tekan (-)
P : timpani
A : bising usus (+) normal
12. Ekstremitas
Status Lokalis : Regio brachialis sinistra
• Look : Ekskoriasi (-), deformitas (-), oedem (+), tak tampak sianosis pada
bagian distal lesi (+), Vulnus degloving (-).
23
• Feel : Nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+), sensibilitas (+), terasa lebih
tebal dibandingkan dengan cruris sinistra (-) , suhu rabaan hangat,
NVD (neurovaskuler disturbance) (-), kapiler refil (+) normal,
arteri brachialis teraba.
• Move : Gerakan aktif dan pasif masih dapat dilakukan tetapi terhambat
karena terasa nyeri saat digerakkan.
13. Genitalia
Dalam batas normal
2.5 RESUME
Pasien datang dengan diantar oleh kerabatnya ke IGD RSUD Kanjuruhan
dengan keluhan lengan kiri atas nyeri, setelah jatuh ± 1 jam sebelum MRS.
Pasien jatuh saat latihan bela diri ke arah belakang dengan posisi tangan kiri
menahan tubuh pasien.
Saat kejadian pasien tidak mengalami pusing, mual, ataupun muntah.
Pasien mengeluhkan tangan kiri bergerak agak terbatas karena pasien
mengeluh nyeri. Pasien tidak merasakan rasa baal atau kebas di lengan tangan
dan masih bisa merasakan sentuhan.
Primary survey tidak didapatkan kelainan. Secondary survey batas jantung
terkesan membesar. Regio cruris dextra didapatkan Ekskoriasi (-),
deformitas (-), oedem (+), tak tampak sianosis pada bagian distal lesi (+),
Vulnus degloving (-). Nyeri tekan setempat (+), krepitasi (+), sensibilitas (+),
terasa lebih tebal dibandingkan dengan cruris sinistra (-) , suhu rabaan hangat,
NVD (neurovaskuler disturbance) (-), kapiler refil (+) normal, arteri
brachialis teraba. Gerakan aktif dan pasif masih dapat dilakukan tetapi
terhambat karena terasa nyeri saat digerakkan.
4. Fraktur Ulna
5. Fraktur Antebrakii
Post Op (31-08-19)
– Laboratorium (29-03-2018) :
• Darah Lengkap :
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
• Serologi
Hbs Ag Non Reaktif
• Hematologi
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
• Kimia Klinik
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
2.9 Penatalaksanaan
1. Terapi Konservatif
- Immobilisasi : Bidai.
2. Terapi Farmakologis
- Analgetik : ketorolac 3x30 mg
- Antibiotik : cefoperazone 2x1gr
- Maintenance cairan
3. Terapi operatif
- Open reduction and internal fixation (ORIF) radius dan ulna
(31-03-18)
2.10 Prognosis
Dubia ad bonam