Anda di halaman 1dari 13

1

PERUBAHAN KOGNITIF PADA PASIEN SKIZOFRENIA DAN PADA PENYAKIT


PSIKOSIS LAINNYA PADA DEKADE PERTAMA

Jolanta Zanelli, Ph.D., Josephine Mollon, Ph.D., Sven Sandin, Ph.D., Craig Morgan, Ph.D., Paola Dazzan, MD,
Ph.D., Izabela Pilecka, Ph.D., TiagoReisMarques, MD, Ph.D., Anthony S. David, MD, KevinMorgan, Ph.D., Paul
Fearon, MD, Ph.D., Gillian A. Doody, MD, Peter B. Jones, MD, Ph.D ., Robin M. Murray, FRS, Abraham
Reichenberg, Ph.D

ABSTRAK

Objektif: Skizofrenia dikaitkan dengan penanda gangguan kognitif yang diyakini tetap stabil
selama onset penyakit. Namun, sampai saat ini, penelitian per-10-tahun mengenai fungsi kognitif
setelah episode pertama dengan metodologi yang baik jarang terjadi. Para peneliti telah memeriksa
apakah pasien skizofrenia mengalami penurunan kognitif setelah episode serangan pertama, dan
apakah penurunan kognitif tersebut secara umum atau terbatas hanya pada fungsi neuropsikologi,
dan apakah penurunan tersebut adalah spesifik untuk skizofrenia.

Metode: Peserta berasal dari sebuah studi casecontrol berbasis populasi pada episode pertama
psikosis yang diikuti secara prospektif hingga 10 tahun berikutnya setelah episode pertama. Poin
mengenai neuropsikologi telah ditambahkan pada index presentasi dan difollow-up pada pasien
yang telah didiagnosis skizofrenia (N = 65) atau psikosis lainnya (N = 41) serta kelompok orang
sehat sebagai perbandingan (N = 103).

Hasil : Kelompok skizofrenia menunjukan penurunan IQ dan pengetahuan verbal dan memori,
tapi tidak memproses kecepatan ataupun fungsi eksekutif. Gangguan kecepatan dan gangguan
fungsi eksekutif sudah hadir pada episode pertama dan tetap stabil setelahnya. Besarnya penurunan
berkisar antara 0,28 dan 0,66 standar deviasi. Penurunan ukuran memori tidak spesifik fi c untuk
0,28 dan 0,66 standar deviasi. Penurunan ukuran memori tidak untuk skizofrenia dan juga jelas
pada kelompok pasien dengan psikosis lainnya. Orang sehat dengan IQ rendah tidak menunjukkan
bukti penurunan, yang menunjukkan bahwa penurunan sangat spesifik pada pasien psikosis.

Kesimpulan: Pasien dengan skizofrenia dan psikosis lainnya mengalami penurunan kognitif
setelah onset penyakit, tetapi besarnya penurunan bervariasi pada seluruh fungsi kognitif.
2

Mekanisme yang berbeda konsekuen untuk penyakit dan/atau faktor psikososial mungkin
mendasari gangguan di seluruh fungsi kognitif yang berbeda.

Gangguan kognitif merupakan penanda inti dari skizofrenia (1, 2). Memahami sifat serta
penurunan kognitif memiliki implikasi penting bagi pemahaman kita mengenai patofisiologi dari
gangguan.

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang didiagnosis dengan riwayat skizofrenia
mengalami penurunan kognitif dari premorbid dengan periode postonset. Ada bukti jelas untuk
penurunan kognitif dalam batas sedang pada anak dan orang dewasa yang mengalami skizofrenia
postonset, dengan metode meta-analisis menunjukkan rata-rata deficit premorbid sama dengan 8
penelitian meta-analisis menunjukkan angka premorbidde IQ rata-rata sama dengan 8 (SD = 0,5)
(3, 4). Penurunan kognitif pada orang dewasa yang telah didiagosis skizofrenia yaitu (SD = 0,5)
(3, 4) dengan meta-analisis melaporkan 14-point penurunan IQ (SD = 0,90) pada pasien yang
pertama kali mengalami episode skizofrenia (5) dan 15 hingga 21-point penurunan (SD = 1.0 -
1,5) pada pasien skizofrenia kronis 15 hingga 21-point IQ de fi CITS (SD = 1.0 - 1,5) pada pasien
skizofrenia kronis 15 hingga 21-point IQ de fi CITS (SD = 1.0 - 1,5) pada pasien skizofrenia kronis
15 hingga 21-point IQ de fi CITS (SD = 1.0 - 1,5) pada pasien skizofrenia kronis 15 hingga 21-
point IQ de fi CITS (SD = 1.0 - 1,5) pada pasien skizofrenia kronis (1, 6, 7). Sejalan dengan bukti
pada beberapa penelitian cross-sectional, studi longitudinal perubahan kognitif pada skizofrenia
dari sebelum ke sesudah penyakit onset telah menunjukkan bukti penurunan kognitif (8). Tiga
penelitian berbasis populasi telah melaporkan penurunan kognitif mulai dari 6 sampai 12 poin IQ
(SD = 0,4 - 0,8) antara masa kanak-kanak dan dewasa pada individu yang setelah itu didiagnosis
dengan skizofrenia (8 - 10).

Meskipun bukti penurunan kognitif dari sebelum ke sesudah onset penyakit, jalannya
penurunan kognitif pada skizofrenia masih belum jelas. Sementara itu secara luas diyakini bahwa
gangguan kognitif stabil setelah onset penyakit (11 - 13), setidaknya sampai usia dewasa (12, 14),
beberapa studi longitudinal telah meneliti perubahan kognitif dari penyakit onset sampai satu
dekade kemudian, dan menemukan pada beberapa penelitian dan domain kognitif beraneka ragam.
Penelitian telah melaporkan stabilisasi dari gangguan kognitif, penurunan kognitif, serta perbaikan
fungsi kognitif (lihat Tabel S1; lihat juga referensi 15).
3

Penelitian sebelumnya telah mampu secara komprehensif memetakan perjalanan gangguan


kognitif, karena beberapa alasan. Pertama, sebagian perjalanan de kognitif fi CITS, karena
beberapa alasan. Pertama, sebagian besar penelitian telah menggunakan sampel klinis, yang
mungkin tidak sepenuhnya mewakili populasi individu dengan skizofrenia (8). Kedua, kebanyakan
penelitian mengikuti perkembangan sample hanya pada tahun pertama sampai tahun ke-3 onset
penyakit (lihat Tabel S1). Kami sebelumnya melaporkan mengenai perkembangan yang lambat,
dan yang meningkat secara bertahap dalam premorbid gangguan kognitif, dengan kerugian yang
sama untuk antara 0,5 dan 1 poin IQ per tahun (16). Penelitian dengan masa follow up yang lebih
singkat, dapat kurang memiliki bukti untuk menunjukan tingkat penurunan kognitif. Ketiga,
beberapa penelitian telah memasukkan kelompok pembanding, dan karena itu beberapa penelitian
telah mampu mempertimbangkan dampak potensial dari perubahan terkait usia normatif dalam
fungsi kognitif, yang diperlukan tes ketat untuk perubahan kognitif. Semenjak pematangan otak
terus berjalan pada dekade ketiga kehidupan (17), perkiraan sebelumnya dari besarnya penurunan
kognitif mungkin dapat bias. Akhirnya, beberapa penelitian telah meneliti efek dari obat pada
fungsi kognitif, namun baru-baru ini temuan menunjukkan bahwa obat antipsikotik dapat
berkontribusi pada keparahan penurunan kognitif (18).

Pada laporan sebelumnya, pada penelitian kasus-kontrol berbasis populasi ini, kami
memberikan bukti mengenai gangguan IQ serta berbagai tingkat kerusakan, pada seluruh domain
kognitif individu mengikuti diagnosis pertama kejiwaan skizofrenia (19). Peserta penelitian telah
difollow up sejak pertama kali ditangani dan menjalani pengujian neuropsikologi menjalani untuk
kedua kalinya. Menggunakan langkah-langkah identik neuropsikologi pada penilaian pertama dan
tindak lanjut setelahnya, kami mampu langsung memeriksa perubahan IQ dan fungsi kognitif
individu setelah episode pertama serangan. Untuk memberikan perkiraan yang akurat dari
perubahan fi episode pertama. Untuk memberikan perkiraan yang akurat dari perubahan kognitif
dari waktu ke waktu, kami membandingkan pasien yang sakit dengan kelompok pasien yang sehat
yang diikuti dalam satu periode yang sama. Kami menguji tiga hipotesis. Pertama, kami menguji
hipotesis penurunan IQ untuk menentukan apakah pasien skizofrenia menunjukkan gangguan IQ
atau penurunan IQ. Kedua, kami menguji hipotesis umum mengenai penurunan umum IQ untuk
menentukan apakah penurunan terjadi pada beberapa domain kognitif, yaitu, pengetahuan verbal,
memori, bahasa, kecepatan pemrosesan, fungsi eksekutif / memori kerja, dan kemampuan
visuospatial. Akhirnya, kami menguji hipotesis yang spesifik untuk menyelaraskan apakah setiap
4

penurunan kognitif adalah spesifik pada skizofrenia atau pada jenis psikosis lainnya dengan cara
memeriksa perubahan kognitif pada individu dengan gangguan psikotik selain skizofrenia.

METODE

Aesop Studi

Data yang berasal dari the Aetiology and Ethnicity in Scizophrenia and Other Psychoses (AESOP)
penelitian dengan metode kasus-kontrol berbasis populasi dari episode pertama psikosis. Aesop
telah disetujui oleh komite etika penelitian lokal, setiap peserta diberi informed concern tertulis
setelah menerima keterangan lengkap mengenai penelitian. Penelitian ini telah mengidentifikasi
semua kasus dengan episode pertama psikosis. (ICD-10 kode F10 - F29 dan F30 - F33) di antara
pasien dengan usia antara 16 sampai 65 tahun yang datang ke layanan kesehatan mental di Inggris
(London, Nottingham, dan Bristol) antara September 1997 sampai Agustus 2000. Semua subyek
kasus potensial yang telah memiliki kontak dengan layanan psikiatri (termasuk tim kesehatan
mental masyarakat, unit rawat inap, pelayanan forensik, layanan pembelajaran bagi penderita
cacat, layanan kesehatan mental remaja, dan unit narkoba dan alkohol) pada waktu pertama kali
discreening. Kriteria eksklusi pada penelitian adalah yang sudah memiliki kontak sebelumnya
dengan layanan kesehatan untuk psikosis, penyebab organik untuk gejala psikotik, gejala psikotik
sementara sebagai akibat dari keracunan akut (sebagai de fi ned oleh psikotik sementara sebagai
akibat dari keracunan akut (yang telah diklasifikasikan oleh ICD-10), dan IQ dibawah 50. Sebuah
sampel acak dari subjek perbandingan yang tidak memiliki riwayat gangguan psikotik atau
sekarang direkrut dengan menggunakan metode sampling yang cocok pada kelompok kasus pada
daerah penelitian. Kami menyebut tahap studi Aesop ini sebagai “ dasar.

Pada awal penilitian, informasi yang rinci dikumpulkan untuk memungkinkan pasien untuk dapat
ditelusuri, dikontak kembali, dan diinterview sekitar 10 tahun kemudian. Pada follow-up, pasien
yang memiliki kontak dengan pelayanan kesehatan mental diundang untuk berpartisipasi melalui
tim klinis mereka. Surat undangan yang dikirim ke alamat terakhir yang diketahui dari mereka
tidak bersentuhan dengan layanan. Pasien yang tidak merespons dikirim surat kedua 2 sampai 3
minggu kemudian. Jika pasien diduga telah pindah, kontak dicari melalui dokter perawatan primer
mereka. Data subjek pembanding juga disediakan rincian kontak pada awal. Surat undangan
diikuti dengan panggilan telepon jika tidak ada balasan dalam 2 minggu. Jika tidak ada balasan
5

dalam 4 minggu atau nomor telepon tidak dapat dihubungi, sampel penelitian tersebut akan
dikunjungi pada alamatnya.

Analitik Cohort

Derivasi dari sampel termasuk dalam analisis ini diringkas dalam Gambar 1. Analitik kohort terdiri
dari perbandingan kelompok sehat dan pasien yang memiliki diagnosis pada konsensus ICD-10
pada follow-up terakhir skizofrenia (F20), gangguan bipolar atau mania ( F30.2, F31.2, F31.5),
psikosis depresif (F32.3, F33.3), atau gangguan psikotik lainnya, termasuk gangguan delusi
persisten dan psikosis yang tidak spesifik (F22, F23, F28, F29). Kedua kelompok kasus dan
perbandingannya diminta menggunakan bahasa Inggris atau yang telah migrasi ke United
Kingdom pada usia 11 tahun. Yang terakhir memastikan bahwa semua peserta memiliki bahasa
Inggris yang baik, bahkan sebagai bahasa normatif, dengan memverifikasi bahwa peserta telah
menyelesaikan setidaknya pendidikan menengah mereka di Britania Raya. Dengan demikian, efek
bias bahasa atau budaya pada kinerja kognitif pada sampel multietnis diminimalkan.

Penilaian Neuropsikologi

Penilaian neuropsikologi dan perkembanganya, peserta menjalani tes kognitif dengan tes
neuropsikologi, yang akan dinilai kemampuan intelektual umum (IQ) yang akan menilai secara
spesifik fungsi kognitif. Administrasi dan scoring mengikuti prosedur standar. IQ sempurna
diperkirakan menggunakan kosa kata, pemahaman, simbol digit coding, dan rancangan subyek
dari theWAIS-R (22). Bentuk pendek dari the WAIS-R telah terbukti menghasilkan perkiraan yang
akurat dari skala penuh IQ (23, 24). Fungsi spesifik yang dinilai adalah sebagai berikut: memori
dinilai menggunakan Rey Auditory Verbal Learning Test uji coba 1 to7 (learning and immidiate
recall and delayed verbal) (25) dan subtest visual dari Wechsler Memory Scale - Revised (WMS-
R) (26); pengetahuan lisan dinilai menggunakan kosa Skala - Revisi (WMS-R) (26); pengetahuan
lisan dinilai menggunakan kosa kata dan pemahaman subyek dari WAIS-R (22); pengolahan
kecepatan dinilai menggunakan theWAIS-R digit simbol coding subtes dan the Trail Making Test,
Bagian A (27); Fungsi memori dinilai menggunakan Trail Making Test, Bagian B (27), Bahasa
dinilai menggunakan kategori (semantik) dan abjad (kategori: “ bagian tubuh, ”“ buah-buahan, ”
dan “ hewan “; huruf: F, A, dan S) (29); dan kemampuan visuospatial dinilai menggunakan WAIS-
R blok desain subtest.
6

Penilaian Diagnosis

Data klinis dikumpulkan menggunakan the Schedule for Clinical Assessment in Neuropdychiatry
(SCAN) (30). SCAN menggabungkan Negara tempat Pemeriksaan, versi 10, dan data terkait gejala
pada saat presentasi. Peringkat pada SCAN berdasarkan anamnesis, review catatan kasus, dan
informasi dari informan (misalnya, profesional kesehatan, kerabat dekat). Peneliti yang ditraining
di the SCAN merupakan peneliti yang sudah di-approved oleh Organisasi Kesehatan Dunia, dan
kemampuannya sudah diakui saat wawancara yang direkam. Perjanjian Rater dievaluasi
menggunakan statistik kappa, yang berkisar antara 1,0 untuk psikosis sebagai kategori untuk nilai
antara 0,6 dan 0,8 untuk diagnosis individual. Diagnosis oleh ICD-10 ditentukan menggunakan
data SCAN melalui pertemuan konsensus dengan salah satu peneliti utama dan anggota tim
lainnya. Keparahan gejala diklasifikasikan berdasarkan data dari SCAN dengan menggunakan
Symptom Severity Rating Scale, bagian 2, sebagai 0 = tidak ada, 1 = ringan, 2 = sedang, dan 3 =
berat (21).

Kovariat dan Informasi Obat

Umur tercatat pada awal dan data perkembangan. Jenis kelamin, suku, dan tingkat pendidikan
dicatat pada awal pencatatan. Riwayat pengobatan dengan menggunakan generasi pertama
antipsikotik dan atau genereasi kedua antipsikotik telah dipastikan untuk semua pasien dari data
wawancara dan rekaman data yang di follow-up.

Membuat Norma untuk Tes neuropsikologis

Pendekatan berbasis regresi-digunakan untuk membuat standar normatif untuk tes neuropsikologi.
Usia saat penilaian, jenis kelamin, etnis, dan pendidikan pada masing-masing tindakan
neuropsikologi dalam sampel perbandingan yang sehat pada awal dan tindak lanjut. Berikutnya,
skor disesuaikan berdasarkan hasil regresi, dan skor standar (z-skor). Penyesuaian dan standarisasi
prosedur yang sama diterapkan pada kelompok pasien, menggunakan standar normatif dari
kelompok pembanding yang sehat.

Analisis statistik

karakteristik demografi dan data klinis dari baseline serta data perkembangan pda penelitian kohort
dibandingkan dengan menggunakan ringkasan statistik. Untuk tujuan deskriptif, kami
7

membandingkan pasien dengan skizofrenia atau psikosis lainnya (termasuk gangguan bipolar,
mania, psikosis depresif, dan gangguan psikotik lainnya) untuk kelompok pembanding digunakan
sampel dengan tingkat IQ normal dan tes neuropsikologi pada awal serta akan diamati
menggunakan analisis model varians.

Untuk menguji penurunan IQ, penurunan secara umum, dan hipotesis yang spesifik, kami
membandingkan skizofrenia dan psikosis lainnya dengan kelompok pembanding pada perubahan
dari dasar dan perkembangan selanjutnya pada gambaran tingkat IQ normative yang disesuaikan
dan spesifik dengan menggunakan skor tes neuropsikologis. Perubahan Skor dihitung dengan
mengurangkan nilai tes pada followup dan skor pada tes awal, sehingga nilai positif menunjukkan
perbaikan kognitif dan skor negatif mengindikasikan penurunan kognitif. Analisis kovarians
(ANCOVA) dengan perbandingan ortogonal direncanakan masing-masing kelompok psikosis
untuk kelompok pembanding yang digunakan, disesuaikan dengan waktu dari penilaian awal dan
skor tes awal. Untuk hipotesis penurunan IQ, ambang batas telah ditetapkan pada nilai p 0,05 (dua-
sisi). Untuk hipotesis penurunan umum, ambang batas yang telah ditetapkan ditetapkan dengan
menggunakan Bonferroni-corrected level dari 0,0038 (0,05 / 13). Semua analisis dilakukan dengan
menggunakan SPSS, versi 24 (IBM, Armonk, NY).

HASIL

Karakteristik data demografi pada data awal dan followup pada metode kohort disajikan pada
Tabel 1. Perkembangan penilaian neuropsikologis telah diselesaikan untuk 106 pasien (63 dari
mereka laki-laki) dan 103 kelompok perbandingan (40 dari mereka laki-laki). Rata-rata durasi
followup adalah 109,3 bulan (SD = 29,5) untuk kelompok kasus dan 102,9 (SD = 34,1) untuk
kelompok pembanding. Secara keseluruhan, kelompok kasus dan kelompok pembanding dinilai
secara keseluruhan sama pada follow-up. Pada kelompok kasus dan kelompok pembanding dinilai
pada awal pada variabel demografis, menunjukkan bahwa metode kohort yang digunakan
merupakan metode kohort yang benar asli.

Penuruan Kognitif Pada Skizofrenia dan Psikosis Lainya Pada Data Awal dan Hasil Follow
Up

Seperti yang telah ditunjukkan sebelumnya dalam studi Aesop kohort (19), pasien dengan
skizofrenia dan pasien dengan psikosis lainnya menunjukkan gangguan IQ dan tes neuropsikologi
8

individu pada masa awal. Gambar 2 menunjukkan bahwa pasien skizofrenia memiliki gangguan
kognitif persisten, menunjukan perburukan yang signifikan dari kelompok pembanding pada data
awal dan hasil follow-up. Pasien dengan gangguan psikosis lainnya juga menunjukkan gangguan
luas, tetapi umumnya besaranya lebih kecil dari pada pasien skizofrenia.

Perubahan kognitif pada Skizofrenia dan gangguan psikosis lainnya

Berikutnya, kami membandingkan perubahan kognitif dari waktu ke waktu pada masing-masing
kelompok psikosis (skizofrenia dan psikosis lainnya) untuk perubahan kognitif pada kelompok
pembanding untuk menguji penurunan IQ, penurunan secara umum, dan hipotesis spesifik.
Gambar 3 menyajikan besaran penurunan secara umum dari perbedaan pada kelompok dimaksud
, perubahan dari data awal dan selama di-follw up pada pasien yang telah dilakukan tes
neurophysiological antara group dengan gangguan psikosis dan kelompok pembanding. Ukuran
perubahan dari 0,20, 0,50, dan 0,80 menunjukan besaran kecil, menengah, dan efek yang besar.

Hipotesis penurunan IQ

Penurun IQ penurunan pada kelompok skizofrenia signifikan lebih besar dari antara subyek
perbandingan, yang tidak menunjukkan adanya bukti penurunan IQ. penurunan IQ pada kelompok
skizofrenia relatif terhadap group perbandingan besarnya kecil (efek ukuran = 2 0,28, 95% CI = 2
0,47, 2 0,09, p = perbandingan besaranya kecil (efek ukuran = 2 0,28, 95% CI = 2 0,47, 2 0,09, p
= 0,003) tetapi tidak dilemahkan ketika disesuaikan untuk pendidikan, etnis, jenis kelamin, usia
saat penilaian awal, atau durasi tindak lanjut, menunjukkan bahwa penurunan IQ tidak dapat
dikaitkan dengan variabel-variabel ini.

Hipotesis penurunan secara umum

Sehubungan dengan kelompok pembanding, kelompok skizofrenia menunjukkan penurunan


kognitif lebih besar pada tes dalam memori verbal dan domain pengetahuan (lihat Gambar 3).
Dalam domain memory, yang menurun pada kelompok skizofrenia pada pembelajaran verbal (p =
0,001), dapat segera mengingat (p, 0,00006), dan ingatan tertunda (p, 0,00001) mencapai angka
signifikan oleh Bonferroni-corcted. Sehubungan dengan subjek perbandingan, kelompok
kelompok skizofrenia tidak menunjukkan perubahan kognitif yang signifkan pada tes simbol digit
coding dan Trail Making Test, Bagian A, dalam domain kecepatan pemrosesan; pada subtes blok
9

desain dalam domain visuospatial; pada Trail Making Test, Bagian B, dan pada tes rentang surat-
angka dalam fungsi eksekutif dan domain memori kerja.

Hipotesis spesifik

Tidak ada bukti yang menunjukan penurunan IQ pada kelompok psikosis lainnya dibandingkan
dengan kelompok pembanding (efek size = 2 0,09, psikosis lainnya dibandingkan dengan subjek
perbandingan (efek size = 2 0,09, 95% CI = 2 0,30, 0,11, p = 0,37). Dalam hal domain kognitif,
seperti pada kelompok skizofrenia, kelompok psikosis lainnya menunjukkan penurunan lebih
besar dari kelompok pembandig pada tes dalam domain memori, dan pembelajaran verbal (p =
0,001) mencapai signifikan Bonferroni-corrected. Seperti kelompok skizofrenia, kelompok
psikosis lain menunjukkan penurunan dalam tes pengolahan kecepatan, fungsi eksekutif dan
memori kerja, dan kemampuan visuospatial (lihat Gambar 3).

Medikasi

Kami meneliti efek potensial dari obat antipsikotik pada penurunan IQ pada kelompok skizofrenia.
Tidak ada data statistik signifikan mengenai perbedaan pada penurunan IQ (p = 0,23) antara pasien
dengan riwayat pengobatan dengan antipsikotik generasi pertama- hanya (45% dari sampel) dan
orang-orang fi antipsikotik pertama-generasi hanya (45% dari sampel) dan orang-orang dengan
riwayat pengobatan baik dengan generasi pertama dan antipsikotik generasi kedua (55% dari
sampel). Durasi penggunaan obat antipsikotik (mean = 323 minggu, SD = 192) tidak menunjukan
adanya penurunan IQ pada skizofrenia (F =7.30, p = 0,008, dibandingkan dengan F = 7.20, p =
0,009, untuk model ANCOVA dengan dan tanpa durasi pengobatan sebagai kovariat).

Gejala Keparahan

Karena keparahan penyakit ini mungkin dapat memengaruhi perubahan kognisi, kami juga
meneliti hubungan antara keparahan gejala dasar dan perubahan fungsi kognitif, serta perubahan
dalam keparahan gejala antara data awal dan selama diikuti perkembanganya pada perubahan
dalam fungsi kognitif. pasien skizofrenia dengan gejala berat pada awal menunjukkan data statistik
yang signifikan besar pada penurunan kognitif dibandingkan dengan pasien dengan gejala ringan
atau sedang di beberapa tes dalam domain memori (Gambar 4). Namun, tidak ada hubungan antara
perubahan dalam tingkat keparahan gejala dan perubahan fungsi kognitif (lihat Tabel S3 dan
Gambar S1) dan tidak ada bukti untuk hubungan dosis-respons di tingkat keparahan (lihat Gambar
10

4). Pada kelompok psikosis lainnya, tidak ada bukti untuk hubungan antara keparahan gejala, atau
perubahan keparahan gejala, dan perubahan fungsi kognitif.

Analisis sensitivitas

Kami juga meneliti dampak potensial dari penerapan model campuran linear, yang memungkinkan
berbagai jumlah pengukuran per orang dan titik waktu sambil menyesuaikan data per-individu
yang variasi. Hasil yang sama diperoleh dalam model yang mencakup hanya subjek kasus dan
kontrol dengan data dari kedua waktu penilaian poin dan dalam model yang juga termasuk subjek
kasus dan kontrol dengan data dari penilaian tunggal, menunjukkan bahwa hasilnya tidak bias.

Sebagai perbandingan lebih lanjut, kami menguji perubahan IQ dibandingkan dengan kelompok
pembanding yang memiliki tingkat IQ dibawah rata-rata (IQ kurang dari 90, sama dengan satu
standar deviasi pada group perbandingan; N = 17, 16,5% dari sampel). Ini menjadi hal yang
menarik karena, seperti pasien mirip skizofrenia, mereka juga menunjukkan IQ yang lebih rendah,
namun mereka tidak berkembang menjadi psikosis. Berbeda dengan pasien dengan skizofrenia,
dengan tingkat IQ yang lebih rendah lakukan tidak menunjukkan bukti penurunan IQ, baik secara
absolut atau relatif dibandingkan kelompok pembanding tanpa gangguan kognitif (IQ rata-rata
adalah 84,9 pada awal dan 89,8 di follow-up (F = 0,97, p = 0,35).

DISKUSI

Menggunakan sampel kasus kontrol berbasis populasi diikuti secara prospektif dari episode
psikotik pertama, kami memberikan bukti penurunan kognitif setelah onset penyakit pada pasien
dengan skizofrenia.

Temuan Ini dikemukakan dalam tiga cara penting. Pertama, hasil memberikan dukungan untuk
hipotesis penurunan IQ. Sebagai kelompok, pasien skizofrenia menunjukkan penurunan IQ antara
baseline dan penilaian tindak lanjut, dengan efek ukuran besarnya kecil (0,28). Penemuan ini
kontras dengan penelitian sebelumnya melaporkan stabilisasi deficit kognitif setelah timbulnya
psikosis (15). Namun, penelitian sebelumnya memiliki keterbatasan metodologis penting,
termasuk periode pendek follow up dan kurangnya kelompok pembanding yang diikuti
perkembangannya. Penurunan ini sejalan dengan Temuan dari studi neuroimaging usia- terkait
hilangnya volume otak yang lebih besar (34), serta girus yang mengecil pada pasien skizofrenia di
11

usia dewasa (35). Selain itu, penurunan volume kortikal telah dikaitkan dengan IQ penurunan pada
pasien skizofrenia (36).

Kedua, Temuan ini tidak mendukung hipotesis penurunan umum. Penurunan fungsi kognitif itu
tidak di mana-mana, dan itu bervariasi di seluruh domain kognitif. Kelompok skizofrenia
menunjukan penurunan dalam pengetahuan verbal dan memori. Sebaliknya, pengolahan
kecepatan, fungsi eksekutif, dan visuospatial kemampuannya tidak menurun. Perbedaan ini secara
umum dapat dilihat sebagai cerminan perbedaan antara dampak penyakit yang mengkristal
(pengetahuan lisan) dan fluid (kemampuan pengolahan kecepatan, fungsi eksekutif, visuospatial).
Temuan kami mengenai penurunan kemampuan yang mengkristal dan skor memori antara data
awal dan data followup sejalan dengan bukti sebelumnya (37) dan menyarankan bahwa
peningkatan defisit di domain mungkin menunjukan refleksi sebenarnya dari kehilangan
kemampuan dibandingkan dengan perkembangan kognitif yang abnormal( 16). Selain itu Temuan
mungkin kesulitan-dengan pemeliharaan dan akuisisi pengetahuan lisan baru sebagai akibat dari
substansial dan peningkatan deficit memori. Sementara sebagian besar kemampuan kognitif pada
populasi umum mulai menunjukkan stabilisasi atau bahkan penurunan pada masa dewasa awal,
mengkristalnya kemampuan mungkin dapat muncul kemudian (38 - 40). Dalam penelitian, kami
mengukur dari kemampuan fluid yang sudah menunjukkan deficit besar pada episode pertama,
yang tetap statis setelahnya. Sementara studi epidemiologi longitudinal sebelumnya telah
menunjukkan penurunan kognitif pada skizofrenia dari periode premorbid di masa kecil ke tahap
kronis inmid-dewasa (8 - 10), mereka tidak dapat menentukan kapan penurunan ini terjadi.
Temuan ini menunjukkan bahwa sebagian besar penurunan kemampuan fluid terjadi sebelum
episode pertama, sementara kemampuan mengkristal dapat terus menurun setelah onset. Yang
penting, penurunan IQ setelah onset kemungkinan disebabkan penurunan terlihat pada
kemampuan mengkristal.

Ketiga, Temuan ini tidak mendukung hipotesis spesifik, karena pasien dengan skizofrenia serta
orang-orang dengan psikosis lainnya mengalami penurunan kognitif. Namun, sementara pasien
dengan skizofrenia menunjukkan penurunan IQ, memori, dan pengetahuan verbal, pasien dengan
psikosis lainnya menunjukkan penurunan hanya dalam fungsi certainmemory.

Selain itu, sejalan dengan laporan sebelumnya (16, 41), kelompok psikosis lainnya menunjukkan
penurunan kualitatif yang serupa dan kuantitatif lebih kecil dibandingkan kelompok skizofrenia.
12

Dengan demikian, Temuan kami menunjukkan bahwa penurunan kognitif tidak spesifik hanya
pada skizofrenia tetapi juga tampak jelas dalam psikosis lainnya. Namun, besar, luas penurunan
kognitif mungkin masih spesifik pada skizofrenia, sejak kelompok psikosis lainnya menunjukkan
lebih kecil dan kurang umum penurunan kognitif. Menariknya, tidak ada bukti penurunan dalam
kelompok pembanding utama, yaitu, individu dengan IQ rendah yang tidak mengembangkan
psikosis. Kelompok ini mungkin sebenarnya mengalami proses yang berbeda regresi .

Temuan Kami dalam penelitian ini harus dilihat dalam konteks keterbatasan. Pertama, meskipun
kami menemukan bukti untuk penurunan kognitif setelah onset penyakit, kita tidak bisa
sepenuhnya memetakan jalannya penurunan ini setelah onset penyakit, kita tidak bisa sepenuhnya
memetakan jalannya danfungsi kognitif bervariasi dalam waktu penurunan setelah episode
pertama. Kedua, ukuran kelompok tidak memungkinkan untuk analisis heterogenitas saja untuk
penyebab kognitif dan juga keterbatasan kemampuan kami untuk menginvestugasi diagnosis
spesifik subgroup, seperti gangguan bipolar dan mania. Ketiga, kita mengesampingkan dua
penjelasan untuk penurunan kognitif yang diamati, yaitu, jenis dan durasi antipsikotik. pengobatan.
Sayangnya, kami tidak memiliki informasi untuk memeriksa potensi penurunan lainnya dari
penurunan kognitif, seperti isolasi sosial, merokok, penyalahgunaan narkoba, korban, atau
masalah kesehatan fisik seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi. Selain itu, meskipun fakta bahwa
kami disesuaikan untuk pendidikan di semua analisis kami, pendidikan yang buruk dalam
kelompok skizofrenia setelah pertama episode psikotik masih bisa menjelaskan beberapa
perbedaan kelompok.

Ada bukti yang saling bertentangan mengenai hubungan antara perubahan gejala dan fungsi
kognitif (42, 43). Dalam penelitian kami, perubahan dalam tingkat keparahan dari psikosis hanya
berhubungan dalam nilai yang kecil dengan perubahan kognitif. Hasil tersebut konsisten dengan
Temuan cross-sectional dari hubungan yang lemah antara gejala positif dan gangguan kognitif
(44). bukti longitudinal juga menunjukkan hubungan antara minimal perubahan positif serta gejala
negatif dan perubahan kognisi (42 - 45). Menariknya, dalam penelitian kami, pasien skizofrenia
dengan gejala berat pada awal menunjukkan penurunan kognitif lebih besar dari pasien dengan
gejala ringan atau sedang. Sementara subkelompok ini adalah kecil (21% dari kelompok
keseluruhan), besarnya penurunan domain memori besar. Dengan demikian, ini merupakan poin
13

yang menguntungkan untuk subkelompok pasien skizofrenia yang spesifik ditargetkan untuk
remediasi kognitif.

Temuan Kami memiliki implikasi penting untuk memahami sifat dan tentu saja dari gangguan
kognitif pada skizofrenia, serta psikosis lainnya. Mengintegrasikan Temuan dengan penelitian
sebelumnya (16) menunjukkan bahwa disfungsi kognitif pada skizofrenia mungkin akibat dari
interaksi kompleks antara neuropatologi awal, statis (46, 47) dan proses-terkait usia yang dinamis
(48, 49). Oleh karena itu, fungsi kognitif yang berkembang dan puncaknya relatif awal dalam
hidup, seperti pengolahan kecepatan dan kemampuan visuospatial (39), dapat menunjukkan
perkembangan yang menyimpang, sehingga pertumbuhan melambat sebelum timbulnya
skizofrenia (16), namun stabilisasi relatif sepanjang perjalanan penyakit. Pada kondisi yang lain
fungsi kognitif yang terus berkembang melalui kehidupan dewasa, seperti bahasa (39), dapat
menunjukkan kerusakan lebih lanjut sepanjang perjalanan skizofrenia. Akhirnya, fungsi sensitif
terhadap berkaitan dengan usia penurunan kognitif, seperti memori, mungkin mulai menurun di
masa dewasa tengah, sebelum penuaan normatif menjadi jelas (40).

Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa sementara sebagian besar dari penurunan
kognitif yang terlihat pada pasien dewasa dengan skizofrenia, serta dalam psikosis lainnya, sudah
ada pada episode pertama, pasien ini terus mengalami penurunan kognitif setelah onset penyakit.
Namun, sifat dari penurunan ini bervariasi di seluruh neuropsikologi functions. sementara
perubahan yang besar dari penurunan kecepatan pemrosesan sudah tampak di episode pertama,
defisit dalam pengetahuan verbal dan memori terus meningkat. pertama, de fi CITS dalam
pengetahuan verbal dan memori terus meningkat. Temuan Ini menunjukkan bahwa mekanisme
patofisiologis yang berbeda mungkin mendasari individu dengan defisit neuropsikologi yang
terlihat pada pasien psikosis dewasa. penelitian masa depan harus menentukan mana dari ini
konsekuen untuk penyakit itu sendiri, dan yang ke psikososial pengalaman faktor pasien. Temuan
menyoroti pentingnya menargetkan tahap awal perkembangan dalam studi masa depan penyebab
defisit kognitif pada tahap awal perkembangan dikaitkan dengan psikosis, juga sebagai dalam
upaya perbaikan kognitif.

Anda mungkin juga menyukai