1 2
4
1. Persepsi gejala
• Translasi dari perasaan tidak jelas menjadi
entitas konkret dari suatu gejala
• Dipengaruhi oleh 4 sumber informasi :
– Data tubuh
– Mood : stres dan ansietas >>>, relaksasi <<<
– Kognisi: focus pada gejala >>>, distraksi <<<
– Konteks sosial: mahasiswa kedokteran, penularan
gejala bila melihat gejala orang lain
2. Kognisi penyakit
• Individu harus memutuskan apakah gejala
yang dialami normal dan butuh bantuan
dokter → dipengaruhi oleh perkembangan
kognisi penyakit
• Dimensi : identitas, jangka waktu, penyebab,
konsekuensi, derajat kontrol/penyembuhan
• Pesan sosial teman, keluarga, media
• Riwayat kesehatan dan harapan
3. Pemicu Sosial
• Status keseimbangan kita dapat terganggu oleh
gejala jika gejala mengganggu kehidupan normal
• Pemicu sosial :
1. Gangguan yang dirasakan pada pekerjaan atau
aktivitas fisik
2. Gangguan yang dirasakan pada hubungan sosial
3. Krisis interpersonal (argumentasi, perceraian,
perubahan pekerjaan, pension)
4. Sanksi
4. Biaya dan Manfaat pergi ke dokter
Diklasifikasikan menjadi :
a. Terapeutik: terapi efektif, rujukan ke tingkat sekunder,
tidak suka minum obat, malu periksa/bicara masalah
personal
b. Praktis: waktu tidak bekerja, waktu jauh dari keluarga,
ongkos dan usaha ke dokter
c. Emosional: bertemu orang lain dan dokter yang
menarik/simpati/meyakinkan/perhatian, malu,
mengganggu kesibukan dokter
d. Peran sakit: dokter dapat mengubah seseorang menjadi
pasien dengan legitimasi gejala
• Alasan dari tugas dan peran normal, tidak bertanggung
jawab atas penyakitnya
• Harus mau sembuh, patuh terhadap pertolongan kompeten
DELAY –PENUNDAAN-
• Penundaan oleh pasien merujuk pada waktu
di antara pasien mendeteksi adanya gejala
atau tanda hingga melakukan kontak pertama
dengan tenaga kesehatan.
Prediktor Penundaan
• Persepsi Gejala
– ‘I am too busy at work to think about my symptoms.’
– ‘I am happy and not stressed.’
• Kognisi penyakit
– ‘It will go away soon.’
– ‘It must be that curry I ate last night.’
• Pemicu Sosial
– ‘My friends have reassured me that this is normal.’
– ‘My chest pain hasn’t interfered with my work or
relationships.’
– ‘People in my family get a lot of indigestion.’
• Biaya dan benefit pergi ke dokter
– ‘Doctors can’t do much for indigestion.’
– ‘I don’t want to bother a busy doctor with my problems
PENAPISAN (SKRINING KESEHATAN)
SKRINING KESEHATAN
• Kebanyakan orang datang ke pelayanan kesehatan,
bergantung pada 2 faktor:
- Perilaku mencari pertolongan
- Penyakit yang mempunyai gejala yang dapat dideteksi
• Tahap awal penyakit asimptomatik → timbul gejala,
terapi sulit berhasil
• Program deteksi awal → terapi sukses
Bentuk pencegahan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan:
1. Pencegahan primer : modifikasi faktor risiko (merokok,
diet, alkohol) sebelum timbul penyakit → promosi
kesehatan
• “self-screening”
• Tujuan program skrining → deteksi masalah pada
tingkat asimtomatik
• Sehingga ada 2 jenis skrining:
1. Skrining primer : menemukan risiko penyakit
• Tes pap-smear: sel prakanker pada leher rahim
• Tes genetic: cystic fibrosis
• Kolesterol darah : penyakit jantung koroner
2. Skrining sekunder : mendeteksi penyakit itu sendiri
• Mammogram: kanker payudara
• Tes genetik: penyakit Huntington
• Tekanan darah: hipertensi
Panduan Skrining
-Kriteria- (Wilson 1965)
A. Penyakit C. Tindakan lanjutan
• Masalah penting • fasilitas harus ada untuk
• Mudah dikenali pada tahap gejala penilaian dan pengobatan
laten atau awal • bentuk terapi yang efektif dapat
• Perjalanan penyakit dapat dipahami diterima
(termasuk pengembangan dari • Kesepakatan kebijakan ttg siapa
tahap laten ke tahap gejala) yg harus diobati
B. Pemeriksaan D. Ekonomi
• memenuhi syarat untuk tingkat • secara ekonomi biayanya
sensitivitas dan spesivitas seimbang dengan biaya
• Tes dapat diterima oleh populasi perawatan medis secara
yang melakukan skrining keseluruhan.
• Skrining merupakan program
berkelanjutan
Kriteria untuk Melakukan Skrining
• Penyakit ini harus cukup lazim dan atau cukup serius untuk
melakukan deteksi dini yang sesuai.
• Penyakit ini harus didefinisikan cukup baik untuk
memungkinkan diagnosis yang akurat.
• Terdapat kemungkinan (atau probabilitas) bahwa penyakit
tersebut ada yang tidak terdiagnosis dalam banyak kasus
(gejala penyakit ini tidak begitu nyata)
• Terdapat hasil yang menguntungkan dari diagnosis awal
dalam hal pengobatan atau pencegahan komplikasi.
• Terdapat tes skrining yang memiliki sensitivitas yang baik dan
spesifisitas dan nilai prediktif cukup positif dalam populasi
yang akan disaring.
The predictors of screening uptake
-1-
Efek Skrining Terhadap Psikologis Individu
-2-
KONSULTASI MEDIS
• Model tradisional konsultasi
– Dokter memiliki pengetahuan yang berasal dari
pendidikan
– Dikomunikasikan kepada pasien yang pasif yang
menyerap sugesti dan berespon terhadapnya
• Dokter adalah seorang ahli dan pasien adalah
seseorang yang perlu diedukasi
• Tuckett et al . ( 1985)
Konsultasi harus dikonseptualisasikan sebagai
‘pertemuan antara para ahli’ dan menekankan
pentingnya perbedaan pandangan pasien dan dokter
terhadap masalah terkait.
Peranan Persetujuan pada Hasil Pasien
-3-
ADHERENCE – KEPATUHAN TERAPI -
What is Compliance?
-4-
Models of adherence
1. Cognitive Hypothesis Model (Ley, 1989)
2. The Perceptions and Practicalities Approach (Horne,
2001)
Prediktor Kepatuhan
• Kepuasan pasien
• Pemahaman pasien
• Daya ingat pasien
• Keyakinan mengenai penyakit
• Keyakinan mengenai perilaku
• Keyakinan mengenai pengobatan
-5-
Cara Meningkatkan Kepatuhan
1. Peranan Informasi
Informasi oral Informasi tertulis
• Efek primer : pasien • Ley and Morris (1984)
cenderung mengingat hal – increased knowledge 90%
pertama yang diberitahukan – increased compliance 60%
• Menekankan pentingnya – improved outcome 57%
adherence.
• Menyederhanakan informasi
• Repetisi
• Spesifik
• Follow up konsultasi dengan
wawancara tambahan
2. Merubah keyakinan dan emosi
• Intervensi meliputi konseling, edukasi, terapi
sistem keluarga, monitoring diri, konsultasi
tatap muka, sesi kelompok dan terapi perilaku
THANK YOU