edisi 4
NUTRITION CARE PROCESS (NCP)
PROSES ASUHAN Susetyowati, DCN, M.Kes
• Dikembangkan oleh ADA untuk RDs
TIM : Yoshi, Dea, Lisa, Dhaifah, Vinda, Hana, Sari, Rina, Indah, Hanum,
Prose Asuhan
Dikembangkan oleh ADA oleh RDs
• Standardized process for providing care (standarisasi proses)
• Standardized language (standarisasi bahasa)
• Systemic problem solving method for RDs to use to:
– Think critically (berpikir kritis)
– Make decisions to address nutrition problems (membuat keputusan dalam masalah gizi)
– Provide high quality nutrition care (menyediakan asuhan gizi yang berkualitas)
Jadi NCP adalah standarisasi proses dan bahasa.
STANDARISASI NCP
• Semua pasien menerima asuhan yang sama
• Struktur dan kerangka yang konsisten yang digunakan dalam memberikan asuhan gizi
• NCP adalah suatu standardized process
NCP adalah Suatu model problem solving yang sistematis, menggunakan cara berpikir kritis dalam
membuat keputusan untuk menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan nutrisi dan memberikan
asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi
Penjelasan :
1. Lingkaran kecil
Hubungan antara pasien/klien dengan dietitian.
2. Lingkaran kedua
Nah sebagai dietitian harus melakukan 4 langkah yaitu nutrition assesment, nutrition
diagnosis, nutrition intervention dan nutrition monitoring dan evaluation.
3. Lingkaran ketiga
1
Untuk melaksanakan 4 langkah tersebut seorang dietitian harus mempunyai skill, kompetensi,
pengetahuan, punya kode etik, berkomunikasi, berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya
dan juga berdasarkan evidence dalam setiap prakteknya.
4. Lingkaran ke empat
Semuanya itu juga harus di dukung dengan adanya sistem sosial, ekonomi, sistem pelayanan
kesehatan yang baik. Kan kalo gak ada SPK yang mendukung juga gak bisa jalan. Contohnya
semua udah ada tapi di rumah sakit itu gak ada timbangan jadikan sama aja gak bisa jalan
juga.
Penjelasan :
Proses asuhan gizi terstandar di mulai saat pasien masuk kemudian di lakukan skrining. Setelah
skrining di lakukan assesment (pengkajian gizi) yang meliputi riwayat diet, antropometri, laboratorium,
klinik fisik dan riwayat pasien. Setelah itu dilakukan diagnosis gizi yaitu mencari problem, etiologi dan
sign juga symptomnya. Setelah itu melakukan intervensi berupa perencanaan implementasi yang
kemudian di lakukan monitoring dan evaluasi. Kalo udah tercapai tujuannya maka pasien dapat pulang.
Dan kalo belum tercapai tujuannya di lakukan evaluasi dan kemudian balik lagi ke assesment dan
seterusnya.
Langkah-langkah NCP “ ADIME “
• Nutrition Assessment
• Nutrition Diagnosis
• Nutrition Intervention
• Nutrition Monitoring and Evaluation
1. Nutrition Assesment
Tujuan dari nutrition assessment adalah untuk mengumpulkan dan menginterpretasikan informasi
yang relevan untuk mengidentifikasi dengan masalah yang berkaitan dengan nutrisi dan penyebabnya.
Nutrition assessment adalah langkah pertama dari Nutrition Care Process.
Kategori data dari Nutrition Assesment yaitu :
- Pengukuran antropometri
- Data biokimia, tes kesehatan dan prosedurnya
- Physical examination findings
- Riwayat makan
- Riwayat pasien
2
- Analisis dan interpretasi data à Evidence based standard
- Dokumentasi
2. Nutrition Diagnosis
Diagnosis gizi à identifikasi dan penetapan masalah yang menggambarkan :
1. Kondisi saat ini
2. Risiko dan atau potensial terjadinya masalah gizi yang dapat ditindaklanjuti dietisien secara
mandiri
Statemen diagnosis gizi à menyatakan problem dengan jelas dan singkat
Statemen diagnosis gizi à berbicara dengan fakta
Menetapkan masalah yang paling penting & berkaitan
DIAGNOSIS GIZI
Komponen
Problem Etiologi Sign/Symptoms
Berkaitan dengan Dibuktikan oleh
3. Nutrition Intervention
Disusun berdasarkan etiologi pasien. Jika tidak memungkinkan disusun berdasarkan etiologi, dapat
disusun berdasarkan sign / symptoms.
Komponen Nutrition Intervention :
à Perencanaan
à Implementasi
Four categories of nutrition interventions:
• Food and/or nutrient delivery (ND)
• Nutrition education (E) :memberikan edukasi mengenai gizi, pemberian edukasi ini hanya
memberikan pengetahuan, belum menuju kea rah perubahan perilaku
• Nutrition counseling (C): memberikan konseling gizi agar perubahan perilaku menjadi lebih
panjang
• Coordination of nutrition care (RC) : berkoordinasi dengan tim kesehatan lain karena ada
permasalahan gizi tidak bisa diintervensi secara mandiri
KOMPONEN 1. PERENCANAAN
• Berdasarkan prioritas diagnosa gizi (P & E)
• Tetapkan tujuan dan hasil yg diinginkan
à harus masuk akal dan sesuai kondisi pasien
• Buat strategi intervensi
à apa jenis intervensi ? Berapa lama?
Frekuensi kontak ?
à Sebaiknya klien dilibatkan dalam intervensi
• Fokus pada pasien
• Intervensi merujuk pada penelitian, text book, pedoman yang ada
• Dimulai dari tujuan intervensi yang paling prioritas
KOMPONEN 2. IMPLEMENTASI
3
• Implementasi : Upaya menterjemahkan data assessment data ke penyusunan strategi, kegiatan ,
atau intervensi yg dpt memenuhi kebutuhan pasien/klien yang ditetapkan
• Intervensi harus spesifik
— Apa ? — Kapan ?
— Dimana? — Bagaimana?
• Intervensi harus di terapkan secara bertahap untuk memberi kesempatan beradaptasi dan
meningkatnya komplain dari pasien
• Selalu mengacu kepada tujuan
Nutrition Diagnosis
• Asupan garam berlebih berkaitan dengan frekuensi konsumsi makanan kaleng dan makanan
restoran dibuktikan oleh diet history
• Kurangnya pengetahuan pasien mengenai makanan / gizi berkaitan dengan tidak adanya edukasi
gizi dibuktikan oleh frekuensi penggunaan makanan sumber natrium
• Asupan cairan berlebih berkaitan dengan dietary indiscretions dibuktikan oleh diet history dan
status cairan tubuh
• Self-monitoring deficit r/t lack of access to scale as evidenced by patient self report
Nutrition Intervention
1. Excessive sodium intake:
• Patient will attend Senior Feeding site that provides low sodium meals;
• Patient will implement survival skills low sodium diet principles and attend heart failure diet
program in heart failure clinic
2.Self-monitoring deficit:
• Patient will obtain free home scale from CHF case manager