(STIKes PERTAMEDIKA)
DENI DARMANSYAH / 21218037
Program Profesi/Ners S1 Keperawatan Non Reguler
A. KONSEP LANSIA
1. Pengertian Menua
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya
di mulai dari satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga
tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki
usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik
yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional
(Nugroho, 2008).
Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya
daya tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit
yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai
berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya denagn
terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan jaringan lain
sehingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit (Nugroho, 2008).
2
3
3
4
3. Mitos-mitos Lasia
Menurut lilik Ma’rifat (2011), pada saat lanjut lansia terjadi suatu mitos
sebagai berikut:
a. Kedamaiaan dan ketenangan
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di
masa muda dan dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan
seakan-akan sudah berhasil dilewati.
Kenyataan :
1) Sering ditemui stres karena kemiskinan dan berbagai keluhan saaat
penderitaan karena penyakit.
2) Depresi
3) Kekhawatiran
4) Paranoid
4
5
5) Masalah Psikotik
b. Mitos konservatisme dan Kemunduran
Pandangan pada lanjut usia umumnya :
1) Konservatif
2) Tidak kreatif
3) Menolak inovasi
4) Berorientasi
5) Merindunkan masa lalu
6) Kembali ke masa kanak-kanak
7) Susah berubah
8) Keras kepala
9) cerewet
c. Mitos Berpenyakit
Lanjut usia dipandang sebagai mata degenerasi biologis, yang disertai
oleh berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai
proses menua ( lanjut usia merupakan masa berpenyakit dan
kemunduran).
d. Mitos Senilitis
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh
kerusakan bagian otak ( banyak yang tetap sehat dan segar) untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
e. Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah pada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan :
Perasaan cemas dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa.
Perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
B. Konsep Dermatitis
1. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh factor eksogen dan atau factor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa eflorensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,
skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan
menjadi kronis . (Djuanda Adhi, 2010)
2. Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan
kimia (contoh : detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (contoh: sinar, suhu),
mikroorganisme (bakteri, jamur): dapat pula dari dalam (endogen), misalnya
dermatitis atopik. (Djuanda Adhi, 2010)
3. Klasifikasi Dermatitis
a. Dermatitis kontak
Peradangan dikulit karena kontak dengan sesuatu yang dianggap asing
oleh tubuh. Terbagi menjadi 2 ; alergi dan iritan
b. Dermatitis atopic
Peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang umumnya sering
terjadi selama masa bayi dan anak.
c. Neurodermatitis sirkumskripta
d. Dermatitis numularis
e. Dematitis statis
4. Patofisiologi
a. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas
tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase
sensitisasi) dan fase elisitasi.
Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai
limfosit mengenal dan memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu.
13
14
Fase elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama
atau serupa sampai timbul gejala klinis
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit
dan berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap.
Anti gen ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel
Langerhans, kemudian memacu reaksi limfoisit T yang belum
tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T, melalui saluran
limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah parakortikal
kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi
membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara spesifik dan sel
memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian
kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh,
menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.
Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau
serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang
mampu menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis.
b. Neurodermatitis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler,
dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing),
batas relatif jelas, bila kering membentuk krusta. bagian tubuh.
c. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama
kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar
bervariasi. Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga,
lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha
dan skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai
dandruff dan bila basah disebutpytiriasis steatoides ; disertai kerontokan
rambut.
d. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang
dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan
intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan
14
15
rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-
tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak
semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan
menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti
jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam
e. Dermatitis Atopik
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting
yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat
kemotaktis dan emnekan produksi sel T. Sel mast meningkat pada lesi
dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai kemampuan melepaskan
histamin. Histamin sendiri tidak menyababkan lesi ekzematosa.
Kemungkinan zat tersebut menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin
karena gerakan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa.
Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara
berlebihan diturunkan secara genetik.
f. Dermatitis Medikamentosa
Faktor lingkungan merupakan factor terpenting . Alergi paling sering
menyerang pada saluran nafas dan saluran pencernaan . Di dalam saluran
nafas terjadi inflamasi yang menyebabkan obstruksi saluran nafas yang
menyebabkan batuk dan sesak nafas.
15
16
5. Pathway
16
17
6. Manifestasi klinis
a. Dermatitis kontak
1) Lesi kemerahan yang muncul pada bagian kulit yang terjadi kotak.
2) Untuk drmatitis kontak alergi, gejala tidak muncul sebelum 24-48
jam, bahkan sampai 72 jam.
3) Untuk dermatits kontak eritan, gejala terbagi dua menjadi akut dan
kronis. Saat akut dapat terjadi perubahan warna kulit menjadi
kemerahan sampai terasa perih bahkan lecet. Saat kronis gejala
dimulai dengan kulit yang mengering dan sedikit meradang yang
akhirnya menjadi menebal.
4) Pada kasus berat, dapat terjadi bula (vesikel) pada lesi kemerahan
tersebut.
5) Kulit terasa gatal bahkan terasa terbakar.
6) Dermatitis kontak iritan, gatal dan rasa terbakarnya lebih terasa
dibandingkan dengan tipe alergi.
b. Dermatitis atopic (DA)
Ada 3 fase klinis DA yaitu ;
1) DA infantil (2 bulan-2 tahun)
DA paling sering muncul pada tahun pertama kehidupan yaitu pada
bulan kedua. Lesi mula-mula tampak didaerah muka (dahi, pipi)
berupa eritema, papul-vesikel pecah karena garukan sehingga lesi
menjadi eksudatif dan akhirnya terbentuk krusta. Lesi bisa meluas ke
kepala, leher pergelangan tangan dan tungkal. Bila anak mulai
merangkak, lesi bisa ditemukan didaerah ekstensor ekstremitas.
Sebagian besar penderita sembuh setelah dua tahun dan sebagian lagi
berlanjut ke fase anak.
2) DA anak (2-10 tahun)
Dapat merupakan lanjutan bentuk DA infantil ataupun timbul sendiri
(denovo). Lokasi lesi di lipatan siku/lutut, bagian fleksor pergelangan
tangan, kelopak mata dan leher. Ruam berupa papul likenifikasi,
sedikit skuama, erosi, hiperkeratosis dan mingkin infeksi sekunder.
17
18
18
19
4) Ukuran lesi bisa mencapai garis tengah 5 cm atau lebih, jumlah lesi
dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau
simetris dengan ukuran bervariasi dari miliar sampai numular, bahkan
plakat.
5) Tempat predileksi biasanya terdapat di tungkai bawah, badan, lengan,
termasuk punggung tangan.
e. Dermatitis statis
1) Bercak-bercak berwarna merah yang bersisik
2) Bintik-bintik berwarna merah dan bersisik
3) Barok atau bisul pada kulit
4) Kulit yang tipis pada tangan dan kaki
5) Luka (lesi) kulit
6) Pembengkakan pada tungkai kaki
7) Rasa gatal disekitar daerah yang terkena
8) Rasa kesemutan pada daerah yang terkena(Djuanda Adhi, 2010)
5. Pemeriksaan penunjang
a. Percobaan asetikolin (suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin
1/5000).
b. Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
c. Pric
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
b. Urin : pemeriksaan histopatologi.(NANDA NIC-NOC. 2015).
7. Penatalaksanaan
a. Dermatitis kontak
1) Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab dermatitis
kontak
2) Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air mengalir
sesegera mungkin.intermiten
3) Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka bakar.
19
20
4) Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih yang
dirasakan.
5) Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau intravena
sesuai dengan tingkat keparahannya.
b. Dermatitis atopic
1) Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara panas/dingin,
bahan-bahan berbulu.
2) Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim
hidrofolik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam laktat
dengan konsentrasi kurang dari 5%.
3) Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginos dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi menengah
dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah
terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali
seminggu. Kortikosteroid oral hanya dipakai untuk mengendalikan DA
eksaserbasi akut. Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi
selang-seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka
panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba dihentikan
akan timbul riebound phenomen.
4) Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam
jangka pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sinsitisasi, tapi
pemakaian pada area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.
5) Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan
kolonis. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromesin,
asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi
asiklovir 3 x 400 mg/hari selama 10 hari atau 4 x 200 mg/hari untuk 10
hari.
c. Neurodermatitis sirkumskripta
1) Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal, pemberian
steroid topical juga membantu mengurangi hyperkeratosis. Pemberian
20
21
steroid topical mid-potent diberikan pada reaksi radang yang akut, tidak
direkomendasikan untuk daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla
dan wajah), pada pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang
lowpoten, pemakaian high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3
minggu pada kulit.
2) Anti-depresan atau Anti-anxiety sangat membantu pada sebagian orang
dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
3) Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal
ataupun oral.
4) Perlu diberikan nasehat untuk mengatur emosi dan prilaku yang dapat
mencegah gatal dan garukan.
d. Dermatitis numularis
1) Bila kulit kering diberi pelembab atau emolien
2) Secara topical lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi, misalnya
preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus.
3) Bila lesi masih eksudatif, sebaiknya dikompres dahulu misalnya dengan
larutan permanganas kalikus 1;10.000
4) Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara sistemik.
5) Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat dan
refrakter, dalam jangka pendek.
6) Pruritas dapat diobati dengan antihistamin golongan H1, misalnya
hidroksisilin HCI>
e. Dermatitis statis
1) Cahaya berdenyut intens
2) Diuretik
3) Imunosupresan
4) Istirahat
5) Kortikosteroid
6) Ligasi vaskuler
7) Pelembab
8) Terapi kompresi (NANDA NIC-NOC. 2015)
21
22
22
23
A. Pengkajian
1. Identitas
Identitas terdiri dari nama, jenis kelamin. Umur, agama, suku bangsa,
pendidkan pendapatan pekerjaan,nomor akses, alamat dan lain- lain.
B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang.
a) Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya terasa
gatal serta nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke
tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
b) Riwayat keluhan utama.
Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama.
Pada beberapa kasus dematitis kontak timbul Lesi kulit ( vesikel ),terasa
panas pada kulit dan kulit akan berwarna merah, edema yang diikuti oleh
pengeluaran secret. Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien.
1) Provocative/palliative.
a) Apa penyebab keluhan,
b) Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahan-bahan
tertentu yang menyebabkan kerusakan pada kulit.
c) Apa yang membuat keluhan bertambah baik/ringan atau bertambah
berat. Dengan menjauhi sumber dermatitis kontak maka keluhan
yang dirasakan akan berkurang.
2) Quality/quantity
a) Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar
Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan
merasakan gatal dan nyeri pada daerah yang terkena bahan tertentu
yang dapat menyebabkan keluhan.
b) Sejauh mana sakit dirasakan
23
24
Rasa sakit yang dirasakan mulai dari tingkat ringan sampai berat.
Tergantung dari lama kontak zat dengan kulit, konsentrasi zat serta
tingkat sensitifitas kulit.
3) Region/radiation
1) Dimana letak sakit
Tergantung dari daerah yang kontak dengan penyebab .
2) Area penyebarannya
Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari manis,
tempat cedera, dibalik perhiasan.
4) Severity scale
a) Apakah mempengaruhi aktifitas
Terganggunya aktifitas tergantung dari letak,tingkat keparahan
penyakit.
b) Seberapa jauh skala ringan/berat.
Tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya.
5) Timing
a) Kapan mulai terjadi.
b) Kapan sering terjadi.
c) Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan
2. Riwayat Kesehatan masa Lalu
Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah
pernah menderita alergi serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya
selain itu perlu juga dikaji kebiasaan klien.
3. Riwayat Kesehatan keluarga.
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami penyakit
yang sama, tapi tidak pernah ditanggulangi dengan tim medis. Dermatitis
pada sanak saudara khususnya pada masa kanak-kanak dapat berarti penderita
tersebut juga mudah menderita dermatitis atopic
C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Ringan, sedang, berat.
24
25
2. Tingkat Kesadaran
a. Compos mentis.
b. Apatis.
c. Samnolen, letergi/hypersomnia.
d. Delirium.
e. Stupor atau semi koma.
f. Koma
Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis
kontak termasuk tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup
dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan
rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
b. Denyut nadi
c. Suhu tubuh
d. Pernafasan
4. Berat Badan
5. Tinggi Badan
6. Kulit.
a. Inspeksi
1) Radang akut terutama priritus (sebagai pengganti dolor).
2) Kemerahan (rubor),
3) Gangguan fungsi kulit (function laisa).
4) Biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang
dapat timbul secara serentak atau beturut-turut.
5) Terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang
kemudian membesar.
6) Terdapat bula atau pustule,
7) Ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering
disebut ematiti sika.
8) Terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis
tapak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
ketidakadekuatan imun buatan reaksi skintes sesuai Cuci tangan sebelum dan
32
33
infeksiseperti kemerahan,
panas, nyeri, tumor
Kaji temperatur tiap 4 jam
Catat dan laporkan hasil
laboratorium, WBC
Gunakan strategi untuk
mencegah
infeksinosokomial
Istirahat yang adekuat
Kaji warna kulit, turgor dan
tekstur, cuci kulitdengan
hati-hati
Ganti IV line sesuai aturan
yang berlaku
Pastikan perawatan aseptik
pada IV line
Pastikan teknik perawatan
luka yang tepat
Berikan antibiotik sesuai
autran
Ajari pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi dan
kalau terjadi melaporkan
pada perawat
Ajarkan klien dan anggota
keluarga
bagaimanamencegah
infeksi
33