Anda di halaman 1dari 71

PLENO MODUL 1 BLOK 2.

KELOMPOK 2
MODUL 1
KELAINAN KONGENITAL DAN KELAINAN ANATOMI YANG DIDAPAT
PADA SISTEM DIGESTIVUS
 
SKENARIO 1 :
Currant Jelly Stool
By. Nanda, 4 bulan, dibawa ke rumah sakit dengan keluhan rewel dan tidak mau menyusu. Pada rongga mulutnya terlihat
di langit langit nya selaput berwarna putih. By.Nanda sejak lahir agak sulit menyusu karena terdapat labioschizis, dan oleh
ibunya ia diberi susu formula menggunakan botol. By.Nanada mempunyai riwayat lahir spontan ditolong bidan puskesmas
dengan BBL 2500 gram dan langsung menangis. Ibunya bertanya apakah keluhan anaknya tersebut merupakan komplikasi dari
bibir sumbingnya dan akankah anaknya mengalami kesulitan berbicara nantinya seperti yang dialami tetangganya yang juga
sumbing. Dokter memberikan terapi untuk oral thrush yang dialami Nanda dan menjelaskan bahwa ibu Nanda tidak perlu
khawatir terhadap keluhan anaknya tersebut. Ia juga merujuk by.Nanda ke dokter spesialis bedah plastik untuk penanganan
lebih lanjut terhadap labioschizisnya.
Bagaimana Anda menjelaskan apa yang terjadi pada By. Nanda?
Jump 1 TERMINOLOGI
1. Labioschizis : suatu kelainan bawaan yang ditandai dengan ketidaksempurnaan pada
penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi dibawah hidung pada saat proses
pembentukannya

2. Current jelly stool : salah satu bentuk obstruksi usus yang menunjukkan adanya 1 segmen
usus yang masuk kedalam segmen usus lainnya

3. Oral trush : suatu keadaan dimana jamur candida albicans terakumulasi pada lapisan mulut
Jump 2 & 3 RUMUSAN MASALAH & HIPOTESA
1. Apa yang menyebabkan bayi nanda rewel dan tidak mau minum susu ?
karna adanya kelainan pada mulut berupa labioschizis dan infeksi dari jamur c. Albicans yang menyebabkan
bayi rewel dan tidak mau minum susu

2. Mengapa pada langit-langit bayi nanda terdapat selaput berwarna putih ?


adanya infeksi jamur c. Albicans yang ditandai dengan adanya selaput berwarna putih dan meninggalkan lesi
kemerahan (pseudomembran)

3. Mengapa bayi nanda mengalami labioschizis ?


penyebabnya belum diketahui, namun dapat terjadi akibat dari konsumsi obat-obatan teratogenik dan
pemenuhan nutrisi yang tidak baik

4. Kapan penanganan operasi labioschizis dapat dilakukan ?


penanganan pada bibir sumbing = 10 minggu – 3 bulan
penanganan pada langit-langit = 6 bulan – 18 bulan
follow up pasca operasi = 2 bulan – remaja akhir
5. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin bayi nanda ?
prevalensi bayi laki-laki lebih tinggi dari bayi perempuan dengan 60 : 40 %
umumnya, penderita berusia 0-4 bulan

6. Apakah ada hubungan ibu yang memberi susu formula dengan kelainan bayi nanda ?
umumnya susu formula diberikan di karenakan kesulitan bayi nanda dalam mengkonsumsi asi, namun hal
ini akan berdampak dengan pemenuhan nutrisi dari bayi nanda

7. Apakah bayi nanda akan mengalami kesulitan berbicara ?


bayi nanda akan mengalami kesulitan berbicara terutama mengucapkan huruf yang melibatkan
penggunaan bibir ( seperti penyebutan huruf B ) dan pasca operasi umumnya akan diberikan pelatihan
pengucapan yang baik dan benar

8. Bagaimana gambaran oral trush pada bayi nanda ?


infeksi jamur c. Albicans dapat menyebabkan kemerahan dan rasa tidak nyaman pada mulut

9. Apa yang menyebabkan bayi nanda terinfeksi c. Albicans ?


sistem imun, kebersihan ibu dan anak terutama kebersihan mulut

10. Apa komplikasi yang akan terjadi pada bayi nanda ?


kesulitan bicara, kekurangan asupan nutrisi, dan gangguan pendengaran
Kelainan anatomi sistem digestive

kongenital didapat

Etiologi, epidemiologi,
manifestasi klinik, patofisiologi

Pemeriksaan fisik dan penunjang

diagnosis Diagnosis banding

Prognosis dan komplikasi

tatalaksana rujukan
Jump 5 LEARNING OBJECTIVE
1. Kelainan kongenital sistem digestivus

2. Kelainan didapat sistem digestivus


LO 1

Labiopalatoschizis
DEFINISI
Cleft Lip and Palate adalah suatu kondisi dimana terdapat celah abnormal di bibir atas
dan atap mulut yang terjadi ketika beberapa bagian gagal bergabung bersama selama awal
kehamilan. Bibir dan palatum berkembang secara terpisah.

Berdasarkan organ yang terlibat


1. Celah di bibir: Labioschizis
2. Celah di gusi: Gnatoschizis
3. Celah di langit-langit (palatum): Palatoschizis
4. Celah di lebih dari satu organ, misal di bibir dan langit-langit: Labiopalatoschizis
Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah yang terbentuk
1. Unilateral incomplete, disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang ke hidung
2. Unilateral complete, disalah satu sisi bibir dan memanjang ke hidung
3. Bilateral complete, dikedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung
EPIDEMIOLOGI

• Insiden populasi kulit putih adalah sekitar 1 dari 1000 kelahiran hidup.
• Insiden di populasi Asia dua kali lebih besar
• Anak laki-laki lebih sering terkena daripada anak perempuan dengan rasio 2:1
• Bibir sumbing masih menjadi masalah cukup serius di Indonesia. Masih belum
ada data yang pasti. Tahun 2012 Pusat Pelatihan Celah Bibir dan Langit-langit
Internasional mecatat jumlah penderita kelainan bibir sumbing di Indonesia
mencapai 7500 orang per tahun.
ETIOLOGI
• Faktor genetik
Terjadi trisomi 13 atau sindroma patau.
• Kurang nutrisi
- defisiensi vitamin C
- kekurangan asam folat
• Radiasi
• Trauma pada kehamilan trimester pertama
• Infeksi pada ibu, misalnya Rubella, toxoplasmosis, dan klamidia
• Pengaruh obat teratogenik.
PATOGENESIS
Kegagalan penggabungan prosesus medial nasal dan maksila pada minggu kelima
kehamilan, baik pada satu atau kedua sisinya, berakibat cleft lip. Jika terjadi kegagalan
pengabungan palatal shelves, terjadi cleft lip dengan cleft palatum, yang membentuk
kelainan Cleft Lip and Palate. Fusi palatal shelve dimulai pada minggu ke-8 kehamilan
dan berlanjut sampai minggu ke-12 kehamilan. Cleft palate terjadi karena kegagalan fusi
total atau sebagian dari palatal shelve. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu
ada kelainan pada gen yang mengatur diferensiasi sel, pertumbuhan, apoptosis, adhesi
antar sel, dan pensinyalan sel, serta adanya gangguan pada fungsi sel yang disebabkan
lingkungan yang teratogenik, atau gabungan keduanya.
GAMBARAN KLINIS

1. Terjadi pemisahan langit-langit


2. Terjadi pemisahan bibir
3. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
4. Infeksi telinga berulang
5. Berat badan tidak bertambah
6. Terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui
DIAGNOSIS

• Pemeriksaan fisik, melihat celah yang tampak dari luar.


• Pemeriksaan USG, dapat mendiagnosis sejak trimester
kedua kehamilan
KOMPLIKASI

1. Kesulitan makan
2. Infeksi telinga dan gangguan pendengaran
3. Gangguan pertumbuhan gigi
4. Gangguan bicara
5. Gangguan pertumbuhan maxilla
TATALAKSANA
Atresia Esofagus
DEFINISI

Atresia esofagus merupakan suatu kelainan kongenital


dimana esofagus tidak terbentuk secara sempurna. Anomali
ini terjadi pada kehamilan minggu ke-4 dimana ada
kegagalan pemisahan esofagus dengan trakea.
EPIDEMIOLOGI

Insidensi rata-rata sekitar 2500-3000 kelahiran hidup. Di


dunia insidensi bervariasi dari 0,4 – 3,6 per 10.000 kelahiran
hidup. Insidensi tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 1 kasus
dalam 2500 kelahiran hidup.
TANDA DAN GEJALA
Tanda Gejala
• Biasanya disertai dengan • Mengeluarkan liur yang sangat
polihidramnion banyak
• Terbatuk atau tersedak setelah
• Bila pada BBL timbul sesak yang
berusaha untuk menelan
disertai dengan air liur yang keluar,
dicurigai terdapat atresia esofagus • Tidak mau menyusu
• Sianosis
• Segera setelah diberi minum, bayi
• Adanya fistula menyebabkan liur
akan bersin, batuk, dan sianosis karena
aspirasi cairan kedalam jalan napas bisa masuk kedalam paru sehingga
timbul resiko terjadinya
• Pada fistula trakeoesofagus, cairan pneumonia
lambung dapat masuk kedalam paru.
KOMPLIKASI

• Dismortilitas esofagus
• Gastroesofagus reflux
• Fistula trekeoesofageal berulang
• Disfagi atau sulit makan
• Sulit bernapas dan tersedak
• Batuk kronis
• Meningkatkan infeksi saluran napas
TATALAKSANA

Tindakan sebelum operasi


• Cairan intravena mengandung glukosa untuk memenuhi
nutrisi bayi
• Pemberian antibiotic broad-spectrum secara intravena
• Suhu bayi dijaga agar selalu hangat
• NGT dimasukkan secara oral dan dilakukan suction rutin
• Monitor vital sign
Tindakan selama operasi
• Operasi dilaksanakan dalam general endotracheal anesthesia dengan akses
vaskuler yang baik dan menggunakan ventilator dengan tekanan yang cukup
sehingga tidak menyebabkan distensi lambung.
• Bronkoskopi pra-operatif berguna untuk mengidentifikasi dan mengetahui lokasi
fistula.
• Posisi bayi ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di depan dada
untuk dilaksanakan right posterolateral thoracotomy. Pada H-fistula, operasi
dilakukan melalui leher karena hanya memisahkan fistula tanpa memperbaiki
esophagus.
• Operasi dilaksanakan thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara diikat dan
dijahit kemudian dibuat anastomosis esophageal antara kedua ujung proximal dan
distal esofagus.
Hirschprung Disease
DEFINISI
Penyakit hirschprung di karakteristikan sebagai tidak adanya sel
ganglion di pleksus myenterikus (auerbach’s) dan submukosa
(meissner’s).
EPIDEMIOLOGI

• Penyakit hirschprung dapat terjadi dalam 1:5000 kelahiran.


• Risiko tertinggi terjadinya Penyakit hirschprung biasanya
pada pasien yang mempunyai riwayat keluarga penyakit
hirschprung dan pada pasien penderita Down Syndrome
ETIOLOGI
• Ketiadaan sel-sel ganglion
Ketiadaan sel-sel ganglion pada lapisan submukosa (Meissner) dan pleksus myenteric (Auerbach) pada
usus bagian distal merupakan tanda patologis untuk Hirschsprung’s disease. Disebabkan oleh karena
kegagalan migrasi dari sel-sel neural crest vagal servikal dari esofagus ke anus pada minggu ke 5 smpai 12
kehamilan
• Kelainan lingkungan
Kelainan dalam lingkungan mikro pada dinding usus dapat mencegah migrasi sel-sel neural crest normal
ataupun diferensiasinya
KLASIFIKASI

Hirschsprung dikategorikan berdasarkan seberapa banyak colon yang


terkena. Tipe Hirschsprung disease meliputi:
• Ultra short segment: Ganglion tidak ada pada bagian yang sangat kecil dari
rectum.
• Short segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian kecil dari colon.
• Long segment: Ganglion tidak ada pada rectum dan sebagian besar colon.
• Very long segment: Ganglion tidak ada pada seluruh colon dan rectum dan
kadang sebagian usus kecil.
MANIFESTASI KLINIK
1. Periode prenatal
Trias gejala klinik :
- pengeluaran mekonium yang terlambat (>24 jam pertama)
- muntah hijau
- distensi abdomen

2. Pada anak
- konstipasi kronis dan gizi buruk (failure to thrive)
- gerakan peristaltik usus di dinding abdomen
- gejala lain seperti adanya periode obstipasi, distensi abdomen, demam, hematochezia (adanya
darah pada feses), dan peritonitis
DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Jika dilakukan pemeriksaan colok dubur (rectal touche), maka feses biasanya
keluar menyemprot, konsistensi semi-liquid dan berbau tidak sedap
• Barium enema  zona transisi, distensi dari kolon
• Foto polos abdomen (BNO), dapat memperlihatkan loop distensi usus dengan
penumpukan udara di daerah rektum.
• Anorectal manometry  kegagalan relaksasi sphincter ani interna ketika
rectum dilebarkan dengan balon
• Biopsy rectal merupakan “gold standard”  tidak ditemukan sel ganglion
parasimpatik
TATALAKSANA

• Pre operatif
- rehidrasi oral sebanyak 15 mL/kg tiap 3 jam selama dilatasi rectal preoperative dan irigasi
rectal
- Antibiotik oral dan intravena diberikan dalam beberapa jam sebelum pembedahan.

• Operatif
a. Bedah sementara
• Kolostomi pada usus yang memiliki ganglion normal paling distal.
• Tujuan: menghilangkan obstruksi usus dan mencegah enterokolitis
b. Bedah definitif
• Prosedur swenson  spinkterektomi posterior, yaitu dengan hanya menyisakan 2 cm rektum
bagian anterior dan 0,5-1 cm rektum posterior.
• Prosedur duhamel  menarik kolon proksimal yang ganglionik ke arah anal melalui bagian
posterior rektum yang aganglionik, menyatukan dinding posterior rektum yang aganglionik
dengan dinding anterior kolon proksimal yang ganglionik sehingga membentuk rongga baru
dengan anastomose end to side
• Prosedur soave  membuang mukosa rektum yang aganglionik, kemudian menarik kolon
proksimal yang ganglionik masuk kedalam lumen rektum yang telah dikupas tersebut
• Prosedur rehbein  berupa deep anterior resection, dimana dilakukan anastomose end to end
antara usus aganglionik dengan rektum pada level otot levator ani (2-3 cm diatas anal
verge), menggunakan jahitan 1 lapis yang dikerjakan intraabdominal ekstraperitoneal
KOMPLIKASI

• Enterokolitis post operatif


• Konstipasi
• Striktur anastomosis
PROGNOSIS

Kurang lebih 1% dari pasien dengan penyakit Hirschsprung membutuhkan


kolostomi permanen untuk memperbaiki inkontinensia. Umumnya, dalam 10 tahun
follow up lebih dari 90% pasien yang mendapat tindakan pembedahan mengalami
penyembuhan. Kematian akibat komplikasi dari tindakan pembedahan pada bayi sekitar
20%.
Atresia Ani
DEFINISI
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata
meliputi anus, rectum, atau batas antara keduanya.
EPIDEMIOLOGI
• Angka kejadian rata-rata malformasi anorektal di seluruh dunia
adalah 1 dalam 5000 kelahiran.
• Secara umum, malformasi anorektal lebih banyak ditemukan pada
laki-laki daripada perempuan.
PATOFISIOLOGI
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan embrional.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi ini
mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila
urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis
hiperkloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi
berulang. Pada perempuan, 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum
(rektovestibuler). Pada laki-laki umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostat
(rektovesika) bila kelainan merupakan letak tinggi, pada letak rendah fistula menuju ke uretra
(rektouretralis).
GAMBARAN KLINIS

1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah


lahir
2. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang
letaknya salah
3. Perut kembung
4. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
teliti. Pada anamnesis dapat ditemukan:
a. Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir.
b. Tidak ditemukan anus, kemungkinan juga ditemukan adanya
fistula.
TATALAKSANA

• Kolonostomi, dilakukan saat bayi berusia 12 bulan


• Eksisi membran anal  membuat anus buatan
(invertogram untuk melihat muara, posisi anus buatan)
LO 2

Karies Dental
DEFINISI
Karies gigi yaitu kondisi terbentuknya lubang pada gigi. Karies gigi disebabkan oleh
bakteri, jika tidak diatasi lubang akan membesar dan mempengaruhi lapisan dalam gigi.
Karies gigi sangat sering terjadi dan biasanya menyerang anak-anak, remaja dan lansia.
FAKTOR PENYEBAB
• Plak Gigi. Lapisan yang lengket dan berisi bakteri yang terbentuk pada semua permukaan
gigi.
• Karbohidrat. Karbohidrat yang menempel pada permukaan gigi dapat berubah menjadi
masa asam yang mengakibatkan demineralisasi email.
• Keturunan
• Jenis kelamin. Karies gigi pada wanita lebih tinggi di banding dengan laki–laki.
• Umur
• Saliva
TANDA DAN GEJALA
• Sakit gigi
• Gigi sensitif
• Nyeri ringan hingga tajam saat mengonsumsi makanan manis, panas, atau dingin
• Lubang yang terlihat pada gigi
• Noda berwarna cokelat, hitam, atau putih pada permukaan gigi
• Nyeri saat menggigit makanan.

 Gejala tertentu
• Demam
• Sakit gigi parah
• Mulut bau.
TATALAKSANA
• Perawatan fluor. Perawatan ini digunakan pada tahap awal, yang dapat membantu
mengembalikan enamel gigi.
• Tambal. Tambal adalah pilihan utama apabila kerusakan telah berkembang dan sudah melewati
tahap erosi enamel.
• Crown. Bila memiliki kerusakan parah atau gigi yang rentan, mungkin akan membutuhkan crown.
• Root canal. Apabila kerusakan telah mencapai bagian dalam gigi (pulp), akan memerlukan root
canal.
• Pencabutan gigi. Gigi harus diangkat karena kondisi yang sudah sangat parah.
PERAWATAN RUTIN

• Sikat gigi setidaknya 2 kali sehari dengan pasta gigi yang mengandung fluor
• Gunakan benang gigi untuk membersihkan sela-sela gigi setidaknya 1 kali sehari
• Kumur dengan air atau obat kumur setelah mengonsumsi makanan dan cemilan
• Konsumsi makanan yang baik untuk gigi
• Kunjungi dokter gigi secara rutin untuk pembersihan dan pemeriksaan gigi.
Striktura Esofagus
DEFINISI

Striktura Esofagus merupakan penyempitan
lumen esofagus karena terbentuknya fibrosis pada dinding
esofagus, biasanya terjadi akibat inflamasi dan nekrosis
karena berbagai penyebab.
EPIDEMIOLOGI
Di RS. Dr. M Djamil Padang, kasus striktur esofagus sangat jarang
ditemukan. Selama 5 tahun terakhir (2006-2010) hanya ditemukan 6
kasus striktur esofagus.
ETIOLOGI
• Striktur esofagus benigna disebabkan oleh GERD, zat korosif, web, radiasi,
post anastomosis esofagus
• Striktur esofagus maligna disebabkan oleh keganasan baik dari dalam maupun
dari luar esofagus.
MANIFESTASI KLINIK
• Disfagia (sulit menelan)  gejala yang utama dari striktur esofagus.
• Keluhan heartburn pada 75% penderita peptic stricture
• Odinofagia (nyeri saat menelan)
• Impaksi makanan dan nyeri dada
• Tidaknya keluhan yang menyertainya seperti penurunan berat badan dan perdarahan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Barium Meal  Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi mengenai lokasi striktur,
panjang dan diameternya serta keadaan dinding esofagus.
2. Esofagoskopi  Ditemukan lumen yang menyempit dengan mukosa yang tidak rata dan
hiperemis, menandakan suatu esophagitis. Sedangkan bila mukosanya irregular atau
berbenjol-benjol disebabkan oleh keganasan
3. Rongent Toraks PA dan Lateral  Pemeriksaan ini digunakan sebagai tambahan pada
kasus striktur esofagus yang kita curigai akibat adanya penekanan massa dari luar
esofagus.
TATALAKSANA
• Dilatasi merupakan teknik penatalaksanaan utama pada striktur esofagus benigna yang bertujuan
untuk meringankan keluhan disfagia dan dapat dikombinasikan dengan pemberian kortikosteroid
intra lesi untuk mencegah rekurensi.
• Pemasangan stent bertujuan sebagai terapi paliatif terhadap keluhan disfagia dan untuk
mencegah rekurensi striktur
• Reseksi esofagus dapat dilakukan pada kasus striktur esofagus benigna maupun maligna dan
terdapat dua jenis reseksi: esofagektomi dan esofagogastrektomi.
Intussuseption
DEFINISI

Intussuseption adalah prolaps 1 segmen usus ke dalam lumen


segmen yang berdekatan, dengan gejala meliputi obstruksi parsial,
palpable abdominal mass dan abdominal pain.
EPIDEMIOLOGI

• Penyebab obstruksi usus halus paling umum pada anak < 2 tahun.
• Insidensi 1-4/ 1000 kelahiran.
• Rasio pria : Wanita adalah 3 : 1.
• Paling umum ditemukan antara usia 5 bulan sampai 3 tahun.
ETIOLOGI

• Idiopatik (tak diketahui).


• Infeksi atau reaksi imunisasi.
• Divertikulum Meckel.
• Neoplasma.
• Post operative.
• Dll.
PATOFISIOLOGI

• Segmen usus menginvaginasi ke segmen usus yang lebih distal, menyebabkan


obstruksi dan iskemik.
• Agar dapat terinvaginasi, diperlukan “lead point” yang nantinya akan terdorong
ke dalam oleh motilitas usus.
• Segmen yang terinvaginasi akan menarik mesenterium nya juga, menutup
venous return.
• Hal ini nantinya menyebabkan edema dan pendarahan di mukosa segmen
intussuseption.
MANIFESTASI KLINIS
• Abdominal pain yang intermitten.
• Mual muntah.
• Palpable abdominal mass.
• Currant Jelly Stool.
• Weight Loss pada kasus yang telah kronis.

Note. Manifestasi klinis pada pasien dewasa lebih tidak spesifik dan
lebih membingungkan.
PEMERIKSAAN
• Anamnesis dan pemeriksaan fisik (selidiki tanda dan gejala).
• Pemeriksaan penunjang berupa :
• Ultrasound.
• Barium Enema.
• Foto polos.
• USG.
• CT Scan.
TATALAKSANA.

• Reduction (segmen yang terlipat diluruskan lagi).


• Reduction yang spontan hanya terjadi pada 4%-10%, sehingga sisanya harus
dilakukan intervensi.
• Intervensi berupa “Hydrostatic/ Barium Reduction” atau “Surgical Reduction”.
• Jika tidak memungkinkan dilakukan Reduction, dilakukan Resection dengan
metode “End to End Anastomosis”.
Hemorrhoid
DEFINISI

Hemorrhoid adalah varikositis akibat pelebaran (dilatasi) pleksus vena


hemorrhoidalis interna. Mekanisme terjadinya hemorrhoid belum diketahui
secara jelas. Hemorrhoid berhubungan dengan konstipasi kronis disertai
penarikan feses.
ETIOLOGI
KLASIFIKASI DERAJAT HEMORRHOID

• Derajat I : Hemorrhoid (+), prolaps (-)


• Derajat II : Prolaps, masuk kembali secara spontan
• Derajat III : Prolaps yang perlu dimasukkan secara manual
• Derajat IV : Prolaps yang tidak dapat dimasukkan kembali
MANIFESTASI KLINIS
• Perdarahan, biasanya saat defekasi, warna darah merah segar, menetes, tidak
bercampur feses
• Prolaps
• Rasa tidak nyaman hingga nyeri
• Gatal
• Bengkak
• Nekrosis pada hemorrhoid interna yang prolaps dan tidak dapat direduksi kembali
TATALAKSANA.

• Derajat I : modifikasi diet, medikamentosa


• Derajat II : rubber band ligation, koagulasi, ligasi arteri hemorrhoidalis-repair
rectoanal, modifikasi diet, medikamentosa
• Derajat III : hemoroidektomi, ligasi arteri hemorrhoidalis-repai rectoanal,
hemoroidopexy dengan stapler, rubber band ligation, modifikasi diet
• Derajat IV : hemoroidektomi (cito untuk kasus trombosis), hemoroidopexy
dengan stapler, modifikasi diet
KOMPLIKASI

• Perdarahan hebat
• Abses
• Fistula perianal
• Inkarserasi
• Striktur ani

Anda mungkin juga menyukai