KELOMPOK 2
MODUL 1
KELAINAN KONGENITAL DAN KELAINAN ANATOMI YANG DIDAPAT
PADA SISTEM DIGESTIVUS
SKENARIO 1 :
Currant Jelly Stool
By. Nanda, 4 bulan, dibawa ke rumah sakit dengan keluhan rewel dan tidak mau menyusu. Pada rongga mulutnya terlihat
di langit langit nya selaput berwarna putih. By.Nanda sejak lahir agak sulit menyusu karena terdapat labioschizis, dan oleh
ibunya ia diberi susu formula menggunakan botol. By.Nanada mempunyai riwayat lahir spontan ditolong bidan puskesmas
dengan BBL 2500 gram dan langsung menangis. Ibunya bertanya apakah keluhan anaknya tersebut merupakan komplikasi dari
bibir sumbingnya dan akankah anaknya mengalami kesulitan berbicara nantinya seperti yang dialami tetangganya yang juga
sumbing. Dokter memberikan terapi untuk oral thrush yang dialami Nanda dan menjelaskan bahwa ibu Nanda tidak perlu
khawatir terhadap keluhan anaknya tersebut. Ia juga merujuk by.Nanda ke dokter spesialis bedah plastik untuk penanganan
lebih lanjut terhadap labioschizisnya.
Bagaimana Anda menjelaskan apa yang terjadi pada By. Nanda?
Jump 1 TERMINOLOGI
1. Labioschizis : suatu kelainan bawaan yang ditandai dengan ketidaksempurnaan pada
penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi dibawah hidung pada saat proses
pembentukannya
2. Current jelly stool : salah satu bentuk obstruksi usus yang menunjukkan adanya 1 segmen
usus yang masuk kedalam segmen usus lainnya
3. Oral trush : suatu keadaan dimana jamur candida albicans terakumulasi pada lapisan mulut
Jump 2 & 3 RUMUSAN MASALAH & HIPOTESA
1. Apa yang menyebabkan bayi nanda rewel dan tidak mau minum susu ?
karna adanya kelainan pada mulut berupa labioschizis dan infeksi dari jamur c. Albicans yang menyebabkan
bayi rewel dan tidak mau minum susu
6. Apakah ada hubungan ibu yang memberi susu formula dengan kelainan bayi nanda ?
umumnya susu formula diberikan di karenakan kesulitan bayi nanda dalam mengkonsumsi asi, namun hal
ini akan berdampak dengan pemenuhan nutrisi dari bayi nanda
kongenital didapat
Etiologi, epidemiologi,
manifestasi klinik, patofisiologi
tatalaksana rujukan
Jump 5 LEARNING OBJECTIVE
1. Kelainan kongenital sistem digestivus
Labiopalatoschizis
DEFINISI
Cleft Lip and Palate adalah suatu kondisi dimana terdapat celah abnormal di bibir atas
dan atap mulut yang terjadi ketika beberapa bagian gagal bergabung bersama selama awal
kehamilan. Bibir dan palatum berkembang secara terpisah.
• Insiden populasi kulit putih adalah sekitar 1 dari 1000 kelahiran hidup.
• Insiden di populasi Asia dua kali lebih besar
• Anak laki-laki lebih sering terkena daripada anak perempuan dengan rasio 2:1
• Bibir sumbing masih menjadi masalah cukup serius di Indonesia. Masih belum
ada data yang pasti. Tahun 2012 Pusat Pelatihan Celah Bibir dan Langit-langit
Internasional mecatat jumlah penderita kelainan bibir sumbing di Indonesia
mencapai 7500 orang per tahun.
ETIOLOGI
• Faktor genetik
Terjadi trisomi 13 atau sindroma patau.
• Kurang nutrisi
- defisiensi vitamin C
- kekurangan asam folat
• Radiasi
• Trauma pada kehamilan trimester pertama
• Infeksi pada ibu, misalnya Rubella, toxoplasmosis, dan klamidia
• Pengaruh obat teratogenik.
PATOGENESIS
Kegagalan penggabungan prosesus medial nasal dan maksila pada minggu kelima
kehamilan, baik pada satu atau kedua sisinya, berakibat cleft lip. Jika terjadi kegagalan
pengabungan palatal shelves, terjadi cleft lip dengan cleft palatum, yang membentuk
kelainan Cleft Lip and Palate. Fusi palatal shelve dimulai pada minggu ke-8 kehamilan
dan berlanjut sampai minggu ke-12 kehamilan. Cleft palate terjadi karena kegagalan fusi
total atau sebagian dari palatal shelve. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu
ada kelainan pada gen yang mengatur diferensiasi sel, pertumbuhan, apoptosis, adhesi
antar sel, dan pensinyalan sel, serta adanya gangguan pada fungsi sel yang disebabkan
lingkungan yang teratogenik, atau gabungan keduanya.
GAMBARAN KLINIS
1. Kesulitan makan
2. Infeksi telinga dan gangguan pendengaran
3. Gangguan pertumbuhan gigi
4. Gangguan bicara
5. Gangguan pertumbuhan maxilla
TATALAKSANA
Atresia Esofagus
DEFINISI
• Dismortilitas esofagus
• Gastroesofagus reflux
• Fistula trekeoesofageal berulang
• Disfagi atau sulit makan
• Sulit bernapas dan tersedak
• Batuk kronis
• Meningkatkan infeksi saluran napas
TATALAKSANA
2. Pada anak
- konstipasi kronis dan gizi buruk (failure to thrive)
- gerakan peristaltik usus di dinding abdomen
- gejala lain seperti adanya periode obstipasi, distensi abdomen, demam, hematochezia (adanya
darah pada feses), dan peritonitis
DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Jika dilakukan pemeriksaan colok dubur (rectal touche), maka feses biasanya
keluar menyemprot, konsistensi semi-liquid dan berbau tidak sedap
• Barium enema zona transisi, distensi dari kolon
• Foto polos abdomen (BNO), dapat memperlihatkan loop distensi usus dengan
penumpukan udara di daerah rektum.
• Anorectal manometry kegagalan relaksasi sphincter ani interna ketika
rectum dilebarkan dengan balon
• Biopsy rectal merupakan “gold standard” tidak ditemukan sel ganglion
parasimpatik
TATALAKSANA
• Pre operatif
- rehidrasi oral sebanyak 15 mL/kg tiap 3 jam selama dilatasi rectal preoperative dan irigasi
rectal
- Antibiotik oral dan intravena diberikan dalam beberapa jam sebelum pembedahan.
• Operatif
a. Bedah sementara
• Kolostomi pada usus yang memiliki ganglion normal paling distal.
• Tujuan: menghilangkan obstruksi usus dan mencegah enterokolitis
b. Bedah definitif
• Prosedur swenson spinkterektomi posterior, yaitu dengan hanya menyisakan 2 cm rektum
bagian anterior dan 0,5-1 cm rektum posterior.
• Prosedur duhamel menarik kolon proksimal yang ganglionik ke arah anal melalui bagian
posterior rektum yang aganglionik, menyatukan dinding posterior rektum yang aganglionik
dengan dinding anterior kolon proksimal yang ganglionik sehingga membentuk rongga baru
dengan anastomose end to side
• Prosedur soave membuang mukosa rektum yang aganglionik, kemudian menarik kolon
proksimal yang ganglionik masuk kedalam lumen rektum yang telah dikupas tersebut
• Prosedur rehbein berupa deep anterior resection, dimana dilakukan anastomose end to end
antara usus aganglionik dengan rektum pada level otot levator ani (2-3 cm diatas anal
verge), menggunakan jahitan 1 lapis yang dikerjakan intraabdominal ekstraperitoneal
KOMPLIKASI
Karies Dental
DEFINISI
Karies gigi yaitu kondisi terbentuknya lubang pada gigi. Karies gigi disebabkan oleh
bakteri, jika tidak diatasi lubang akan membesar dan mempengaruhi lapisan dalam gigi.
Karies gigi sangat sering terjadi dan biasanya menyerang anak-anak, remaja dan lansia.
FAKTOR PENYEBAB
• Plak Gigi. Lapisan yang lengket dan berisi bakteri yang terbentuk pada semua permukaan
gigi.
• Karbohidrat. Karbohidrat yang menempel pada permukaan gigi dapat berubah menjadi
masa asam yang mengakibatkan demineralisasi email.
• Keturunan
• Jenis kelamin. Karies gigi pada wanita lebih tinggi di banding dengan laki–laki.
• Umur
• Saliva
TANDA DAN GEJALA
• Sakit gigi
• Gigi sensitif
• Nyeri ringan hingga tajam saat mengonsumsi makanan manis, panas, atau dingin
• Lubang yang terlihat pada gigi
• Noda berwarna cokelat, hitam, atau putih pada permukaan gigi
• Nyeri saat menggigit makanan.
Gejala tertentu
• Demam
• Sakit gigi parah
• Mulut bau.
TATALAKSANA
• Perawatan fluor. Perawatan ini digunakan pada tahap awal, yang dapat membantu
mengembalikan enamel gigi.
• Tambal. Tambal adalah pilihan utama apabila kerusakan telah berkembang dan sudah melewati
tahap erosi enamel.
• Crown. Bila memiliki kerusakan parah atau gigi yang rentan, mungkin akan membutuhkan crown.
• Root canal. Apabila kerusakan telah mencapai bagian dalam gigi (pulp), akan memerlukan root
canal.
• Pencabutan gigi. Gigi harus diangkat karena kondisi yang sudah sangat parah.
PERAWATAN RUTIN
• Sikat gigi setidaknya 2 kali sehari dengan pasta gigi yang mengandung fluor
• Gunakan benang gigi untuk membersihkan sela-sela gigi setidaknya 1 kali sehari
• Kumur dengan air atau obat kumur setelah mengonsumsi makanan dan cemilan
• Konsumsi makanan yang baik untuk gigi
• Kunjungi dokter gigi secara rutin untuk pembersihan dan pemeriksaan gigi.
Striktura Esofagus
DEFINISI
Striktura Esofagus merupakan penyempitan
lumen esofagus karena terbentuknya fibrosis pada dinding
esofagus, biasanya terjadi akibat inflamasi dan nekrosis
karena berbagai penyebab.
EPIDEMIOLOGI
Di RS. Dr. M Djamil Padang, kasus striktur esofagus sangat jarang
ditemukan. Selama 5 tahun terakhir (2006-2010) hanya ditemukan 6
kasus striktur esofagus.
ETIOLOGI
• Striktur esofagus benigna disebabkan oleh GERD, zat korosif, web, radiasi,
post anastomosis esofagus
• Striktur esofagus maligna disebabkan oleh keganasan baik dari dalam maupun
dari luar esofagus.
MANIFESTASI KLINIK
• Disfagia (sulit menelan) gejala yang utama dari striktur esofagus.
• Keluhan heartburn pada 75% penderita peptic stricture
• Odinofagia (nyeri saat menelan)
• Impaksi makanan dan nyeri dada
• Tidaknya keluhan yang menyertainya seperti penurunan berat badan dan perdarahan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Barium Meal Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi mengenai lokasi striktur,
panjang dan diameternya serta keadaan dinding esofagus.
2. Esofagoskopi Ditemukan lumen yang menyempit dengan mukosa yang tidak rata dan
hiperemis, menandakan suatu esophagitis. Sedangkan bila mukosanya irregular atau
berbenjol-benjol disebabkan oleh keganasan
3. Rongent Toraks PA dan Lateral Pemeriksaan ini digunakan sebagai tambahan pada
kasus striktur esofagus yang kita curigai akibat adanya penekanan massa dari luar
esofagus.
TATALAKSANA
• Dilatasi merupakan teknik penatalaksanaan utama pada striktur esofagus benigna yang bertujuan
untuk meringankan keluhan disfagia dan dapat dikombinasikan dengan pemberian kortikosteroid
intra lesi untuk mencegah rekurensi.
• Pemasangan stent bertujuan sebagai terapi paliatif terhadap keluhan disfagia dan untuk
mencegah rekurensi striktur
• Reseksi esofagus dapat dilakukan pada kasus striktur esofagus benigna maupun maligna dan
terdapat dua jenis reseksi: esofagektomi dan esofagogastrektomi.
Intussuseption
DEFINISI
• Penyebab obstruksi usus halus paling umum pada anak < 2 tahun.
• Insidensi 1-4/ 1000 kelahiran.
• Rasio pria : Wanita adalah 3 : 1.
• Paling umum ditemukan antara usia 5 bulan sampai 3 tahun.
ETIOLOGI
Note. Manifestasi klinis pada pasien dewasa lebih tidak spesifik dan
lebih membingungkan.
PEMERIKSAAN
• Anamnesis dan pemeriksaan fisik (selidiki tanda dan gejala).
• Pemeriksaan penunjang berupa :
• Ultrasound.
• Barium Enema.
• Foto polos.
• USG.
• CT Scan.
TATALAKSANA.
• Perdarahan hebat
• Abses
• Fistula perianal
• Inkarserasi
• Striktur ani