Anda di halaman 1dari 7

PELAYANAN KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

RESUME KESEHATAN REPRODUKSI

Dosen Pembimbing : JAMILA,S.SIT,.M.KES

Di susun oleh :

Nama : SEFTIANAH

NIM : Po.71.24.3.19.061

Tingkat : IIB

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PRODI D3 KEBIDANAN MUARA ENIM

TAHUN PELAJARAN 2020/2021

PEMBAHASAN
A.    Kesehatan Reproduksi
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU No. 23 Tahun 1992).
Definisi ini sesuai dengan WHO, kesehatan tidak hanya berkaitan dengan kesehatan fisik, tetapi
juga kesehatan mental dan sosial, ditambahkan lagi (sejak deklarasi Alma Ata-WHO dan UNICEF)
dengan syarat baru, yaitu: sehingga setiap orang akan mampu hidup produktif, baik secara ekonomis
maupun sosial.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan bukan
hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya.
Kesehatan reproduksi berarti bahwa orang dapat mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan
aman, dan mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan
keinginannya, kapan dan frekuensinya.

B.     Hak yang Terkait Dengan Kesehatan Reproduksi


Membicarakah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dengan soal hak reproduksi, kesehatan
seksual dan hak seksual. Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap pasangan
dan individual untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak, dan waktu
kelahiran anak, serta untuk memiliki informasi dan cara untuk melakukannya.
           1.      Kesehatan Seksual
Kesehatan seksual yaitu suatu keadaan agar tercapai kesehatan reproduksi yang mensyaratkan
bahwa kehidupan seks seseorang itu harus dapat dilakaukan secara memuaskan dan sehat dalam arti
terbebas dari penyakit dan gangguan lainnya. Terkait dengan ini adalah hak seksual, yakni bagian dari
hak asasi manusia untuk memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab terhadap semua hal yang
berhubungan dengan seksualitas, termasuk kesehatan seksual dan reproduksi, bebas dari paksaan,
diskriminasi dan kekerasan.
            2.      Prinsip Dasar Kesehatan Dalam Hak Seksual dan Reproduksi
a.       Bodily integrity, hak atas tubuh sendiri, tidak hanya terbebas dari siksaan dan kejahatan fisik, juga
untuk menikmati potensi tubuh mereka bagi kesehatan, kelahiran dan kenikmatan seks aman.
b.      Personhood, mengacu pada hak wanita untuk diperlakukan sebagai aktor dan pengambilan keputusan
dalam masalah seksual dan reproduksi dan sebagai subyek dalam kebijakan terkait.
c.       Equality, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dan antar perempuan itu sendiri, bukan hanya
dalam hal menghentikan diskriminasi gender, ras, dan kelas melainkan juga menjamin adanya keadilan
sosial dan kondisi yang menguntungkan bagi perempuan, misalnya akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi.
d.      Diversity, penghargaan terhadap tata nilai, kebutuhan, dan prioritas yang dimiliki oleh para wanita dan
yang didefinisikan sendiri oleh wanita sesuai dengan keberadaannya sebagai pribadi dan anggota
masyarakat tertentu.
e.       Ruang lingkup kesehatan reproduksi sangat luas yang mengacakup berbagai aspek, tidak hanya aspek
biologis dan permasalahannya bukan hanya bersifat klinis, akan tetapi non klinis dan memasuki aspek
ekonomi, politik, dan sosial-budaya. Oleh karena aitu diintroduksi pendekatan interdisipliner (meminjam
pendekatan psikologi, antropologi, sosiologi, ilmu kebijakan, hukum dan sebagainya) dan ingin
dipadukan secara integratif sebagai pendekatan transdisiplin.

C.    Perilaku seksual remaja dan kesehatan reproduksi


Perilaku seksual remaja terdiri dari tiga buah kata yang memiliki pengertian yang sangat berbeda
satu sama lainya. Perilaku dapat di artikan sebagai respons organisme atau respons seseorang terhadap
stimulus (rangsangan) yang ada (Notoatmojdo,1993). Sedangakan seksual adalah rangsangan-rangsangan
atau dorongan yang timbul berhubungan dengan seks. Jadi perilaku seksual remaja adalah tindakan yang
dilakukan berhubungan dengan dorongan seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar
dirinya.
Adanya penurunan usia rata-rata pubertas mendorong remaja untuk aktif secara seksual lebih dini.
Dan adanya presepsi bahwa dirinya memiliki resiko yang lebih rendah atau tidak beresiko sama sekali
yang berhubungan dengan perilaku seksual, semakin mendorong remaja memenuhi memenuhi dorongan
seksualnya pada saat sebelum menikah. Persepsi seperti ini di  sebut youth uulnerability oleh Quadrel et.
aL. (1993) juga menyatakan bahwa remaja cenderung melakuakan underestimate terhadap uulnerability
dirinya. Banyak remaja mengira bahwa kehamilan tidak akan terjadi pada intercourse (sanggama) yang
pertama kali atau dirinya tidak akan pernah terinfeksi HIV/AIDS karena pertahanan tubuhnya cukup kuat.
Mengenai kesehatan reproduksi, ada beberapa konsep tentang kesehatan reproduksi, namun dalam
tulisan ini hanya akan dikemukakan dua batasan saja. (ICPD) dan sai dan Nassim). Batasan kesehatan
reproduksi menurut International Conference on Population and Development(ICPD) hampir berdekatan
dengan batasan ‘sehat’ dari WHO. Kesehatan reproduksi menurut ICPD adalah keadaan sehat jasmani,
rohani,dan buakan hanya terlepas dari ketidak hadiran penyakit atau kecacatan semata, yang berhubungan
sistem fungsi, dan proses reproduksi(ICPD,1994).
Beberapa tahun sebelumnya Rai dan Nassim mengemukakan definisi kesehatan reproduksi
mencakup kondisi di mana wanita dan pria dapat melakukan hubungan seks secara aman, dengan atau
tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan bila kehamilan diinginkan, wanita di mungkinkan menjalani
kehamilan dengan aman, melahirkan anak yang sehat serta di dalam kondisi siap merawat anak yang
dilahirkan (Iskandar, 1995)
Dari kedua definisi kesehatan reproduksi tersebut ada beberapa faktor yang berhubungan dengan
status kesehatan reproduksi seseorang, yaitu faktor sosial ,ekonomi,budaya, perilaku lingkungan yang
tidak sehat, dan ada tidaknya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu mengatasi gangguan jasmani dan
rohani. Dan tidak adanya akses informasi merupakan faktor tersendiri yang juga mempengaruhi kesehatan
reproduksi.
Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat berhubungan dengan
kesehatan reproduksi seseorang. Pada pasal 7 rencana kerja ICPD Kairo dicantumkam definisi kesehatan
reproduksi menyebabkan lahirnya hak-hak reproduksi. Berdasarkan pasal tersebut hak-hak reproduksi di
dasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi semua pasangan dan pribadi untuk menentukan secara
bebas dan bertangung jawab mengenai jumlah anak , penjarangan anak (birth spacing ), dan menentukan
waktu kelahiran anak-anak mereka dan mempunyai informasi dan cara untuk memperolehnya, serta hak
untuk menentukan standar tertinggi kesehatan seksual dan reproduksi. Dalam pengertian ini ada jaminan
individu untuk memperoleh seks yang sehat di samping reproduksinya yang sehat (ICPD, 1994). Sudah
barang tentu saja kedua faktor itu akan sangat mempengaruhi tercapai atau tidak kesehatan reproduksi
seseorang ,termasuk kesehatan reproduksi remaja.

D.    Abrotus
abortus buatan, abortus dengan jenis ini merupakan suatu upaya yang disengaja untuk
menghentikan proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang
dikeluarkan tidak bisa bertahan hidup di dunia luar.
Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu :
           1.      Penyebab secara umum
a.       Infeksi akut
-          virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis
-          Infeksi bakteri, misalnya streptokokus
-          Parasit, misalnya malaria
b.      Infeksi kronis
-          Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
-          Tuberkulosis paru aktif.
-          Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll
Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
(pembuahan), baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta.
2.      Alasan Abortus Provokatus
Abortus Provokatus ialah tindakan memperbolehkan pengaborsian dengan syarat-syarat sebagai
berrikut:
a.       Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus menerus, atau
jika janin telah meninggal (missed abortion).
b.      Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
c.       Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
d.      Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya
kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker
payudara.
e.       Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
f.       Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
g.      Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan
kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.
h.      Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi vaskuler,
hipertiroid, dll.
i.        Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
j.        Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
k.      Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini sebelum
melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi dengan psikiater.

E.     Infertilitas
Sistem kesehatan reproduksi hingga mengalami kemandulan selama ini di artikan sebagai kondisi
yang hanya di alami oleh para wanita saja, padahal tidak menutup kemungkinan kalau kaum pria
sebanyak 40 % juga mengalami kemandulan ini. Banyak pengertian dari Infertilitas  tapi pada intinya
makna dari Infertilitas  adalah sistem kesehatan reproduksi yang terganggu dan menyebabkan ketidak
mampuan mempunyai seorang anak. Banyak yang sudah menikah selama bertahun tahun dan belum juga
di karunia momongan. Oleh karena itu sudah saatnya bagi pasangan yang menikah lama dan belum
memiliki anak untuk melakukan cek kesehatan reproduksi, karena mungkin salah satu dari pasangan
suami istri yang hingga saat ini belum mendapatkan anak mengalami Infertilitas  atau yang lebih di kenal
dengan kemandulan.
Pengertian Dari Infertilitas
Infertilitas  terbagi menjadi dua yaitu :
1.      Infertilitas  primer yaitu pasangan suami istri yang belum mampu memiliki anak setelah satu tahun
menikah
2.      Infertilitas  sekunder yaitu pasangan suami istri yang pernah memiliki anak sebelumnya tapi hingga saat
ini belum mampu untuk mendapatkan anak lagi.
Pasangan suami istri di anggap Infertilitas  karena sistem kesehatan reproduksi salah satu pasangan
ada yang terganggu. Hal ini dapat di maklumi karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan
dan lahirnya janin ke dunia merupakan kerjasama antara suami dan istri.
Makna dari kerjasama itu adalah suami yang mempunyai sistem dan fungsi kesehatan reproduksi
yang sehat dan mampu menghasilkan atau menyalurkan spermatozoa ke organ reproduksi wanita, Istri
yang memiliki sitem dan fungsi reproduksi sehat dan mampu menghasilkan sel telur atau ovum yang
dapat di buahi oleh spermatozoa dan mempunyai rahim sebagai tempat perkembangan janin, embrio
sampai bayi berusia cukup bulan dan di lahirkan. Apabila salah satu faktor tersebut tidak di miliki oleh
salah satu pasangan, pasangan tersebut tidak akan mampu mempunyai anak.
Pasangan suami istri dapat di katakan Infertilitas  jika selama kurun waktu satu tahun menikah
belum mendapatkan seorang nak. Demikian pengertian dari infertilitsa. Yang harus di sadari adalah
langkah apa yang kan di lakukan apabila salah satu pasangan mengalami Infertilitas  atau tidak subur.
Banyak pasangan yang mengalami Infertilitas  dan berhasil memiliki anak, jadi ketenangan dan berpikir
rasional adalah langkah awal yang tepat yang dapat di lakukan untuk mengatasi Infertilitas sehingga
kesehatan reproduksi dapat kita jaga.
A.    Kesimpulan
Kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk diketahui oleh para perempuan bakal calon ibu
ataupun laki-laki calon bapak. Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa.
Definisi kesehatan sesuai dengan WHO, kesehatan tidak hanya berkaitan dengan kesehatan fisik,
tetapi juga kesehatan mental dana sosial, ditambahkan lagi (sejak deklarasi Alma Ata-WHO dan
UNICEF) dengan syart baru, yaitu: sehingga setiap orang akan mampu hidup produktif, baik secara
ekonomis maupun sosial.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan bukan
hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya.
Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap pasangan dan individual
untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak, dan waktu kelahiran anak, serta
untuk memiliki informasi dan cara untuk melakukannya.

B.     Saran
Untuk itu wawasan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk bisa dikuasai
dan dimiliki oleh para perempuan dan laki-laki yang berumah tangga, supaya kesejahtaraan dan kesehatan
bisa tercapai dengan sempurna. Oleh kerana itu penulis memberi saran kepada para pihak yang terkait
khususnya pemerintah, Dinas Kesehatan untuk bisa memberikan pengetahuan dan wawasan tersebut
kepada khalayak masyarakat dengan cara sosialisasi, kegiatan tersebut mudah-mudahan kesehatan
reproduksi masyarakat bisa tercapai dan masyarakat lebih pintar dalam menjaga kesehatannya.
DAFTAR PUSTAKA

Mona Isabella Saragih, Amkeb, SKM. Materi Kesehatan Reproduksi. Akademi Kebidanan YPIB Majalengka.

http://infokesehatandangizi.blogspot.com/2013/07/pengertian-dari-infertilitas.html

http://irdayantinasir.blogspot.com/2013/05/makalah-kesehatan-reproduksi remaja.html

Anda mungkin juga menyukai