Anda di halaman 1dari 6

PERUBAHAN HAEMATOLOGI

MASA NIFAS
Perubahan Haematologi Masa Nifas
 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG

Periode pasca partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini biasanya disebut puerpurium atau
trimester ke 4 kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap
normal dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat
energi, tingkat kenyamanan, kesehatan BBL, dan perawatan serta dorongan semangat yang
diberikan tenaga kesehatan profesional ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa
ini. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan ibu, bayi dan keluarganya, seorang perawat
harus memanfaatkan pengetahuannya tentang anaotmi dan fisiologi ibu pada periode pemulihan,
karakteristik fisik, dan perilaku BBL, dan respon keluarga terhadap kelahiran seorang anak.

1.2  PERMASALAHAN

Masalah yang ingin dipelajari dalam penyusunan makalah ini yaitu bagaimana perubahan
haematologi yang terjadi pada masa nifas?

1.3  TUJUAN

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari perubahan
haematologi yang terjadi pada masa nifas.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Hematologi
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor–
faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum,
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan.
Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa post partum. Jumlah sel
darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis
jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.
Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini
disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.
Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada
hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi daripada saat
memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak.
Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan
peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan normaldalam 4-5
minggu postpartum. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml,
minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.
 
 
2.1.1 PERUBAHAN SISTEM HEMATOLOGI
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan
sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah
putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari
masa postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000 atau 30000
tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah
hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan sangat bervariasi pada awal-awal masa postpartum
sebagai akibat dari volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.
Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut.

Kira-kira selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan
hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5
minggu postpartum.

 
 
 
2.1.2 PERUBAHAN VOLUME DARAH
Dalam keadaan tidak hamil maka 70% dari berat badan adalah air.

 5% diantaranya adalah cairan intravaskular.


 70% adalah cairan intraseluler dan
 Sisanya adalah cairan interstisial
Dalam kehamilan, cairan intraseluler tidak berubah namun terjadi peningkatan volume darah dan
cairan interstitsiil.

Peningkatan volume plasma lebih besar dibandingkan peningkatan sel darah merah sehingga
terjadi anemia dan peningkatan kadar protein sehingga kekentalan (viskositas) darah menurun.

 
2.1.3 PERUBAHAN VASKULAR LOKAL
Perubahan lokal terlihat jelas pada tungkai bawah dan akibat tekanan yang ditimbulkan oleh
uterus terhadap vena pelvik. Oleh karena 1/3 darah dalam sirkulasi berada dalam tungkai bawah
maka peningkatan tekanan terhadap vena akan menyebabkan varises dan edema vulva dan
tungkai. Keadaan ini lebih sering terjadi pada siang hari akibat sering berdiri. Keadaan ini
cenderung untuk reversibel saat malam dimana pasien berada dalam keadaan berbaring : edema
akan direabsorbsi – venous return meningkat dan output ginjal meningkat sehingga terjadi
nocturnal diuresis. Bila pasien dalam keadaan telentang, tekanan uterus terhadap vena akan juga
meningkat sehingga aliran balik ke jantung menurun dan terjadi penurunan cardiac output.

Suatu contoh ekstrim terjadi saat uterus menekan vena cava dan menurunkan CO sehingga pasien
terengah-engah dan dapat menjadi tidak sadarkan diri. Dapat terjadi sensasi nause dan gejala
muntah. Gejala ini – SUPINE HYPOTENSIVE SYNDROME harus senantiasa diingat saat
melakukan pemeriksaan kehamilan pada pasien hamil lanjut.

Perubahan nilai hasil pemeriksaan darah seperti nilai haemoglobin merupakan akibat dari
kebutuhan kehamilan yang dipengaruhi oleh peningkatan volume plasma.

Terjadi peningkatan eritrosit sebesar 18% dan terjadi peningkatan volume plasma sebesar 45%.
Dengan demikian maka terjadi penurunan hitungeritrosit per mililiter dari 4.5 juta menjadi 3.8
juta. Dengan semakin bertambahnya usia kehamilan, volume plasma semakin menurun dan
hitung eritrosit menjadi sedikit meningkat sehingga kadar hematokrit selama kehamilan menurun
namun sedikit meningkat menjelang aterm.

Packed Cell Volume (% ase )


Non – pregnant 40 – 42
]Minggu ke 20 39
Minggu ke 30 38
Minggu ke 40 40
Perubahan kadar haemoglobin paralel dengan yang terjadi pada eritrosit. Mean Cell Haemoglobin
Concentration pada keadaan non pregnant adalah 34% yang berarti bahwa setiap 100 ml eritrosit
mengandung 34 g haemoglobin. Nilai ini selama kehamilan tidak berubah dengan demikian maka
nilai volume eritrosit total dan haemoglobin total meningkat selama kehamilan

Peningkatan volume plasma menyebabkan penurunan kadar haemoglobin.

Selama masa kehamilan kadar haemoglobin turun sampai minggu ke 36. Penurunan ini mulai
terlihat pada minggu ke 12 dan nilai minimum terlihat pada minggu ke 32.

Terlihat dari data diatas bahwa tidak ada satu nilai normal yang dapat ditemukan selama
kehamilan. Fakta ini penting dalam menegakkan diagnosa anemia dalam kehamilan. Pada minggu
ke 30, kadar haemoglobin sebesar 105g/l adalah normal, namun nilai tersebut pada minggu ke 20
meunjukkan adanya anemia.

Ø  Zat besi
Dengan peningkatan jumlah eritrosit, kebutuhan akan zat besi dalam proses produksi hemoglobin
meningkat. Bila suplemen zat besi tidak diberikan, kemungkinan akan terjadi anemia defisiensi
zat besi.
Kebutuhan zat besi pada paruh kedua kehamilan kira-kira 6–7 mg/hari. Bila suplemen zat besi
tidak tersedia, janin akan menggunakan cadangan zat besi maternal. Sehingga anemia pada
neonatus jarang terjadi ; akan tetapi defisiensi zat besi berat pada ibu dapat menyebabkan
persalinan preterm, abortus, dan janin mati.

 LEUKOSIT
Terjadi kenaikan kadar leukosit selama kehamilan dari 7.109 / l dalam keadaan tidak hamil
menjadi 10.5.109 / l. Peningkatan ini hampir semuanya disebabkan oleh peningkatan sel PMN –
polimorfonuclear. Pada saat inpartu, jumlah sel darah putih ininakan menjadi semakin meningkat
lagi.

Ø  TROMBOSIT
Pada kehamilan terjadi thromobositopoeisis akibat kebutuhan yang meningkat.

Kadar prostacyclin (PGI2) sebuah “platelet aggregation inhibitor” dan Thromboxane (A2)


sebuah perangsang aggregasi platelet dan vasokonstriktor meningkat selama kehamilan.
Nilai rata – rata selama awal kehamilan adalah 275.000 / mm3 sampai 260.000 / mm3 pada
minggu ke 35. Mean Platelet Size sedikit meningkat dan life span trombosit lebih singkat.

Ø  SISTEM PEMBEKUAN DARAH


Kehamilan disebut sebagai hipercoagulable state. Terjadi peningkatan kadar fibrinogen dan faktor
VII sampai X secara progresif.

Kadar fibrinogen dari 1.5 – 4.5 g/L (tidak hamil) meningkat dan sampai akhir kehamilan
mencapai 4 – 6.5 g/L. Sintesa fibrinogen terus meningkat akibat meningkatnya penggunaan
dalam sirkulasi uteroplasenta atau sebagai akibat tingginya kadar estrogen.

Faktor II, V dan XI sampai XIII tidak berubah atau justru malah semakin menurun.

Nampaknya peningkatan resiko tromboemboli yang terkait dengan kehamilan lebih diakibatkan
oleh stasis vena dan kerusakan dinding pembuluh darah dibandingkan dengan adanya perubahan
faktor koagulasi itu sendiri.

 
 
 
SISTEM KARDIOVASKULER
 VOLUME DARAH
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor, misalnya kehilangan darah selama
melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (odema fisiologis). Kehilangan
darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat, tetapi terbatas. Setelah itu
terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebabkan volume darah menurun dengan
lambat. Pada minggu ke-3 dan 4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai
mencapai volume sebelum hamil. Hipervolemia yang diakibatkan kehamilan (peningkatan
sekurang-kurangnya 40% lebih dari volume tidak hamil) menyebabkan kebanyakan ibu bisa
menoleransi kehilangan darah saat melahirkan. Banyak ibu kehilangan 300-400ml darah sewaktu
melahirkan bayi tunggal per vaginam atau sekitar dua kali lipat jumlah ini pada saat operasi
caesaria.

Penyesuaian pembuluh darah maternal setelah melahirkan berlangsung dramatis dan cepat.
Respons wanita dalam menghadapi kehilangan darah selama masa pascapartum dini berbeda dari
respon wanita tidak hamil. Tiga perubahan fisiologi pasca partum yang melindungi wanita:
1.Hilangnya sirkulasi uteroplasma yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10-15%, 2.
Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasodilatasi, 3. Terjadinya
mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan dalam wanita hamil. Oleh karena itu, syok
hipovolemik biasanya tidak terjadi pada kehilangan darah normal.
 

 KOMPONEN DARAH
Hematokrit dan Hemoglobin
Selama 72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma yang hilang lebih besar daripada sel
darah yang hilang. Penurunan volume plasma dan peningkatan sel darah merah dikaitkan dengan
peningkatan hematokrit pada hari ke-3 sampai hari ke-7 pasca partum. Tidak ada SDM yang
rusak selama masa pasca partum, tetapi semua kelebihan SDM akan menurun secara bertahap
sesuai dengan usia SDM. Waktu yang pasti kapan volume SDM kembali ke nilai sebelum hamil
tidak diketahui, tetapi volume ini berada dalam batas normal saat dikaji 8 minggu setelah
melahirkan.

 
Sel Darah putih
Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12.000/mm3. Selama 10-12 hari pertama
setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20.000 dan 25.000/mm3 merupakan hal yang umum.
Neutrofil merupakan sel darah putih yang paling banyak. Keberadaan leukositosis disertai
peningkatan normal laju endap darah merah dapat membingungkan dalam menegakkan diagnosis
infeksi akut selama waktu ini.

 
Faktor Koagulasi
Faktor-faktor pembekuan dan fibrinogen biasanya meningkat selama masa hamil dan tetap
meningkat pada awal puerperium. Keadaan hiperkoagulasi, yang bisa diiringi kerusakan
pembuluh darah dan imobilitas, mengakibatkan peningkatan resiko tromboembolisme, terutama
setelah wanita melahirkan secara caesaria.aktivitas fibrinolitik juga meningkat selama beberapa
hari pertama setelah bayi lahir. Faktor I,II,VIII,IX, dan X menurun dalam beberapa hari untuk
mencapai kadar sebelum hamil. Produk pemecahan fibrin, yang memungkinkan dilepaskan, dari
bekas tempat plasenta juga dapat ditemukan dalam darah maternal.

Bobak, I.M , Lowdermilk, D.L et.all. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
 

BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor–
faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum,
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan.
Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa post partum. Jumlah sel
darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis
jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.
Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini
disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah.
Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada
hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi daripada saat
memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak.
Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan
peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan normal dalam 4-5
minggu post partum. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml,
minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.
 
Iklan
LAPORKAN IKLAN INI

BAGIKAN INI:

 Twitter
 Facebook

Posted on 2 Agustus 2015 by mutiazainivitaloka Bookmark the permalink.

NAVIGASI POS
← UKURAN – UKURAN KEPALA JANIN

Anda mungkin juga menyukai