PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan gizi bayi sampai berusia 2 tahun sangat pe
nting sehingga harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan
kebutuhan gizi bayi ialah dengan pemberian Air Susu Ibu. ASI merupakan
makanan ideal bagi bayi. ASI merupakan makanan paling lengkap,
karena ASI mengandung protein, lemak, vitamin, dan mineral serta zat
kekebalan tubuh. ASI juga menurunkan kemungkinan bayi terkena
penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi, serta pada
kenyataannya bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang
sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
(Depkes RI, 2001). Persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai
dengan 6 bulan adalah 15,3% (Riskesdas, 2010). Menurut hasil Survei
Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas), cakupan pemberian ASI
eksklusif pada bayi sampai 6 bulan hanya berkisar 28,6% (2007), 24,3%
(2008) dan 34,3% (2009). Walaupun 54,8% ibu mengaku hanya
memberikan ASI saja dalam 24 jam terakhir pada bayinya yang berumur
0-5 bulan tetapi 32% bayi 0-7 hari telah mendapat makanan pendamping
ASI, diantaranya 85,8% diberi susu formula. Menurut Depkes (2006),
13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga
bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan. Kondisi tersebut tidak
sesuai dengan yang direkomendasikan oleh Pemerintah Indonesia dalam
indkator Indonesia Sehat 2010 yaitu cakupan pemberian ASI eksklusif di
Indonesia sebesar 80%. Menurut Nutjahjati (2009), rendahnya pemberian
ASI sampai usia anak 2 tahun menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi
dan balita. Pemberian ASI eksklusif seperti yang direkomendasikan oleh
WHO (2002) masih jarang dipraktekkan oleh ibu-ibu di berbagai negara,
karena berbagai faktor, seperti sosial, budaya, ekonomi, dan politik
(SemegaJanneh, 1998). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan
2002–2003 yang dicatat oleh Sentra Laktasi Indonesia, ibu yang
memberikan ASI eksklusif selama 5 bulan ialah sebanyak 15%. Ibu-ibu di
Indonesia rata-rata memberikan ASI eksklusif selama 2 bulan. Pada saat
bersamaan terjadi peningkatan pemberian susu formula hingga 3 kali
lipat. Berdasarkan hasil penelitian Wijayanti (2010), pada bayi yang diberi
ASI Eksklusif presentase bayi yang tidak diare lebih tinggi dibandingkan
dengan bayi yang mengalami diare yaitu sebesar 66,67%. Hal tersebut
dikarenakan ASI merupakan asupan makanan yang aman dan bersih
bagi bayi, serta mengandung zat antibodi penting pada kolostrum.
Wulandari (2011) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa 76%
responden memberikan ASI Pre-Laktal kepada bayi baru lahir. Penelitian
yang dilakukan Sinambela (2000) menyatakan bahwa pemberian ASI
PreLaktal yang dilakukan oleh 83,3% responden di Kecamatan Cijeruk
Kabupaten Bogor terjadi karena kebiasaan yang ada di lingkungan
responden. Selain itu, dalam penelitian Padmawati (2011)
mengungkapkan bahwa alasan pemberian ASI Pre-Laktal adalah
khawatir ASI kurang serta diberi susu formula dari tempat bersalin. Lebih
lanjut dalam penelitian Ningsih (2004) dijelaskan bahwa petugas
kesehatan memperbolehkan pemberian makanan atau minuman pre-
laktal sebelum ASI keluar.
ASI selain meningkatkan kekebalan tubuh pada bayi, juga
memberi manfaat kepada ibu. Salah satu manfaat menyusui bagi ibu
ialah mengalami penurunan berat badan. Menurut WHO (2001),
menyusui membutuhkan banyak energi sehingga membantu ibu
menyusui kembali ke berat badan normal. Hatsu dkk (2008) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa pemberian ASI Ekslusif memerlukan
kalori sebanyak 500 kalori selama menyusui setiap hari. Retensi berat
badan postpartum dipengaruhi oleh kenaikan berat badan saat hamil,
asupan makanan, dan aktivitas fisik. Menurut Margawati (2010), terdapat
perbedaan penurunan berat badan antara ibu yang menyusui secara
eksklusif dan tidak eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Sayekti (2007), didapatkan hasil bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara menyusui secara eksklusif terhadap penurunan berat
badan ibu selama 6 minggu postpartum, sedangkan selama 2 minggu
dan 4 minggu postpartum tidak ada pengaruh yang signifikan. Pengaruh
menyusui eksklusif terhadap penurunan berat badan ibu sebesar 12,9%
dengan rerata penurunan berat badan sebesar 2,08 kg pada ibu
menyusui eksklusif dan 0,89 kg pada ibu menyusui tidak eksklusif.
Berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011, Jawa Tengah
merupakan daerah dengan cakupan pemberian ASI eksklusif yang
berada dibawah target nasional, yaitu 57,8% (BPS, 2010). Salah satu 4
kabupaten yang memiliki cakupan pemberian ASI eksklusif yang masih
rendah yaitu 33,4% ialah Sukoharjo (Wahyuni, 2006). Bila dilihat dari data
yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo tidak berbeda jauh dengan
kabupaten-kabupaten yang ada di Indonesia, yaitu pemberian ASI
eksklusif pada bayi belum mencapai target nasional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebutuhan GizI
Kebutuhan Gizi Masa Balita Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan untuk anak dibagi menjadi : anak usia 6-11 bulan dengan rata-
rata berat badan 9,0 kg dan tinggi badan 72 cm; anak usia 1-3 tahun
dengan rata-rata berat badan 13,0 kg dan tinggi badan 92 cm; dan anak
usia 4-6 tahun dengan rata-rata berat badan 19,0 kg dan tinggi badan 113
cm.
1. Energi
Kebutuhan energi anak secara perorangan didasarkan pada
kebutuhan energi untuk metabolisme basal, kecepatan pertumbuhan, dan
aktivitas. Energi untuk metabolisme basa bervariasi sesuai jumlah dan
komposisi jaringan tubuh yang aktif secara metabolik bervariasi sesuai
umur dan gender. Aktifitas fisik memerlukan energi di luar 8 kebutuhan
untuk metabolisme basal. Aktifitas fisik adalah gerakan yang dilakukan
oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama aktifitas fisik, otot
membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan
jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan
zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa
dari tubuh. Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan
sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan bijibijian.
Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat, seperti padipadian,
umbi-umbian, dan gula murni. Semua makanan yang dibuat dari dan
dengan bahan makanan tersebut merupakan sumber energi. Energi
merupakan kemampuan atau tenaga untuk melakukan kerja yang
diperoleh dari zat-zat gizi penghasil energi. Berdasarkan hasil Angka
Kecukupan Gizi (2019), angka kecukupan energi untuk anak usia 6-11
bulan adalah sebesar 800kkal/orang/hari, anak berusia 1-3 tahun adalah
sebesar 1350kkal/orang/hari, sedangkan untuk anak berusia 4-6 tahun
adalah sebesar 1400kkal/orang/hari.
2. Karbohidrat
Karbohidrat-zat tepung / pati-gula adalah makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan energi, energi yang terbentuk dapat digunakan
untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh baik yang disadari maupun
yang tidak disadari misal, gerakan jantung, pernapasan, usus, dan organ-
organ lain dalam tubuh. Pangan sumber karbohidrat misalnya 9 serealia,
biji-bijian, gula, buah-buahan, umumnya menyumbang paling sedikit 50%
atau separuh kebutuhan energi keseluruhan. Anjuran konsumsi
karbohidrat menurut Angka Kecukupan Gizi (2019) sehari bagi anak usia
6-11 bulan sebesar 105gram, anak usia 1-3 tahun sebesar 215 gram, dan
untuk usia anak 4-6 tahun sebesar 220 gram.
3. Protein
Kebutuhan protein anak termasuk untuk pemeliharaan jaringan.
Perubahan komposisi tubuh, dan pembentukan jaringan baru. Selama
pertumbuhan, kadar protein tubuh meningkat dari 14,6% pada umur satu
tahun menjadi 18-19% pada umur empat tahun, yang sama dengan kadar
protein orang dewasa. Kebutuhan protein untuk pertumbuhan
diperkirakan berkisar antara 1-4 g/kg penambahan jaringan tubuh. Protein
diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan jaringan
tubuh, serta membuat enzim pencernaan dari zat kekebalan yang bekerja
untuk melindungi tubuh balita. Protein bermanfaat sebagai presekutor
untuk meurotransmitter demi perkembangan otak yang baik nantinya.
Kebutuhan protein menurut Angka Kecukupan Gizi (2019), untuk anak
usia 6-11 bulan sebesar 15 gram, anak usia 1-3 tahun sebesar 20 gram,
dan anak usia 4-6 bulan sebesar 25 gram.
Penilaian terhadap asupan protein anak harus didasarkan pada:
(1) kecukupan untuk pertumbuhan,
(2) mutu protein yang dimakan,
(3) kombinasi makanan dengan kandungan asam amino esensial
yang saling melengkapi bila dimakan bersama,
(4) kecukupan asupan vitamin, mineral, dan energi.
4. Lemak
Lemak merupakan sumber energi dengan konsentrasi yang
cukup tinggi. Balita membutuhkan lebih banyak lemak dibandingkan
orang dewasa karena tubuh mereka menggunakan energi yang lebih
secara proporsional selama masa pertumbuhan dan perkembangan
mereka. Angka kecukupan lemak untuk anak usia 6-11 bulan sebesar 35
gram, usia 1-3 tahun sebesar 45 gram, dan anak usia 4-6 tahun sebesar
50 gram.
5. Serat
Serat adalah bagian dari karbohidrat dan protein nabati yang tidak
dipecah dalam usus kecil dan penting untuk mencegah sembelit, serta
gangguan usus lainnya. Serat dapat membuat perut anak menjadi cept
penuh dan terasa kenyang, menyisakan ruang untuk makanan lainnya
sehingga sebaiknya tidak diberikan secara berlebih. Kecukupan serat
untuk anak usia 6-11 bulan sebesar 11 gram/hari, anak usia 1-3 tahun
adalah 19 gram/hari, sedangkan anak 4-6 tahun adalah 20 g/hari.
Dua hal penting dalam periode ini yaitu melakukan inisiasi menyusu dini
(IMD) dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Inisiasi menyusu dini
adalah memberikan kesempatan kepada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri
pada ibunya dalam satu jam pertama kelahirannya. IMD adalah proses
meletakkan bayi baru lahir pada dada atau perut sang ibu agar bayi secara alami
dapat mencari sendiri sumber Air Susu Ibu (ASI) dan menyusu. ASI eksklusif
adalah pemberian ASI setelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa
pemberian makanan lain.
A. KESIMPULAN
Gizi merupakan faktor penting dalam proses tumbuh kern bang fisik anak
yang sedang tumbuh dan berkembang. Gizi yang dibutuhkan meliputi air susu
ibu (ASI), energi, prolein, lemak, hidrat arang/karbohidral, vitamin dan mineral.
Dalam pemberian zat gizi diharapkan sesuai dengan paJa menu seimbang dan
besar porsi disesuaikan dengan daya tcrima anak. Dalam memberi zal gizi
anak, jumlah pemberian disesuaikan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan.
Karena, lumbuh kern bang anak mengalami dua phase, yaitu phase growth
spurl {pertumbuhan melonjak) dan phase growth plateu (pertumbuhan
mendatar). Pertumbuhan tinggi badan, beral dan usia untuk anak Jaki-laki dan
anak perempuan berbeda.
B. SARAN