Anda di halaman 1dari 7

Materi Talkshow dalam rangka Hari Gizi Nasional Ke – 63

“ Cegah Stunting dengan Isi Piringku Kaya akan Protein Hewani”

Disusun Oleh :

1. Astina Suci Kasuwara, AMG


2. Firmanti Dwi Riana, A. Md, Gz

PERSAGI DPC KOTA TEGAL

TAHUN 2023
A. PENDAHULUAN
Angka stunting di Indonesia masih tinggi yaitu 24,4% (SSGI 2021), walaupun
terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 27,7% tahun 2019 namun masih butuh
upaya untuk mencapai target penurunan stunting pada tahun 2024 sebesar 14%.
Stunting terjadi sejak sebelum lahir, dilihat dari tren SSGI 2018-2021, konsisten
terlihat bahwa angka stunting tinggi saat lahir dan naik tinggi pada rentang usia 6-24
bulan. Data menunjukkan angka stunting pada bayi usia 6-11 bulan 13,8% dan usia
12-23 bulan 27,2% (SSGI 2021). Dari data tersebut kita dapat melihat pentingnya
terpenuhinya gizi ibu sejak hamil, menyusui dan kecukupan protein hewani pada MP-
ASI balita.
Secara umum dilihat dari data SSGI 2018-2021, tidak terjadi perbaikan status
gizi yang signifikan pada anak Indonesia dari tahun ke tahun, dilihat dari nilai Z-score
tinggi badan menurut umur yaitu - 1,26 (2018), -1,23 (2019) dan -1,19 (2021). Di
masa ini sangat penting untuk memperhatikan dan menjamin kecukupan energi dan
protein pada anak untuk mencegah terjadinya stunting. Protein hewani penting dalam
penurunan stunting. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Headey et.al (2018)
menyatakan bahwa ada bukti kuat hubungan antara stunting dan indikator konsumsi
pangan berasal dari hewan, seperti daging, ikan, telur dan susu atau produk
turunannya (keju, yoghurt, dll). Penelitian juga menunjukan konsumsi pangan berasal
dari protein hewani lebih dari satu jenis lebih menguntungkan daripada konsumsi
pangan berasal dari hewani tunggal.
Tingkat kecukupan konsumsi energi dan protein dapat digunakan sebagai
indikator untuk melihat kondisi gizi masyarakat. Berdasarkan Susenas 2022,
konsumsi protein per kapita sudah berada diatas standar kecukupan konsumsi protein
nasional yaitu 62,21 gram namun masih cukup rendah untuk protein hewani yaitu
kelompok ikan/udang/cumi/kerang 9,58 gram; daging 4,79 gram; telur dan susu 3,37
gram. Penentuan tingkat kecukupan konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia
per kapita per hari menggunakan standar rekomendasi dari hasil Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (WNPG) ke-11 tahun 2018. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
bagi Bangsa Indonesia adalah 2.100 kkal dan 57 gram protein. Sementara itu
berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), konsumsi telur, daging,
susu dan produk turunannya di Indonesia termasuk yang rendah di dunia: konsumsi
telur antara 4-6 kg/tahun; konsumsi daging kurang dari 40 g/orang, serta konsumsi
susu dan produk turunannya 0-50 kg/orang/tahun. Data Susenas 2022, konsumsi
daging di Indonesia masih tergolong sedikit, bahkan bila dibandingkan dengan
negara-negara di Asia Tenggara.
Selain harganya mahal, sedikitnya konsumsi daging penduduk Indonesia juga
disebabkan karena daya beli penduduk yang masih rendah. Penduduk yang
mengonsumsi kalori berasal dari daging paling tinggi terdapat di Provinsi Kepulauan
Riau sebesar 124,20 kkal sedangkan yang terendah di Provinsi Maluku Utara sebesar
23,08 kkal. Telur merupakan sumber protein, asam amino dan lemak sehat.
Sedangkan susu mengandung protein dan kalsium. Penduduk di provinsi Kepulauan
Riau paling tinggi mendapatkan kalori yang berasal dari telur dan susu. Kandungan
konsumsi kalori per kapita penduduk Provinsi DKI Jakarta sebesar 94,45 kkal,
sedangkan penduduk di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengkonsumsi kalori yang
berasal dari telur dan susu hanya sebesar 24,93 kkal. Perbaikan gizi masyarakat pada
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dengan konsumsi beragam makanan bergizi dan
mengandung protein hewani setiap kali makan akan berdampak pada penurunan
stunting.
Selain melakukan ANC, selama kehamilan ibu perlu memperhatikan beberapa
hal untuk untuk menjaga kesehatannya dan janin yang ada dalam kandungannya
sehingga terhindar dari anemia dan kurang energi kronik (KEK) yang dapat berakibat
lahirnya BBLR atau prematur serta terhindar dari berbagai penyakit lainnya. Ibu dapat
membaca buku KIA untuk mengetahui bagaimana cara menjaga kesehatan selama
hamil, contohnya adalah ibu menambahkan porsi makanan utama atau makanan
selingan dari sebelum kehamilan dan ibu harus makan beragam jenis bahan makanan,
utamanya yang kaya protein hewani.
Selama menyusui ibu tetap harus mengonsumsi beraneka ragam makanan
bergizi utamanya protein hewani dan menambah porsi makannya dibanding saat
hamil untuk menjaga kualitas ASI agar bayi yang disusuinya terhindar dari
permasalahan gizi. Bayi harus mendapatkan ASI eksklusif pada 6 bulan pertama
melalui terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI saja yang
diberikan kapanpun bayi membutuhkan (on demand). Setelah bayi berusia 6 bulan,
ASI dilanjutkan disertai dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI)
yang memenuhi syarat tepat waktu, adekuat dan kaya protein hewani, aman dan
diberikan dengan cara yang benar. Pastikan setiap kali makan MP ASI mengandung
protein hewani.
Untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dalam meningkatkan gizi ibu
dan balita, diperlukan media promosi melalui isi piringku bagi ibu dan balita. Hari
Gizi Nasional ke-63 merupakan momentum yang baik untuk menggaungkan “Protein
Hewani Cegah Stunting” dengan rangkaian kegiatan di tingkat pusat hingga ke tingkat
masyarakat serta melibatkan berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta.

B. TUJUAN
Menyebarluaskan informasi dan promosi kepada masyarakat tentang pentingnya gizi
ibu hamil yang kaya protein hewani sehingga masyarakat memiliki perilaku konsumsi
beraneka ragam makanan yang kaya protein hewani dalam rangka percepatan
penurunan stunting.

C. SASARAN
Seluruh masyarakat kota Tegal khususnya ibu hamil dan keluarga yang berperan
penting dalam percepatan penurunan angka stunting.

D. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Hari : Rabu
Tanggal : 25 Januari
Pukul : 10.00 – 11.00 WIB
Tempat : Studia Radio Sebayu FM
E. MATERI TALKSHOW

1. Pengertian Stunting
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya
gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence
Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata – rata IQ anak normal (Kemenkes RI,
2018).
Stunting menjadi masalah gagal tumbuh yang dialami oleh bayi di bawah lima
tahun yang mengalami kurang gizi semenjak di dalam kandungan hingga awal bayi
lahir, stunting sendiri akan mulai nampak ketika bayi berusia dua tahun (Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017).
Stunting dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi terutama pada saat 1000
HPK. Pemenuhan gizi dan pelayanan kesehatan pada ibu hamil perlu mendapat
perhatian untuk mencegah terjadinya stunting. Stunting akan berpengaruh terhadap
tingkat kecerdasan anak dan status kesehatan pada saat dewasa. Akibat kekurangan
gizi pada 1000 HPK bersifat permanen dan sulit untuk diperbaiki (Warta Kesmas
Edisi 02, 2018)

2. Dampak Stunting
Dampak stunting dibagi menjadi dua, yakni ada dampak jangka panjang dan
juga ada jangka pendek. Jangka pendek kejadian stunting yaitu terganggunya
perkembangan otak, pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan gangguan metabolisme pada
tubuh. Sedangkan untuk jangka panjangnya yaitu mudah sakit, munculnya penyakit
diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah, kegemukan, kanker, stroke,
disabilitas pada usia tua, dan kualitas kerja yang kurang baik sehingga membuat
produktivitas menjadi rendah (Kemenkes RI, 2016).

3. Pencegahan stunting dengan 1000 HPK (Golden Period)


Stunting dapat terjadi sebagai akibat kekurangan gizi terutama pada saat 1000
Hari Pertama Kehidupan (HPK). Salah satu cara mencegah stunting adalah
pemenuhan gizi dan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Upaya ini sangat
diperlukan, mengingat stunting akan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan anak
dan status kesehatan pada saat dewasa. Akibat kekurangan gizi pada 1000 HPK
bersifat permanen dan sulit diperbaiki.
Periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu sejak awal kehamilan
sampai tahun kedua anak merupakan masa kritis yang menentukan kesehatan,
kesuksesan dan kesejahteraan anak dimasa datang. Kekurangan gizi pada periode ini
dapat mengakibatkan kerusakan yang irreversible (tidak tergantikan).
4. Nutrisi bagi ibu hamil
Nutrisi sangat diperlukan dalam setiap siklus hidup, dimulai dari dalam rahim
(janin), bayi, anak, dewasa, dan tua. Periode 1000 HPK mulai fase kehamilan sampai
dua tahun pertama hidup dianggap sebagai masa kritis, karena pertumbuhan dan
perkembangan terjadi sangat cepat selama periode ini. Asupan pada saat hamil
sangatlah penting yang menentukan kualitas janin di dalam kandungan sang ibu.
Asupan yang kekurangan atau kelebihan makanan pada masa hamil dapat berakibat
kurang baik bagi ibu, janin yang dikandung serta jalannya persalinan. Diharapkan
setiap ibu hamil berpedoman pada gizi seimbang.
Selama hamil, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi daripada wanita
yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang
dikandungnya, bila makanan ibu terbatas janin akan tetap menyerap persediaan
makanan ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan
lain-lain. Demikian pula,bila makanan ibu kurang, tumbuh kembang janin akan
terganggu, terlebih bila keadaan gizi ibu pada masa sebelum hamil telah buruk pula
dan keadaan ini dapat mengakibatkan abortus, BBLR, bayi lahir prematur atau bahkan
bayi lahir mati (Hariyani S, 2012).
Pada kondisi kelebihan gizi terutama dalam mengkonsumsi asupan tinggi
glukosa, dapat menyebabkan ibu dan janin mengalami masalah serius. Pada kondisi
tersebut ibu dapat mengalami diabetes gestasional sedangkan janin dapat mengalami
makrosomia dengan resiko terkena diabetes lebih tinggi dibandingkan janin lainnya
dan bisa saja terjadi Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Pada kondisi asupan kurang
maka dapat memberikan dampak pada janin terhambat sehingga dapat mengalami
ketidaksempurnaan proses pembentukan organ vital terutama organ susunan saraf
yang berdampak pada masa depan anak tersebut. Berikut tabel rekomendasi
kenaikkan berat badan ibu hamil berdasarka IMT atau status gizi ibu hamil sebelum
hamil.

Rentang Kenaikan BB yang


Kategori IMT
dianjurkan
Rendah (IMT < 19,8) 12,5 – 18 kg

Normal (IMT 19,8 – 26 ) 11,5 – 16 kg

Tinggi (IMT >26 – 29 ) 7 – 11,5 kg

Obesitas (IMT >29) <6 kg

Asupan gizi seimbang di masa kehamilan merupakan bagian pentig dalam


mengelola kebutuhan gizi anak yang sedang berada dalam kandungan, terutama pada
saat kehamilan 8 minggu pertama dimana organ – organ penting seperti otak, hati,
jantung, ginjal, tulang dan organ vital lainnya terbentuk. Kemudian organ – organ
tersebut mengalami pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut di minggu ke 9
sampai bayi siap untuk dilahirkan di dunia.
Salah satu zat penting yang diperlukan untuk pertumbuhan janin pada ibu
hamil adalah protein. Protein dibutuhkan untuk perkembangan organ – organ penting
janin, payudara dan alat kandungan seperti air ketuban. Protein juga disimpan dalam
tubuh ibu hamil untuk dikeluarkan saat masa menyusui.

Protein pada ibu hamil penting karena perannya dalam struktur (keratin,
collagen) dan fungsi biologis tubuh seperti enzym, transportasi protein dan hormon.
Protein dapat berasal dari nabati dan hewani. Kualitas suatu protein dipengaruhi oleh
kemudahannya untuk dicerna dan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan tubuh
untuk pertumbuhan, penggantian sel yang rusak dan pemeliharaanya. Protein hewani
dianggap sebagai “protein lengkap” karena mengandung semua 9 asam amini
esensial, sementara pada protein nabati tidak demikian. Asupan protein yang
dianjurkan untuk wanita adalah: 55 – 65 g/hari atau setara dengan 3- 4 porsi makanan
sumber protein hewani. Selama kehamilan kebutuhan protein meningkat sebanyak 10
gr/hari pada trimester 1 dan 2, 30 gr/hari pada trimester 3. Berikut tabel kebutuhan
makanan ibu hamil yang dapat dilihat pada buku KIA di halaman 19.
5. Sumber Protein Hewani
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang lebih baik dibanding
dengan nabati, terutama dilihat dari segi besar kandungan protein per 100 gram bahan
makanan maupun dari mutunya. Bahan makanan sumber protein hewani adalah ikan,
udang dan makanan hasil laut, daging unggas, telur, susu, dan daging ternak besar
(sapi, kambing, kerbau dan lain-lain).

Anda mungkin juga menyukai