Menengah Kebawah
5. Pemberian
Setelah pemberian ASI secara eksklusif selama usia 0-6 bulan, selanjutnya bayi mulai
dikenalkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan tetap memberikan ASI lanjutan
sampai dengan usia 2 tahun atau lebih. Pemberian MP-ASI mulai usia 6 bulan menjadi sangat
penting mengingat pada usia 6-11 bulan kontribusi ASI pada pemenuhan kebutuhan gizi hanya
dua per tiga sedangkan sepertiganya harus dipenuhi dari MP-ASI. Seiring bertambahnya usia,
kehadiran MP-ASI menjadi semakin penting. Pada saat bayi berusia 12-23 bulan, dua per tiga
pemenuhan kebutuhan gizi berasal dari MP-ASI.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP-ASI adalah kuantitas dan kualitasnya
memenuhi prinsip gizi seimbang agar tidak cenderung tinggi karbohidrat tetapi juga memenuhi
kebutuhan karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. MP-ASI ada yang bersifat pabrikan dan ada
yang berbasis pangan lokal. Keduanya dapat diberikan, namun MP-ASI berbasis pangan lokal
akan lebih berkelanjutan karena memanfaatkan pangan yang ada di masyarakat.
Dimasa Pandemi Covid seperti saat ini kita masih tetap harus memperhatikan Pemberian Makan
Bayi dan Anak (PMBA) agar anak bisa tumbuh dan berkembang sesuai masanya atau usianya,
anak merupakan potensi dan penerus untuk mewujudkan kualitas dan keberlangsungan bangsa.
Sebagai manusia anak berhak untuk mendapatkan pemenuhan, perlindungan serta penghargaan
akan hak asasinya. Sebagai generasi penerus bangsa, anak harus dipersiapkan sejak dini dengan
upaya yang tepat, terencana, intensif dan berkesinambungan agar tercapai kualitas tumbuh
kembang fisik, mental, sosial, dan spiritual tertinggi. Salah satu upaya mendasar untuk menjamin
pencapaian tertinggi kualitas tumbuh kembangnya sekaligus memenuhi hak anak adalah
pemberian makan yang terbaik sejak lahir hingga usia dua tahun.
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal di dalam Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yaitu melakukan Inisiasi menyusu
Dini (IMD) 30 menit setelah bayi lahir, memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan, memberikan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6-24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI
sambpai anak berusia 24 bulan.
Pola pemberian makan tersebut mendukung pertumbuhan optimal bagi anak. Pada usia 0 – 6 tahun
terjadi pertumbuhan otak hingga mencapai sekitar 75%, masa ini disebut periode emas atau golden
periode. Pemberian makan yang optimal pada usia 0 – 2 tahun memberikan kontribusi bermakna
pada pertumbuhan otak anak. Pemberian makan yang tidak tepat mengakibatkan masih cukup
banyak anak yang menderita kurang gizi. Fenomena “gagal tumbuh” atau growth faltering pada
anak Indonesia mulai terjadi pada usia 4-6 bulan ketika bayi diberi makanan tambahan dan terus
memburuk hingga usia 18-24 bulan. Kekurangan gizi memberi kontribusi 2/3 kematian balita. Dua
pertiga kematian tersebut terkait dengan praktek pemberian makan yang tidak tepat pada bayi dan
anak usia dini.
Salah satu dampak tidak tepatnya pemberian makanan bagi bayi anak adalah stunting. Berdasarkan data
Riskesdas prevalensi Stunting di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 37,2% dan tahun 2016 turun
menjadi 29% , Di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2013 prevalensi stunting sebanyak 29,2% dan turun
menjadi 26% di tahun 2015 sedangkan di Kabupaten Jombang angka kejadian stunting pada tahun 2015
sebanyak 24,77% , naik pada tahun 2016 menjadi 29,27%, dan turun pada tahun 2017 menjadi 22,7%
namun menurut WHO hal tersebut sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat kategori ringan jika
prevalensi stunting antara 20-30%.
Pemberian MPASI yang tepat waktu, adekuat dan aman merupakan investasi kesehatan bagi anak dimasa
depan. Sejalan dengan tujuan tersebut maka Dinas Kesehatan kabupaten Jombang mengadakan Pelatihan
kader motivator PMBA agar dapat memberikan konseling PMBA yang tepat dan meningkatkan
pengetahuan serta ketrampilan kader dalam rangka mendukung 1000 HPK.
Kegiatan di bagi menjadi 2 (dua) angkatan, masing-masing di ikuti 30 orang, angkatan I; Peserta berasal
dari 5 Badan Layanan Umum daerah (BLUD) Puskesmas; Sumobito, Mojoagung, Kesamben, Dukuh
Klopo, Plandaan, peserta terdiri dari petugas Gizi 1 orang, Bidan Desa 1 orang, Kader 4 orang jumlah 30
orang. Adapun tempat kegiatan di Puskesmas Dukuh Klopo, dilaksanakan pada tanggal 16-19 Maret 2021.
Angkatan II; Peserta berasal dari 5 BLUD Puskesmas yaitu Bareng, Japanan, Brambang, Jogoroto dan
Perak, peserta terdiri dari Petugas Gizi 1 orang, Bidan Desa 1 orang, kader 4 orang jumlah peserta
pelatihan kader motivator PMBA 30 orang, pelatihan dilaksanakan pada tanggal 23-26 Maret 2021 di Balai
Desa Diwek Kecamatan Diwek. Tim Fasilitator PMBA dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, materi
sesuai modul peserta PMBA.
Semoga kegiatan Pelatihan kader motivator PMBA kali ini kedepan dapat menekan angka stunting di
Kabupaten Jombang sehingga tumbuh kembang anak optimal, generasi mendatang mampu menjadi
Generasi yang unggul dan berkwalitas secara lahir, batin, spiritual, sosial serta emosional dengan demikian
akan dapat membantu Visi dan Misi Bupati Jombang dalam mewujudkan Jombang Berkarakter dan
berdaya saing, Aamiin YRA.
Sebagai gambaran prevalensi stunting di dunia (data dari tahun 2000 – 2017) cukup tinggi,
yakni sekitar 22,2%. Sayangnya kejadian stunting di Indonesia jauh lebih tinggi, yakni 30,8%
atau 1 dari 3 balita mengalami stunting.
Dr. dr. Tinuk Agung Meilany, SpA(K) dari RSIA Harapan Kita, Jakarta, menjelaskan sangat
penting memantau tumbuh kembang anak berdasarkan kurva (tabel) tumbuh kembang,
untuk memantau apakah anak tergolong stunting.
“Pertumbuhan anak tiap bulan pasti naik, kalau tidak naik berarti tidak sehat. Jangan bilang
tidak apa-apa kalau ada anak yang pertumbuhannya tidak naik,” katanya dalam sesi
webinar apotek, Selasa (1/9/2020). “Biasanya bila berat badannya sudah tidak naik 2 kali
dalam 2 bulan, tingginya ikut berhenti. Nantinya hasil akhirnya ia menjadi pendek
dibandingkan bapak ibunya.”
Stunting merupakan gagal tumbuh tidak sesuai potensi genetiknya, akibat kekurangan gizi
kronis selama 1000 hari pertama (0-2 tahun) kehidupan. Stunting selain menghambat
tumbuh kembang, juga mempengaruhi perkembangan otak, dan menurunkan status
imunitas tubuh.
Dalam jangka panjang akan berdampak pada kognitif dan prestasi belajar, kapasitas kerja,
dan risiko memiliki penyekit kronis seperti diabetes, jantung, stroke, bahkan kanker.
Ada yang disebut ‘kelaparan tersembunyi’ alias hidden hunger. Ini adalah kekurangan
mikronutrien (gizi mikro) seperti zat besi, yodium, zinc, asam folat, vitamin A dan beberapa
jenis vitamin B. Di mana zat besi (Fe) dan zinc adalah mikronutrien utama yang kalau
kekurangan akan mengganggu pertumbuhan.
“Zinc merupakan mineral kedua terbanyak setelah Fe yang terdapat di seluruh sel tubuh. Ia
tidak bisa diproduksi tubuh dan disimpan dalam tubuh, sehingga perlu asupan yang terus
menerus,” tegas dr. Tinuk.
Zinc diperlukan untuk aktivitas lebih dari 300 enzim. Ia juga berperan pada pertumbuhan
dan pembelahan sel, diferensiasi dan metabolisme sel. “Defisiensi zinc akan menghambat
pertumbuhan anak dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi,” ujar dokter yang
juga berpraktik di RS Permata Cibubur, Bekasi.
Zinc juga memperbaiki dan meningkatkan imunitas saluran cerna. Itu sebabnya ia
direkomendasikan WHO dalam terapi diare, untuk mengurangi keparahan dan durasi diare,
serta mencegah diare berulang 2-3 bulan ke depan.
Sayangnya data Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Makanan (P3GM) Kementerian
Kesehatan tahun 2006 menyatakan 32% balita Indonesia mengalami defisiensi zinc,
sementara rata-rata asupan zinc pada balita hanya memenuhi 30% dari AKG (Angka
Kecukupan Gizi).
“Pemberian zinc dalam bentuk makanan alami lebih aman, karena kalau kebanyakan akan
dibuang lewat feses. Kalaupun memerlukan suplemen, harus berdasarkan anjuran dokter,”
tukas dr. Tinuk.
Beberapa penelitian sudah membuktikan manfaat suplementasi zinc untuk meningkatkan
berat dan tinggi badan.
Akram E, dkk, dari Benha University, Mesir, meneliti pemberian suplementasi zinc dalam 4
bulan pertama kehidupan bayi prematur. Mereka melihat terjadi kenaikan bermakna berat
dan panjang badan, kadar Hb (hemoglobin) dan zinc dalam darah, serta pencapaian
tahapan tumbuh kembang (developmental milestone).
Studi lain adalah suplementasi zinc pada anak balita. Peneliti me-review 78 riset, melibatkan
34.352 peserta. Meneliti efek suplementasi zinc selama > 3 bulan pada ibu hamil, atau pada
anak sampai usia 5 tahun.
Hasilnya suplementasi zinc meningkatkan tinggi dan berat badan menurut umurnya, serta
efeknya menjadi lebih kuat pada anak yang >2 tahun,” kata dr. Tinuk.
Hasil ini mendukung penggunaan zinc untuk pertumbuhan bayi dan anak di bawah 5 tahun,
serta bermanfaat mencegah stunting. (jie)