terjadi akibat hiperandrogenisme dan gangguan ovulasi tanpa disertai adanya kelainan
hiperplasia adrenal kongenital, hiperprolaktinemia atau neoplasma yang mensekresi
androgen. Gejala yang timbul dapat bervariasi dari tanpa gejala sama sekali sampai
gejala seperti infertilitas, anovulasi kronik yang ditandai dengan amenorea,
oligomenorea, gangguan haid atau perdarahan uterus disfungsional dan hirsutisme.
Penampakan utama pada SOPK adalah hiperandrogenisme dan anovulasi kronik yang
sering dihubungkan dengan resistensi insulin, serta perubahan frekuensi
pengeluarangonadotropin-releasing hormone dan pengeluaran hormon-hormon
gonadotropin lainnya.
Hipotalamus dan hipofisis berperan penting dalam pengendalian perkembangan gonad
dan fungsi reproduksi. Fungsi gonad pada wanita secara langsung dikontrol oleh
hormon-hormon gonadotropik hipofisis anterior, follicle-stimulating hormone (FSH)
danluteinizing hormone (LH). Kedua hormon ini, pada gilirannya, diatur
oleh gonadotropin-releasing hormone (GnRH) hipotalamus yang sekresinya pulsatif
serta efek umpan-balik hormon-hormon gonad. Sedangkan ovarium sebagai organ
reproduksi primer wanita melakukan tugas ganda, yaitu menghasilkan ovum dan
menghasilkan hormon-hormon seks wanita seperti estrogen dan progesterone. Kedua
hormon ini bekerja bersama untuk mendorong fertilisasi ovum dan untuk
mempersiapkan sistem reproduksi wanita untuk kehamilan.
Selama fase folikel (paruh pertama siklus ovarium), folikel ovarium mengeluarkan
estrogen di bawah pengaruh FSH, LH, dan estrogen itu sendiri. Kadar estrogen yang
rendah tetapi harus meningkat tersebut menghambat sekresi FSH, yang menurun
selama bagian terakhir fase folikel, dan secara inkomplit menekan sekresi LH yang terus
meningkat selama fase folikel. Pada saat pengeluaran estrogen mencapai puncaknya,
kadar estrogen yang tinggi memicu lonjakan sekresi LH pada pertengahan siklus.
Lonjakan LH, menyebabakan ovulasi yang matang. Sekresi estrogen merosot sewaktu
folikel mati pada ovulasi.
3
Gambar 3. Peningkatan produksi androgen oleh sel theca karena pengaruh LH yang
tinggi
Hiperespons pada ovarium dan androgen adrenal pada LH dan kortikotropin menjadi
karakteristik wanita yang mengalami SOPK akibat hasil dari peningkatan stimulasi
insulin secara kronik. Terlihat pada gambar bahwa kombinasi dari peningkatan level
androgen dan obesitas akan meningkatkan aromatisasi ekstraglandular pada jaringan
lemak dan menyebabkan pembentukan estrogen (asiklikestrogen) dalam bentuk estrone
meningkat yang berdampak umpan balik positif terhadap LH dan umpan balik negatif
terhadap FSH sehingga kadar LH meningkat dan kadar FSH menurun dalam plasma.
Akibat dari peningkatan kadar LH dalam plasma akan meningkatkan stimulasi stroma
pada sel theca dan menjadikan androgen meningkat.
6
Kadar insulin yang tinggi seperti ini dapat meningkatkan kadar hormon pria sehingga
keluhan SOPK menjadi semakin parah.
Gangguan akibat dari resistensi insulin mengacu pada metabolisme glukosa.
Kompensasi akibat adanya hiperinsulinemia adalah peningkatan kerja insulin dan
menyebabkan efek-efek yang berlebihan pada organ lain termasuk stimulasi sekresi
androgen ovarium oleh sel-sel adrenal. Insulin juga dapat menurunkan produksi sex
hormone-binding globulin(SHBG) di liver.
7
per tahun. Dapat terjadi amenorrhea sekunder dimana ada fase tidak adanya
menstruasi selama 6 bulan, dapat pula terjadi episode menometrorrhagia dengan
anemia.
Pada SOPK sekresi estrogen berlangsung lama dan tidak disertai ovulasi. Sekresi
tersebut juga tidak diimbangi oleh progesteron yang selanjutnya akan mempengaruhi
pelepasan gonadotropin kelenjar hipofise. Umpan balik yang dihasilkan dari estrogen
yang normal dapat mengakibatkan peningkatan sekresi LH. Peningkatan LH akan
menstimulasi sel teka ovarium untuk menghasilkan androgen dalam jumlah besar, akan
tetapi sekresi FSH sangat ditekan. Kurangnya stimulasi oleh FSH menyebabkan
kegagalan perkembangan folikel, tidak adekuatnya induksi terhadap enzim aromatisasi
yang penting untuk pembentukan estradiol serta menyebabkan kegagalan ovulasi.
B. Kelainan hiperandrogenisme
Hirsutisme
Pada wanita, hirsutisme didefinisikan sebagai adanya rambut terminal yang gelap dan
kasar yang berdistribusi sesuai pola rambut pada laki-laki. Rambut sering terlihat di
atas bibir, dagu, sekeliling puting susu, dan sepanjang linea alba abdomen. Beberapa
pasien dapat mengalami perkembangan karakterisktik seks pria (virilisasi) lainnya
seperti penurunan ukuran dada, suara berat, peningkatan massa otot, pembesaran
klitoris. Untuk menentukan derajat hirsutisme dapat digunakan sistem skoring
Ferriman-Gallwey. Pada sistem ini, distribusi rambut yang abnormal dinilai pada 9
bagian area tubuh dan dinilai dari angka 0-4.
C. Resistensi insulin
Resistensi insulin adalah berkurangnya respons glukosa terhadap insulin. Sindrom
metabolik atau sindrom X juga disebut sindrom resistensi insulin merupakan suatu
kumpulan faktor-faktor resiko yang bertanggung jawab terhadap peningkatan
morbiditas penyakit kardiovaskuler. Pada keadaan resistensi insulin dan obesitas,
komponen utama dari sindrom metabolik adalah:
Hipertensi
130/85 mmHg
Kadar Triglyceride
150 mg/dL
Kadar HDL-kolesterol
50 mg/dL
Obesitas abdominal
Glukosa puasa
110 mg/dL
A.
10
11
Kadar serum hCG harus diperiksa untuk menyingkirkan kehamilan pada pasien
dapat juga memberikan gambaran klinis hirsutisme dan amenorrhea. Namun, tumor
ini biasanya sangat progresif, dan pasien dapat memiliki kadar androgen yang tinggi.
Kadar testosteronenya dapat lebih besar dari 150 ng/dL, dan kadar DHEA-S nya
mencapai 800 mcg/dL atau lebih.
Hiperplasia adrenal kongenital dengan onset terlambat oleh karena defisiensi 21-
dan kreatinin pada sample urin 24 jam. Kadar kortisol bebas pada urin 24 jam yang
4 kali lipat dari batas normal adalah kadar diagnostik untuk sindroma cushing.
Hiperprolaktinemia dapat disingkirkan dengan memeriksa konsentrasi serum
Profil lipid saat puasa biasanya abnormal dan menunjukkan adanya kenaikan
trigliserida dan kadar kolesterol lipoprotein berdensitas rendah dan penurunan kadar
HDL-C.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis adanya SOPK adalah
dengan suatu studi pencitraan yaitu dengan sonografi. Secara histologis polikistik
ovarium tampak sebagai peningkatan volume, jumlah dari folikel matang, ketebalan
stromal korteks. Banyak dari perubahan jaringan ini dapat dilihat melalui sonografi,
dan pemeriksaan sonografis pelvik biasanya digunakan untuk mengevaluasi ovarium
pada wanita dengan kecurigaan SOPK. Sonografi penting pada wanita dengan SOPK
untuk melihat kesuburan dan pada wanita dengan tanda virilisasi.
Kriteria sonografi untuk polikistik ovarii dari konferensi Rotterdam tahun 2003
temasuk kista kecil 12 buah (diameter 2-9 mm) atau peningkatan volume ovarium
(>10mL) atau keduanya. Terkadang ada peningkatan jumlah stroma bersamaan dengan
peningkatan folikel. Hanya satu ovarium dengan penemuan ini cukup untuk
mendefinisikan SOPK. Bagaimanapun juga, kriteria tidak dapat diterapkan pada wanita
yang mengkonsumsi pil kontrasepsi kombinasi.
Lebih lanjut lagi, beberapa konferensi telah menetapkan kriteria diagnostik untuk
menegakkan sindroma polikistik ovarii ini. Seperti sebuah konferensi para ahli pada
tahun 1990 yang disponsori oleh National Institue of Child Health and Human Disease
dari United States National Institutes of Health membuat suatu kriteria diagnosis dari
SOPK, yaitu :
1.
1.
12
13
14
Terapi lini utama yang dapat diberikan untuk menginduksi ovulasi dan infertilitas pada
pasien SOPK diantaranya metformin dan CC, dapat diberikan tunggal atau kombinasi.
Clomiphene citrate merupakan estrogen lemah sintetis yang meniru aktivitas antagonis
estrogen bila diberikan pada dosis farmakologi khas untuk induksi ovulasi. Fungsi
hipofise-hipotalamus-ovarium axis diperlukan untuk kerja CC yang tepat. Lebih khusus
lagi, CC diperkirakan dapat mengikat dan memblokir reseptor estrogen di hipotalamus
untuk periode yang lama, sehingga mengurangi umpan balik estrogen normal
hipotalamus-ovarium. Blokade ini meningkatkan jumlah GnRH di beberapa wanita
yang anovulatoir. Peningkatan kadar GnRH menyebabkan peningkatan sekresi hipofise
gonadotropin, yang memperbaiki perkembangan folikel ovarium. Clomiphene
citrate juga dapat mempengaruhi ovulasi melalui tindakan langsung pada hipofisis atau
ovarium. Sayangnya, efek antiestrogen CC pada tingkat endometrium atau serviks
memiliki efek yang merugikan pada kesuburan pada sebagian kecil
individu. Penggunaan CC untuk induksi ovulasi memiliki hasil yang sangat baik.
Bahkan, pada beberapa populasi, 80% hingga 85% wanita akan berovulasi dan 40%
akan hamil.
Metformin adalah suatu biguanide, obat yang paling banyak digunakan sebagai terapi
diabetes tipe II di seluruh dunia. Kerja utamanya adalah untuk menghambat produksi
glukosa hepatik, dan juga meningkatkan sensitivitas jaringan perifer terhadap insulin.
Peningkatan sensitivitas insulin, yang memberikan kontribusi terhadap kemanjuran
metformin dalam terapi diabetes, juga terjadi pada wanita non diabetik dengan sindrom
ovarium polikistik. Pada wanita dengan sindrom ini, terapi jangka panjang dengan
metformin dapat meningkatkan ovulasi, memperbaiki siklus menstruasi, dan
menurunkan kadar androgen serum serta penggunaan metformin juga dapat
memperbaiki hirsutism.
14
DAFTAR PUSTAKA
1.
4.