Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 2C

TUTORIAL KEPERAWATAN KRITIS


SKENARIO 1

PENYUSUN

NIA LARASATI 04174563 KETUA


NOVIYATI ANGGRAITA 04174566 SEKRETARIS
KINASIH NUR FADHILAH 04174558 ANGGOTA
IRMALIANTI 04174559 ANGGOTA
LUZATUL AZZAIN 04174560 ANGGOTA
MAR’ATUR ROHMAH 04174561 ANGGOTA
MARLITA DYAH PRATAMA 04174562 ANGGOTA
NOLADAMAYANTISUBADI 04174564 ANGGOTA
NOVITA 04174565 ANGGOTA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKes SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

PujisyukurkamipanjatkankepadaTuhanYangMahaEsa,karena dengan rahmat


danperkenaan-Nya sehingga kamidapatmenyelesaikanLaporanTutorialKeperawatan kritis,
gunamemenuhi tugas Tutorial padatanggal 15 oktober 2020.
MakalahTutorialKeperawatan kritis inikamisusundenganmaksudguna
memenuhitugasTutorialdansebagaisyaratpenilaianmata kuliahTutorialKeperawatan kritis.
Adapun penjabaran Laporan Tutorial ini mengacu pada mata kuliah Tutorial
Keperawatan kritis yang membahas tentang ”Asuhan keperawatan dengan gangguan
hematological and immune system ( disseminated intravascular coagulation ) : cancer”
Kamimenyadaribahwa dalampenyusunan Laporan TutorialKeperawatan kritis.Ini
masih banyak lubangyang terliang dan masih banyak ronggayang terangah.Oleh
karenaitu, sarandan kritik yang membangun dari parapembacasangat kami
harapkandemipenyempurnaandanperbaikan Laporan TutorialKeperawatan kritis.

Banguntapan, September 2020

Penyusun

i
BAB 1
PENDAHULUAN

A. PENULISANKASUS
Batuk tak kunjung sembuh...
Seorang laki-laki usia 50 tahun dirawat di ICU dengan keluhan sesak nafas,
nyeri dada, nyeri tulang sendi, batuk berbulan-bulan, tidak nafsu makan, penurunan
berat badan dan cepat letih. Pasien pernah terdiagnosa bronchitis 1 tahun yang lalu.
Pasien merupakan perokok aktif dalam satu hari kurang lebih 1 bungkus rokok, pasien
mulai merokok usia 18 tahun selain itu pasien mempunyai riwayat peminum alkohol.
Pasien tidak suka makan sayur dan buah, hanya mengkonsumsi daging. Hasil vital
sign TD 140/90 mmHg, Nadi 112x/menit, RR 36x/menit, Suhu 39C. Hasil
pemeriksaan radiologi ditemukan lesi yang dicurigai sebagai keganasan.

B. DAFTAR KATA SULIT


-
C. DAFTAR PERTANYAAN

D. LEARNING OBJECTIVE
1. Islamic Religion Knowlage
2. Definisi
3. Penyebab
4. Tanda dan Gejala
5. Penatalaksanaan
6. Pemeriksaan diagnostik
7. Askep
8. EBN

1
BAB II
HASIL

A. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Keratin
 Zat yang terdapat dalam darah, sel limbah yang di produksi oleh
jaringan otot saat kita beraktivitas. Yang berperan dalam meregenerasi
sel kulit manusia.
 Merupakan materi dasar penyusun kulit manusia, keratin juga
memrupakan matri dasar penyusun rambut dan kuku
2. Keratos
 Kondisi kulit yang terdapat flak seperti kulit kering karena sinar
matahari atau proses penuaan.

B. JAWABAN PERTANYAAN
1. Pertanyaan dari kasus
a. Penyebab terjadinya kulit keriput pada lansia?
Jawab :
 Penyebab utama karena usia, karena seiring bertambahnya usia
elastisitas kulit akan berkurang dan produksi lemak serta kolagen
juga akan menurun yang dapat membuat kulit menjadi kering dn
keriput. Ekspresi wajah juga dapat menyababkan terjadinya
keriput, karena otot wajah akan menyesuaikan dengan ekspresi
wajah seseorang tersebut, seiring berjalannya waktu dan
bertambahnya usia maka kekuatan otot tersbut akan mengurang
dan lekukan wajah (keriput) akan semakin terlihat
 Keriput merupakan bagian alami dari penuaan yang berupa
lipatan-lipatan, atau bengkak di kulit. Biasanya muncul seiring
bertambahnya usia. Kemudian, dapat disebebkan juga oleh pola
hidup yang tidak sehat, penggunaan produk kecantikan, sinar
matahari, merokok, konsumsi beberapa obata, faktor lingkungan
seperti polusi, dan genetic juga dapat mempengaruhi munculnya
kerutan pada wajah (keriput)

2
 Usia, paparan sinar matahari, sinar UV, sianar ultraviolet,
meroko, dan ekspresi wajah
 Kebiasaan mengaplikasikan krim atau bedak pada wajah
 Jarang membersihkan muka pada pagi dan malam hari, sering
mandi menggunakan air hangat karena mandi dengan
menggunakan air hangat dapat membuat kulit menjadi kering,
sering menggunakan sabun antiseptik
b. Bagaimana seorang perawat memberi pemahaman ke pada lansia
seperti di kasus?
Jawab :
 Sebagai perawat memberikan pemahaman pada lansia tersebut,
bahwa di usia lansia memang sudah wajar mengalami
kekeriputan pada kulit
 Memberi pengertian pada lansia bahwa keriput tersebut adalah
suatu proses alami yang pasti akan dialami oleh setiap orang
denga bertambahnya usia
 Mengedukasi lansia, memberitau untuk mencuci muka pada
malam hari, memakai pelembab bisa dengan menggunakan
madu, menggunakan sunscreen untuk mencegah paparan sinar
UV
 BPSH pada klien, meyakinkan ke klien bahwa semua orang pasti
mengalami proses penuaan, seperti kulit keriput dan flek hitam.
Dapat menyarankan terkait perawatan herbal yang sesuai dengan
kondisinya, serta menyarankan untuk berolahraga
c. Bagaimana proses penuaan seperti keriput tersebut dapat terjadi?
Jawab :
 Dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi pada lansia khususnya
terjadi pada perubahan fisik lansia tersebut, seperti kreatinin dan
fungsi tubuh lainnya sudah lambat untuk meregenerasi sel-sel
kulit baru yang mengakibatkan terjadinya keriput dan sudah tidak
elastis lagi
 Pada lansia kulit bagian epidermis tersebut semakin menipis,
kemudian sel pigmen melanosit menurun. Sel pigmen melanosit

3
ini berfungsi melindungi dari kerusakan dan menyerap sinar UV.
Pada lansia elastisitas menurun, kelenjar yang berfungsi
menghasilkan minyak juga menurun, dan dipengaruhi oleh
menepos
 Disebabkan oleh 3 faktor, yaitu peningkatan radikal bebas, akibat
bertambahnya usia, paparan sinar ultraviolet. Ketiga fakktor
tersebut dapat mengakibatkan kerusakan sel dan jaringan pada
lapisan yang adekuat, sehingga dapat menimbulkan penuaan pada
kulit
 Karena kulit kelilangan kolagen dalam tubuh, yang dapat
menyebabkan kulit menjadi keriput
d. Bagaimana peran keluarga dalam kasus tersebut?
Jawab :
 Memberitahu bahwa pada usia 60th-keatas itu memenag umum
terjadi kekeriputan pada tubuh. Meyakinkan juga bahwa kulit
keriput bukanlah alasan berkurangnya rasa percaya diri
 Memberi dukugan untuk bisa menerima bahwa ia sudah
mengalami penuaan, memberikan pemahaman yang baik agar
lansia dapat mengertidan tidak terlalu kepikiran
 Memberikan dukungan sosial, dukunagn psikologis terhadap
pasien bahwa memang sudah sepatutnya seperti itu, karena sudah
lansia dan umurnya bertambah. Keluarga juga harus memahami
bahwa lansia tersebut merasa kurang percaya diri. Keluarga juga
dapat membantu dengan meyediakan makanan yang bernutrisi
yang baik bagi kesehatan lansia tersebut
 Menjelaskan bahwa hal tersebut adalah proses penuaan
 Memahami, memberi perhatian, lebih memperhatikan terkait
kesehtannya, tidak membiarkan lansia murung dan merasa
dikucilkan
e. Kita sebagai perawat, implementasi apa yang bisa kita lakukan?
Jawab :
 Dengan memberikan perawatan yang rutin dan bertahap agar
tidak terjadi proses penuaan yang signifikan. Edukasi terkait

4
mengurangi faktor penyebab terjadinya kulit keriput, seperti
mengkonsumsi buah-buahan, olahraga rutin
 Memantau pola tidur klien, membantu pasien untuk
menghilangkan rasa khawatir pada lansia, memberikan
pemahaman bahwa keriput adalah proses alami dari penuaan
f. Dilihat dari kasus nampak klien khawatir karena kondisi kulitnya
yang tidak sebaik dulu dan nampak klien sosok yang memperhatikan
penampilannya, dari hal tersebut apakah kebiasaan dan pola hidup
bisa mempengaruhi proses regenerasi kulit?
Jawab :
 Bisa, karena dari kebiasaan hidup lansia tersebut sehat atau tidak.
Seperti sering merokok, sering terpapar sinar matahari, dan
sering terpapar AC, sering menggunakan produk kecantikan
 Sangat mempengaruhi terutama pada pola hidup lansia tersebut
apakah baik atau tidak, dari pola makannya, tidurnya, sering
olahraga atau tidak, merokok dan berlebihan konsumsi alcohol,
yang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh terutama pada kulit
 Kebiasaan semasa muda sangat berpengaruh terhadap proses
regenerasi kulit saat dimasa tua, seperti pola hidup sehat,
mengonsumsi yang banyak mengandung kolagen, buah-buahan
 Dapat mempengaruhi, karena gaya hidup dan pola makan yang
dikonsumsi sebelumnya, seperti sering merokok, sering
mengkonsumsi fastfood, tidak hidu sehat dapat mempercepat
proses pernuaan (keriput) tersebut. Maka dari itu gaya hidup
sehat sangat diperlukan untuk meningkatkan hormone tubuh,
seperti pengaturan pola makan, mengkonsumsi yang seimbang,
rutin berolahraga, istirahat dan tidur yang cukup
 Orang yang dari awal sudah memperbaiki lif style dan
berohlahraga secara rutin, perawatan secara rutin akan berbeda
dengan orang yag tidak pernah melakukan sama sekali.
Mengelola stress, karena psikologis juga dapat mempengaruhi
proses regenerasi kulit
g. Bagaimana perawatan kulit yang baik untuk lansia?

5
Jawab :
 Pada Usia lanjut memerlukan perawatan kulit yang khusus, yaitu
bisa dengan melakukan, seperti jangan mandi terlalu sering,
sebaiknya menggunakan air biasa, apabila menggunakan air
hangat cukup mandi hanya 10 menit, gunakan sabun
berpelembab, selalu menggunakan pelembab kulit, gunakan tabir
surya dengan SPF 30 atau lebih dan gunakan 30 menit sebelum
aktivitas keluar rumah, gunakan topi, payung, lengan panjang dan
kaca mata hitam saat aktivitas di luar ruangan pada siang hari,
hindari pajanan matahari pada pukul 11.00–15.00, perbanyak
konsumsi air putih buah dan sayuran, hindari rokok
 Menggunkan skincare anti aging, meghindari seringnya terpapar
oleh sinar matahari, menggunakan lotion bagi tubuh dan
pelembab wajah, mengganti krim dengan produk herbal untuk
perawatan lansia

2. Pertanyaan LO (Learning Objective)


a. IRK
1) QS. An-Nahl:17
“Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan
yang tidak dapat menciptakan ( apa-apa )? Maka mengapa
kamu tidak mengambil pelajaran.”
2) QS. Yaasiin: 68
“Dan barangsiapa kami panjangkan umurnya niscaya kami
kembalikan dia kepada kejadiannya.Maka apakah mereka
tidak memikirkannya.”
3) QS. Al-Hud: 15-16
4) QS. Al-Isra: 82
“ Dan kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-
Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim selain kerugian.”
5) HR. AT-Tirmidzi dan Abu daud

6
Dari abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa sesungguhnya
rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “usia
umatku (umat islam) antara 60 hingga 70 tahun. Dan sedikit
dari mereka yang melewatinya.”
b. Definisi
 Penuaan kulit merupakan fenomena penurunan ukuran,
jumlah sel kulit dan perubahan fungsi organik kulit yang
disebabkan oleh banyak faktor. Penuaan kulit dapat
dihasilkan dari suatu proses kemunduran dari struktur kulit
dan penurunan fungsi kulit normal.
 Keriput atau kerutan pada wajah merupakan penurunan
fungsi dari elastisitas wajah sehingga kulit mengalami
pengenduran, dan karena seiring dengan bertambahnya usia
maka kulit akan menjadi lebih tipis, lebih kering, kulit
mengalami pengurangan penurunan kelenturan dan
kelembaban. Hal tersebut akan menimbulkan garis-garis
halus, tekstur kulit yang tidak halus dan keriput pada kulit.
Beberapa keriput dapat nampak jelas disekitar area mata,
mulut dan leher (Kurniawan, 2011).
 kulit keriput adalah keadaan dimana kulit mengalami
dehidrasi dan penurunan kolagen, dan elastisitas pada kulit
yang juga menurun. Dengan bahan-bahan alami yang
terdapat didalam Elastine Nuit seperti elastin, glycoprotein,
wheat germ oil, dan vitamin C semua bahan tersebut akan
masuk kedalam kulit bagian dermis dengan membantu
hormon yang berfungsi untuk membantu menambah kolagen
dan elastin yang menurun. Dan secara otomatis keriput akan
berkurang dan sel akan beregenerasi karena mendapatkan
asupan kolagen dan elastin yang cukup dari serum ini.
 Penuaan adalah proses menghilangnya kemampuan jaringan
secara perlahanlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri
dan mempertahankan struktur, serta fungsi normalnya yang
mengakibatkan tubuh tidak dapat bertahan terhadap

7
kerusakan atau memperbaiki kerusakan tersebut (Pangkahila,
2007)
c. Penyebab
 faktor yang menyebabkan seseorang menjadi tua melalui
proses penuaan yang kemudian menyebabkan sakit, dan
akhirnya membawa pada kematian. Pada dasarnya, berbagai
faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan
eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas,
hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi,
apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan gen. Faktor
eksternal yang utama adalah gaya hidup tidak sehat, diet
tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres dan
ekonomi. Jika faktor penyebab itu dapat dihindari, maka
proses penuaan tentu dapat dicegah, diperlambat, bahkan
mungkin dihambat dan kualitas hidup dapat dipertahankan.
Artinya, usia harapan hidup menjadi lebih panjang dengan
kualitas hidup yang baik (Pangkahila, 2011).
 Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi, yaitu: faktor internal
dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal
bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi,
apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan genetik.
Faktor eksternal yang utama adalah pola hidup yang tidak
sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, strees,
kemiskinan dan diet yang tidak sehat. Faktor-faktor ini dapat
dicegah, diperlambat bahkan mungkin dihambat sehingga
kualitas hidup dapat dipertahankan. Lebih jauh lagi usia
harapan hidup dapat lebih panjang dengan kualitas hidup
yang baik (Pangkahila, 2011)
d. Patofisiologi
Proses penuaan kulit merupakan proses fisiologis yang tidak dapat
dihindari dan menjadi perhatian masyarakat karena fakta bahwa kulit
merupakan bagian tubuh yang paling sering terpapar oleh faktor-
faktor luar. Penuaan kulit merupakan hal yang pertama kali tampak

8
dari seorang individu saat berinteraksi dengan orang lain, sehingga
akan sangat mempengaruhi kualitas hidupnya. Penuaan kulit yang
terjadi pada seorang individu merupakan gabungan dari proses
penuaan kulit intrinsik dan penuaan kulit ekstrinsik. Proses penuaan
intrinsik dan ekstrinsik memiliki hasil akhir yang sama, yaitu
penurunan fungsi fisiologis kulit yang akan tampak sebagai
manifestasi klinis penuaan kulit. Penuaan ekstrinsik akan berperan
mempercepat munculnya manifestasi tersebut yang di dalam proses
penuaan intrinsik berjalan normal lebih lambat sesuai dengan
bertambahnya usia. Proses yang terjadi pada penuaan kulit intrinsik
meliputi penurunan kemampuan proliferasi dari selsel kulit,
penurunan sintesis dan peningkatan degradasi matriks ekstraseluler
kulit, serta peningkatan produksi radikal bebas. Penuaan kulit
ekstrinsik terutama dipengaruhi oleh sinar UV dan disebut juga
sebagai photoaging dengan efek utama yaitu kerusakan DNA,
inflamasi atau peradangan, imunosupresi, serta sebagaimana
penuaan instrinsik, akan menyebabkan peningkatan radikal bebas
yang akan menurunkan sintesis dan meningkatkan degradasi matriks
ekstraseluler kulit. Dasar dari patofisiologi penuaan kulit
sebagaimana hipotesis oksigen radikal bebas, terutama disebabkan
oleh peningkatan radikal bebas, disamping disebabkan oleh faktor
yang lainnya, karena pertambahan usia maupun karena paparan sinar
ultraviolet sehingga menyebabkan kerusakan sel dan jaringan pada
lapisan-lapisan-lapisan dan adneksa kulit yang akan tampak sebagai
manifestasi klinis penuaan kulit. Penurunan kemampuan proliferasi
dari sel-sel kulit dapat berkontribusi pada penipisan lapisan kulit dan
penurunan fungsi fisiologisnya, sehingga terjadi penurunan
kemampuan mempertahankan kelembaban kulit, peningkatan
transepidermal water loss (TEWL), penurunan produksi keringat dan
sebum, serta penurunan faktor-faktor yang mempertahankan
kelembaban kulit. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya xerosis
cutis dan pruritus senilis. Matriks ekstraseluler merupakan
komponen penyusun terbanyak dari massa kulit, sehingga penurunan
sintesis dan peningkatan degradasi terhadapnya akan menyebabkan

9
perubahan yang paling tampak pada penuaan kulit berupa kerutan
(wrinkle), hilangnya elastisitas, dan kekenduran (sagging).
Kerusakan DNA disertai dengan penurunan kemampuan perbaikan
sel yang rusak seiring dengan usia akan menyebabkan terjadinya
mutasi sel-sel kulit, sehingga bisa bermanifestasi menjadi actinic
keratosis, seborrheic keratosis, lentigo solaris, dan bahkan bisa
memicu timbulnya kanker kulit.
e. Pengkajian
 Identitas klien
Nama:Ny. K
Umur: 60 Tahun
Jenis kelamin: perempuan
Agama:islam
Suku bangsa:indonesia
Stastus: menikah
 Riwayat kesehatan saat ini: Ibu K usia 60 tahun nampak
sedih saat memandangi wajahnya di cermin, kulit wajah,
leher dan tangannya tampak keriput dan terdapat flek-flek
hitam di sekitar wajah, serta pipi tampak mengendur
 Aktivitas klien
 Pemeriksaan fisik lengkap
 Pengkajian dasar :
 Pola tidur
 System endokrin
 Persyarafan
 System kardiovaskuler
 Gastrointestinal
 Genital urine
 System kulit: keadaan perubahan rambut, kuku, tingkat
kelembaban, ada luka atau tidak, turgor kulit, luka ulkus,
lecet.
 System musculoskeletal
 Pengkajian psikososial

10
f. Diagnose
Gangguan citra tubuh berhubunggan dengan perubahan persepsi diri
dan perubahan fungsi tubuh ditandai dengan
- Klien tampak sedih
- Kulit wajah leher dan tangannya tampak keriput
- Terdapat flek hitam dan mengendur
g. Intervensi
Tujuan : pasien tidak mengalami gangguan citra tubuh
- Bantu peningkatan rasa percaya diri
- Diskusikan arti perubahan pada tubuh
- Perhatikan perilaku menarik diri, ganguan menyangkal atau
terlalu memperhatikan perubahan
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang
dapatmembantu mengubah koping
- Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas.
h. Implementasi
- Membantu peningkatan rasa percaya diri
- Mendiskusikan arti perubahan pada tubuh
- Memperhatikan perilaku menarik diri, ganguan menyangkal atau
terlalu memperhatikan perubahan
- Membantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang
dapatmembantu mengubah koping
- Mengikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas.

11
BAB III
BAGAN/SKEMA/KONSEP SOLUSI

Perubahan pada
Sistem Integumen

Keratin Penyebab kulit


IRK
keriput pada
lansia
Keratos Definisi
Bagaimana perawat
memberi pemahaman
kepada pasien Patofisiologi

Proses Penuaan Penatalaksanaa


(kulit keriput) n

Pengkajian
Peran Perawat

Diagnosa
Implementasi

Intervensi
Apakah pola hidup
mempengaruhi
proses penuaan
Implementas
i

Perawatan kulit
yang baik
untuk lansia

12
DAFTAR PUSTAKA

Zahruddin A.D. penuaan kulit: patofisiologi dan manifestasi klinis, 2018


Jose L. Anggowarsito. Aspek fisiologi penuaan kulit
Kabulrachman.Perubahan struktur dan fisiologik pada kulit menua. Legiawati L, et al.
Problematika dermatologi geriatric dan penanganannya. FK UI, Jakarta.2009.1-9
Kabulrachman. Problema dermatologik pada usia lanjut. Boedi D, Hadimartono. Buku ajar
geriatri. Balai penerbit FK UI, Jakarta. 2006
2. Pusat data dan informasi, Kementerian Kesehatan RI. Bulletin jendela data dan informasi
kesehatan. Semester I, 2013:1-18
3. Astari P, Sahara H. Tinjauan pustaka. Lansia dan permasalahannya. USU. 2011:2.1

13
DAFTAR REFERENSI

Penuaan (aging) adalah perubahan fisiologis yang terjadi seiring dengan


bertambahnya usia kronologis dan akan terjadi pada semua organisme. Pada penuaan terjadi
disfungsi bertahap semua organ yang terjadi pada manusia, tumbuhan, hewan, dan juga
organisme bersel satu. Penuaan mulai terjadi saat manusia baru lahir.Fenomena fisiologis
yang terjadi adalah berkurangnya jumlah sel jaringan, menurunnya laju metabolisme, juga
menigkatnya kejadian penyakit.
Penuaan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti stress, olahraga berlebihan,
merokok, dan adanya radiasi sinar ultraviolet (Pangkahila, 2007). Pada penuaan terjadi
perubahan fisiologis lanjut yang menyangkut disfungsi organ vital seperti kerusakan organ
kardiopulmonar, persarafan, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan juga fungsi motorik.
Karena itu, munculnya faktor risiko seperti hipertensi, hiperlipidemia, perubahan
metabolisme glukosa, obesitas, kebiasaan gaya hidup tidak sehat, alkohol, dan stress
menyebabkan penyakit yang bervariasi pada berbagai sistem tubuh, antara lain : penyakit
degeneratif, stroke, katarak, hilangnya komunikasi sistem saraf, arteriosklerosis, gagal
jantung, aritmia, emfisema paru, ulkus lambung, diabetes, gagal ginjal, osteoporosis, arthritis,
dan apabila ada luka, infeksi, atau tumor, dapat terjadi penuaan lanjut secara patologis (Park
dan Yeo, 2013).

Mekanisme Terjadinya Aging


Pada dasarnya, semua teori itu dibagi menjadi dua kelompok yaitu teori wear and tear
dan teori program. Hipotesis kerusakan DNA, glikosilasi, dan radikal bebas termasuk dalam
teori wear and tear, sedangkan teori program diantaranya terbatasnya replikasi sel, proses
imun, dan teori neuroendokrin (Pangkahila, 2007).

1. Teori Wear and Tear

14
Teori “pakai” dan “rusak” ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi apabila sel dan jaringan
tubuh yang telah digunakan atau disalahgunakan terus menerus menjadi habis atau rusak.
Teori ini diperkenalkan oleh Dr. August Weismann, seorang biologis dari Jerman pada tahun
1882 (Pangkahila, 2007).
a. Teori DNA Damage
Kerusakan DNA terjadi terus menerus pada sel organisme hidup. Sebagian kerusakan ini
dapat diperbaiki, tetapi sebagian terakumulasi pada saat DNA Polimerase dan mekanisme
perbaikan lain tidak dapat memperbaiki defek secepat saat pertama kali muncul kerusakan.
Akumulasi kerusakan DNA juga terjadi pada sel mamalia yang tidak dapat membelah.
Mutasi genetik terjadi seiring penambahan usia, menyebabkan malfungsi sel. Kerusakan
DNA mitokondrial juga menyebabkan disfungsi mitokondria (Park dan Yeo, 2013).

b. Glikosilasi
Glikosilasi merupakan proses penting pada penyakit degeneratif seperti diabetes. Glikosilasi
merupakan ikatan kovalen antara gula darah dan hemoglobin pada sel darah merah. Pada
keadaan normal non diabetes, hanya sedikit atau sekitar 4,5% sampai 6% gula darah yang
berikatan dengan hemoglobin. Banyaknya ikatan kovalen ini dapat dilihat dengan mengukur
Hemoglobin A1c (HbA1c). Apabila kadar HbA1c ini terlalu banyak akan memperburuk
fungsi dan struktur sel. Glukosa akan diabsorbsi dengan mudah oleh organ-organ tidak
tergantung insulin, seperti ginjal, pembuluh darah, saraf perifer, dan lensa mata sehingga
terjadi kekakuan arteri, hilangnya fungsi saraf, dan katarak. Proses penuaan pada diabetes ini
merupakan role model dari proses penuaan pada kondisi lainnya (Pangkahila, 2007).

c. Teori Radikal Bebas


Radikal bebas adalah suatu molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan. Makromolekul seperti asam nukleat, lipid, gula, dan protein mudah diserang
oleh radikal bebas. Ikatan single- dan double- asam nukleat dapat rusak dan berikatan dengan
molekul lain, serta dapat berikatan dengan basa atau kelompok gula lain (Pangkahila, 2007).

2. Teori Program
Teori ini mengatakan bahwa penuaan mengikuti suatu jam biologik, kemungkinan adalah
lanjutan dari sistem yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan masa kecil. Pengaturan
ini bergantung pada perubahan ekspresi gen yang berpengaruh pada respon pemeliharaan,
perbaikan, dan pertahanan. Teori ini terdiri dari tiga subkategori :

15
a. Teori Terbatasnya Replikasi Sel
Kehidupan sel dipengaruhi oleh panjang telomere (enam nukleotida sekuen DNA yaitu
TTAGGG) yang terletak pada ujung chromosome strands. Telomere berpengaruh pada fungsi
sel punca pada organ yang pergantian selnya tinggi. Dengan setiap replikasi sel, telomere
memendek pada setiap pembelahan sel. Setelah sejumlah pembelahan sel, telomere telah
dipakai dan pembelahan sel berhenti. Mekanisme telomere menentukan rentang usia sel dan
pada akhirnya juga rentang usia organisme sendiri (Pangkahila, 2007).

b. Teori Immunologi
Sistem imun telah terprogram untuk berkurang seiring waktu, yang akan menyebabkan tubuh
semakin rentan terhadap penyakit infeksi dan menyebabkan penuaan serta kematian.
Efektivitas sistem imun terbaik adalah saat pubertas dan perlahan menurun seiring
bertambahnya usia

c. Teori Neuroendokrin
Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh hipotalamus yang
terletak di otak. Hipotalamus membentuk poros dengan hipofise dan organ tertentu,
contohnya poros hipotalamus-hipofise-testis, poros hipotalamus-hipofise suprarenalis, dan
lain-lain. Pada usia muda, fungsi hormonal lebih optimal dibandingkan dengan usia tua
(Pangkahila, 2007).

Gejala Klinis Penuaan


Proses penuaan dimulai dengan menurunnya bahkan terhentinya fungsi berbagai organ tubuh.
Akibat menurunnya fungsi tersebut, maka muncul berbagai tanda dan gejala proses penuaan,
yang pada dasarnya dibagi dalam dua bagian yaitu (Pangkahila, 2007):
1. Tanda fisik, seperti masa otot berkurang, lemak meningkat, kulit berkerut, daya ingat
berkurang, fungsi seksual, dan reproduksi terganggu, kemampuan kerja menurun, sakit
tulang.
2. Tanda psikis, seperti gairah hidup menurun, sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung,
merasa tidak berarti lagi. Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung
menampakkan perubahan fisik dan psikisseperti di atas. Proses penuaan berlangsung dalam
tiga tahap sebagai berikut (Pangkahila, 2007) :

16
1. Tahap subklinik (usia 25-35 tahun)
Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu hormon
testosteron, growth hormone, dan hormon estrogen. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari
luar, sehingga pada tahap ini orang merasa dan tampak normal, tidak mengalami gejala dan
tanda penuaan.
2. Tahap Transisi (usia 35-45 tahun)
Selama tahap ini level hormon menurun hingga 25 persen. Massa otot berkurang sebanyak
satu kilogram setiap beberapa tahun, akibatnya kekuatan dan tenaga terasa hilang, sedangkan
komposisi lemak terus bertambah. Pada tahap ini orang merasa tidak muda lagi dan tampak
lebih tua. Kerusakan akibat radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik, yang dapat
menghasilkan penyakit.

3. Tahap klinik (usia lebih dari 45 tahun)


Pada tahap ini, penurunan kadar hormon terus menurun yang meliputi DHEA
(Dehydroepiandrosterone), melatonin, growth hormone, testosteron, estrogen, dan hormon
tiroid. Penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan makanan, vitamin, dan
mineral juga terjadi. Densitas tulang menurun, massa otot berkurang sekitar satu kilogram
setiap tiga tahun, yang mengakibatkan ketidakmampuan membakar kalori, meningkatnya
lemak tubuh, dan berat badan.

2. Proses Penuaan pada Kulit


Definisi penuaan pada kulit
Menurut Medical online Dictionary, penuaan pada kulit adalah suatu mekanisme biologis
yang ditandai dengan adanya perubahan struktur maupun elastisitas kulit, yang terjadi
bersama dengan waktu sebagai bagian dari proses penuaan fisiologis (intrinsik) maupun yang
dipicu oleh efek dari luar (ekstrinsik).
1. Faktor penuaan intrinsik (intrinsic Aging, Chronologic Aging), merupakan proses menua
fisiologik yang berlangsung secara alamiah, disebabkan berbagai faktor dari dalam tubuh
sendiri seperti genetik, hormonal maupun rasial.
2. Faktor penuaan ekstrinsik, terjadi akibat berbagai faktor dari luar tubuh. Faktor lingkungan
seperti radiasi ultraviolet (UV) sinar matahari, kelembaban udara, suhu dan berbagai faktor
luar lainnya dapat mempercepat proses penuaan kulit sehingga terjadi penuaan dini kulit.
Selain itu, kulit adalah organ yang mengalami kontak langsung dengan lingkungan sehingga
sangat terpengaruh oleh faktor lingkungan. Proses penuaan ekstrinsik berbeda dengan proses

17
penuaan intrinsik baik secara klinis maupun secara histologis. Secara klinis pada penuaan
ekstrinsik (terutama akibat radiasi sinar UV), kulit menjadi kering, kasar, tidak merata,
warnanya tidak merata (hipo/hiperpigmentasi), terjadi kerutan yang dalam atau atrofi yang
parah, timbul teleangiektasis, pembentukan lentigo solaris, timbulnya lesi kulit premalignant,
tidak elastis dan kaku, serta leathery appearance (Helfrich et al., 2008). Ditambah tanda-tanda
lain seperti elastosis (kulit menjadi kasar, kuning dan timbul cobblestone effect) serta actinic
purpura (kulit menjadi mudah memar yang disebabkan oleh rapuhnya dinding pembuluh
darah) (Durai et al., 2012).
Sebaliknya penuaan kulit intrinsik (chronologic skin aging), ditandai oleh timbul kerutan
halus, xerosis, kusam, dan timbulnya berbagai tumor kulit jinak kulit seperti seborrhoic
keratosis dan cherry angioma (Yaar dan Gilchrest, 2008). Penuaan ekstrinsik, secara
histologis memiliki karakteristik berupa massa elastin yang kusut dan kemudian mengalami
degradasi membentuk massa yang amorfik, jaringan penyangga kulit yang sebagian besar
terdiri dari glikosaminoglikan dan proteoglikan meningkat. Sementara itu, jumlah serat
kolagen berkurang karena degradasinya meningkat akibat peningkatan enzym matriks
metallo proteinase dan pelepasan sitokin, ditambah lagi dengan kontraksi pada septa di lemak
subkutan sehingga timbul kerutan. Kompaksi stratum korneum meningkat, lapisan sel
granular di epidermis menebal, epidermis menipis akibatnya kulit jadi kering dan kasar.
Melanosit yang mengalami hipertrofi meningkat jumlahnya, begitu pula kadar melanin per
unit nya, akibatnya muncul frecless dan hiperpigmentasi (Yaar dan Gilchrest, 2008).

3. Mekanisme penuaan pada kulit akibat paparan radiasi sinar ultraviolet


Penuaan pada kulit terjadi seperti halnya penuaan sel tubuh secara umum, yaitu terjadi
akumulasi kerusakan endogen akibat pembentukan senyawa oksigen Reaktif (Reactive
Oxygen Species = ROS) selama metabolisme oksidasi seluler (Yaar dan Gilcrest, 2008).
Meskipun sistem pertahanan sel terhadap oksidasi telah sedemikian canggihnya, ROS tetap
menimbulkan kerusakan unsur sel termasuk membran sel, enzym dan DNA, serta
mengganggu hubungan / interaksi DNA protein dan protein-protein (Poljšak and Dahmane,
2012).
Faktor eksternal yang terutama adalah radiasi sinar UV. Penuaan dini yang
disebabkan oleh radiasi UV sinar matahari ini, disebut sebagai Photoaging (Trojahn et al.,
2015). Selain itu juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara, rokok, polusi udara dari
kendaraan bermotor, bahan kimia eksogen endogen. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor
lain seperti keadaan gizi yang buruk, stres psikologis, pemakaian otot wajah yang berulang-

18
ulang dan terus menerus menyebabkan terbentuknya kerutan dan alur kulit yang menetap,
penyakit kronis, kehilangan struktur penunjang kulit yang berlebihan (Schagen et al., 2012).
Telah diketahui bahwa ROS bersifat sebagai oksidan dan melalui proses oksidasi tersebut
akan menurunkan enzim protein-tyrosine phosphatase. Penurunan enzim ini akan
menyebabkan terjadi up-regulation reseptor growth factor dan pada akhirnya akan
mengaktivasi AP-1 yang merupakan nuclear transcription factor, melalui aktivasi dari faktor
transkripsi c-Jun dan c-Fos menghasilkan AP-1, dan mengurangi penghambatan RA reseptor
pada AP-1. Efek lebih lanjut dari UV termasuk mutagenesis pada DNA secara langsung,
pengaturan regulasi faktor-kB (NF-kB), dan regulasi Transformig Growth Factor-beta (TGF-
Efek ini berakibat dengan penurunan produksi kolagen, serta terjadi peningkatan produksi
sitokin inflamasi. (Yin et al., 2015) Pada manusia dalam waktu beberapa jam terpapar sinar
UV akan terbentuk MMPs khususnya gelatinase dan kolagenase yang pada akhirnya
menurunkan jumlah kolagen pada lapisan dermis (Fisher et al.., 2008; Rhein and Santiago,
2010).

19
ASPEK FISIOLOGI PENUAAN KULIT
Jose L. Anggowarsito *

Abstract Skin aging is multi-factorial phenomenon of reduction in size, number of skin cells,
and alteration of many organic skin functions. Skin aging resulted from process deterioration
of skin structures and reduction of the normal skin functions. The physiologic changes in
aging skin are barrier function impairment, downtime of epidermal cells turnover, reduced
vascular network around hair bulbs and glands, and declined functions of cell replacement,
immune response, chemical clearance, sensory perception, thermoregulation, and decline
production of sweat, sebum, and vitamin D. Xerotic skin is common among aging skin.
Keywords: Skin aging, skin functions alteration, xerotic skin

Abstrak Penuaan kulit merupakan fenomena penurunan ukuran, jumlah sel kulit dan
perubahan fungsi organik kulit yang disebabkan oleh banyak faktor. Penuaan kulit dapat
dihasilkan dari suatu proses kemunduran dari struktur kulit dan penurunan fungsi kulit
normal. Perubahan-perubahan fisiologis pada kulit lansia berupa gangguan fungsi barrier,
melambatnya pergantian sel epidermal, penurunan jaringan pembuluh darah di sekitar
pangkal-pangkal rambut dan kelenjar-kelenjar, penurunan fungsi pergantian sel, respon imun,
daya pembersihan terhadap bahan kimia, persepsi sensoris, termoregulasi, dan penurunan
produksi keringat, sebum dan vitamin D. Kulit kering adalah kelainan kulit yang paling
sering dijumpai pada lansia. Kata kunci: Penuaan kulit, perubahan fungsi, kulit kering

1. PENDAHULUAN
Dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi peningkatan jumlah populasi orangorang yang
berumur lebih dari 45 tahun. Meskipun penyakit kulit tidak berperan penting dalam angka
kematian pada lansia, namun permasalahan kulit yang dihadapi kelompok umur ini cukup
banyak.1 Data dari WHO (2005) populasi lansia Indonesia pada tahun 2000 sekitar 16 juta
orang dan prediksi pada tahun 2025 sekitar 67 juta orang. Persentase lansia Indonesia pada

20
tahun 2012 adalah 7,56%.2 Menurut WHO lansia terbagi atas middle aged antara 45-59
tahun, elderly antara 60-74 tahun, dan kelompok aged 70 tahun atau lebih. Menurut
DEPKES-RI, berdasarkan kelompok umur, lansia terbagi atas kelompok umur masa virilitas
(45-54 tahun), masa prasenium (55-64 tahun), dan masa senecrus (>65 Tahun). Batasan lanjut
usia di Indonesia adalah 60 tahun keatas, Jurnal Widya Medika Surabaya Vol.2 No.1 April
2014 seperti tertera pada Undang-Undang Nomor 12 tahun 1999 tentang kesejahteraan lanjut
usia pada Bab I Pasal 1 Ayat 2 (DEPSOS, 2008). Perubahan struktur, fisiologik, dan
penurunan fungsi pada kulit lansia mendasari berbagai kelainan kulit geriatrik. Penuaan kulit
harus dibedakan dengan kulit pada lansia dan penuaan kulit dini (premature aging) yang
dapat disebabkan berbagai faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar seperti
lingkungan (sinar matahari), pengaruh hormonal, genetik, proses metabolisme dan penyebab
lainnya. Beberapa faktor dapat dihindari atau dikurangi, sedangkan beberapa tidak.1
Penanganan kelainan kulit geriatrik memerlukan perhatian khusus. Kulit kering adalah
kelainan kulit yang paling sering dijumpai pada lansia. Pengetahuan terhadap patogenesis
terutama pada perubahan struktur dan fungsi pada kulit geriatrik akan mengarahkan pada
pemilihan terapi atau perawatan yang tepat dan sesuai.

2. PENUAAN KULIT
Proses penuaan kulit terjadi secara alami sesuai penambahan umur secara internal dan
eksternal, yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Penuaan internal seperti chronological-
aging, biological-aging (genetik), catabolic-aging (penyakit kronis, karsinoma), dan
hormonal-aging. Penuaan eksternal seperti photoaging (radiasi UV), environmental-aging,
mechanical-aging, behavioural-aging, dan gravitational-aging.4 Proses penuaan melibatkan
berbagai sistem di dalam tubuh yang akan mengakibatkan menurunnya fungsi sistem-sistem
tersebut. Hal ini dijelaskan dalam beberapa teori meliputi:

1. Teori nutritional component Makanan merupakan faktor terpenting dalam proses penuaan.
Kekurangan makanan menyebabkan kerusakan dan terbatasnya regenerasi sel. Diet berperan
penting dalam beberapa penyakit degeneratif yang menyertai proses penuaan. 2. Teori sintesa
protein Terbentuknya protein abnormal akibat gangguan mekanisme sintesa protein yang
dipengaruhi perubahan aktivitas enzim dan proses glikosilasi mendasari proses penuaan. 3.
Teori molekul radikal bebas Fragmen molekul radikal bebas yang bereaksi dengan asam
lemak tidak jenuh pada membran sel membentuk produk peroksidasi sehingga dapat
menghalangi jalur keluar masuknya makanan melalui membran sel yang mengakibatkan

21
percepatan kematian sel. 4. Teori imunologi Proses penuaan didasari oleh kerusakan perlahan
proses imunologis yang ditandai dengan penurunan sintesa antibodi. 5. Teori genetika
Kegagalan regulasi genetik akibat tidak cukupnya perbaikan DNA rusak yang terjadi secara
spontan, karena mutasi sel somatik atau karena besarnya kesalahan dari DNA sendiri (error
catastrophe) menyebabkan proses penuaan. 6. Teori stochastic Proses penuaan disebabkan
oleh penimbunan produk sisa lingkungan (radiasi dan bahan radioakif) sehingga timbul
mutasi somatik. Akumulasi perubahan molekul protein fungsional akibat kesalahan
mekanisme sintesa protein merusak kapasitas fisiologik dari sel. 7. Teori cross linking
collagen-elastin Makro molekul kolagenelastin yang saling bertautan akan meningkat dengan
bertambahnya umur. Tautan kolagen menjadi jalinan elastin merupakan proses maturitas
alamiah matriks molekul dengan tujuan pada tempat-tempat tertentu berperan memperbaiki
fungsi jaringan dan di sebagian tempat lain dapat mengurangi fungsi jaringan. Proses
penuaan disebabkan cross linking kolagen-elastin yang berlebihan. Degenerasi kolagen yang
terjadi setiap waktu oleh proses diatas menyebabkan serabut kolagen menjadi kurang lentur,
lebih rapuh, dan mudah terkoyak.

PERUBAHAN SEL
Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, berkurang jumlah cairan
intraseluler, dan mengalami gangguan dan penurunan mekanisme perbaikan sel.1,4 Pada kulit
akan mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit lebih kasar
dan bersisik karena penurunan kemampuan regenerasi yang ditandai dengan penurunan
epidermal turnover rate hingga 30%. Perubahan bentuk dan ukuran sel epidermis diikuti
dengan penipisan retraksi rete pegs. Penurunan respon imun kutan dan respon inflamasi oleh
karena penurunan jumlah sel Langerhans hingga 20% selaku penyaji antigen yang diikuti
dengan berkurangnya produksi sitokin dan mediator inflamasi lainnya oleh keratinosit dan
limfosit, serta adanya gangguan migrasi sistem limfatik. Jumlah sel mast di dermis berkurang
hingga 50% karena penurunan aliran darah kulit.

STRUKTUR LIPID
Perubahan struktur lipid interselular masih normal, namun mengalami penurunan komponen
lipid secara total, sedangkan distribusi kolesterol, ceramide, dan asam lemak bebas normal.
Kelenjar sebasea mengalami hipertrofi dan produksi sebum mengalami penurunan progesif,
meskipun tidak mengalami perubahan jumlah kelenjar. Filagrin yang mengikat filament
keratin ke dalam mikrofibril juga mengalami penurunan.

22
STRUKTUR KIMIAWI
Derajat keasaman kulit masih tetap. Fungsi endrokin kulit sebagai produsen vitamin D
menurun sejalan dengan bertambahnya umur dan kecenderungan kurangnya paparan sinar
matahari.5 Perubahan permeabilitas kutan terhadap bahan-bahan kimia mempengaruhi fungsi
absorpsi kulit. Bahan hidrofilik seperti hidrokortison dan asam bensoat lebih sulit diabsopsi.6
MATRIKS
Peningkatan ekspresi enzim metalloproteinase disertai penurunan inhibitornya
mengakibatkan penurunan matriks kulit sehingga kulit makin menipis. Produksi kolagen baru
menurun, reduksi glikosaminoglikan, terutama asam hialuronat dan dermatan sulfat
menyebabkan turgor kulit menurun dan kulit tampak kendur. Pendataran dermo-epidermal
junction menyebabkan penurunan jumlah folikel rambut, meskipun strukturnya tidak
mengalami perubahan. Keadaan ini diikuti dengan menghilangnya melanosit yang
menyebabkan perubahan warna rambut. Penurunan jumlah dan fungsi kelenjar apokrin yang
terjadi secara spontan hingga 70%5,6. Perubahan pada cutaneous nerve ending turut
menurunkan ambang rasa nyeri kulit.
Lemak subkutan yang berfungsi sebagai insulator dan shock absorber dalam proses penuaan
mengalami penurunan fungsi termoregulasi dan perubahan distribusi. Perubahan kontur fasial
dan ektremitas tampak lebih jelas disertai peningkatan akumulasi pada daerah abdomen.
Pertumbuhan kuku melambat hingga 30%, perubahan warna dan struktur juga terjadi.5
Penurunan fungsi kulit pada lansia meliputi proses keratinisasi, fungsi imunitas,
penyembuhan luka, reaktivasi vaskular, produksi sebum, produksi keringat, fungsi barier,
persepsi sensoris, dan produksi vitamin D. Memahami proses penuaan kulit akan membantu
menjelaskan problematika yang timbul pada aging skin sehingga penanganan yang tepat
dapat diberikan.

3. KULIT KERING (XEROTIC SKIN)


Kulit kering adalah kelainan kulit yang paling sering dijumpai pada lansia. Kulit kering
terjadi karena penurunan aktifitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea sehingga produksi
keringat maupun sebum berkurang. Penurunan kadar estersterol dan trigliserida makin
memperburuk keadaan.7 Keluhan terutama adalah rasa gatal, akibat garukan berulang dapat
terjadi erosi, ekskoriasi sehingga patogen atau bahan kimia yang terpapar dapat mudah masuk
kedalam kulit, dan keadaan ini meningkatkan resiko infeksi dan reaksi peradangan kulit.

23
Faktor lingkungan seperti kelembaban yang rendah, paparan sinar matahari, dan pemakaian
sabun mandi tanpa pelembab dapat memicu terjadinya xerosis. Penyakit-penyakit yang sering
dijumpai pada lansia, seperti penyakit ginjal, diabetes melitus, penyakit tiroid, atau mereka
yang mendapatkan terapi antidiuretika, antiandrogen, defisiensi zinc dan asam lemak esensial
dapat pula menimbulkan xerosis.

3.1 PATOFISILOGI
Kulit lansia bersisik yang susah lepas akibat gangguan proses deskuamasi terutama pada
komponen interselulernya yaitu corneodesmosom dan lipid. Corneodesmolisis yang terjadi
pada proses deskuamasi memerlukan air. Penurunan lipid interseluler pada lansia yang
berfungsi sebagai barier air menyebabkan kesulitan untuk menahan air di kulit sehingga
corneodesmolisis terganggu dan menimbulkan xerosis cutis.9 Penurunan jumlah filagrin pada
lansia menyebabkan kandungan natural moisturizing factor yang berfungsi mengikat air
dalam korneosit juga berkurang.

3.2 PENATALAKSAAN
Pada xerosis cutis cenderung mudah mengalami inflamasi dan infeksi. Jenis obat yang
digunakan adalah keratolitik, pelembab dan steroid topikal. Beberapa modalitas terapi yang
disarankan adalah:
1. Mengurangi kekerapan mandi. Terlalu sering mandi dengan sabun akan mengurangi
kadar lemak permukaan kulit
2. Mandi dengan air hangat, tidak berendam dan sebaiknya penyediaannnya dibantu,
karena sensasi panas pada lansia menurun
3. Sabun mandi tidak mengandung bahan iritan
4. Hindari kain pengering yang kasar, jangan digosok, cukup ditempel-tekan
5. Oleskan pelembab setelah mandi
6. Hindari penggunaan pakaian dengan bahan kasar dan ketat
7. Hindari pewangi dan pelembut pakaian
8. Konsumsi air cukup

24

Anda mungkin juga menyukai