PENGKAJIAN
A. Data Biografi
Nama : TN. H
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat & Tanggal Lahir : 70 Tahun
Gol Darah :-
Pendidikan Terakhir : SD
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
TB/BB : 157 cm/ 55 kg
Penampilan : Rapi ,Ciri-ciri Tubuh : Hitam manis, pendek
Alamat : Dusun Kekeri Barat, Gunung Sari.
Orang yang dekat dihubungi : Ny.”M”
Hubungan dengan usila : Istri
B. Riwayat Keluarga
Ny. M mengatakan bahwa ada anggota keluarganya yang mempunyai sakit
hipertensi atau darah tinggi dan Asam urat yaitu Suaminya.
- Genogram
66 70
- Keterangan :
: Perempuan
: Pasien
X : Meninggal dunia
C. Riwayat Pekerjaan :
Alamat pekerjan : -
Alat transportasi : -
Sumber –sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : Hasil kerja buruh.
Hobby/minat : -
F. Sistem Pendukung
Perawat/Bidan/Dokter/Fisioterapi : Perawat
Klinik : -
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : Memberikan obat jika klien sakit
G. Diskripsi Kekhususan
H. Status Kesehatan
Status kesehatan untuk selama setahun yang lalu : Setahun terakhir, klien
menderita Hipertensi, dan asam urat
Status kesehatan umum selama 3 tahun yang lalu : Klien mengatakan tidak
menderita penyakit yang parah hanya demam dan pilek biasa.
Obat-Obatan :
Istirahat & Tidur : Klien tidur selama 7-8 jam/ hari sedangkan saat klien
mengalaminya nyeri klien tidur 5-6 jam saja.
Personal Hygiene : Klien biasanya mandi 2x sehari pada pagi hari dan sore hari
sebelum Ashar menggunakan sabun,klien selalu menggosok
gigi sehabis mandi dan mengganti pakean 2 x sehari atau setiap
selesai mandi.
Seksual : tidak terkaji
Rekreasi : Klien lebih banyak dirumah karena sering nyeri dan hanya
berjalan kerumah tetangga terdekatnya saja
Psikologis :
● Persepsi Klien : Klien tetap bersyukur dengan kondisinya seperti ini
● Konsep diri : Klien menyadari bahwa dirinya adalah lansia
● Emosi : Emosi klien stabil
● Adaptasi : Klien mulai1 sulit beradaptasi dengan limgkungan
sekitarnya dikarenakan kondisi dirinya
● Mekanisme Pertahanan Diri : Tidak terkaji
K. Tinjauan sistem
Keadaan umum : Composmentis (E4, V5, M6).
TTV : TD: 160/90 Mmhg RR: 20x/m N: 80 x/m
1) Kepala : Rambut tampak ubanan,tidak ada luka,tidak ada nyeri
tekan pada kepala,tidak ada benjolan.
2) Mata,telinga,hidung :
-Mata : Simetris,konjungtiva tidak anemis,sclera tidak ikterik,pupil isokor,
penglihatan buram, tidak ada nyeri,tidak menggunakan kaca mata,tidak ada
benjolan.
-Telinga : Simetris, tampak bersih, pendengaran kurang baik, tidak ada
benjolan, tidak cairan yang keluar,tidak ada nyeri tekan.
-Hidung : Simetris,tampak bersih,tidak ada nyeri dan tidak ada
pembengkakan,tidak ada secret,penciuman baik.
3) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid,,tidak ada
pembesaran vena jugularis tidak ada luka,klien mengeluh leher bagian tengkuk
sering sakit terkadang berat.
4) Dada dan punggung : Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada retraksi
dinding dada,tidak ada nyeri tekan
5) Abdomen & Pinggang : Simetris, tidak ada nyeri tekan,tidak ada bising usus.
6) Ektremitas atas & bawah: 5 5
3 3
7) Sistem Imune : Cukup baik
8) Genetalia : Tidak terkaji
9) System Reproduksi : Tidak Terkaji
10) System Persyarafan : Baik
11) System Pengecapan : Berfungsi dengan baik
12) System Penciuman : Berfungsi dengan baik
13) System Pengecapan : Berfungsi dengan Baik
14) Tactil Respon : Respon cukup baik
L. Screening Masalah Kesehatan Lanjut Usia
1) Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ) Hasil : Salah 1( fungsi
intelektual utuh)
aktivitas (P)
4. Nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk(Q) Nyeri saat
(R) bergerak
Do :
1. Wajah klien tampak meringis saat
menahan nyeri.
2. TTV :
- TD : 160/90 MmHg
- Nadi : 84x/menit
- RR : 22x/Menit
- S: 36,2OC
3. Ekstermitas 5 5
3 3
2 Ds: Lingkungan Gangguan
1. Klien mengatakan memiliki penyakit Pola Tidur
hipertensi atau tekanan darah tinggi. Lingkungan yang
2. Saat ini Tn. H tidak mengkonsumsi tidak nyaman
obat anti hipertensi secara rutin.
3. Klien mengatakan sering terbangun Hilangnya
Do :
1. Klien tampak tidak tidur di waktu
siang hari.
2. PSQI = 10 (kualitas tidur buruk)
3. TD 160/90 mmHg
4. Raut wajah tampak Gelisah
P: Intervensi dihentikan
2 Jum’at ,02- 2 1. Menganjurkan menepati kebiasaan S: Yuniar
11-2022/ waktu tidur Pratiwi
- Keluarga klien mengatakan klien
2. Menganjurkan makanan/minuman
08:30 sudah mulai paham tentang
yang menganggu tidur
relaksasi otot autogenic yang
3. Mengajarkan factor-faktor yang
diajari jika diingatkan
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur O:
4. Mengajarkan relaksasi otot
Klien mampu mempraktekkan kembali
autogenic atau cara
relaksasi
nonfarmakologis lainnya
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
DISUSUN OLEH :
YUNIAR PRATIWI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS XVII SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MATARAM
2022
I. LATAR BELAKANG
Lansia dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu pra lanjut usia (45-59 Tahun),
lanjut usia (60-69 Tahun) dan lanjut usia resiko tinggi >60 Tahun atau >70 Tahun dengam
masalah kesehatan (Kemkes RI 2016). Hipertensi menempati urutan pertama pada masalah
kesehatan di indonesia. Hipertensi juga salah satu penyakit yang paling tinggi, angka
proportional mortality rate akibat hipertensi di seluruh dunia mencapai 13% atau 8 juta
kematian setiap tahunnya (Anbarasan 2015).
Sebanyak 1 milyar lansia di dunia atau 1 dari 4 lanjut usia menderita hipertensi. Bahkan
diperkirakan jumlah lansia yang menderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar
menjelang tahun 2025. Sebagian besar penderita hipertensi berada di negara berkembang
(Bhandari 2016).
Hipertensi merupakan masalah kardiovaskuler yang sering terjadi pada lansia. Tekanan
darah yang tinggi dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah
diseluruh tubuh (Kemenkes RI 2019).
Berdasarkan survey mahasiswa Profesi Ners di Dusun Pondok Buak diperoleh data
lansia yang berusia >59 tahun sebanyak 77 lansia (100%) yang menderita penyakit
hipertensi diperoleh data sebanyak 20 lansia (45%).
Berdasarkan Global Status Report On Noncomunicable Diseases 2010 dari WHO
menyebutkan bahwa jumlah penderita hipertensi pada negara berkembnag mencapai 40%,
sedangkan di negara maju hanya 35 %. Penderita hipertensi usia dewasa di kawasan Asia
Tenggara terdiri dari 36%. Menurut perwakilan WHO untuk indonesia mengungkapkan
bahwa terjadi peningkatan jumlah penderita hipertensi sebesar 135, baik pria maupun
perempuan (Tarigan 2016).
Hipertensi dengan nilai tekanan darah yang tidak terkontrol dengan baik dapat
menyebabkan komplikasi bahkan kematian. Penyebab tidak terkendalinya tekanan darah
pada penderita hipertensi adalah tidak rutinnya penderita hipertensi untuk melakukan
pengobatan karena hipertensi seringkali tidak menunjukkan gejala atau tanda yang khas
(Iswahyuni, 2017). selain itu kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh penderita
hipertensi juga merupakan salah satu faktor penyebab tidak terkendalinya nilai tekanan
darah pada penderita hipertensi (Maharani dkk 2018).
IV. METODE
Ceramah, diskusi/ Tanya jawab
V. MEDIA
Leaflet
Keterangan :
: Peserta
3. Evaluasi hasil
a. Minimal yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan pengertian dari Hipertensi
b. Minimal yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan penyebab dari Hipertensi
c. Minimal yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan tanda dan gejala dari Hipertensi
d. Minimal yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan komplikasi Hipertensi
e. Minimal yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan penatalaksanaan dari Hipertensi
X. REFERENSI
Iswahyuni,S.,2017. Hubungan antara Aktivitas FIsik dan Hipertensi Pada Lansia. Profesi Prof.
Islam Media Publ. Penelit.14,1.https:’’doi.org/10.26576/profesi.155
Kementerian Kesehatan RI.(2016). Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga.Kementerian Kesehatan Ri. Jakarta.
Maharani,R., Syafrandi,D.P.,2018. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pengendalian
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi DI Puskesmas Harapan Raya Kota Pekanbaru
Tahun 2016. J. Kesehat. Komunitas 3, 165-171.
https://doi.org/10/25311/keskom.Vol3.Iss5.122
Tarigan AR, Zulhaida L, Syarifah. Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Pengetahuan
Keluarga Terhadap Diet Hipertensi di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Tahun 2016.
Jurnal Kesehatan. 2018; 11(1):10-1.
Riskesdes,(2018). Kementrian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Diunduh 26 Januari 2020.
A. Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan diastolic lebih dari 90 mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran atau
lebih.
Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular
aterosklerotik, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi menimbulkan risiko
morbiditas atau mortalitas dini, yang meningkat saat tekanan darah sistolik dan
diastolic meningkat. Peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan merusak
pembuluh darah diorgan target (jantung, ginjal, otak dan mata).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140
mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko
tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
resikonya. (Price, 2000)
Jadi, hipertensi adalah peningkatan tekanan darah ≥140/90 mmHg secara kronis.
B. Klasifikasi
Hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Normal: Sistolik kurang dari 120 mmHg diastolic kurang dari 80 mmHg.
Prahipertensi: Sistolik 120 sampai 139 mmHg diastolic 80 sampai 89 mmHg.
Stadium 1: Sistolik 140 sampai 159 mmHg diastolic 90 sampai 99 mmHg.
Stadium 2: Sistolik >169 mmHg diastolic > mmHg.
Berdasarkan etiologinya, hipertensi diklasifikasikan
menjadi:
1. Hipertensi primer/esensial (insiden 80-95%): hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder: akibat suatu penyakit atau kelainan mendasari, seperti
stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, feokromositoma,
hiperaldosteronisme, dan sebagainya.
C. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :
1. Hipertensi Primer ( esensial )
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Faktor yang mempengaruhinnya yaitu: genetic, lingkungan, hiperaktifitas
saraf simpatis system renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca
intraseluler. Faktor- faktor yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok,
alcohol dan polisitemia.
2. Hipertensi sekunder
Penyebabnya yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
atau tekaanan diastolic sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan teperkanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adlah terjadinya perubahan
perubahan pada:
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur
20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumennya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar darikolumna
medulla spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak tertukar.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebannyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
- Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindentifikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
- BUN/ kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
- Glucose: hiperglikemi (DM adalah pencetus hiperteni) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
- Urinalisa: darah,protein, glukosa, mmengisaratkan disfungsi ginjal da nada
DM.
2. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. EKG: dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
G. Penatalaksanaan
Tujuan setiap program terapi adalah untuk mencegah kematian dan komplikasi
dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah arteri pada atau kurang dari
140/90 mmHg (130/80 mmHg untuk penderita diabetes melitus atau penderita
penyakit ginjal kronis) kapan pun jika memungkinkan.
1. TERAPI NON FARMAKOLOGI
Modifikasi gaya hidup:
a. Penurunan berat badan
b. Pengurangan asupan alkohol
c. Pengurangan asupan natrium
d. Olahraga teratur
e. Teknik relaksasi
f. Penghentian rokok
g. Diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertention) dengan asupan
tinggi buah, sayuran, dan produk susu rendah lemak telah terbukti
menurunkan tekanan darah tinggi.
2. TERAPI FARMAKOLOGI
Pilihan obat untuk terapi permulaan:
1) Hipertensi tanpa indikasi khusus
a. Hipertensi derajat 1
Tekanan darah sistolik 140-159 mmHg atau Tekanan darah diastolic
90-99 mmHg. Umumnya diberikan diuretic gol Thiazide. Bisa
dipertimbangkan pemberian penghambat EKA, ARB, penyekat B,
antagonis Ca atau Kombinasi.
b. Hipertensi derajat 2
Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau Tekanan darah distolik >
mmHg. Umumnya diberi kombinasi 2 macam obat (diuretic golongan
Thiazide dan penghambat EKA atau ARB atau penyakit b, atau
antagnis Ca).
2) Hipertensi indikasi khusus
Obat-obatan untuk indikasi khusus:
Obat anti hipertensi lainnya (diuretic, penghambat EKA, ARB, Penyekat
B, antagonis Ca) sesuai yang diperlukan.