Anda di halaman 1dari 12

Penatalaksanaan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri dengan Teknik

Relaksasi di Ruang Topas RSU dr. Slamet Garut

Theresia Eriyani 1, Iwan Shalahuddin 2

Abstrak

Pelaksanaan teknik relaksasi oleh perawat kurang diaplikasikan terhadap pasien yang
mengalami gangguan rasa nyaman nyeri. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti :
Pendidikan, Jenis kelamin dan jadwal dinas. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui Penatalaksanaan gangguan rasa nyaman nyeri dengan teknik relaksasi pada
perawat di ruang Topas RSU dr. Slamet Garut. Metode dalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriftif. Sebagai responden dalam penelitian ini adalah seluruh perawat
yang bekerja di ruang Topas RSU dr. Slamet Garut. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis
dengan uji univariat. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa SOP (Standar
Operasional Prosedur) untuk mengobservasi teknik relaksasi oleh perawat terhadap pasien,
dari hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi perawat berdasarkan pelaksanaaan teknik
relaksasi,pendidikan,jadwal dinas dan jenis kelamin. Adapun pelaksanaan teknik relaksasi
oleh perawat di Ruang Topas RSU dr. Slamet Garut perawat yang melaksanakan teknik
relaksasi sebanyak 8 orang (50 %) dan yang tidak melaksanakan sebanyak 8 orang atau 50 %.

Kata kunci : Penatalaksanaan, rasa nyaman nyeri, relaksasi

Abstract

The implementation of relaxation techniques by nurses is less applied to patients who


experience pain relief. This is caused by several factors such as: Education, Gender and
service schedule. The purpose of this study was to find out the management of pain relief
disorders with relaxation techniques in nurses in the Topas room of RSU Dr. Slamet Garut.
The method in this study uses descriptive research methods. As respondents in this study were
all nurses working in the Topas room of RSU Dr. Slamet Garut. The data obtained was
processed and analyzed by univariate tests. The instrument used in this study is an SOP
(Standard Operating Procedure) to observe relaxation techniques by nurses on patients, from
the results of the study obtained nurse frequency distribution based on the implementation of
relaxation techniques, education, service schedules and gender. The implementation of
relaxation techniques by nurses in the topas room of RSU Dr. Slamet Garut nurses who carry
out relaxation techniques as many as 8 people or 50% and those who do not implement as
many as 8 people or 50%.

Keywords: Feeling comfortable pain, management, relaxation

PENDAHULUAN
Globalisasi telah memberi dampak kualitas pelayanan kesehatan. Peningkatan
positif bagi setiap profesi kesehatan untuk tuntutan ini akibat dari meningkatnya
selalu berupaya meningkatkan kinerja jumlah konsumen yang terdidik, sehingga
profesionalnya dalam kontribusi pada mampu memilih jenis dan kualitas
berbagai kebutuhan kesehatan masyarakat. pelayanan yang diinginkan (DR.Ratna
Hal ini sejalan dengan semakin sitorus, 2006).
meningkatnya tuntutan masyarakat akan
1
Tenaga profesional kesehatan yang telah menyelesaikan program
termasuk didalamnya tenaga keperawatan pendidikan keperawatan, berwenang di
telah menetapkan arah perkembangan negara bersangkutan untuk memberikan
keprofesionalannya, antara lain melalui pelayanan, dan bertanggung jawab dalam
sistem pendidikan tinggi keperawatan yang peningkatan kesehatan, pencegahan
telah menghasilkan berbagai jenjang penyakit serta pelayanan terhadap pasien
pendidikan keperawatan, yaitu ners (H.Zaidin Ali, 2001). Peran perawat yaitu
generalis dan ners spesialis di berbagai sebagai pelaksana pelayanan keperawatan,
bidang keilmuan keperawatan. Arah pengelola pelayanan keperawatan dan
perkembangan ini sejalan dengan institusi pendidikan, pendidik dalam
perkembangan ilmu pengetahuan,teknologi keperawatan dan peneliti pengembang
kesehatan dan keperawatan yang bertujuan keperawatan. Peran terapeutik perawat
untuk mengantisipasi berbagai perubahan, yaitu kegiatan yang ditujukan langsung
tantangan, dan peluang di era global ini pada pencegahan dan pengobatan penyakit.
(DR.Ratna sitorus, 2006). Proses keperawatan merupakan cara
Pelayanan keperawatan (Nursing sistematis yang dilakukan perawat bersama
Service) mencakup bidang yang sangat pasien dalam menentukan kebutuhan
luas. Pelayanan keperawatan merupakan asuhan keperawatan dengan melakukan
suatau upaya untuk membantu individu pengkajian, penentuan diagnosis,
sakit maupun sehat, dari lahir sampai perencanaan tindakan, pelaksanaan
meninggal dalam bentuk peningkatan tindakan, serta pengevaluasian hasil asuhan
pengetahuan dan kemampuan yang yang telah diberikan dengan berfokus pada
dimiliki sehingga individu tersubut dapat pasien dan berorientasi pada tujuan. Setiap
melakukan kegiatan sehari-hari secara tahapan saling bergantung dan
mandiri dan optimal (H.Zaidin Ali, 2001). berhubungan (Alimul, 2008).
Keperawatan adalah pelayanan profesional Nyeri merupakan kondisi berupa
yang merupakan bagian dari pelayanan perasaan tidak menyenangkan bersifat
kesehatan, berdasarkan ilmu dan kiat sangat subjektif karena perasaan nyeri
keperawatan, berbentuk pelayanan bio- berbeda pada setiap orang dalam hal skala
psiko-sosio-spiritual yag komprehensif dan atau tingkatannnya, dan hanya orang
ditujukan kepada individu, kelompok, dan tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
masyarakat baik sakit maupun sehat mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya
(A.Aziz Alimul H, 2008). (Alimul, 2008). Nyeri merupakan
Menurut Internasional Council Of pengalaman sensori dan emosional yang
Nursing (1965) Perawat adalah seseorang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan
2
jaringan yang aktual atau potensial membuat pasien dapat mengontrol diri saat
(Smeltzer dan Bare, 2002). Dengan adanya
gangguan rasa nyaman nyeri, maka nyeri
mengakibatkan kebutuhan dasar yang lain
menjadi terganggu seperti pola aktivitas
sehari-hari, nafsu makan dan kebutuhan
istirahat tidur (Smeltzer dan Bare, 2002).
Penatalaksanaan (tindakan)
keperawa-tan gangguan nyaman nyeri
diantaranya ada yang bersifat farmakologi
dan ada juga yang bersifat non
farmakologi. Yang bersifat farmakologi
yaitu pemberian obat analgesik, dilakukan
guna mengganggu atau memblok transmisi
stimulus agar terjadi perubahan persepsi
dengan cara mengurangi kortikal terhadap
nyeri. Dan yang bersifat non farmakologi
yaitu dengan mengurangi faktor yang dapat
menambah nyeri, misal ketidakpercayaan,
kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan
kebosanan. Memodifikasi stimulus nyeri
menggunakan teknik seperti: teknik
pengalihan, memodifikasi telivisi,
berbincang-bincang dengan orang lain,
mendengarkan musik dan teknik relaksasi
(Alimul, 2008).
Menurut Smeltzer dan Bare (2002),
teknik relaksasi dipercaya dapat
menurunkan nyeri dengan merilekskan
ketegangan otot yang menunjang nyeri.
Relaksasi merupakan kebebasan mental
dan fisik dari ketegangan dan stress,
karena dapat mengubah persepsi kognitif
dan motivasi afektif pasien. Teknik
relaksasi
3
terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, laki- laki yang didalamnya mencakup
stress fisik dan emosi (Potter & Perry, pasien
2005). Teknik relaksasi merupakan Post Operasi diantaranya Post Operasi
metode yang dapat dilakukan terutama
pada pasien yang mengalami nyeri,
merupakan latihan pernafasan yang
menurunkan konsumsi oksigen,
frekuensi pernafasan, frekuensi jantung
dan ketegangan otot yang menghentikan
siklus nyeri, ansietas dan ketegangan
otot. Teknik relaksasi perlu diajarkan
bebarapa kali agar mencapai hasil
optimal dan perlunya instruksi
menggunakan teknik relaksasi untuk
menurunkan/mencegah nyeri meningkat.
Berdasarkan penelitian Ikhsan
(2010), tentang Peran tekhnik relaksasi
terhadap gangguan rasa nyaman nyeri
di RS DR. M. Yunus Bengkulu, dari
hasil penelitian tersebut menyatakan
bahwa “Pelaksanaan tehnik relaksasi
terhadap tngkat nyeri pada pasien pasca
operasi di RSUD Dr. M Yunus
Bengkulu Tahun 2010 sangat
berpengaruh sekali hingga mencapai
50%. Hal tersebut sesuai teori yang
mengatakan ada beberapa non farma
kologi untuk mengurangi nyeri yaitu
salah satunya dengan tekhnik relaksasi
nafas dalam. Tehnik relaksasi ini
merupakan tehnik yang efektif
mengontrol ketidaknyamanan (Smeltzer
dan Bare, 2002).
Ruang Topas RSU dr. Slamet
merupakan ruang khusus Bedah untuk
4
BPH, Fraktur, Hernia dan lain-lain. Post penatalaksanaan gangguan rasa nyaman
Operasi tersebut mengakibatkan terputus nyeri dengan teknik relaksasi di ruang
kontinuitas jaringan yang diantaranya bisa Topas RSU dr. Slamet Garut. Pengetahuan
menimbulkan gangguan rasa nyaman merupakan hasil dari apa yang diketahui
nyeri. Penatalaksanaan dari gangguan rasa seseorang dan ini terjadi setelah orang
nyaman nyeri diantaranya yaitu dengan tersebut melakukan pengindraan terhadap
cara Tekhnik relaksasi nafas dalam. objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
Berdasarkan studi pendahuluan dengan merupakan dominant yang sangat penting
wawancara pada 10 orang perawat di terbentuknya tindakan seseorang, sebagian
Ruang Topas, semua perawat mengetahui pengetahuan manusia diperoleh melalui
Penatalaksanaan gangguan rasa nyaman mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
nyeri dengan teknik relaksasi, 4 perawat Populasi penelitian adalah seluruh
diantaranya mengetahui dan melaksanakan subjek atau objek dengan karakteristik
penatalaksanaan gangguan rasa nyaman tertentu yang akan diteliti (Aziz Alimul,
nyeri dengan teknik relaksasi dengan tidak 2003). Yang menjadi populasi pada
memperhatikan SOP dan 6 diantaranya penelitian ini adalah seluruh perawat yang
mengetahui tetapi tidak melaksanakan bekerja di ruang Topas RSU dr. Slamet
penatalaksanaan gangguan rasa nyaman Garut. Jadi jumlah populasi yang diteliti
nyeri dengan tekhnik relaksasi. mencakup seluruh perawat yang bekerja di
ruang Topas RSU dr. Slamet Garut. Yaitu
METODE PENELITIAN
berjumlah 16 orang. Pengambilan sampel
Desain penelitian yang digunakan
penelitian adalah sebagian dari jumlah dan
adalah deskroptif dengan pendekatan cross
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
sectional. Arikunto (2010) menyatakan
tersebut (Setiadi, 2007). Dalam penelitian
penelitian deskriptif bertujuan mengetahui
ini peneliti menggunakan teknik sampling
gambaran penatalaksanaan gangguan rasa
jenuh yakni cara pengambilan sampel
nyaman nyeri dengan tekhnik relaksasi
dengan mengambil anggota populasi
pada perawat di ruang Topas RSU dr.
semua menjadi sampel. Cara ini dilakukan
Slamet Garut. Rancangan cross sectional
karena populasinya kecil dan sampelnya
merupakan rancangan penelitian yang
kurang dari 30 orang. Sampel yang akan
pengukuran atau pengamatanya dilakukan
dijadikan responden dalam penelitian ini
secara simultan pada satu saat atau sekali
berjumlah 16 orang mencakup seluruh
waktu (Hidayat, 2007).
perawat yang bekerja di ruang topas RSU
Variabel dalam penelitian ini adalah
dr. Slamet Garut.
gambaran pengetahuan perawat dalam

5
Pengumpulan data berupa observasi. orang,dari 16 perawat didapatkan data
Metode observasi yang digunakan peneliti demografi dan data penatalaksanaan
adalah bentuk observasi atau pengamatan gangguan rasa nyaman nyeri dengan teknik
terlibat (Notoatmodjo, 2005). Untuk relaksasi, yang dapat dilihat di bawah ini :
variabel penatalaksanaan digunakan SOP Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perawat
(Standar Operasional Prosedur) maka Berdasarkan Pelaksanaan Teknik Relaksasi
di Ruang Topas RSU dr. Slamet Garut
Instrumen yang digunakan dalam No Pelaksanaan Frekuensi Persentase
(%)
pengumpulan data pada penelitian ini 1 Dilaksanakan 8 50
adalah check list yaitu suatu daftar untuk 2 Tidak 8 50
dilaksanakan
men”cek” beberapa gejala dari sasaran Jumlah 16 100
penelitian. Peneliti tinggal memberikan
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
tanda check (√) pada daftar tersebut yang
bahwa melaksanakan ≥ median perawat
menunjukkan adanya gejala atau ciri dari
dianggap pelaksanaan teknik relaksasi
sasaran peneliti, apabila perawat
dilaksanakan sesuai dengan SOP yang
melaksanakan diberi tanda check (√) pada
berjumlah 8 orang dengan presentase 50%,
kolom Ya, dan apabila perawat tidak
sedangkan yang tidak melaksanakn <
melaksanakan diberi tanda check (√) pada
median dianggap pelaksanaan teknik
kolom Tidak (Notoatmodjo, 2010). Untuk
relaksasi tidak dilaksanakan dengan jumla
variabel pendidikan responden cukup men
perawat 8 orang dengan presentase 50 %.
check list (√) di lembar data demografi.
Untuk variabel Jadwal dines responden Tabel 2. Distribusi Frekuensi Perawat
Berdasarkan Pendidikan di Ruang Topas
cukup men check list (√) di lembar data RSU dr. Slamet Garut
demografi. Untuk variabel Jenis kelamin No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
1 Diploma 10 62.5
responden cukup men check list (√) di 2 Sarjana 6 37,5
Jumlah 16 100
lembar data demografi.
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui
HASIL DAN PEMBAHASAN
bahwa pendidikan perawat lebih banyak
1. Hasil Penelitian
berpendidikan diploma daripada sarjana
Penelitian tentang penatalaksanaan
sebanyak 62,5 %, sedangkan yang
gangguan rasa nyaman nyeri dengan teknik
pendidikan sarjana sebanyak 37,5 %.
relaksasi pada perawat di ruang topas RSU
dr. Slamet Garut, dilakukan dengan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perawat
Berdasarkan Jadwal Dinas di Ruang Topas
mengobservasi perawat menggunakan RSU dr. Slamet Garut
format SOP. Responden dalam penelitian
ini adalah perawat yang berjumlah 16
No Jadwal Dinas Frekuensi Persentase (%)
6
1 Pagi 7 43,75
2 Siang 5 31,25

7
3 Malam 4 25
orang atau 66,5%, dan yang tidak
Jumlah 16 100
Berdasarkan tabel 3, dapat melaksanakan teknik relaksasi sebanyak 2
diketahui jadwal dinas perawat lebih orang atau 33,5%.
banyak dinas pagi yaitu sebanyak 7 orang
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Perawat
(43,75 %) dan paling sedikit yaitu jadwal dalam Pelaksanaan Teknik Relaksasi
dinas malam yaitu sebanyak 3 orang atau Berdasarkan Jadwal Dinas di Ruang Topas
RSU Dr. Slamet Garut
18,75 %. Pelaksanaan
No Jadwal Ya Tidak Jumlah
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perawat Dinas F % F %
Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Topas 1 Pagi 7 100 - - 7
RSU dr. Slamet Garut 2 Siang 1 20 4 80 5
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) 3 Malam - - 4 100 4
1 Laki-laki 14 87,5 Jumlah 8 8 16
2 Perempuan 2 12,5
Jumlah 16 100
Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa
jadwal dinas perawat mempengaruhi
Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui
pelaksanaan teknik relaksasi,terbukti dari
bahwa perawat di ruang topas lebih banyak
jadwal dinas pagi,siang dan malam dinas
perawat laki-laki dari pada perempuan
pagi yang paling banyak melaksanakan
yaitu sebanyak 14 orang atau 87,5 %
teknik relaksasi yaitu sebanyak 7 orang
sedangkan perempuan sebanyak 2 orang
atau 100% dan tidak ada yang tidak
atau 12,5 %.
melaksanakan teknik relaksasi. Sedangkan
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Perawat
dalam Pelaksanaan Teknik Relaksasi yang banyak tidak melaksanakan teknik
Berdasarkan Pendidikan di Ruang Topas
RSU dr. Slamet Garut relaksasi yaitu dinas malam sebanyak 4
Pelaksanaan orang atau 100 % tdak melaksanakan. Dan
No Pendidikan Ya Tidak Jumlah dinas siang yang tidak melaksanakan
F % F %
1 Diploma 4 40 6 60 10 teknik relaksasi sebanyak 4 orang atau 80
2 Sarjana 4 66,5 2 33,5 6
% dan yang melaksanakan teknik relaksasi
Jumlah 8 8 16
sebanyak 1 orang atau 20 %.
Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui Tabel 7. Distribusi Frekuensi Perawat
dalam Pelaksanaan Teknik Relaksasi
bahwa perawat yang pendidikan diploma
Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Topas
yang melaksanakan teknik relaksasi RSU Dr. Slamet Garut
Pelaksanaan
berjumlah 4 orang atau 40% dan yang No Jenis Ya Tidak Jumlah
Kelamin F % F %
tidak melaksanakan teknik relaksasi
1 Laki-laki 7 50 7 50 14
sebanyak 6 orang atau 60%. Sedangkan 2 Perempuan 1 50 1 50 2
Jumlah 8 8 16
yang pendidikan sarjana yang
melaksanakan teknik relaksasi berjumlah 4

8
Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui stress fisik dan emosi pada nyeri
bahwa perawat laki-laki lebih banyak dari (Pinandita, Purwanti & Utoyo, B,2012).
pada perawat perempuan berjumlah 14 Hasil penelitian ini menunjukan
orang dan perawat perempuan hanya 2 bahwa perawat yang melaksanakan teknik
orang. Dari 14 orang perawat laki-laki relaksasi seimbang dengan perawat yang
sebanyak 7 orang atau 50% yang tidak melaksanakan teknik relaksasi,
melaksanakan teknik relaksasi dan 7 orang artinya pasien yang pre maupun post
atau 50% yang tidak melaksanakan teknik operasi ada yang tidak mendapatkan teknik
relaksasi. Sedangkan perawat perempuan relaksasi. Hal ini kurang baik karena akan
dari 2 orang perawat 1 orang mengakibatkan nyeri yang sangat berat,dan
melaksanakan teknik relaksasi atau 50 % timbulnya stress terhadap pasien. Upaya
dan 1 orang tidak melaksanakan teknik yang harus di perhatikan perawat bahwa
relaksasi (50%). pelaksanaan teknik relaksasi pada pasien
2. Pembahasan pre maupun post operasi sangatlah penting
Berdasarkan hasil distribusi dan harus diperhatikan karena teknik
frekuensi pelaksanaan teknik relaksasi relaksasi akan mengurangi tingkat nyeri
perawat yang melaksanakan teknik dan stress yang dialami oleh pasien. Hal ini
relaksasi sebanyak 8 orang atau 50% dan sejalan dengan Ayudianningsih & Maliya,
perawat yang tidak melaksanakan teknik (2009) Teknik relaksasi membuat pasien
relaksasi sebanyak 8 orang atau 50% dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa
sehingga perawat yang melaksanakan dan tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan
tidak melaksanakan teknik relaksasi emosi pada nyeri.
seimbang yaitu 50%. Hal ini terjadi Berdasarkan distribusi frekuensi
dikarenakan beberapa factor baik itu pendidikan mengenai Pelaksanaan teknik
pendidikan, jadwal dinas,dan jenis relaksasi oleh perawat pada pasien adalah
kelamin. Sejalan dengan Zees, R. F. sebagian besar pendidikan responden
(2012), teknik relaksasi dipercaya dapat Diploma sebanyak 10 perawat (62,5%),
menurunkan nyeri dengan merilekskan dan pendidikan Sarjana yaitu sebanyak 6
ketegangan otot yang menunjang nyeri. responden (37,5%). Dari pernyataan diatas
Relaksasi merupakan kebebasan mental dapat dilihat dari 16 perawat sebagian
dan fisik dari ketegangan dan stress, karena besar pada kelompok pendidikan D3.
dapat mengubah persepsi kognitif dan Pelaksanaan teknik relaksasi berdasarkan
motivasi afektif pasien. Teknik relaksasi pendidikan perawat di ruang Topas RSU
membuat pasien dapat mengontrol diri dr. Slamet Garut Tahun 2012,Pendidikan
ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, Diploma perawat yang melaksanakan

9
teknik relaksasi sebanyak 4 orang atau Garut pada jadwal dinas pagi perawat yang
40% dan perawat yang tidak melaksanakan melaksanakan teknik relaksasi sebanyak 7
sebanyak 6 orang atau 60%. Dan orang atau 100% dan tidak ada perawat
pendidikan Sarjana perawat yang yang tidak melaksanakan teknik
melaksanakan sebanyak 4 orang atau relaksasi,jadwal dinas siang perawat yang
66,5%, sedangkan perawat yang tidak melaksanakan teknik relaksasi sebanyak 1
melaksanakan sebanyak 2 orang atau orang atau 20% dan perawat yang tidak
33,5%. Hal ini terjadi dikarenakan melaksanakan sebanyak 4 orang atau 80
pendidikan Diploma dalam pengalaman %,sedangkan yang dinas malam semua
praktik lapangan lebih dominan perawat tidak melaksanakan teknik
dibandingkan dengan Sarjana yang lebih di relaksasi sebanyak 4 orang atau 100%. Hal
fokuskan ke teori. Menurut teori Green, ini terjadi dikarenakan pada jdwal dinas
2002 dalam Suharyat, Y. (2009) bahwa pagi kepala ruangan maupun CI ikut hadir
pendidikan merupakan faktor predisposisi sehingga mempengaruhi perawat untuk
seseorang untuk berprilaku,sehingga latar melaksanakan teknik relaksasi dan
belakang pendidikan merupakan faktor pasiennya pun pada pagi hari mebutuhkan
yang mendasar dan memotivasi terhadap rileksasi agar nyeri yang diraskan
prilaku atau memberikan referensi pribadi berkurang sedangkan pada siang maupun
dalam pengalaman belajar. malam disamping tidak ada kepala ruangan
Hasil penelitian ini menunjukan dan CI pasien nya pun kadang-kadang
responden yang berpendidikan Diploma tidur sendiri di saat perawat sedang
sama besar yang melakukan teknik melaksanakan tindakan pun pasien sudah
relaksasi dengan Sarjana, artinya rileks sendiri bahkan ada yang tidur.
pendidikan Sarjana dalam hal ini Menurut Aurora, N., & Rahardja, R.
pengalaman praktik lapangan sama dengan (2010) jadwal dinas yaitu suatu jadwal
pendidikan Diploma. Upaya yang harus di yang mengatur siklus jaga dan petugas
perhatikan pendidikan Diploma maupun yang harus memberikan atau menunjang
pendidikan Sarjana bahwa pelaksanaan pelayanan dan tindakan keperawatan.
teknik relaksasi pada pasien pre maupun Upaya yang diperhatikan agar perawat
post operasi sangatlah penting dan harus dapat melaksanakan teknik relaksasi yaitu
diperhatikan karena teknik relaksasi dapat dengan melakukan briping terlebih dahulu
mengurangi intensitas nyeri dan stress yang dipimpin oleh kepala ruangan dengan
yang dialami oleh pasien. Pelaksanaan menyertakan semua perawat dari ke 3
teknik relaksasi berdasarkan jadwal dinas dinas agar perawat dapat mengetahui dan
perawat di ruang Topas RSU dr. Slamet melaksanakan teknik relaksasi terhadap

10
pasien. Menurut Smeltzer dan Bare tahun melaksanakan dan 50% lagi tidak
2002 dalam Wirya & Sari (2013), teknik melaksanakan teknik relaksasi. Upaya
relaksasi dipercaya dapat menurunkan yang harus diperhatikan agar perawat dapat
nyeri dengan merilekskan ketegangan otot melaksanakan teknik relaksasi yaitu
yang menunjang nyeri. Relaksasi diberikan pengarahan oleh kepala ruangan
merupakan kebebasan mental dan fisik dari dengan tidak memandang jenis kelamin
ketegangan dan stress, karena dapat perawat, baik yang laki-laki maupun
mengubah persepsi kognitif dan motivasi perempuan harus melaksanakan teknik
afektif pasien. realaksasi terhadap pasien karena teknik ini
Pelaksanaan teknik relaksasi sangat penting bagi kesembuhan pasien.
berdasarkan jenis kelamin perawat di ruang
Topas RSU dr. Slamet Garut, perawat yang KESIMPULAN DAN SARAN
berjenis kelamin laki-laki 7 orang yang 1. Kesimpulan
melaksanakan atau 50% dan perawat yang Penatalaksanaan gangguan rasa
tidak melaksanakan sebanyak 7 orang atau nyaman nyeri dengan teknik relaksasi pada
50%,sedangkan perawat perempuan yang perawat di Ruang Topas RSU dr. Slamet
melaksanakan teknik relaksasi sebanyak 1 Garut yang melaksanakan teknik relaksasi
orang atau 50% dan perawat yang tidak yaitu : Perawat yang Pendidikan Diploma
melaksanakan teknik relaksasi sebanyak 1 lebih banyak tidak melaksanakan teknik
orang atau 50%. Menerut Wahyuningsih, relaksasi dibanding yang pendidikan
Haryanti & Subekti (2008) didalam kinerja Sarjana, Jadwal dinas pagi perawat, lebih
perawat dalam melaksanakan tindakan banyak perawat yang melaksanakan teknik
keperawatan mungkin berbeda berkaitan relaksasi dari pada dinas yang lain yaitu,
dengan cirri fisik,karakter dan sifat yang dan Jenis kelamin perawat, perawat yang
berbeda pula, jenis kelamin adalah berjenis kelamin laki-laki lebih banyakn
penggolongan responden yang terdiri dari yang melaksanakan teknik relaksasi
laki-laki dan perempuan. dibanding perempuan.
Hasil penelitian ini menunjukan 2. Saran
bahwa, baik perawat yang berjenis kelamin Diharapkan dapat menambah
laki-laki maupun perempuan ternyata tidak Motivasi atau perhatian dari berbagai pihak
mempengaruhi pelaksanaan teknik khususnya perawat dalam melaksanakan
relaksasi karena baik yang berjenis teknik relaksasi pada semua pasien baik itu
kelamin laki-laki maupun perempuan yang pre maupun post operasi untuk
sama-sama seimbang dalam pelaksanaan menurunkan tingkat kecemasan dan
teknik realaksasi yaitu 50% yang intensitas nyeri yang dialami oleh pasien.

11
Upaya yang harus dilakukan Hidayat. (2007). Pengantar Konsep Dasar
perawat, dimana tindakan non Keperawatan. Jakarta: Salemba
medika.
farmakologis yaitu teknik relaksasi Notoatmodjo, Soekidjo. (2010).
mendapat citra suatu tugas yang menarik Metodologi Penelitian Kesehatan.
Edisi Revisi Jakarta : PT Rineka
atau membosankan, kreatif atau membuat Cipta
tak bersemangat, mudah atau sulit, Pinandita, I., Purwanti, E., & Utoyo, B.
(2012). Pengaruh teknik relaksasi
menantang atau tidak. Apabila teknik genggam jari terhadap penurunan
relaksasi mempunyai citra tindakan yang intensitas nyeri pada pasien post
operasi laparatomi. Jurnal Ilmiah
menarik atau menantang maka akan Kesehatan Keperawatan, 8(1).
meningkatkan motivasi perawat dalam Setiadi. (2007). Riset Keperawatan.
Yogyakarta: Graha ilmu.
melaksanakan teknik relaksasi. Suharyat, Y. (2009). Hubungan antara
1, 2 Fakultas Keperawatan Universitas sikap, minat dan perilaku
Padjadjaran Kampus Garut manusia. Jurnal Region, 1(3), 1-19.
Wahyuningsih, S., Haryanti, F., & Subekti,
DAFTAR PUSTAKA H. (2008). Tingkat Perkembangan
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Bahasa dan Sosial Kemandirian
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Anak usia Prasekolah pada TK Full-
Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Day dan TK Half-Day. Jurnal Ilmu
Cipta. Keperawatan, 3(1), 50-56.
Aurora, N., & RAHARDJA, R. Wirya, I., & Sari, M. D. (2013). Pengaruh
(2010). Penerapan Balanced pemberian masase punggung dan
Scorecard Sebagai Tolak Ukur teknik relaksasi nafas dalam terhadap
Pengukuran Kinerja (Studi Kasus penurunan intensitas nyeri pada
Pada RSUD Tugurejo pasien post appendiktomi di zaal C
Semarang) (Doctoral dissertation, RS HKBP Balige tahun 2011. Jurnal
UNIVERSITAS DIPONEGORO). Keperawatan HKBP Balige, 1(1).
Ayudianningsih, N. G., & Maliya, A. Zees, R. F. (2012). Pengaruh Tehnik
(2009). pengaruh teknik relaksasi Relaksasi Terhadap Respon Adaptasi
nafas dalam terhadap penurunan Nyeri Pada Pasien Apendektomi Di
tingkat nyeri pada pasien pasca Ruang G2 Lantai Ii Kelas Iii Blud
operasi fraktur femur di rumah sakit Rsu Prof. Dr. H. Aloei Saboe KOTA
karima utama Surakarta. GORONTALO. Jurnal Health and
Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Sport, 5(03).
Keperawatan Medikal-Bedah.
Jakarta: EGC

12

Anda mungkin juga menyukai