EVALUASI PENERAPAN
SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 : 2015 DI PPEI
Sri Rahayu
Abstrak
Mutu diklat dari waktu ke waktu harus semakin meningkat. Peningkatan mutu diklat ditentukan oleh
banyak faktor. Namun salah satu faktor kunci peningkatan mutu diklat adalah bagaimana pengelolaan
pelaksanaan diklat berpengaruh untuk menghasilkan diklat yang baik. Dalam rangka peningkatan mutu
diklat agar senantiasa memenuhi kepuasan pelanggan dan stakeholder terkait, PPEI telah menerapkan
sistem manajemen mutu dengan diterimanya sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 sejak tahun
2004. Sistem manajemen mutu atau Quality Management System pertama kali diperkenalkan oleh
International Organization for Standardization (ISO) yang telah diadopsi di Indonesia melalui Badan
Standardisasi Nasional (BSN) sebagai SNI ISO 9001: 2015. Standar ini merupakan salah satu standar
acuan untuk organisasi dalam penerapan sistem manajemen mutu. Melalui penerapan sistem
manajemen mutu diyakini bahwa pengelolaan barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu organisasi
bermuara pada pemenuhan persyaratan mutu pelanggan.Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi
penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 di PPEI. Metodologi penelitian dilakukan dengan cara
observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengukuran analisis
klausul terhadap pemenuhan persyaratan SMM 9001: 2015, untuk klausul 4 dan 5 adalah 95,00% dan
86,67%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan klausul 4 dan 5 di PPEI sudah sesuai dengan
persyaratan standar sistem manajemen mutu. Sementara pengukuran analisis klausul terhadap
pemenuhan persyaratan Sistem Manajemen Mutu 9001: 2015, untuk klausul 6, 7, 8, 9 dan 10 adalah
70% - 80%. Hal ini menunjukkan bahwa sistem manajemen mutu ada, dokumentasi ada dan terorganisir
dengan baik namun penerapan klausul 6, 7, 8, 9 dan 10 tidak dilakukan secara penuh di
perusahaan/organisasi.
Abstract
Improvement in training quality is determined by many factors. One of them is the effects of training
implementation management on producing good training. In order to improve the quality of training
and always meet customer satisfaction and stakeholders, Indonesia Export Training Center (IETC) has
implemented a quality management system with the achievement of ISO 9001 Quality Management
System certification since 2004. The Quality Management System was first introduced by the
International Organization for Standardization (ISO) which has been adopted in Indonesia through the
National Standardization Agency of Indonesia currently as SNI ISO 9001: 2015. It is one of the
reference standards for organizations. Through the implementation of a quality management system, it
is believed that the management of goods or services produced by an organization comes
27
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
from fulfilling customer quality requirements. The purpose of this study is to evaluate the
implementation of Quality Management System ISO 9001 in IETC. The research methodology used is
observation, interviews and documentation study. The results showed that the measurement of the
clause analysis on the fulfillment of the requirements of Quality Management System 9001: 2015, for
clauses 4 and 5 is 95% and 86.67%. This shows that the implementation of clauses 4 and 5 in IETC is
in accordance with the standard requirements. Meanwhile, for clauses 6, 7, 8, 9 and 10 is 70% - 80%.
Therefore, a quality management system and documentation exist; also well organized. However, the
implementation of clauses 6, 7, 8, 9 and 10 has not been carried out fully.
perkembangan jumlah alumni peserta mutu diklat ditentukan oleh banyak faktor.
pelatihan PPEI maupun jumlah angkatan Namun salah satu faktor kunci peningkatan
28
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
29
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
untuk meningkatkan mutu produk dan menjadi lebih efisien dan meningkatkan
layanan). kepuasan pelanggan. ISO 9001 didasarkan
Sistem Manajemen Mutu (SMM) pada gagasan peningkatan berkelanjutan.
merupakan sistem yang bertujuan untuk Sistem manajemen mutu dirancang cukup
meningkatkan kepuasaan pelanggan dan fleksibel untuk digunakan oleh berbagai
memungkinkan perbaikan yang jenis organisasi, tidak hanya bertujuan
berkelanjutan. Hal ini diterapkan agar pada "kualitas" namun yang utama adalah
organisasi dalam menjaga kualitas mutu "memenuhi kebutuhan pelanggan".
dari jasa atau barang yang dihasilkan Organisasi harus menentukan tujuan yang
(BSN, 2018) akan dicapai dan berusaha melakukan
Menurut Komala dkk (2014) tujuan proses perbaikan terus-menerus untuk
penerapan sertifikasi sistem manajemen mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
oleh suatu organisasi adalah dapat Setelah target tersebut tercapai, mereka
memberikan bukti bahwa organisasi harus melakukan penilaian kembali, dalam
tersebut telah menerapkan kriteria sistem upaya untuk perbaikan berkelanjutan (ISO,
manajemen. Sistem manajemen 2019)
merupakan serangkaian proses yang Kondisi dan tantangan dalam
ditetapkan untuk mencapai kebijakan dan bisnis selalu mengalami perubahan. Hal ini
sasaran. Sistem manajemen memastikan tentu sangat berpengaruh pada manajemen
bahwa organisasi selalu konsisten mutu suatu organisasi. ISO (International
memenuhi persyaratan pelanggan dan Organization for Standardization)
regulasi yang berlaku. Melalui mengeluarkan versi terbaru yaitu ISO 9001:
pengelolaan proses yang saling berkaitan 2015. Salah satu perbaikan utama adalah
dengan didukung oleh sumber daya dan standar manajemen ini diterapkan pada
fasilitas yang kompeten serta proses semua jenis usaha, termasuk perusahaan
pengendalian yang efektif, organisasi akan atau organisasi yang berorientasi pada
mampu menghasilkan output sesuai layanan atau jasa. Beberapa persyaratan
dengan yang telah ditetapkan. ditambahkan pada versi 2015 untuk
ISO 9001 adalah standar yang menyempurnakan sistem yang diterapkan
menetapkan persyaratan untuk sistem sebelumnya pada ISO 9001:2008.
manajemen mutu. Standar ini akan Perubahan utama yang ada dalam
membantu perusahaan dan organisasi ISO 9001:2015 yaitu pertama, pendekatan
30
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
31
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO operasional dari 10 (sepuluh) klausul dalam
9001 menjadi referensi bagi penulis. Standar ISO 9001: 2015. Adapun 7 (tujuh)
Susilawati dkk (2013) meneliti klausul sebagai variabel dan definisi
Implementasi Sistem Manajemen Mutu operasional dalam penelitian ini meliputi
ISO 9001:2008 di SMA Batik 1 Surakarta. konteks organisasi, kepemimpinan,
Pada penelitian tersebut Susilawati dkk perencanaan, pendukung, operasi, evaluasi,
(2013) mengamati penerapan persyaratan dan peningkatan. Objek penelitian Denny
klausul-klausul ISO 9001: 2008 di SMA Handayani (2018) yaitu PT. PSG
Batik 1 Surakarta termasuk faktor merupakan perusahaan dalam proses
pendukung dan faktor penghambat. Yang pengajuan sertifikasi sistem manajemen
membedakan penelitian tersebut dengan mutu. Sementara objek penelitian penulis
penelitian ini adalah penulis mengamati adalah PPEI sebagai organisasi yang sudah
penerapan persyaratan klausul-klausul di bersertifikasi sistem manajemen mutu.
PPEI sesuai Standar ISO 9001 versi terbaru Berdasarkan perbedaan karakteristik objek
yaitu 2015. penelitian tersebut, penulis tidak
Hakim dan Gunarto (2018) meneliti menggunakan kriteria penilaian evaluasi
mengenai Analisis Dokumentasi Sistem sebagaimana penelitian Denny Handayani
Manajemen Mutu di Sekolah Tinggi Ilmu (2018).
Kesehatan Indonesia Maju. Penelitian Selanjutnya Deny Suryana dkk
tersebut memiliki kesamaan dengan (2019) meneliti mengenai penerapan
penelitian yang dilakukan oleh penulis Sistem Manajemen Mutu 9001: 2015
dimana penulis menganalisis dokumen dalam mendukung pemasaran di sebuah
Panduan Mutu PPEI (DOK perusahaan manufaktur yang sudah
06/SMM/2018). bersertifikasi sistem manajemen mutu.
Metodologi penelitian yang Berdasarkan persamaan karakteristik objek
digunakan penulis mengacu pada penelitian penelitian tersebut, penulis menggunakan
terdahulu oleh Denny Handayani (2018) kriteria penilaian evaluasi sesuai penelitian
tentang Evaluasi Penerapan ISO 9001: Deny Suryana dkk (2019) sebagaimana
2015 pada PT. Pulau Sambu Group (PSG) dijelaskan pada bagian metodologi
di Riau. Disamping observasi dan studi penelitian.
dokumentasi, penulis juga melakukan Upaya PPEI untuk mendapatkan
analisis pengukuran 7 (tujuh) klausul sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO
32
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
9001 merupakan suatu perjalanan panjang, Dokumentasi SMM ISO 9001: 20015 PPEI
mulai dari komitmen manajemen PPEI (DOK 06/SMM/2018). Hardani dkk (2020)
untuk perlunya sistem untuk menjamin menjelaskan bahwa penelitian analisis
kualitas pelatihan, pelatihan bagi personil dokumen/analisis isi adalah penelitian yang
yang akan menangani sistem manajemen dilakukan secara sistematis terhadap
mutu, persiapan dokumentasi, audit catatan atau dokumen sebagai sumber data.
internal dan surveilan dari lembaga Atau dengan kata lain analisis isi atau
sertifikasi hingga diterimanya sertifikat dokumen (content or document analysis)
ISO 9001 pada tahun 2004 serta ditujukan untuk menghimpun dan
perpanjangan sertifikat sebanyak 5 (lima) menganalisis dokumen-dokumen resmi,
kali. Namun diperolehnya sertifikat sistem dokumen yang validitas dan keabsahannya
manajemen mutu bukanlah suatu tujuan terjamin baik dokumen perundangan dan
akhir. Hal yang lebih penting adalah kebijakan maupun hasil-hasil penelitian.
bagaimana PPEI memelihara dan Selanjutnya Hardani dkk (2020)
menerapkan sistem manajemen mutu menjelaskan bahwa ciri-ciri penelitian ini
secara konsisten untuk memberikan adalah penelitian dilakukan terhadap
pelayanan terbaik. Berdasarkan informasi yang didokumentasikan dalam
pertimbangan tersebut, penulis memandang bentuk rekaman, gambar dan sebagainya;
perlu melakukan kajian evaluasi penerapan subyek penelitiannya adalah suatu barang,
sistem manajemen mutu di PPEI sehingga buku, majalah dan lainnya; serta dokumen
dapat menjadi masukan bagi organisasi sebagai sumber data pokok.
sebagai perbaikan berkelanjutan. Adapun langkah-langkah penelitian
yang dilakukan penulis adalah pertama
METODE PENELITIAN
mengamati penerapan ISO 9001: 2015 di
Teknik pengumpulan data dalam
PPEI. Kedua melakukan analisis
penelitian ini dilakukan dengan cara
pengukuran klausul yang sudah dilakukan
observasi, wawancara dengan pihak terkait
di PPEI. Ketiga mencocokkan persyaratan
(Wakil Manajemen) dan studi
yang ditetapkan Standar ISO 9001: 2015
dokumentasi. Analisis data meliputi data
dengan apa yang diterapkan di PPEI.
reduction, data display dan conclusion
Keempat mengevaluasi penerapan ISO
drawing/verification (Sugiyono, 2012).
9001: 2015 di PPEI termasuk
Salah satu sumber data yang
mengidentifikasi faktor pendukung dan
digunakan oleh penulis adalah dokumen
33
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
34
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
35
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
36
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
37
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
38
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
39
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
40
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
41
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: 2015 banyak Work From Home (WFH)
daripada Work From Office (WFO)
dengan penerapannya dan sejauh mana
sehingga kesempatan untuk bertemu
efektifitas pelaksanaannya di PPEI. dan berkoordinasi antar pegawai sangat
terbatas. Sejak kami menerapkan
Selanjutnya PPEI juga
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001
melaksanakan agenda rutin yaitu kegiatan tahun 2004, baru terjadi di tahun 2020
ini bahwa kegiatan rutin sistem
tinjauan manajemen 1 (satu) tahun sekali.
manajemen mutu ISO tertunda seperti
Input tinjauan manajemen terdiri dari audit internal, tinjauan manajemen dan
surveilan tertunda hingga dilaksanakan
perubahan isu internal dan eksternal,
di akhir tahun. Kami berkomitmen tetap
kepuasan pelanggan dan umpan balik, berusaha untuk menyelesaikannya
kegiatan tersebut sebelum akhir tahun
pencapaian sasaran mutu, hasil audit
2020 ini. Menurut saya, penelitian
internal, kinerja penyedia eksternal, hasil tentang “Evaluasi Penerapan Sistem
Manajemen Mutu 9001 di PPEI” jika
audit, kecukupan sumber daya dan peluang
dilaksanakan pada masa pandemi
peningkatan. Sementara output tinjauan kurang dapat menggambarkan kondisi
sebenarnya sebagaimana telah
manajemen berupa keputusan atau
dilakukan bertahun-tahun oleh PPEI
kebijakan pimpinan puncak meliputi terutama terkait dengan tertundanya
beberapa kegiatan tersebut di atas.
peluang peningkatan, keperluan perubahan
Sejauh ini sistem masih tetap berjalan
apapun terhadap sistem manajemen mutu namun dampak dari pandemi
mengakibatkan beberapa kegiatan
dan kebutuhan sumber daya.
sistem manajemen mutu belum dapat
Kondisi pandemi Covid-19 yang dilaksanakan sesuai jadwal”.
berlangsung mulai awal tahun 2020 hingga
Klausul 10. Peningkatan
saat ini berdampak pada menurunnya
Upaya peningkatan senantiasa
kinerja banyak sektor di Indonesia,
dilakukan PPEI sebagai lembaga diklat
termasuk kegiatan pemeliharaan sistem
yang telah menerapkan sistem manajemen
manajemen mutu di PPEI. Hal ini
mutu ISO 9001: 2015.
dinyatakan oleh Wakil Manajemen dalam
PPEI rutin menyelenggarakan rapat
wawancara berikut :
evaluasi pelatihan yang membahas umpan
“Terkait evaluasi kinerja secara
keseluruhan, kondisi pandemi Covid- balik pelanggan (berdasarkan hasil
19 berdampak pada kinerja organisasi
pengisian kuesioner oleh peserta) dan
PPEI secara umum, banyak jadwal
pelatihan yang tertunda bahkan di- kendala yang terjadi dalam pelaksanaan
refocusing untuk penanganan Covid 19
pelatihan. Keluhan atau komplain
ini. Secara khusus pemeliharaan sistem
manajemen mutu di PPEI juga pelanggan ditindaklanjuti oleh bidang
dipengaruhi kondisi kerja yang lebih
terkait.
42
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
43
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
manajemen mutu dan prosesnya sejak konsultan. Selanjutnya Deny Suryana dkk
diperolehnya sertifikat sistem manajemen (2019) menyatakan bahwa peran dan
mutu sejak tahun 2004. komitmen wakil manajemen (Management
Klausul 5, Kepemimpinan (terdapat Representatif) sangat penting dalam
6 sub klausul) memiliki skor maksimal 30. implementasi sistem tersebut untuk
Hasil penilaian kesesuaian penerapan memahami kondisi perusahaan.
adalah sebesar 86,67% artinya bahwa Klausul 6, Perencanaan (terdapat 3
penerapan klausul 5 di PPEI sudah sesuai sub klausul) memiliki skor maksimal 15.
dengan persyaratan standar sistem Hasil penilaian kesesuaian penerapan
manajemen mutu. Pergantian pimpinan adalah sebesar 80,00% artinya bahwa
dalam birokrasi merupakan suatu hal yang sistem manajemen mutu ada, dokumentasi
wajar. Setiap pergantian pimpinan baru di ada dan terorganisir dengan baik namun
PPEI selalu memberikan komitmen dan penerapan klausul 6 tidak dilakukan secara
dukungan terhadap implementasi sistem penuh di perusahaan/ organisasi.
manajemen mutu. Peran pimpinan puncak PPEI belum menerapkan klausul
sangat strategis dalam keberlangsungan 6.1.2 dengan baik dimana organisasi belum
jalannya sistem yang dibangun. Hal ini merencanakan tindakan untuk mengatasi
selaras dengan penelitian yang dilakukan risiko dan peluang termasuk mengevaluasi
oleh Deny Suryana dkk (2019) bahwa keefektifan tindakan tersebut. Klausul ini
komitmen pemimpin organisasi harus kuat erat kaitannya dengan klausul 4 tentang
dalam peningkatan penerapannya sistem pemahaman konteks organisasi yang
manajemen mutu melalui pengawasan dan merupakan klausul baru dalam Standar ISO
kontrol serta sosialisasi pada semua SDM 9001 versi 2015 sehingga PPEI masih
perusahaan. Peran pimpinan puncak PPEI berproses memaknai persyaratan klausul ini
didukung oleh wakil manajemen yang dan terus memperbaharui dokumen
merupakan perpanjangan tangan pimpinan identifikasi peluang dan risiko sesuai
dalam implementasi sistem manajemen masukan auditor eksternal. Menurut BSN
mutu. Wakil manajemen sangat peduli akan (2018) pemikiran berbasis risiko membantu
terpeliharanya sistem terbukti bahwa beliau organisasi untuk menentukan faktor yang
langsung memimpin kegiatan implementasi dapat menyebabkan proses dan sistem
sistem manajemen mutu dibantu oleh manajemen mutunya menyimpang dari
Sekretariat ISO tanpa menggunakan jasa hasil yang direncanakan, menempatkan
44
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
45
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
maksimal 35. Hasil penilaian kesesuaian tindak lanjut hasil audit yang harus
penerapan adalah sebesar 74,28% artinya dilakukan perbaikan telah diverifikasi.
bahwa sistem manajemen mutu ada, Standar ISO 9001 : 2015 tidak hanya
dokumentasi ada dan terorganisir dengan mengedepankan perbaikan namun
baik namun penerapan klausul 9 tidak menekankan efektifitas dari tindakan
dilakukan secara penuh di perusahaan/ perbaikan yang diambil. Pada saat
organisasi. verifikasi perbaikan audit internal perlu
Berdasarkan surveilan oleh diberikan catatan apakah tindakan
lembaga sertifikasi sistem mutu tahun perbaikan sudah berjalan efektif artinya
2019, tim auditor eksternal menyampaikan ketidaksesuaian yang terjadi tidak terulang
bahwa belum cukup bukti ditetapkan lagi.
perencanaan pemantauan, pengukuran, Salah satu upaya peningkatan yang
analisis dan evaluasi kinerja yang dilakukan adalah kegiatan audit internal
meliputi kinerja apa yang diperlukan untuk dimana temuan dan saran ditujukan untuk
dipantau dan diukur; metode yang akan perbaikan. Dalam artikel ISO (2016)
digunakan; kapan akan dilakukan; dan disebutkan bahwa audit adalah aktivitas
bagaimana mengevalusi kinerja dan utama untuk mengevaluasi kesesuaian
efektifitas sistem manajemen mutu. dengan persyaratan standar sistem
Temuan ketidaksesuaian ini segera manajemen. Audit merupakan proses
ditindaklanjuti dan menjadi perbaikan yang sistematis, independen, dan
dalam evaluasi kinerja bidang/bagian dan terdokumentasi bertujuan memperoleh
organisasi. bukti dan mengevaluasinya secara
Klausul 10. Peningkatan (terdapat 2 obyektif guna menentukan sejauh mana
sub klausul) memiliki skor maksimal 10. persyaratan standar dipenuhi. Audit
Hasil penilaian kesesuaian penerapan digunakan untuk menentukan sejauh mana
adalah sebesar 80,00% artinya bahwa komitmen sistem manajemen mutu
sistem manajemen mutu ada, dokumentasi tersebut dijalankan. Temuan audit
ada dan terorganisir dengan baik namun digunakan untuk menilai keefektifan
penerapan klausul 10 tidak dilakukan sistem manajemen dan untuk
secara penuh di perusahaan/ organisasi. mengidentifikasi peluang perbaikan.
Tim auditor eksternal memberikan saran Faktor pendukung keberhasilan
dalam kegiatan surveilan tahun 2019 bahwa implementasi sistem manajemen mutu di
46
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
PPEI adalah komitmen manajemen klausul yang paling rendah adalah klausul 8
puncak PPEI dan seluruh jajarannya, tentang operasi. PPEI disarankan untuk
sarana dan prasarana yang memadai dan memperbaiki penerapan Sistem
ketersediaan dana. Manajemen Mutu ISO 9001: 2015 pada
Faktor penghambat keberhasilan klausul 6, 7, 8, 9, dan 10. Untuk penelitian
implementasi sistem manajemen mutu di selanjutnya, disarankan untuk melakukan
PPEI adalah ketidakpahaman personil evaluasi penerapan Sistem Manajemen
tentang ISO, kesulitan mengubah Mutu 9001: 2015 di PPEI tidak pada masa
budaya/kebiasaan personil, keterbatasan pendemi agar dapat menggambarkan
waktu dan keterbatasan SDM yang kinerja organisasi yang sebenarnya.
menangani dokumentasi sistem manajemen
mutu. REFERENSI
47
Sri Rahayu / Jurnal Administrasi Negara, V27-01 (2021) / 27-48
48