Abstrak
Penghitungan Estimated Blood Loss (EBL) berdasarkan rumus Allowable Blood Loss (ABL) dengan target
hemoglobin tertentu kerap dijadikan panduan dalam menentukan transfusi intraoperatif. Penggunaan Point of
Care Testing (POCT) diciptakan untuk memudahkan dilakukannya pemeriksaan kadar hemoglobin. Penelitian ini
bertujuan membandingkan akurasi penghitungan hemoglobin intraoperatif antara EBL dan POCT, dibandingkan
dengan Hematology Analyzer yang merupakan pengukuran baku di laboratorium. Penelitian ini menggunakan
Uji Bland-Altman pada pengukuran hemoglobin intraoperatif terhadap 43 pasien yang menjalani operasi
elektif dan diperkirakan mengalami banyak perdarahan di Instalasi Bedah Pusat RSUPN Cipto Mangunkusumo
antara Desember 2014–Maret 2015. Saat penghitungan EBL mencapai ABL dengan target Hb 7 g/dL sebelum
transfusi diberikan, sampel darah diambil untuk pengukuran hemoglobin dengan Sysmex XE-2100® sebagai
Hematology Analyzer dan HemoCue® Hb 201+ sebagai POCT. Uji Bland-Altman Hb ABL (7 g/dL) terhadap
Hb Sysmex dengan interval yang dianggap akurat terhadap kadar Hb 7 g/dL adalah -1 hingga 1, diperoleh limits
of agreement besar yaitu -2,267 hingga 2,467. Uji Bland-Altman Hb HemoCue terhadap Hb Sysmex diperoleh
limits of agreement kecil yaitu -0.418 hingga 0.372. Terdapat perbedaan bermakna dalam akurasi penghitungan
hemoglobin intraoperatif antara EBL dengan Hematology Analyzer, sedangkan pengukuran dengan HemoCue®
Hb 201+ sebagai perangkat POCT mempunyai keakuratan yang baik.
Kata kunci: Allowable blood loss, estimated blood loss, hematology analyzer, hemoglobin, point-of-care testing
Key words: Allowable blood loss, estimated blood loss; hematology analyzer; hemoglobin; point-of-care testing
Korespondensi: Dr. Ratna Farida, dr., SpAn, Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Jl. Barata 58 rt 04/07 Karang tengah Ciledug
Tangerang Mobile 081310538988, Email fida.soenarto@gmail.com
182
183
Perbandingan Estimated Blood Loss, Hematology Analyzer, dan Point-of-Care Testing dalam Keakuratan Pengukuran
Hemoglobin Intraoperatif
unit perawatan intensif (ICU), ruang operasi serta dengan pemeriksaan praoperatif Hb minimal
dan unit gawat darurat.16 Instrumen POCT dapat 11 g/dL. Kriteria penolakan adalah pasien dengan
mempermudah pengukuran kadar hemoglobin, gangguan jantung, paru atau ginjal yang berat,
mulai dari cara pengambilan sampel yang mudah, menderita penyakit HIV/AIDS, menjalani operasi
jumlah sampel yang sedikit dan instrumen dapat jantung dan operasi lainnya di mana estimasi
dibawa ke mana-mana. Beragam instrumen kehilangan darah tidak mudah dilakukan, atau
POCT untuk pengukuran kadar hemoglobin telah yang mengalami kelainan penyakit darah (contoh:
beredar di pasaran saat ini, misalnya HemoCue® leukemia, myeloma, anemia sel sabit, defisiensi
Hb 201+ yang digunakan pada penelitian ini. G6PD, talasemia). Kriteria pengeluaran adalah
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pasien dengan estimasi perdarahan intraoperatif
akurasi penghitungan hemoglobin intraoperatif tidak mencapai ABL dengan hemoglobin target
antara EBL, Hematology Analyzer dan point of 7 g/dL, dengan kondisi hemodinamik tidak
care testing (POCT) serta mengetahui akurasi stabil karena kehilangan darah tiba-tiba dan/
instrumen POCT dibanding dengan instrumen atau masif, yang mendapatkan transfusi sel darah
Hematology Analyzer yang dijadikan metode merah sebelum ABL tercapai atau sampel darah
baku, dalam mengukur kadar hemoglobin pasien untuk pemeriksaan hemoglobin dengan
intraoperatif pada pasien yang menjalani operasi Hematology Analyzer, mengalami aglutinasi atau
elektif di Instalasi Bedah Pusat RSUPN Cipto lisis.
Mangunkusumo. Peneliti mendapatkan subjek penelitian
berdasarkan jadwal operasi elektif di Instalasi
Metode Bedah Pusat RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Daftar maximum surgical blood order
Penelitian ini menggunakan uji diagnostik schedule (MSBOS) dijadikan panduan untuk
untuk membandingkan akurasi penghitungan memperkirakan jenis operasi elektif yang
hemoglobin intraoperatif antara EBL, mengalami perdarahan yang banyak sehingga
Hematology Analyzer dan POCT. Penelitian butuh persiapan transfusi darah. Peneliti
dilakukan di Instalasi Bedah Pusat RSUPN Cipto memberikan penjelasan kepada subjek dan
Mangunkusumo antara Desember 2014 hingga keluarganya penelitian ini. Persetujuan dari
Maret 2015, setelah didapatkan persetujuan dari subjek penelitian diberikan secara tertulis.
Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Data identitas pasien seperti umur, jenis
Universitas Indonesia. kelamin, berat badan, diagnosis, jenis operasi,
Cara pemilihan subjek penelitian dilakukan ASA, dan kadar Hb praoperasi, yang diambil
dengan metode consecutive sampling dan dari rekam medik pasien ke dalam lembar
memenuhi kriteria penerimaan dan tidak pengumpul data. Sesudah pembiusan oleh tim
memenuhi kriteria penolakan. Besar sampel anestesi dan sebelum insisi dilakukan oleh tim
menggunakan rumus besar sampel tunggal untuk bedah, spesimen pertama dari darah vena diambil
estimasi proporsi suatu populasi. Dari penelitian sebanyak 3 mL untuk pengukuran dengan
yang dilakukan sebelumnya oleh Giraud dkk 22 Hematology Analyzer (Sysmex XE-2100®). ABL
yang menunjukkan akurasi absolut 65,8% dan dihitung berdasarkan acuan nilai hemoglobin
power 85% dengan interval kepercayaan 95% hasil pengukuran Hematology Analyzer dengan
(α=0,05; Zα=1,96), maka didapatkan besar target hemoglobin terendah 7 g/dL dan acuan
sampel penelitian adalah 43. EBV yang sesuai dengan pasien tersebut. Jumlah
Kriteria penerimaan adalah pasien berusia perdarahan selama operasi berlangsung diukur
antara 18–64 tahun, dengan klasifikasi American dari hasil penimbangan kassa dan ukur cairan
Society of Anesthesiologists (ASA) I hingga darah yang ditampung dan disebut sebagai
III, yang menjalani operasi elektif di Instalasi EBL. Pada saat EBL mencapai hitungan ABL
Bedah Pusat RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan target Hb 7 g/dL sebelum produk darah
dengan estimasi perdarahan yang banyak dan ditransfusikan, Peneliti mengambil spesimen
kemungkinan memperoleh transfusi intraoperatif, kedua untuk pengukuran hemoglobin dengan
24 subjek yang memenuhi kriteria pengeluaran Hematology Analyzer terdapat pada Gambar 4
karena EBL tidak mencapai ABL dengan target dengan limits of agreement -0.418 hingga 0.372.
Hb 7 g/dL atau Ht 21% hingga operasi selesai
(17 subjek), terjadinya kehilangan darah masif Pembahasan
secara tiba-tiba sehingga memerlukan transfusi
sel darah merah dengan segera (4 subjek) dan Pada penelitian ini dilakukan penghitungan
tidak diketahuinya hasil pengukuran kadar jumlah perdarahan dan pemeriksaan kadar
hemoglobin dengan Hematology Analyzer meski hemoglobin intraoperatif terhadap pasien yang
sampel sudah dikirimkan (3 subjek). Terdapat menjalani operasi elektif di Instalasi Bedah
43 subjek yang diamati sejak awal pembiusan Pusat RSUPN Cipto Mangunkusumo pada saat
hingga diperoleh hasil pengukuran hemoglobin perdarahan mencapai ALB dengan asumsi Hb 7
dengan Hematology Analyzer dan POCT. Tabel g/dL atau Ht 21 %.
data karakteristik subjek penelitian dapat dilihat Subjek penelitian memiliki rentang usia
pada Tabel 1. yang cukup lebar yaitu usia 18 tahun hingga
Dari hasil pengukuran kadar hemoglobin 64 tahun, dan sebaran data tidak terdistribusi
dengan menggunakan Hematology Analyzer pada normal dengan rata-rata usia subjek penelitian
saat perdarahan telah mencapai ABL dengan adalah 42,72. Meskipun demikian perbedaaan
perkiraan Hb 7 g/dL (Ht 21%), didapatkan usia bukanlah faktor yang berpengaruh pada
nilai rata-rata Hb 7,1 g/dL. Sedangkan dengan penelitian. Subjek penelitian berdasarkan jenis
pengukuran menggunakan POCT didapatkan kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak
nilai rata-rata Hb 7,12 g/dL (Tabel 2). 58,1%. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi
Uji Bland-Altman Hb EBL (7 g/dL) terhadap subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Hb Hematology Analyzer terdapat pada Gambar tidak berbeda jauh. Subjek penelitian memiliki
3. Interval yang dianggap akurat terhadap kadar rentang berat badan 32–73 kg dengan sebaran
Hb 7 g/dL adalah -1 hingga 1, sementara limits data terdistribusi normal. Berdasarkan rumus
of agreement -2,267 hingga 2,467. Sedangkan, ABL dari Miller’s Anesthesia maka perbedaan
uji Bland-Altman Hb POCT terhadap Hb
Populasi Terjangkau
Memenuhi Kriteria
→ Penolakan (n= 8)
Menolak Partisipasi (n= 0)
→
→ Memenuhi Kriteria
Pengeluaran (n=24)
→
2.46724
2.46724 4.4
Difference
Difference
Difference
Difference
-2.8
-2.8 -7-.7
5.6
5.6
Average
Average
8
8
4,2
4.2
Average
Average
8.85
8.85
Gambar 3 Grafik Bland-Altman Hb EBL terhadap Gambar 4 Grafik Bland-Altman Hb POCT terhadap
Hb Hematology Analyzer Hb Hematology Analyzer
jenis kelamin dan berat badan merupakan faktor dari percampuran dengan cairan tubuh lainnya
yang diperhitungkan dalam rumus ABL sehingga seperti cairan asites, cairan kista, dari jumlah
memengaruhi penelitian secara langsung. kassa yang basah, dari darah yang melekat pada
Berdasarkan uji Bland-Altman Hb EBL kain penutup lapang operasi, pada baju operator,
terhadap Hb Hematology Analyzer, dengan dari darah yang tercecer di lantai ruang operasi
rentang Hb yang masih dianggap akurat terhadap serta karena masuknya cairan infus intraoperatif
kadar Hb 7 g/dL adalah -1 hingga 1, maka sebagai pengganti perdarahan maupun sebagai
diperoleh hasil bahwa rata-rata selisih Hb EBL rumatan.15
terhadap Hb Hematology Analyzer adalah 0.100 Rumus ABL menurut buku Miller’s Anesthesia
(IK95% -0,264 sampai dengan 0.464) g/dL. yang menjadi dasar penghitungan EBL mencakup
Limits of agreement adalah rentang selisih Hb komponen jenis kelamin, berat badan dan nilai
EBL terhadap Hb Hematology Analyzer pada hematokrit.19 EBV menurut Gilcher’s Rule of
95% subjek yaitu antara -2.267 hingga 2.467 g/ Five, dihitung dari perkalian berat badan (kg)
dl. Uji Pitman sebesar 0 (p<0,05) memberikan dan angka 70 (laki-laki) atau 65 (perempuan). 23
informasi bahwa ada perbedaan yang bermakna Nilai hematokrit pada saat kadar hemoglobin 7 g/
pada berbagai hasil pengukuran. dL diasumsikan 21% atau 3 (tiga) kali lipat kadar
Rentang Hb yang masih dianggap akurat hemoglobin. Namun demikian asumsi tersebut
terhadap kadar Hb 7 g/dL adalah -1 hingga 1, tidak selalu tepat pada kenyataannya.
atau rentang Hb 6 hingga 8 g/dL, sebenarnya Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa
merupakan rentang Hb yang cukup besar dan perkiraan EBL berdasarkan rumus ABL menurut
implikasi klinisnya juga berpengaruh besar buku Miller’s Anesthesia terbukti tidak akurat
untuk keputusan transfusi. Rentang Hb tersebut untuk memperkirakan kadar Hn intraoperatif
diterapkan dengan harapan diperoleh limits of 7 g/dL bila dibanding dengan Hematology
agreement yang kecil, tetapi ternyata didapatkan Analyzer di laboratorium. Sampai saat ini belum
limits of agreement yang besar. Dengan rentang ada kesepakatan internasional tentang rumus
Hb yang ditetapkan cukup lebar, diperoleh ABL manakah yang paling akurat. Peneliti
limits of agreement yang cukup besar, maka menggunakan rumus ABL dari Miller’s Anesthesia
disimpulkan bahwa EBL berdasarkan rumus dengan pertimbangan bahwa rumus ABL tersebut
ABL untuk memperkirakan Hb 7 g/dL, tidak menghasilkan perhitungan jumlah perdarahan
mempunyai keakuratan yang baik bila dibanding yang relatif lebih kecil daripada perhitungan
dengan baku emas pengukuran kadar Hb yaitu rumus ABL dari Smith & Aitkenhead’s Textbook
Hematology Analyzer. of Anaesthesia maupun dari buku Morgan &
EBL mempunyai bias yang cukup besar Mikail’s Anesthesiology, sehingga mengurangi
karena sulitnya menghitung jumlah perdarahan risiko keterlambatan pemberian transfusi darah
secara tepat dari jumlah darah di tabung suction, bila perkiraan jumlah perdarahan sudah melewati
ABL.17,18 Meskipun demikian hasil penelitian terhadap Hb Hematology Analyzer pada 95%
ini tidak dapat digunakan untuk membuktikan subjek, yang nilainya dalam rentang yang kecil
bahwa rumus ABL dari Miller’s Anesthesia yang yaitu antara -0,418 hingga 0,372 g/dl. Uji Pitman
menjadi dasar perhitungan EBL, lebih akurat sebesar 0,545 (p>0,05) memberikan informasi
daripada rumus-rumus ABL lainnya. bahwa tidak ada variasi selisih pada berbagai hasil
Selain menguji keakuratan penghitungan pengukuran. Dengan demikian, melalui uji ini
hemoglobin intraoperatif dari EBL berdasarkan diperoleh kesimpulan bahwa pengukuran kadar
rumus ABL yang kerap dijadikan indikator untuk Hb intraoperatif dengan menggunakan POCT
memutuskan transfusi, penelitian ini juga menguji mempunyai keakuratan yang baik bila dibanding
keakuratan pengukuran hemoglobin intraoperatif dengan baku emas pengukuran kadar Hb yaitu
dari POCT dibanding dengan metode baku yaitu Hematology Analyzer. Dengan hasil pengukuran
Hematology Analyzer. Pada umumnya POCT yang lebih cepat, POCT dapat menggantikan
memiliki keunggulan antara lain: perangkat yang fungsi Hematology Analyzer untuk pengukuran
sederhana dan mudah digunakan, volume sampel kadar hemoglobin intraoperatif dan untuk
yang sedikit, hasil pengukuran yang cepat, risiko pengambilan keputusan transfusi intraoperatif.
kesalahan pemeriksaan pra-analisis dan pasca- Perbedaan prinsip kerja antara fotometri dan
analisis yang minimal. spektrofotometri adalah penggunaan filter pada
Perangkat POCT yang diuji akurasinya fotometri dan penggunaan prisma atau kisi-kisi
adalah HemoCue® Hb 201+, dibandingkan difraksi pada spektrofotometri untuk memisahkan
terhadap Sysmex XE-2100® sebagai peralatan cahaya dengan gelombang panjang tertentu yang
Hematology Analyzer. Keduanya mempunyai akan dilewatkan melalui larutan berwarna hasil
prinsip instrumentasi yang berbeda. HemoCue® percampuran sampel dan reagen.
Hb +201 dalam mengukur hemoglobin Persamaan antara keduanya adalah pengukuran
menggunakan prinsip fotometri yang mengukur larutan berwarna dengan menggunakan sel-sel
intensitas cahaya yang melewati larutan. Reagen fotoelektrik untuk menghitung absorbance (A)
dalam sediaan kering yang terdapat di dalam atau percent transmittance (% T) dari cahaya yang
microcuvette akan melisiskan sel darah sampel, melalui larutan berwarna tersebut. POCT yang
lalu menghasilkan larutan berwarna yang jernih. digunakan pada penelitian ini mempunyai prinsip
Fotometer dalam ruang analyzer akan mengukur fotometri serta menggunakan microcuvette yang
intensitas cahaya yang melewati larutan tersebut berisi sejumlah reagen tertentu dan mampu
dan mengkonversinya menjadi unit konvensional menampung volume sampel darah yang terukur
atau SI.20 (sekitar 10 uL). Hal inilah yang menjelaskan
Sysmex XE-2100® sebagai Hematology mengapa POCT mempunyai keakuratan yang
Analyzer dalam mengukur kadar hemoglobin baik.20
menggunakan prinsip spektrofotometri dengan Penelitian ini memiliki keterbatasan
metode SLS-hemoglobin. Reagen sodium dalam menghitung EBL secara tepat, karena
lauril sulfat (SLS) yang bebas sianida itu akan mengandalkan penilaian visual pada darah
melisiskan sel darah merah dan bereaksi dengan yang tertampung di tabung suction, yang
hemoglobin, membentuk oksihemoglobin yang terserap pada kassa, kain penutup lapang
dimodifikasi, dimana konsentrasinya diukur operasi, baju tim operator, yang tercecer di
dengan melewatkan cahaya monokromatis. lantai operasi, yang bercampur dengan cairan
Cahaya yang diserap berbanding lurus dengan infus, cairan asites, cairan kista, cairan amnion
konsentrasi hemoglobin.21 dan sebagainya. Idealnya keputusan transfusi
Berdasarkan uji Bland-Altman Hb POCT intraoperatif bergantung pada hasil pemeriksaan
terhadap Hb Hematology Analyzer, diperoleh hemoglobin yang real-time, tetapi penelitian ini
hasil bahwa rata-rata selisih Hb POCT terhadap juga menghadapi kendala sistem administrasi
Hb Hematology Analyzer adalah -0,023 (IK95% menyebabkan hasil pengukuran hemoglobin
-0,084 sampai dengan 0,037) g/dL. Limits of dengan Hematology Analyzer di laboratorium
agreement adalah rentang selisih Hb POCT tidak dapat diperoleh dengan cepat oleh peneliti
yang berada di ruangan operasi Instalasi Bedah 7. Schorn MN. Measurement of blood loss:
Pusat RSUPN Cipto Mangunkusumo. review of the literature. J Midwifery Womens
Health. 2010;55:20–7.
Simpulan 8. Seruya M, Oh AK, Boyajian MJ, Myseros
JS, Yaun AL, Keating RF. Unreliability
Terdapat perbedaan bermakna dalam akurasi of intraoperative estimated blood loss in
penghitungan hemoglobin intraoperatif antara extended sagittal synostectomies. J Neurosurg
EBL dengan Hematology Analyzer. Pengukuran Pediatr. 2011;8:443–9.
kadar hemoglobin intraoperatif dengan perangkat 9. Seruya M, Oh AK, Rogers GF, Han KD,
POCT mempunyai keakuratan yang lebih baik Boyajian MJ, Myseros JS, Yaun AL, Keating
daripada EBL bila dibandingkan dengan baku RF. Blood loss estimation during fronto-
emas pengukuran kadar Hb yaitu Hematology orbital advancement: implications for blood
Analyzer. EBL berdasarkan rumus ABL dengan transfusion practice and hospital length of
hemoglobin target 7 g/dL tidak bisa digunakan stay. J Craniofac Surg. 2012;23:1314–7.
untuk pengambilan keputusan transfusi 10. Stafford I, Dildy GA, Clark SL, Belfort MA.
intraoperatif karena tidak mempunyai keakuratan Visually estimated and nalculated blood loss
yang baik. in vaginal and cesarean delivery. Am J Obst
Gynecol. 2008;199:519.e1–7.
Daftar Pustaka 11. Bose P, Regan F, Paterson-Brown S.
Improving the accuracy of estimated blood
1. Rahardjo E, Sunatrio, Mustafa I. Transfusi loss at obstetric haemorrhage using clinical
Komponen Darah: Indikasi dan Skrining. reconstructions. Brit J Obst Gynecol.
Dalam: Health Technology Assessment 2006;113:919–24.
(HTA) Indonesia 2003. Jakarta: Direktorat 12. Dildy GA 3rd, Paine AR, George NC, Velasco
Bina Upaya Kesehatan Rujukan Depkes RI C. Estimating blood loss: can teaching
(Disitasi 1 Oktober 2014). Tersedia dari: significantly improve visual estimation? Obst
http://buk.depkes.go.id. . Gynecol. 2004;104:601–6.
2. Berkow L. Factors affecting hemoglobin 13. Toledo P, Eosakul ST, Goetz K, Wong CA,
measurement. J Clin Monit Comput. Grobman WA. Decay in blood loss estimation
2013;27(5):499–508. skills after web-based didactic training. Simul
3. Frank SM, Savage WJ, Rothschild JA, Healthc 2012;7:18–21.
Rivers RJ, Ness PM, Paul SL, latowski 14. Adkins AR, Lee D, Woody DJ, White WA.
JA. Variability in blood and blood Accuracy of blood loss estimations among
component utilization as assessed by an anesthesia providers. Am Assc Nurse Anesth
anesthesia information management system. J. 2014 Aug;82(4):300–6.
Anesthesiol. 2012;117:99–106 15. Johar RS, Smith RP. Assessing gravimetric
4. Budny PG, Regan PJ, Roberts AH. The estimation of intraoperative blood loss. J
estimation of blood loss during burns surgery. Gynecol Surg. 1993;9:151–4.
Burns.1993;19:134–7. 16. Louie RF, Tang Z, Shelby DG, Kost GJ.
5. Guinn NR, Broomer BW, White W, Point-of-care testing: Millennium technology
Richardson W, Hill SE. Comparison of for critical care. Lab Med 2000; 31(7):402–8.
visually estimated blood loss with direct 17. Gross JB. Estimating allowable blood
hemoglobin measurement in multilevel spine loss: corrected for dilution. Anesthesiol
surgery. Transfusion. 2013;53:2790–4. 1983;58(3):277–80.
6. McCullough TC, Roth JV, Ginsberg PC, 18. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD.
Harkaway RC. Estimated blood loss Management & Blood Component Therapy.
underestimates calculated blood loss during Dalam: Morgan & Mikhail’s Clinical
radical retropubic prostatectomy. Urol Int Anesthesiology. Edisi ke-5. New York:
2004;72:13–6. McGraw-Hill; 2013. hlm.1168.
19. Coté CJ. Pediatric Anesthesia. Dalam: 21. Firdaus. Sysmex XE-2100. Tersedia dari:
Miller, Ronald D, Eriksson, Lars I, Fleisher. http://belajar-analis-kesehatan.blogspot.com.
Miller’s Anesthesia. Edisi ke-8. Philadelphia: Disitasi tanggal 1 Oktober 2014.
Churchill Livingstone; 2015. hlm. 2784. 22. Giraud B, Frasca D, Debaene B, Mimoz O.
20. Principles of Chemistry Instrumentation. Comparison of haemoglobin measurement
Dalam: Estridge BH, Reynolds AP, methods in the operating theatre. Br J
penyunting. Basic Clinical Laboratory Anaesth. 2013;111(6):946-54.
Techniques. Edisi ke-6. New York: Delmar; 23. Pham HP, Shaz BH. Update on massive
2012. hlm. 623–7. transfusion. Br J Anaesth. 2013;111(1):i72.