Anda di halaman 1dari 20

Dampak dan penanganan bencana

Budhi Mulyadi, SKp., M.Kep., Sp.Kep.Kom


DAMPAK BENCANA
KORBAN MANUSIA
MATERIAL
STRUKTUR
PSIKOLOGI MASYRAKAT
Kelompok beresiko

• Apakah orang ini kelompok


beresiko?
Yang termasuk Kelompok beresiko

• Beresiko terhadap bencana


• Beresiko dari segi usia (bayi, balita, ibu hamil, lansia)
• Beresiko dari segi kondisi fisik (cacat, gangguan jiwa, sakit kronis)
Tindakan perawat

• Mempersiapkan peralatan-peralatan kesehatan


sesuai dengan kebutuhan kelompok-kelompok
rentan tersebut contohnya: ventilator untuk anak,
alat bantu untuk individu yang cacat, alat-alat
bantuan persalinan, dsb.
• Melakukan pemetaan kelompok-kelompok rentan
• Merencanakan intervensi-intervensi untuk
mengatasi hambatan informasi dan komunikasi.
• Menyediakan transportasi dan rumah
penampungan (shelter) yang dapat diakses
• Menyediakan pusat bencana yang dapat diakses.
Tindakan pada bayi

• Pra-bencana
o Mensosialisasikan dan melibatkan anak-anak dalam latihan kesiap-
siagaan bencana misalnya dalam simulasi bencana kebakaran atau gempa
bumi.
o Mempersiapkan fasilitas kesehatan yang yang khusus untuk bayi dan
anak pada saat bencana.
o Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan penanganan bencana bagi petugas
kesehatan khusus untuk menangani kelompok-kelompok berisiko,
contohnya Pediatric Disaster Life Support (PDLS)
Tindakan pada bayi saat bencana

• Mengintegrasikan pertimbangan pediatric dalam system triase standar


yang digunakan saat bencana.
• Lakukan pertolongan kegawatdaruratan kepada bayi dan anak sesuai
dengan tingkat kegawatan dan kebutuhannya dengan mempertimbangkan
aspek tumbuh kembangnya, misalnya menggunakan alat & bahan khusus
untuk anak dan tidak disamakan dengan orang dewasa.
• Selama proses evakuasi, transportasi, sheltering dan dalam pemberian
pelayanan fasilitas kesehatan, hindari memisahkan anak dari orang tua,
keluarga atau wali mereka.
Tindakan pada bayi pasca bencana

• Usahakan kegiatan rutin sehari-hari dapat dilakukan sesegera mungkin contohnya: maktu makan
dan personal hygiene teratur, tidur, bermain & sekolah.
• Monitor status nutrisi anak dengan pengukuran antropometri
• Dukung dan berikan semangat kepada orang tua.
• Dukung ibu-ibu menyusui dengan dukungan nutrisi adekuat, cairan dan emosional
• Minta bantuan dari ahli kesehatan anak yang mungkin ada di lokasi evakuasi sebagai voluntir
untuk mencegah, mengidentifikasi, mengurangi risiko kejadian depresi pada anak pasca bencana.
• Identifikasi anak yang kehilangan orang tua dan sediakan penjaga yang terpercaya serta
lingkungan yang aman untuk mereka
• Berkonsultasi dengan pemerintah atau NGO yang bekerja dalam pelacakan korban bencana
sebagai usaha untuk mempertemuan anak dengan orang tua/keluarganya.
• Libatkan agensi-agensi perlindungan anak
Ibu hamil

• Pra-bencana
o Melibatkan perempuan dalam penyusunan perencanaan penanganan
bencana (disaster plan).
o Mengidentifikasi ibu hamil dan ibu menyusui sebagai kelompok rentan
o Membuat disaster plans dirumah yang disosialisasikan kepada seluruh
anggota keluarga
o Melibatkan petugas-petugas kesehatan reproduktif dalam mitigasi
bencana
Ibu hamil

• Saat Bencana
• Melakukan usaha/bantuan penyelamatan yang tidak meningkatkan
risiko kerentanan bumil & busui misalnya:
o Meminimalkan guncangan pada saat melakukan mobilisasi dan
transportasi karena dapat meransang kontraksi pada ibu hamil.
o Tidak memisahkan bayi dari ibunya saat proses evakuasi.

• Petugas bencana harus memiliki kapasitas untuk menolong korban


bumil & busui
Ibu hamil

• Pasca Bencana
• Dukung ibu-ibu menyusui dengan dukungan nutrisi adekuat, cairan
dan emosional
• Melibatkan petugas-petugas kesehatan reproduktif di rumah
penampungan korban bencana untuk menyediakan jasa konseling
dan pemeriksaan kesehatan untuk ibu hamil dan menyusui
• Melibatkan petugas konseling untuk mencegah, mengidentifikasi,
mengurangi risiko kejadian depresi pasca bencana.
Lansia

• Pra-bencana
o Libatkan lansia dalam pengambilan keputusan dan sosialisasi disaster
plan dirumah.
o Mempertimbangkan kebutuhan lansia dalam perencanaan penanganan
bencana
Lansia

• Saat Bencana
• Melakukan usaha/bantuan penyelamatan yang tidak meningkatkan
risiko kerentanan lansia, misalnya meminimalkan
guncangan/trauma pada saat melakukan mobilisasi dan
transportasi untuk menghindari trauma sekunder.
• Identifikasi lansia dengan bantuan/kebutuhan khusus contohnya:
kursi roda, tongkat, dll.
Lansia

• Pasca Bencana
• Program inter-generasional untuk mendukung sosialisasi komunitas dengan lansia dan
mencegah isolasi social lansia, diantaranya :
o Libatkan remaja dalam pusat perawatan lansia dan kegiatan-kegiatan social bersama lansia
untuk memfasilitasi empati & interaksi orang muda dan lansia (community awareness).
o Libatkan lansia sebagai storytellers dan animator dalam kegiatan bersama anak-anak yang
diorganisisr oleh agensy perlindugan anak di posko perlindungan korban bencana.

• Menyediakan dukungan social melalui pengembangan jaringan social yang sehat di


lokasi penampungan korban bencana.
• Sediakan kesempatan belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan skill lansia.
• Ciptakan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan secara mandiri
• Berian konseling untuk meningkatkan semangat hidup dan kemandirian lansia
Kelompok difable dan penyakit kronis

• Pra-bencana
o Identifikasi kelompok rentan dari dari kelompok individu yang cacat dan
berpenyakit kronis
o Sediakan informasi bencana yang bisa diakses oleh orang-orang dengan
keterbatasan fisik seperti: tunarungu, tuna netra, dll.
o Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan penanganan kegawatdaruratan
bencana bagi petugas kesehatan khusus untuk menangani korban dengan
kebutuhan khusus (cacat & penyakit kronis)
Kelompok difable dan penyakit kronis

• Saat Bencana
• Sediakan alat-alat emergensi dan evakuasi yang khusus untuk orang
cacat dan berpenyakit kronis (HIV/AIDS dan penyakit infeksi
lainnya)alat baantu berjalan untuk korban dengan kecacatan,
alat-alat BHD sekali pakai, dll.
• Tetap menjaga dan meningkatkan kewaspadaan universal
(universal precaution) untuk petugas dalam melakukan tindakan
kegawatdaruratan.
Kelompok difable dan penyakit kronis

• Pasca Bencana
• Sedapat mungkin, sediakan fasilitas yang dapat mengembalikan
kemandirian individu dengan keterbatasan fisik di lokasi evakuasi
sementara contohnya: kursi roda, tongkat dll.
• Libatkan agensi-agensi yang berfokus pada perlindungan individu-
individu dengan keterbatasan fisik dan penyakit kronis.
• Rawat korban dengan penyakit kronis sesuai dengan kebutuhannya.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai