Anda di halaman 1dari 5

A.

Konsep Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indra manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

(Notoatmodjo, 2014)

1. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014). Pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis

besarnya dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

telah diketahui tersebut pada situasi yang lain.


d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi

bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkat analisis adalah

apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,

mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas

objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi bekaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri

atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

2. Sikap (Attitude)

Sikap adalah juga respons tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu, yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan

sebagainya). Campbell (1950) mendefinisikan sangat sederhana, yakni: “An

individual’s attitude is syndrome of response consintency with regard to

object”. Jadi jelas di sini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindrom atau

kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu

melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.

Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri atas berbagai tingkatan sebagai

berikut (Notoatmodjo, 2014).

a. Menerima (receiving).

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus

yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan

orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan

orang lain merspons.

d. Bertanggung jawab (responsible).


Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap

apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap

tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko

bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.

3. Tindakan atau Praktik (Practice)

Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya

tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan

prasarana.

Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut

kualitasnya, yakni:

a. Praktik terpimpin (guide respons)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih

tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan

sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

c. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.

Artinya, apa yang dilakukan tidak sekadar rutinitas atau mekanisme saja,

tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang

berkualitas.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak

langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang

bersangkutan. Misalnya, bagaimana pendapat responden tentang

imunisasi pada anak balita, bagaimana pendapat responden tentang

keluarga berencana dan sebagainya. Pertanyaan secara langsung juga

dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan

menggunakan kata “setuju’ atau “tidak setuju” terhadap pertanyaan-

pertanyaan tehdap objek tertentu, dengan menggunakan skala Lickert.

Misalnya: Beri pendapat anda tentang pernyataan-pernyataan di bawah

ini dengan memberikan penilaian sebagai berikut:

5 : bila sangat setuju

4 : bila setuju

3 : bila biasa saja

2 : bila tidak setuju

1 : bila sangat tidak setuju

Anda mungkin juga menyukai