Disusun oleh:
Hasil survey yang dilakukan oleh American Collage Health Association (ACHA)
pada tahun 2013 di Amerika, menjelaskan salah satu masalah besar yang dihadapi
mahasiswa dalam dunia perkuliahan adalah stres. Sebanyak 27,9% dari total 32.964
mahasiswa mengakui bahwa stres menjadi penghalang bagi performa akademik
mereka. Berdasarkan penelitian Abdulghani (2014) di Saudi Arabia, diketahui bahwa
pravelensi stres pada mahasiswa tahun pertama sebanyak 78,8% (Dian, 2019).
Dalam sebuah survei dari lebih dari 15.000 mahasiswa sarjana, 18% melaporkan
pernah mempertimbangkan secara serius untuk mencoba bunuh diri dan 8%
melaporkan mencoba bunuh diri setidaknya sekali (Utami, 2019).
Kronologis (K)
Stres dikendalikan oleh system saraf simpatis. Pada saat tingkat stres meningkat
maka tingkat adrenalin juga meningkat sehingga terjadi penurunan tegangan di
membran sel-sel saraf dan tubuh akan bereaksi . Tubuh bereaksi dan memusatkan
energi elektrik menjauhi neocortex dan ke sistem saraf simpatik (Pratiwi D rita.,
2017). Tingkat stres mahasiswa erat kaitannya dengan kondisi kesejahteraan
psikologis yang dialaminya di kehidupan kampus. Setelah mahasiswa melakukan
pendidikan selam 3 sampai 4 tahun maka sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan
kuliahnya maka mahasiswa akan mengerjakan skripsi.
Keuntungan dalam melakukan terapi Brain Gym (Senam otak) ialah memungkinkan belajar
dan bekerja tanpa stress, karena dilakukan dalam waktu singkat, Brain Gym juga tidak
memerlukan bahan atau tempat khusus, sehingga dapat menyesuaikan situasi belajar dan
bekerja dalam kehidupan sehari-hari, dengan Brain Gym dapat meningkatkan kepercayaan diri,
secara aktif meningkatkan potensi dan keterampilan yang dimiliki, karena Brain Gym
menyenangkan dan menyehatkan (martina, 2019). Senam otak juga merupakan sebuah gerakan
sederhana yang bertujuan untuk menstimulus lapisan lapisan otak. Gerakan yang menghasilkan
stimulus tersebut dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi,
kecepatan, persepsi belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas), menyelaraskan
kemampuan beraktivitas dan berfikir pada saat bersamaan (Angga kristi kusuma linda., 2021).
BAB 2