Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP TINGKAT STRESS

PADA MAHASISWA SEMESTER VIII DI STIKES SANTA ELISABETH MEDAN


TAHUN 2023

Disusun oleh:

Ayu Selvi Yanti Gulo


Nim: 032020020
 
PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP TINGKAT STRESS
PADA MAHASISWA SEMESTER VIII DI STIKES SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2023

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Stress pada


Pengaruh Brain Gym mahasiswa semester
VIII

METODE PENELITIAN : KUANTITATIF

Jenis penelitian: pre-eskperiment design


Rancangan penelitian: OneGroup Pretest-Posttest Design.

Teknik Pengambilan Sampel: non probability sampling dengan metode Purposive


sampling
Kumpulan Jurnal
1. Angga kristi kusuma linda., e. a. (2021). Pengaruh Senam Otak Terhadap Tingkat Kejenuhan dan Tingkat
Motivasi Belajar Mahasiswa STIKES Telogorejo Semarang. Indonesian journal of Nursing Research (IJNR).
2. Dian, R. P. (2019). Kombinasi Aromaterapi Lavender dan Brain Gym Efektif terhadap Penurunan Tingkat Stres
pada Mahasiswa Kebidanan Semester . Jurnal Ilmiah Bidan (JIDAN).
3. esty, P. a. (2021). PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA . Physio journal.
4. james richard., e. a. (2022). PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANGGOTA . Klabat
journal of nursing.
5. Levi, E. s. (2023). PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP PERUBAHAN DAYA INGAT. Jurnal Ners indonesia.
6. Marantika A. M., E. a. (2019). effects of brain gym toward student stress levels. Study conducted on
semester 8 students of nursing study program at stikes wira medika bali. . BaliMedikaJournal.
7. martina, B. D. (2019). Efektivitas Senam Otak Dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa. Jurnal
penelitian dan pengembangan pendidikan.
8. Ningsi, T. P. (2021). Pengaruh brain gym terhadap tingkat kecemasan pada mahasiswa dalam menyelesaikan
tugas akhir di masa pandemi.
9. Pratiwi D rita., E. a. (2017). Pengaruh brain gym terhadap tingkat stres pada mahasiswa s1 keperawatan yang
menyusun skripsi di stikes widya dharma husada tangerang. Edudharma Journal.
10.Utami, A. S. (2019). Kesejahteraan psikologis dan tingkat stres pada mahasiswa tingkat akhir. Jurnal
keperawatan jiwa.
BAB 1
PENDAHULUAN
Masalah (M)
Stress adalah respon diri terhadap ancaman atau tekanan yang
datang kepada seseorang (Pratiwi D rita., 2017). Stress yang di rasakan
mahasiswa tingkat akhir adalah pengerjaan skripsi, dimana mahasiswa
merasa tertekan dalam mengerjakan skripsi. Mahasiswa juga banyak
mengalami stress yang berasal dari akademik. Stress yang di rasakan
mahasiswa dalam akademik dapat menyebabkan ketidaknyamanan
dalam proses belajar dimana stress dapat menghambat belajar
mahasiswa seperti sakit kepala, kelelahan, ingin mengerjakan segalanya
dengan cepat, ingatan melemah, tidak mampu berkonsentrasi dan tidak
sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai (Dian, 2019). Faktor
penyebab stress ialah jenis kelamin dimana wanita lebih rentan
mengalami stress di bandingkan pria, faktor usia juga menjadi penyebab
stress, faktor tempat tinggal dan faktor kesibukan (Pratiwi D rita., 2017).
SKALA (S)
Menurut WHO (2012), satu dari lima remaja pada usia dibawah 15 tahun
memiliki masalah kesehatan jiwa akibat stres, dan 3-4% dari kelompok usia tersebut
memiliki masalah kesehatan jiwa serius yang memerlukan penanganan memadai
dan profesional. Sedangkan menurut Depkes RI (2012), tercatat jumlah remaja yang
mengalami gangguan kejiwaan atau stres sekitar 11,6% dari populasi Indonesia
sekitar 24.708.000 orang.

Hasil survey yang dilakukan oleh American Collage Health Association (ACHA)
pada tahun 2013 di Amerika, menjelaskan salah satu masalah besar yang dihadapi
mahasiswa dalam dunia perkuliahan adalah stres. Sebanyak 27,9% dari total 32.964
mahasiswa mengakui bahwa stres menjadi penghalang bagi performa akademik
mereka. Berdasarkan penelitian Abdulghani (2014) di Saudi Arabia, diketahui bahwa
pravelensi stres pada mahasiswa tahun pertama sebanyak 78,8% (Dian, 2019).

Dalam sebuah survei dari lebih dari 15.000 mahasiswa sarjana, 18% melaporkan
pernah mempertimbangkan secara serius untuk mencoba bunuh diri dan 8%
melaporkan mencoba bunuh diri setidaknya sekali (Utami, 2019).
Kronologis (K)
Stres dikendalikan oleh system saraf simpatis. Pada saat tingkat stres meningkat
maka tingkat adrenalin juga meningkat sehingga terjadi penurunan tegangan di
membran sel-sel saraf dan tubuh akan bereaksi . Tubuh bereaksi dan memusatkan
energi elektrik menjauhi neocortex dan ke sistem saraf simpatik (Pratiwi D rita.,
2017). Tingkat stres mahasiswa erat kaitannya dengan kondisi kesejahteraan
psikologis yang dialaminya di kehidupan kampus. Setelah mahasiswa melakukan
pendidikan selam 3 sampai 4 tahun maka sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan
kuliahnya maka mahasiswa akan mengerjakan skripsi.

Stress dapat menghambat belajar mahasiswa seperti sakit kepala, kelelahan,


ingin mengerjakan segalanya dengan cepat, ingatan melemah, tidak mampu
berkonsentrasi dan tidak sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai (Ningsi,
2021). Faktor lain yang dapat menyebabkan stress terkhusus kepada mahasiswa
yang sedang tingkat akhir adalah penyusunan skripsi dimana mereka kesulitan
mencari refrensi, sulitnya memperoleh data di lapangan, merasa cemas, takut dan
tegang saat ingin bertemu dosen pembimbing, kurang konsentrasi, sehingga
membutuhkan waktu yang lama dalam menyelesaikannya (Marantika A. M., 2019)
Solusi (S)
Salah satu cara yang dapat di gunakan dalam menangani stress adalah brain gym (senam
otak) dimana brain gym ini bertujuan untuk merileks kan otak dan dapat meningkatkan serta
mengembangkan kedua belah hemisfer yaitu hemisfer kiri dan kanan (Pratiwi D rita., 2017).
Senam otak dapat dilakukan oleh segala jenis usia, mulai dari bayi sampai dewasa, sehingga
siapapun bisa menjadikan senam otak sebagai salah satu stimulus untuk menurunkan stress dan
membantu dalam meningkatkan semangat serta konsetrasi dalam belajar. Adapun teknik dalam
melakukan Latihan senam otak yaitu meminum air, gerakan saklar otak, gerakan silang, kait
relaks, titik positif, gerakan putar leher, gerakan olengan pinggul dan burung hantu. Brain gym
ini akan dilakukan selama 10- 15 menit selama 7 hari (Dian, 2019).

Keuntungan dalam melakukan terapi Brain Gym (Senam otak) ialah memungkinkan belajar
dan bekerja tanpa stress, karena dilakukan dalam waktu singkat, Brain Gym juga tidak
memerlukan bahan atau tempat khusus, sehingga dapat menyesuaikan situasi belajar dan
bekerja dalam kehidupan sehari-hari, dengan Brain Gym dapat meningkatkan kepercayaan diri,
secara aktif meningkatkan potensi dan keterampilan yang dimiliki, karena Brain Gym
menyenangkan dan menyehatkan (martina, 2019). Senam otak juga merupakan sebuah gerakan
sederhana yang bertujuan untuk menstimulus lapisan lapisan otak. Gerakan yang menghasilkan
stimulus tersebut dapat meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi,
kecepatan, persepsi belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas), menyelaraskan
kemampuan beraktivitas dan berfikir pada saat bersamaan (Angga kristi kusuma linda., 2021).
BAB 2

Anda mungkin juga menyukai